28 BAB II perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id KAJIAN PUSTAKA A. Modul 1.Definisi Modul Modul merupakan salah satu bahan ajar cetak yang disusun secara sistematis dengan bahasa yang mudah dipahami oleh peserta didik sesuai dengan tingkat pengetahuan dan usia peserta didik, yang dapat digunakan sebagai bahan belajar mandiri dengan bimbingan minimal dari pendidik (Prastowo, 2011). Modul sebagai bahan belajar mandiri tanpa bimbingan guru berisi tentang petunjuk belajar (petunjuk siswa dan guru), kompetensi yang akan dicapai, content atau isi materi, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja dapat berupa lembar kerja, evaluasi, dan balikan terhadap hasil evaluasi. Bahan ajar yang berorientasi literasi sains hendaknya memberikan peluang kepada peserta didik untuk dapat mengembangkan keterampilan proses, kemampuan berinkuiri, kemampuan berpikir, dan kemampuan literasi sains (Toharudin, 2011). Modul sains dipelajari peserta didik agar peserta didik menguasai sains dan kemampuan berikut. Pertama, peserta didik menguasai produk sains, seperti konsep-konsep. Kedua, peserta didik dapat menggunakan metode ilmiah untuk memecahkan masalah sains. Ketiga, peserta didik memiliki nilai yang berkaitan dengan masalah sikap setelah terbiasa mempelajari dan menguasai produk dan proses sains (Toharudin, 2011). commit to user 29 Modul biologi, (Yoyok dalam Suratsih, 2005) memiliki karakteristik perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sebagai berikut: a. Judul modul merupakan rumusan topik-topik biologi yang diseleksi dan disesuaikan dengan kurikulum; b. Bentuk modul adalah bentuk gabungan dari self contained dan non-self contained, artinya ada sebagian informasi yang termuat dalam modul, namun ada sebagian yang mengharuskan siswa untuk mencari dan menggunakan sumber informasi diluar modul. Sumber informasi dapat berupa: pustaka, lapangan, percobaan (kerja laboratorium), pakar bidang biologi, dan sebagainya; c. Modul bukan merupakan perangkat yang lengkap, tetapi yang mutlak ada adalah lembar instruksional (yang dituangkan dalam tugas-tugas pembelajaran pada setiap modul) yang merupakan pengarah dan cara belajar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran; d. Cara pembelajaran, yang tertuang dalam tugas-tugas, dengan menggunakan modul ini sangat beragam yang meliputi proses-proses IPA, sehingga pendekatan pembelajarannya adalah mengacu pada hakekat keilmuan biologi untuk mencapai kompetensi yang diharapkan; e. Untuk dapat melaksanakan tugas-tugas, bantuan guru kepada siswa sangat diperlukan. Bantuan yang dimaksudkan adalah peran guru bukan hanya sekedar guru sebagai informator dalam proses pembelajaran siswa, tetapi semua peran guru: organisator, fasilitator, konduktor, inisiator, motivator, mediator, evaluator, dan lain-lain. Modul dalam proses pembelajaran berguna sebagai penyedia informasi dasar, di dalam modul disajikan berbagai materi pokok yang bisa dikembangkan lebih lanjut sebagai bahan intruksi atau petunjuk bagi peserta commit to user 30 didik, serta sebagai bahan pelengkap dengan ilustratif dan foto yang perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id komunikatif (Prastowo, 2011). Kegunaan modul yang lain adalah menjadi petunjuk mengajar yang efektif bagi pendidik serta menjadi bahan untuk berlatih bagi peserta didik dalam melakukan penilaian sendiri. 2. Pengembangan Modul Menurut Sudjana et al. (1989 ) penggunaan modul bertujuan agar tujuan pendidikan bisa tercapai secara efektif dan efisien. Para siswa dapat mengikuti program pengajaran sesuai dengan kecepatan dan kemampuan sendiri, lebih banyak belajar mandiri, dapat mengetahui hasil belajar sendiri, dan menekankan penguasaan bahan pelajaran secara optimal (mastery learning) yaitu dengan penguasaan minimal 80 %. Modul self contained yaitu modul yang semua materi tercantum dalam modul dan merupakan sumber belajar utama, dapat disusun menurut langkah-langkah sebagai berikut: Pertama, menyusun kerangka modul. Kerangka modul disusun dengan cara merumuskan SK, KD, dan indikator, menyusun butir-butir soal evaluasi guna mengukur pencapaian indikator, mengidentifikasi pokok-pokok materi pelajaran yang sesuai dengan indikator, menyusun urutan pokok-pokok materi yang logis, menyusun langkah-langkah kegiatan belajar siswa, memeriksa langkah-langkah kegiatan belajar untuk mencapai semua tujuan, dan mengidentifikasi alat-alat yang diperlukan dalam kegiatan belajar dengan modul. Langkah yang kedua, menulis program secara rinci, meliputi: pembuatan petunjuk guru, lembaran kegiatan siswa, lembaran tes, dan commit to user 31 lembaran jawaban. Modul mempunyai beberapa karakteristik tertentu, perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id misalnya berbentuk unit pengajaran terkecil dan lengkap, berisi rangkaian kegiatan belajar yang dirancang secara sistematis, berisi tujuan belajar yang dirumuskan secara jelas dan khusus, memungkinkan siswa belajar mandiri, dan merupakan realisasi perbedaan individual serta perwujudan pengajaran individual. Langkah–langkah yang ditempuh dalam pengembangan modul menurut Supriyatno (2006) meliputi empat langkah di bawah ini. a. Perencanaan Tahap perencanaan meliputi penyusunan Garis–Garis Besar Isi Modul (GBIM) yang selanjutnya dijadikan pedoman penulisan modul bahan ajar. Identifikasi aspek yang terdapat dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) serta identifikasi jenis materi bahan ajar akan membantu proses pemilihan bahan ajar yang sesuai untuk dijadikan sebagai sumber bahan ajar (Depdiknas, 2006). Faktor yang perlu diperhatikan dan dijadikan landasan dalam penyusunan modul setelah identifikasi aspek dilakukan antara lain: Siswa yang akan memanfaatkan modul yang akan disusun. Indikator yang akan dicapai dalam pembelajaran. Materi yang akan disampaikan dalam modul. Sistematika atau urutan penyajian materi pelajaran. Metode dan media yang akan digunakan dalam pembelajaran. Penilaian terhadap siswa yang akan dilakukan. Alokasi waktu pada setiap materi pelajaran yang disajikan. Cara menilai dan merevisi modul tersebut. commit to user 32 b. Penulisan Modul perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Penulisan modul adalah proses menuangkan materi yang disusun dalam GBIM. Persiapan outline penulisan yang meliputi penentuan topik bahasan yang akan disajikan serta mengatur urutan materi sesuai dengan urutan tujuan dalam modul perlu dilakukan sebelum penulisan modul. c. Review Modul Review modul dilakukan dengan menggunakan instrumen yang disusun berdasarkan kriteria tertentu. Hasil penilaian tersebut akan digunakan sebagai dasar perbaikan terhadap kriteria yang ditemukan kekurangannya. d. Tahap Uji Coba Modul Modul diuji cobakan terhadap beberapa sampel sasaran belajar untuk mengetahui efektivitasnya. Uji coba dapat dilakukan secara terbatas namun uji coba secara empirik realistik di lapangan masih diperlukan untuk memberikan informasi dalam rangka penyempurnaan modul. 3. Kelebihan dan Kekurangan Modul Modul pembelajaran pada dasarnya mudah untuk dikembangkan, tetapi dibutuhkan perencanaan yang matang dalam proses penyusunannya agar sesuai dengan kurikulum, dapat memenuhi kebutuhan siswa dan evaluasi dalam pengembangannya (Hand, 2001). Sistem pembelajaran menggunakan modul mempunyai beberapa kelebihan dan kekurangan . Kelebihan penggunaan modul adalah: a. dapat menghemat waktu guru dalam mengajar dan mengubah peran guru menjadi fasilitator sehingga commit to user 33 proses pembelajaran lebih efektif; b. siswa dapat belajar lebih mandiri, c. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id mudah dipelajari dimanapun dan kapanpun, dan; d. dapat mempelajari tidak menggunakan alat. Kekurangan penggunaan modul adalah a. tidak mampu mempresentasikan gerakan; b. pemaparan materi cenderung linier dan; c. pembuatan modul cenderung memerlukan biaya mahal dan waktu yang lama ( e Library UT, 2008). B. Model Pembelajaran Inkuiri 1. Definisi Model Pembelajaran Inkuiri Model inkuiri didefinisikan oleh Piaget (Sund dan Trowbridge dalam Rustaman, 2005 ) belajar mengajar yang mempersiapkan situasi bagi siswa untuk melaksanakan eksperimen. Trowbridge memperkenalkan inkuiri sebagai proses penyelidikan dan pendefinisian masalah, formulasi hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, dan membuat kesimpulan. Inkuiri memiliki sikap mental yang lebih tingkatannnya, seperti merumuskan masalah, merencanakan eksperimen, mengumpulkan dan menganalisis data, menarik kesimpulan dan menumbuhkan sikap ilmiah. Inkuiri merupakan suatu model pembelajaran yang menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan melalui eksperimen yang diawali dari proses penyelidikan dan pendefinisian masalah, formulasi hipotesis, merencanakan eksperimen, mengumpulkan data, membuat kesimpulan, dan menganalisis proses inkuiri. Model pembelajaran inkuiri menempatkan siswa sebagai subjek belajar. Pada proses pembelajaran, siswa tidak hanya berperan sebagai penerima pelajaran commit to user 34 melalui penjelasan guru secara verbal, tetapi mereka berperan untuk menemukan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sendiri inti dari materi pelajaran itu sendiri. Pembelajaran dalam model inkuiri berlangsung student centered learning, siswa memegang peran yang dominan dalam proses pembelajaran. Pembelajaran berbasis inkuiri melibatkan siswa dalam penyelidikan sains. Tujuan utama inkuiri adalah penyelidikan yang aktif baik untuk pengetahuan mapun pemahaman untuk memenuhi keingintahuan siswa. Dari perspektif paedagogi merujuk pada model konstruktivisme dan active learning. Kegiatan inkuiri mencapai pemahaman, pengembangan pengetahuan, dan restrukturisasi schemata melalui pengalaman nyata dan penyelidikan (Rustaman, 2005). Inti dari model pembelajaran inkuiri menurut Smith et al. (2007) yaitu pertama, pembelajaran distimulus dengan berinkuiri misal pertanyaan atau masalah. Kedua, Pembelajaran berbasis proses mencari pengetahuan dan konsep baru. Ketiga, pusat pembelajaran dekat dengan pengajaran dimana guru berperan sebagai fasilitator. Keempat, pembelajaran mandiri dengan siswa bertanggungjawab terhadap belajarnya dan pengembangan kemampuan refleksi diri. Selanjutnya, menggunakan pendekatan siswa aktif dalam pembelajaran. Standar for Science Teacher Preparation dalam Sarwi (2010) menyatakan inkuiri dikelompokan dalam tiga tingkatan yaitu discovery learning, guided inquiry, dan open inquiry. Jenis discovery learning tindakan utama guru yaitu mengidentifikasi permasalahan dan proses dan diikuti aktivitas siswa mengidentifikasi alternatif hasil. Pada tingkat guided inquiry, mengacu tindakan guru yaitu mengajukan permasalahan dan diikuti siswa menentukan proses dan commit to user 35 penyelesaian masalah. perpustakaan.uns.ac.id konteks penyelesaian Tindakan guru pada open inquiry yaitu memaparkan digilib.uns.ac.id masalah kemudian siswa mengidentifikasi dan menyelesaikan masalah. Guided inquiry ataupun menurut Suparno (2007) inquiry yang terarah adalah inkuiri yang banyak dicampuri oleh guru. Guru banyak mengarahkan dan memberikan petunjuk baik melalui prosedur yang lengkap dan pertanyaanpertanyaan pengarahan selama proses inkuiri. Siswa dalam menyelesaikan persoalan menyesuaiakan dengan prosedur yang telah ditetapkan guru. 2. Karakteristik Model Inkuiri Model Inkuiri mempunyai karakter yang berbeda dengan model yang lain. Karakter model inkuiri antara lain: a. model inkuiri menekankan pada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan inti dari materi pembelajaran; b. seluruh aktivitas yang dilakukan siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan sendiri sesuatu yang dipertanyakan; c. model inkuiri bertujuan untuk mengembakan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan kritis, atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses mental (Sanjaya, 2006). Model pembelajaran inkuiri menuntut siswa untuk menggunakan potensi yang dimiliki, tidak hanya dituntut untuk menguasai materi pembelajaran. Model inkuiri menolong siswa untuk dapat mengembangkan disiplin intelektual, dan keterampilan berpikir dengan memberikan pertanyaan dan mendapatkan jawaban berdasarkan penemuan siswa. commit to user 36 Tahapan pembelajaran perpustakaan.uns.ac.id inkuiri meliputi: a. penyajian masalah; b. digilib.uns.ac.id pengumpulan data (verifikasi); c. pengumpulan data (eksperimentasi); d. mengolah dan merumuskan kesimpulan; dan e. menganalisis proses inkuiri. Pada tahap awal guru menyajikan/memilih (atau membangun) situasi permasalahan dan menjelaskan prosedur-prosedur penelitian, merespon penjajakan penelitian siswa dengan informasi yang penting, pada tahap pengumpulan data, siswa mengumpulkan sifat objek dan kondisinya dari apa yang siswa lihat atau alami, memverifikasi terjadinya suatu permasalahan. Selanjutnya tahap eksperimentasi, siswa memisahkan variabel yang relevan, dan menghipotesiskan (serta menguji) hubungan kausal, setelah melakukan eksperimen, siswa melakukan tahap organisasi dan menformulasi suatu kesimpulan. Pada akhirnya siswa diminta untuk menganalisis proses inkuiri/penelitian siswa (Joyce et al., 2009). Menurut Jacobsen et al. (2009), tahapan model pembelajaran inkuiri meliputi: identifikasi masalah, membentuk hipotesis, mengumpulkan data, menganalisis data, dan membuat kesimpulan. Tahapan model pembelajaran inkuiri menurut Sanjaya (2006), mengikuti langkah- langkah antara lain: orientasi masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, mengumpulkan data, menguji hipotesis, dan merumuskan kesimpulan. Tahap orientasi masalah, guru merangsang dan mengajak siswa untuk berpikir memecahkan masalah. Selanjutnya, guru mendorong supaya siswa dapat merumuskan masalah. Kemampuan individu untuk berpikir sudah dimiliki siswa sejak lahir. Kemampuan tersebut dimulai dari suatu kemampuan untuk berhipotesis. Setelah merumuskan masalah siswa selanjutnya merumuskan hipotesis. commit to user 37 Model pembelajaran inkuiri mempunyai tahapan mengumpulkan data. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Tahapan pengumpulan data merupakan proses mental yang sangat penting dalam pengembangan intelektual. Tugas guru dalam proses pengumpulan data yaitu mendorong siswa untuk berpikir mencari informasi yang dibutuhkan. Pengujian hipotesis yang dilakukan dalam proses inkuiri yang terpenting adalah mencari tingkat keyakinan siswa atas jawaban yang diberikan, setelah dilakukan pengujian hipotesis, siswa mendeskripsikan temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis (Sanjaya, 2006). Kesesuaian modul dengan basis model inkuiri, dijabarkan dalam indikator seperti yang disajikan pada Tabel 2.1. Tabel 2.1 Kisi-kisi Aspek Kesesuaian Modul dengan Basis Model Inkuiri Aspek Indikator Jumlah Butir Jenis Data 1 nominal 1 nominal 1 nominal 1 nominal 1 nominal menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan. mengembangkan kemampuan secara Kesesuaian Basis Model Inkuiri sistematis, berpikir logis, dan kritis. menuntut siswa melakukan perumusan masalah. menuntut siswa mengajukan hipotesis. menuntut siswa melakukan eksperimen/pengamatan commit to user 38 menuntut siswa perpustakaan.uns.ac.id merumuskan kesimpulan. digilib.uns.ac.id nominal 1 menekankan aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan 1 nominal menemukan. 3. Kelebihan Model Inkuiri Model inkuiri memberikan kebaikan sebagai berikut: a. Pengajaran menjadi lebih berpusat pada anak (Instruction becomes student-centered); b. Proses belajar melalui inkuiri dapat membentuk dan mengembangkan konsep diri pada diri siswa (Inquiry learning builds the self-concept of the student); c. Tingkat pengharapan bertambah (Expectancy level increases); d. Pendekatan inkuiri dapat mengembangkan bakat (Inquiry learning develops talent); e. Pendekatan inkuiri dapat menghindari siswa dari cara-cara belajar dengan menghafal; f. Pendekatan inkuiri memberikan waktu pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi informasi (Trowbridge dan Bybee, 1990). Menurut Layton (1992) inkuiri meningkatkan pemahaman terhadap suatu konsep secara signifikan dan menghilangkan miskonsepsi siswa dalam mata pelajaran biologi. Inkuiri menyediakan siswa beraneka ragam pengalaman konkrit dan pembelajaran aktif yang mendorong dan memberikan ruang dan peluang kepada siswa untuk mengambil inisiatif dalam mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan penelitian memungkinkan mereka menjadi pembelajar sepanjang hayat. commit to user sehingga 39 Pengalaman langsung siswa dalam proses pembelajaran inkuri merupakan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pembelajaran yang sangat bermanfaat, sebab dengan mengalami secara langsung kesalahan persepsi akan dapat dihindari. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman langsung dan pengalaman tidak langsung. Pengetahuan akan semakin konkret diperoleh jika objek secara langsung dipelajari. Pengalaman langsung merupakan pengalaman yang diperoleh siswa sebagai hasil dari aktivitas sendiri. Siswa mengalami, merasakan sendiri segala sesuatu yang berhubungan dengan pencapaian tujuan. Siswa berhubungan langsung dengan objek yang akan dipelajari. Pengalaman langsung memberikan kecenderungan hasil yang diperoleh siswa menjadi konkret sehingga memiliki ketepatan yang tinggi (Dale dalam Sanjaya, 2006). Pembelajaran inkuiri melibatkan komunikasi yang berarti tersedia suatu ruang, peluang, dan tenaga bagi siswa untuk mengajukan pertanyaan dan pandangan yang logis, obyektif, dan bermakna, dan untuk melaporkan hasil-hasil kerja mereka. Inkuiri memungkinkan guru belajar menjadi fasilitator yang lebih efektif berkat adanya pemahaman guru mengenai siswa. Tujuan utama pembelajaran inkuiri bagi siswa adalah mengembangkan keterampilan penelitian dan menyiapkan pembelajaran sepanjang hayat. Hasil yang diharapkan antara lain siswa memiliki kemampuan berpikir kritis, kemampuan berinkuiri secara mandiri, bertanggung jawab pada pembelajaran, pertumbuhan dan kematangan intelektual ( Lee et al. dalam Smith, 2007). Inkuiri juga bertujuan untuk melatih siswa untuk mengkonstruksi pengetahuannya sendiri (Zion et al., 2007). commit to user 40 4. Kelemahan Model Inkuiri perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Model inkuiri memiliki beberapa kelemahan antara lain: a. Memerlukan perencanaan yang teratur dan matang. Bagi guru yang terbiasa dengan cara konvensional, merupakan beban yang memberatkan; b. Pelaksanaan pengajaran melalui model ini, dapat memakan waktu yang cukup panjang. Proses pemecahan masalah itu memerlukan pembuktian secara ilmiah; c. Proses jalannya inkuiri akan menjadi terhambat, apabila siswa telah terbiasa teacher centered learning; d. Tidak semua materi pelajaran mengandung masalah; e. Metode inkuiri ini baru dilaksanakan pada tingkat SMA, Perguruan Tinggi, untuk tingkat SMP dan tingkat SD masih sulit dilaksanakan. Hal ini disebabkan pada tingkat tersebut anak didik belum mampu berpikir secara ilmiah, yang merupakan ciri dari metode inkuiri. C. Potensi Lokal Potensi lokal/daerah adalah potensi sumber daya spesifik yang dimiliki suatu daerah. Potensi lokal dalam penelitian ini merupakan potensi sumber daya alam (SDA) yaitu potensi yang terkandung dalam bumi, air, dan dirgantara yang dapat didayagunakan untuk berbagai kepentingan hidup. Pendidikan berbasis potensi lokal bertujuan agar siswa mengetahui keunggulan daerahnya, memahami berbagai aspek yang berhubungan dengan keunggulan lokal tersebut. Pada akhirnya nanti, mampu mengolah sumber daya, terlibat dalam pelayanan/jasa atau kegiatan yang berkaitan dengan potensi lokal. Potensi lokal suatu daerah dapat dijadikan sumber belajar. Menurut (Anitah, 2008) sumber belajar diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan commit to user 41 untuk menfasilitasi kegiatan belajar. Association of Educational Communication perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id and Technology mengklasifikasikan sumber belajar menjadi dua yaitu sumber belajar yang dirancang dan sumber belajar yang dimanfaatkan. Sumber belajar yang dirancang yaitu sumber belajar yang sengaja direncanakan untuk keperluan pembelajaran, misalnya buku paket modul, dan LKS. Sedangkan sumber belajar yang dimanfaatkan yaitu sumber belajar yang sudah ada di sekitar tempat tinggal, dan dapat dimanfaatkan untuk keperluan belajar. Langkah-langkah pengembangan sumber belajar berbasis potensi lokal meliputi: penyusunan desain, kajian konsep, studi pustaka, penyusunan model, uji coba model, analisis hasil, perbaikan atau penyempurnaan model, seminar (presentasi hasil), Finalisasi model, dan Pelaporan (Asmani, 2012). Pelaksanaan pendidikan berbasis potensi lokal perlu memperhatikan beberapa acuan dalam mengembangkan sebagai sumber belajar antara lain : 1. pengembangan berdasarkan pada standar kompetensi dan kompetensi dasar; 2. bahan kajian disusun sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik; 3. program pengajaran dikembangkan dengan melihat kedekatan dengan peserta didik yang meliputi secara fisik maupun psikis; 4. bahan kajian bersifat utuh, mengacu suatu tujuan pembelajaran; 5. memperhatikan alokasi waktu (Asmani, 2012). Penyelenggaraan pendidikan berbasis potensi lokal menurut Mursal (2011), harus mempertimbangkan: 1. menyusun dan mengembangkan standar kompetensi lulusan (SKL); 2. menentukan dan mengembangkan standar kompetensi (SK), commit to user 42 serta kompetensi dasar (KD); 3. analisis SKL; 4. pemetaan SK-KD; 5. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id pengembangan silabus; 6. pengembangan RPP. Hasil observasi peneliti bahwa ada beberapa paku yang terdapat di daerah karesidenan Surakarta (Sukoharjo, Karanganyar, Surakarta) antara lain: Paku Tanduk Rusa, Paku Sarang burung, Drymoglossum sp., Paku Ekor Kuda, Paku Kawat, Davalia sp., Suplir, Semanggi. Lumut yang terdapat daerah Karesidenan Surakarta antara lain lumut hati, lumut daun, dan lumut tanduk. Modul berbasis potensi lokal berusaha mengaitkan materi baru dengan skemata yang sudah ada tentang sesuatu yang sudah biasa diketahui oleh siswa pada lingkungannya. Memori semantik hasil proses organisasi dalam skemata termasuk memori jangka panjang. Memori jangka Panjang adalah bagian dari sistem memori dimana seseorang menyimpan informasi untuk periode yang lama (Anni, 2007). Kesesuaian modul dengan basis potensi lokal, dijabarkan dalam indikator pada Tabel 2.2. commit to user 43 Tabel 2.2 Kisi-kisi Aspek Kesesuaian Modul dengan Basis Potensi Lokal perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Aspek Kesesuaian Basis Potensi Lokal D. Indikator Modul berisi gambar yang berasal dari daerah lokal Modul berisi fenomena /wacana dari daerah lokal Modul berisi LKS yang memungkinkan siswa melakukan pengamatan di daerah lokal. Bahan kajian memilki kedekatan fisik dengan siswa. Modul berusaha mendekatkan siswa dengan daerah lokal. Jumlah Butir Jenis Data 1 Nominal 1 Nominal 1 Nominal 1 Nominal 1 Nominal Materi Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku Materi Lumut dan Tumbuhan Paku ini adalah materi dengan standar kompetensi: 3. Memahami keanekaragaman hayati, kompetensi dasar: 3.3 Mendeskripsikan ciri-ciri divisi dalam dunia tumbuhan dan peranannya bagi kelangsungan hidup di bumi. Materi ini mengulas obyek, ciri, taksonomi, habitat, reproduksi, dan daur hidup. Tumbuhan Lumut (Bryophyta) berkembang biak secara vegetatif dan generatif. Kedua cara perkembangbiakan tersebut berlangsung silih berganti, sehingga terjadi pergiliran keturunan (metagenesis). Tumbuhan Lumut dibagi menjadi 3 kelompok yaitu: 1. Kelas Hepaticopsida (Lumut hati). Contoh lumut hati yang terkenal adalah Marchantia dan Riccia; 2. Kelas Anthoceropsida (Lumut tanduk). Contoh lumut tanduk adalah Anthoceros commit to user 44 dan Nothotulus; 3. Kelas Bryopsida (Lumut sejati atau Lumut daun). Contoh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id lumut daun adalah : Sphagnum, Funaria, Pogonatum, Polytrichum dan Andraea. Beberapa manfaat dari Tumbuhan lumut yaitu sebagai: 1. Media tanaman (Lumut daun); 2. Dapat mencegah erosi (Lumut secara umum) ; 3. Obat penyakit hati (Marchantia sp); 4. Bahan pembalut, kapas dan sumber bahan bakar (Sphagnum). Tumbuhan paku memiliki ciri-ciri sebagai berikut: tumbuhan paku sudah memiliki akar, batang, dan daun sejati. Oleh karena itu, tumbuhan paku termasuk kormophyta berspora. Baik pada akar, batang, dan daun, secara anatomi sudah memiliki berkas pembuluh angkut, yaitu xilem yang berfungsi mengangkut air dan garam mineral dari akar menuju daun untuk proses fotosintesis, dan floem yang berfungsi mengedarkan hasil fotosintesis ke seluruh bagian tubuh tumbuhan. Habitat tumbuhan paku ada yang di darat dan ada pula yang di perairan serta ada yang hidupnya menempel. Pada waktu masih muda, biasanya daun tumbuhan paku menggulung dan bersisik. Tumbuhan paku dalam hidupnya dapat bereproduksi secara aseksual dengan pembentukan gemmae dan reproduksi seksual dengan peleburan gamet jantan dan gamet betina. Siklus hidup (metagenesis) terdapat fase sporofit, yaitu tumbuhan paku sendiri. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya. Memiliki klorofil sehingga cara hidupnya fotoautotrof. Tumbuhan paku dapat diklasifikasikan menjadi 4 divisi yaitu Psilophyta, Lycopodophyta, Equisetophyta, dan Pterophyta. Anggota divisi Psilophyta banyak yang telah punah. atau paku ekor kuda. commit to user Lycopodophyta, contohnya 45 adalah Lycopodium atau paku kawat dan Marsilea crenata (semanggi), perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Equisetophyta, contohnya adalah Equisetum debile, Pterophyta, contohnya adalah paku pakis. Pada metagenesis Tumbuhan Paku, baik pada paku homospora, paku heterospora, ataupun paku peralihan, pada prinsipnya sama. Ketika ada spora yang jatuh di tempat yang cocok, spora tadi akan berkembang menjadi protalium yang merupakan generasi penghasil gamet atau biasa disebut sebagai generasi gametofit, yang akan segera membentuk anteredium yang akan menghasilkan spermatozoid dan arkegonium yang akan menghasilkan ovum. Ketika spermatozoid dan ovum bertemu, akan terbentuk zigot yang diploid yang akan segera berkembang menjadi tumbuhan paku. Tumbuhan paku yang kita lihat sehari-hari merupakan generasi sporofit karena mampu membentuk sporangium yang akan menghasilkan spora untuk perkembangbiakan. Fase sporofit pada metagenesis tumbuhan paku memiliki sifat lebih dominan daripada fase gametofitnya. Apabila kita amati daun tumbuhan paku penghasil spora (sporofil), di sana akan kita jumpai organ-organ khusus pembentuk spora. Spora dihasilkan dan dibentuk dalam suatu wadah yang disebut sebagai sporangium. Biasanya sporangium pada tumbuhan paku terkumpul pada permukaan bawah daun. Tumbuhan Paku berperan dalam kehidupan sehari-hari yaitu sebagai: 1. Tanaman hias, misalnya Adiantum cuneatum (suplir), Asplenium nidus (paku sarang burung) dan Platycerium biforme (paku simbar menjangan); 2.Tanaman obat, misalnya rimpang dari Aspidium filixmas (Dryopteris) yang mampu commit to user 46 mengobati cacingan; 3. Bingkai dalam karangan bunga; 4. Pupuk hijau dan; 4. perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id Sayuran, contohnya adalah Marsilea crenata (semanggi). Tumbuhan Lumut mempunyai beberapa ciri yaitu: mempunyai lapisan pelindung (kutikula dan gametangia). Sudah memiliki buluh-buluh halus semacam akar yang disebut rizoid. Memiliki klorofil sehingga besifat autotrof. Batang belum mempunyai pembuluh angkut (xylem dan floem). Terdapat gametangium (alat kelamin) yaitu antheridium dan arkegonium. Antheridium adalah alat kelamin jantang yang menghasilkan spermatozoid, sedangkan arkegonium adalah alat kelamin betina yang menghasilkan sel telur (ovum). E. Teori Belajar 1. Teori Belajar Kontruktivisme Piaget Teori belajar kontruktivisme Piaget merupakan teori belajar yang mendukung dalam pengembangan modul inkuiri terbimbing berbasis potensi lokal. Konstruktivisme memandang bahwa siswa menemukan dan mentransformasikan informasi kompleks ke dalam dirinya sendiri. Pikiran manusia mempunyai struktur yang disebut skema/schemata (jamak). Skema adalah suatu struktur mental atau kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan mengkoordinasikan dengan lingkungan sekitarnya. Skemata itu akan beradaptasi dan berubah selama perkembangan intelektual, khususnya dalam taraf operasional formal. Skemata adalah hasil kesimpulan atau bentukan mental, konstruksi hipotesis, seperti intelek, kreativitas, kemampuan dan naluri ( Wadsworth dalam Suparno, 2008). Skemata merupakan hasil suatu konstruksi kognitif manusia commit to user 47 yang selalu berubah selama perkembangan manusia tentang lingkungan perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id sekitarnya, sehingga seseorang dapat beradaptasi dan berkoordinasi dengan lingkungan sekitarnya. Skemata memiliki fungsi untuk kerangka untuk mengaitkan pengetahuan baru. Asimilasi adalah suatu proses kognitif yang dengannya seseorang mengintegrasikan persepsi, konsep, ataupun pengalaman baru ke dalam skema yang sudah ada dalam pikirannya. Asimilasi tidak mengubah skemata melainkan memperkembangkan skemata (Wadsworth dalam Suparno, 2008). Siswa akan mengalami asimilasi dengan mengaitkan kembali suatu pengalaman baru dengan skema yang sudah ada. Siswa tidak bisa mengasimilasikan pengalaman baru ke dalam skemata yang sudah ada, karena mungkin tidak cocok. Siswa tersebut akan mengadakan akomodasi dengan cara membentuk skema baru yang cocok maupun memodifikasi skema, sehingga cocok dengan rangsangan baru. Skemata menunjukkan taraf pengertian dan pengetahuan seseorang tentang dunia sekitar. Equilibriation merupakan pengaturan diri secara mekanis untuk mengatur keseimbangan proses asimilasi dan akomodasi. Equilibriation membuat seseorang dapat menyatukan pengalaman luar dengan struktur dalamnya (skemata). Ketidakseimbangan pada diri siswa memacu untuk mencari keseimbangan dengan jalan asimilasi dan akomodasi. Menurut Piaget, dalam pikiran seseorang ada struktur pengetahuan awal (skemata). Setiap skema berperan sebagai suatu filter dan fasilitator bagi ide-ide dan pengalaman baru. Skemata mengatur, mengkoordinasi, dan mengintensifkan commit to user 48 prinsip-prinsip dasar. Melalui kontak dengan pengalaman baru, skema dapat perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dikembangkan dan diubah, yaitu dengan proses asimilasi dan akomodasi. Bila pengalaman itu masih bersesuaian dengan skema yang dimiliki siswa, maka skema itu hanya dikembangkan melalui proses asimilasi. Proses akomodasi terjadi jika pengalaman baru tersebut berbeda dengan skema yang ada (skema yang lama tidak cocok lagi untuk menghadapi pengalaman yang baru), maka skema yang lama akan diubah sampai ada kesimbangan lagi. Belajar merupakan perubahan konsep, dalam proses tersebut siswa setiap kali membangun konsep baru melalui asimilasi dan akomodasi skema siswa. Piaget membedakan antara dua aspek berpikir yang saling melengkapi: aspek figuratif dan aspek operatif. Aspek figuratif merupakan imitasi keadaan sesaat dan statis. Aspek operatif berkaitan dengan transformasi dari level pemikiran tertentu ke level yang lain. Setiap level keadaan dapat dimengerti, sehingga akibat dari transformasi tertentu atau sebagai titik tolak transformasi lain. Aspek operatif lebih esensial dari pemikiran dan sangat berperan dalam pembentukan pengetahuan seseorang. Mengetahui adalah mengasimilasikan realitas dalam sistem-sistem transformasi. Mengetahui adalah mentransformasikan realitas untuk dapat dimengerti bagaimana suatu keadaan tertentu itu terbentuk. Mengetahui sesuatu adalah bertindak atas sesuatu itu, membentuk sistem transformasi yang dapat menjelaskan objek. Semua pengetahuan adalah suatu konstruksi (bentukan) dari kegiatan/tindakan seseorang. Pengetahuan ilmiah itu berevolusi, berubah dari waktu ke waktu. Pemikiran ilmiah merupakan proses konstruksi dan reorganisasi commit to user 49 yang terus-menerus. Pengetahuan bukanlah sesuatu yang ada diluar, tetapi ada perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id dalam diri siswa yang membentuknya. Setiap pengetahuan mengandalkan suatu interaksi dengan pengalaman. Tanpa interaksi dengan objek, siswa tidak dapat mengkonstruksi gambaran korespondensi satu-satu dalam matematika untuk memahami pengertian bilangan (Piaget dalam Suparno, 2008). Pada konteks penelitian ini, siswa pada dasarnya sudah memiliki skemata tentang materi Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku, penggunaan potensi lokal akan mengaitkan skema yang sudah ada dengan informasi/materi baru yang akan disampaikan kepada siswa. Modul berbasis potensi lokal berusaha mengaitkan materi baru dengan skemata yang sudah ada tentang sesuatu yang sudah biasa diketahui oleh siswa pada lingkungannya. Memori semantik hasil proses organisasi dalam skemata termasuk memori jangka panjang/long term memory. Long term memory yaitu bagian dari sistem memori dimana seseorang menyimpan informasi untuk periode yang lama (Anni, 2007). 2. Teori Belajar Penemuan Brunner Teori belajar penemuan dikembangkan oleh Jerome Brunner. Teori belajar penemuan (discovery learning) menekankan bahwa pembelajaran harus mampu mendorong siswa untuk mempelajari apa yang telah dimiliki. Siswa belajar melalui keterlibatan aktif terhadap terhadap konsep dan prinsip-prinsip, sedangkan guru mendorong siswa agar memiliki pengalaman dan melaksanakan eksperimen yang memungkinkan siswa menemukan prinsip untuk dirinya (Anni, 2007). commit to user 50 Belajar penemuan sesuai dengan pencarian pengetahuan secara aktif oleh perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id siswa dan dengan sendirinya memberikan hasil yang paling baik. Berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang bermakna. Siswa berpartisipasi aktif melakukan eksperimen-eksperimen yang mendorong peserta didik untuk menemukan prinsip-prinsip (Dahar, 2006). Kelebihan pengetahuan yang diperoleh dengan belajar penemuan antara lain: pengetahuan itu bertahan lama, hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik (prinsip lebih mudah diterapkan dalam situasi baru), dan belajar penemuan meningkatkan penalaran siswa dan kemampuan untuk beripikir secara bebas (Dahar, 2006). Modul yang dikembangkan menggunakan model inkuiri terbimbing ini sesuai dengan teori belajar penemuan Brunner. Sintaks model pembelajaran inkuri menuntut siswa untuk menemukan masalah, merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen untuk mendapatkan suatu konsep atau prinsip. 3. Teori Belajar Bermakna David Ausubel Belajar bermakna merupakan suatu proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat dalam struktur kognitif siswa (Dahar, 2006). Faktor yang yang paling mempengaruhi belajar ialah apa yang telah diketahui siswa. Dengan demikian akan terjadi belajar bermakna, konsep baru, atau informasi baru harus dikaitkan dengan konsep-konsep yang sudah ada pada struktur kognitif siswa. commit to user 51 Berdasarkan perpustakaan.uns.ac.id teori Ausubel, dalam membantu siswa menanamkan digilib.uns.ac.id pengetahuan baru dari suatu materi, sangat diperlukan konsep-konsep awal yang sudah dimiliki siswa yang berkaitan dengan konsep yang sudah dipelajari. Konsep awal dikaitkan dengan model pembelajaran berdasarkan masalah, siswa mampu mengerjakan permasalahan yang autentik sangat memerlukan konsep awal yang sudah dimiliki siswa sebelumnya untuk penyelesaian nyata dari suatu permasalahan. Kelebihan belajar bermakna yaitu: informasi yang dipelajari secara bermakna lebih lama dapat diingat, memudahkan proses belajar berikutnya untuk materi pelajaran yang mirip, serta mempermudah belajar hal-hal yang mirip walaupun sudah tidak diingat (Dahar, 2006). Modul yang dikembangkan menggunakan model inkuiri terbimbing dan berbasis potensi lokal ini sesuai dengan teori belajar bermakna Ausubel. Modul yang dilengkapi dengan wacana dan gambar berbasis potensi lokal akan memudahkan siswa dalam mengaitkan materi baru pada struktur kognitif yang telah ada. F. Penelitian yang Relevan Penggunaan modul dalam pembelajaran dapat membantu siswa dalam meningkatkan pemahaman, mencapai kriteria ketuntasan minimal, mampu membawa siswa untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran, membiasakan siswa untuk menemukan konsep dalam kegiatan pembelajaran mandiri dan (Bestari, 2009; Iramawati, 2009; Radzuan, 2010). Hasil penelitian oleh Andayani (2009) menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat commit to user 52 meningkatkan kemampuan kerja ilmiah siswa. Pembelajaran quided inquiry perpustakaan.uns.ac.id digilib.uns.ac.id berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis dan hasil belajar (Danisa, 2012). Penelitian Suma (2010) menyimpulkan bahwa pembelajaran berbasis inkuiri meningkatkan kemampuan konten fisika dan kemampuan penalaran mahasiswa calon guru. Pembelajaran menggunakan model inkuiri mempunyai hasil yang signifikan dalam mempelajari konsep dan keterampilan proses sains dibandingkan dengan model konvensional (Brickman et al., 2009). Hasil penelitian yang mendukung tentang modul dan model inkuiri, diharapkan dapat menjadikan harapan bahwa modul inkuiri berbasis potensi lokal dapat memberikan pengaruh terhadap hasil belajar. Banyak penelitian yang memberikan hasil yang positif terhadap model inkuiri, berdasarkan penelitian empiris dengan kriteria indikator dalam menyatakan penelitian model inkuiri tersebut berhasil. Namun, banyak peneliti menyebutkan bahwa berhasil atau tidaknya sebuah model inkuiri tergantung pada guru yang melakukannya (Anderson, 2002). commit to user 53 perpustakaan.uns.ac.id G. Kerangka Berpikir digilib.uns.ac.id Kerangka berpikir penelitian ini ditunjukkan pada Gambar 2.1. Rendahnnya ketercapaian pada materi Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku. Analisis kebutuhan : 1. Proses pembelajaran cenderung konvensional. 2. Buku ajar berorientasi produk, panjang deskripsi, dan kurang menarik. 3. Buku ajar belum mendorong siswa untuk menemukan konsep sendiri (penemuan). 4. Potensi lokal belum diangkat sebagai sumber belajar. Penggunaan modul meningkatkan pengetahuan meningkatkan pemahaman serta hasil belajar siswa (Danisa 2012, Radzuan 2010) Teori Belajar: 1. Piaget 2. Brunner 3. David Ausubel Inkuiri memberdayakan keterampilan proses sains,dengan melakukan eksperimen keterserapan konsep akan lebih besar . Hasil belajar penemuan mempunyai efek transfer yang lebih baik. Pembelajaran berbasis potensi lokal berusaha mengaitkan materi baru dengan skemata yang sudah ada tentang sesuatu yang sudah biasa diketahui oleh siswa pada lingkungannya. Pengembangan modul inkuiri terbimbing berbasis potensi lokal pada Materi Tumbuhan Lumut dan Tumbuhan Paku Gambar 2.1 Kerangka Berpikir Penelitian commit to user