i. pendahuluan

advertisement
I. PENDAHULUAN
1. Latar belakang
Budidaya
perikanan
merupakan
kegiatan
memelihara,
membesarkan
dan/atau
membiakkan ikan serta memanen hasilnya dalam lingkungan yang terkontrol termasuk kegiatan
yang menggunakan kapal untuk memuat, mengangkut, menyimpan, mendinginkan, menangani,
mengolah dan/atau mengawetkannya (UU No 31 tahun 2004).
Budidaya intensif biasanya
diikuti dengan munculnya kendala yang merugikan pembudidaya. Salah satu kendala yang
muncul dalam kegiatan budidaya perikanan yaitu adanya serangan penyakit infeksi. Munculnya
penyakit ini dapat disebabkan oleh bakteri misalnya vibriosis pada ikan air laut disebabkan oleh
Vibrio sp. dan Aeromonas hydrophila menimbulkan Motile Aeromonas Septicemia (MAS) pada
ikan air tawar.
Menurut Departemen Kelautan dan Perikanan (2009), penyakit infeksi bakterial dapat
ditanggulangi dengan cara pemberian vaksin, imunostimulan, probiotik, menghindari stres,
pengelolaan ikan secara terpadu maupun dengan antibiotik. Antibiotik adalah zat yang dihasilkan
oleh suatu mikroba yang dapat menghambat atau dapat membunuh mikroba jenis tertentu.
Penggunaan antibiotik untuk pengobatan dan pencegahan terhadap serangan bakteri secara terus
menerus dapat menyebabkan resistensi terhadap antibiotik tersebut sehingga perlu adanya pola
pengobatan yang mampu menurunkan resistensi tersebut (Astuti et al., 2003). Penggunaan
antibiotik yang berkepanjangan dapat menyebabkan bertambahnya jenis bakteri yang resisten
terhadap antibiotik dan dapat mencemari lingkungan. Penggunaan senyawa bioaktif yang
diekstrak dari alam merupakan salah satu cara untuk mengobati penyakit infeksi bakteri dan
diharapkan mampu menjadi alternatif untuk mengurangi penggunaan bahan kimia sebagai
antibiotik pada budidaya perikanan.
Menurut Baker et al. (2008), sekitar 57% senyawa kimia pada alga merah dihasilkan dari
famili Rhodomelaceae dan 85% senyawa kimia berasal dari genus Laurencia. Senyawa bioaktif
yang banyak ditemukan dalam ekstrak rumput laut merah yaitu senyawa halogen sesquiterpen
dan C15 acetogenin (Baker et al., 2008). Sesquiterpen ditemukan pada beberapa spesies alga
merah misalnya L. composita (Nai et al., 2009) dan Laurencia spp. (Vairappan et al., 2008).
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa bioaktif di dalam L.
papillosa dan menguji aktivitas antibakteri ekstrak L. papillosa. Senyawa bahan alam diharapkan
mampu menjadi alternatif penanggulangan penyakit pada budidaya ikan dan untuk mengurangi
penggunaan bahan kimia yang menyebabkan resistensi.
2. Tujuan
2.1. Mengetahui aktivitas antibakteri ekstrak etil asetat L. papillosa dan fraksinya
2.2.
Melakukan identifikasi kandungan ekstrak dan fraksi aktif L. papillosa.
3. Manfaat
Penelitian ini diharapkan memberi manfaat sebagai berikut:
3.1. Memberikan informasi mengenai aktivitas ekstrak etil asetat L. papillosa dan
fraksinya
terhadap Vibrio sp. dan A. hydrophila
3.2. Memberikan sumbangan di bidang budidaya perikanan mengenai alternatif pemecahan
masalah dalam mengatasi infeksi Vibrio sp. pada budidaya ikan air laut dan infeksi A.
hydrophila pada budidaya ikan air tawar.
3.3. Memberikan sumbangan pada literatur primer tentang kandungan senyawa antibakteri yang
terdapat pada L. papillosa.
4. Waktu dan Tempat
Penelitian identifikasi kandungan kimia ekstrak etil asetat L. papillosa dan aktivitas
terhadap bakteri patogen ikan dilaksanakan pada bulan April 2013-Agustus 2014. Proses
ekstraksi hingga uji aktivitas antibakteri dilakukan di Laboratorium Hidrobiologi Jurusan
Perikanan. Analisis LC-MS dilakukan di Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pengolahan
Produk dan Bioteknologi Kelautan dan Perikanan, Jakarta dan GC-MS dilakukan di
Laboratorium Kimia Universitas Gadjah Mada.
Download