BAB 2 MODEL NEURON HODGKIN-HUXLEY 2.1 Potensial Membran Saluran ionik pada membran terlihat sebagai pori makroselular. Saluran tersebut dapat melewatkan molekul memasuki membran. Terdapat saluran antara bagian dalam dan luar sel. Terdapat banyak tipe saluran ionik. Sebagai contoh, kita bisa lihat itu dapat terbuka yang bergantung pada potensial atau menseleksi molekul yang akan melewatinya. Dua diantaranya bergantung pada potensial yaitu saluran sodium dan saluran potassium (Jackson MB 2006). Disebut saluran sodium karena khusus untuk ion sodium. Faktanya, mereka memiliki kekhususan: mereka bisa dalam keadaan aktif atau tidak aktif. Saluran potassium terbuka dan tertutup dengan delay. Saluran leak (kebocoran) selalu terbuka. Neuron ditutupi sebuah membran yang membatasi bagian dalam sel dari bagian luar sel. Dalam sel, konsentrasi ion berbeda dari cairan yang mengelilinginya. Perbedaan konsentrasi menghasilkan potensial listrik yang berperan penting dalam Dinamika neuronal. Ketika neuron tidak mengirim sinyal, disebut “keadaan istirahat”. Dalam kasus ini, bagian dalam neuron negative dibandingkan dengan bagian luarnya. Saat istirahat, ion potassium (K+) dapat memasuki membran dengan mudah. Juga saat istirahat, saluran sodium (Na+) mengalami kesulitan saat melewatinya. Muatan negatif molekul protein di dalam neuron tidak dapat melewati membran. Ketika beda potensial antara dalam dan luar neuron diukur, kita dapatkan potensial istirahat. Potensial istirahat membran neuron adalah sekitar -70 mV, artinya bagian dalam neuron memiliki potensial 70 mV lebih kecil dibandingkan bagian luarnya. Ketika istirahat, terdapat lebih banyak ion sodium di luar neuron dan lebih banyak ion potassium di dalam neuron (Corson N et al 2007). Pada potensial equilibrium aliran ion melewati membran tidak berhenti, ion selalu bergerak, tetapi yang memiliki nomor ionik sama akan mengalir dalam 6 arah yang sama. Keadaan equilibrium dapat diprediksi melalui persamaan Nernst, pada membran sel berbentuk; vS RT [ S ] out ln zF [ S ]inp (1) Potensial istirahat memberikan informasi kepada kita apa yang terjadi ketika neuron istirahat. Potensial aksi terjadi ketika neuron mengirim informasi melewati axon menjauhi tubuh sel. Ahli syaraf menggunakan nama lain, seperti ”spike” atau ”impulse” untuk potensial aksi. Potensial aksi adalah sebuah ledakan dari aktivitas listrik yang terbentuk dengan arus depolarisasi. Artinya, sebuah stimulus menyebabkan potensial istirahat bergerak ke arah 0 mV. Ketika polarisasi naik sekitar -55 mV, neuron akan mengalami potensial aksi. Ini yang disebut batas ambang. Jika neuron tidak melewati batas ambang, tidak terjadi potensial aksi (Corson N et al 2007). Potensial aksi disebabkan oleh pertukaran ion melewati membran neuron. Sebuah stimulus awal menyebabkan saluran sodium terbuka. Karena banyak ion sodium dibagian luar dan dibagian dalam neuron bernilai negatif dibandingkan bagian luarnya, menyebabkan ion sodium menekan memasuki neuron. Karena sodium bermuatan positif, neuron menjadi bermuatan positif dan terjadi depolarisasi. Mengambil waktu sebelum saluran potassium terbuka. Ketika keduanya terbuka, potassium menekan keluar sel, mengembalikan keadaan depolarisasi. Dengan tiba-tiba, saluran sodium mulai menutup. Hal ini menyebabkan potensial aksi kembali ke keadaan -70 mV (repolarisasi). Potensial aksi seringkali melewati -70 mv (terjadi hiperpolarisasi) karena saluran potassium terbuka terlalu lama. Secara bertahap, konsentrasi ionik kembali pada keadaan istirahat dan potensial sel kembali menjadi -70 mV (Corson N et al 2007). 7 2.2 Model Sirkuit Hodgkin – Huxley Model ini menggunakan sirkuit listrik yang memiliki kandungan fisis seperti konduktivitas ionik yang digambarkan dengan sebuah elemen sirkuit berupa resistor (Hodgkin AL & Huxley AF 1952; Marquie P 2004). Tegangan melewati membran memiliki analogi tegangan yang melewati resistor. Salah satu penggambaran pori ionik yang selektif terhadap arus ionik. Akan kembali dibahas bahwa konduktivitas pori tergantung dari tegangan. Gambar 2. Model sirkuit membran Hodgkin-Huxley Dalam sirkuit yang analogi dengan axon, hambatan aliran ionik melewati membran digambarkan dengan gK, gNa, dan gL. Hambatan dari gerakan ionik di dalam axon pada suatu arah digambarkan dengan elemen longitudinal dengan hambatan persatuan panjang, bernilai tetap dan lebih tinggi dari medium dibandingkan dengan bagian luar membran (axon memiliki jari-jari yang kecil sehingga hambatannya menjadi besar). Ukuran finite dari membran diasosiasikan dengan kandungan kapasitansinya yang sebanding dengan muatannya. Kita harus ingat, bahwa bentuk axon adalah silinder, sehingga perlu adanya modifikasi dalam menganalogikan. Terdapat sebuah hubungan q ( x, t ) 2aCv ( x, t ) (2) Sekarang kita asumsikan tegangan jepit digunakan pada axon sehingga q = q(t), i = i(t), dan v = v(t) kemudian setiap titik dari axon memiliki tegangan yang sama secara serempak. Berarti muatan tidak akan bergerak longitudinal. Ini 8 hanya dapat berubah dengan arus yang membawa ion melewati membran sel. Dalam kasus ini, perubahan muatan internal rata-rata dapat ditulis, dq 2 aI i dt (3) Arus i dapat diekspresikan menjadi penjumlahan INa, IK,dan IL (sodium, potassium dan ion lainnya) yang berelasi dengan beda potensial yang menyebabkannya. Seperti persamaan berikut; dq 2a ( I Na I K I L ) dt (4) I Na g Na (v v Na ) (5) I K g K (v v K ) I L g L (v v L ) Dimana vNa, vK dan vL menggambarkan potensial membran karena adanya berkontribusi dari ion Na, K, dan L. Lebih jauh, persamaaan (4) dapat ditulis kembali sebagai, dv 1 g Na (v)(v v Na ) g K (v)(v v k ) g L (v v L ) I eks dt C (6) Dengan asumsi bahwa gL konstan. Pada titik ini Hodgkin-Huxley dan Katz menganalisis listrik secara langsung dan menghitung mekanisme yang mungkin dari konduktivitas ionik yaitu g Na dan g K. Setelah membuat trial and error model, dengan kerja keras dipecahkan melalui kalkulkator mekanik. Mereka menemukan bahwa diperlukan tiga buah variabel n, m dan h pada Dinamika ion pori. Hipotesis ini secara kuantitatif mungkin berkaitan dengan penggambaran konsentrasi pada protein yang harus diberikan untuk membuka atau menutupnya sebuah pori. Bagaimanapun, persamaan ini menggunakan data experimen bukan berasal dari pemahaman dasar dari mekanisme molekular (Jackson MB 2006). Hodgkin-Huxley mendefinisikan, 9 g Na g Na m 3 h (7) gK gK n4 (8) Dimana g adalah parameter konduktivitas yang konstan. Mereka mengajukan n, m dan h sensitif terhadap tegangan pada jembatan protein. Mereka membuat persamaan diferensial yang bergantung tegangan, yang digambarkan, dn n ( v )(1 n) n ( v ) n dt (9a) dm m (v )(1 m) m ( v) m dt (9b) dh h ( v )(1 h) h ( v ) h dt (9c) Dengan beberapa variabel yang diasumsikan, m (v ) 0.1(v 40)(1 e (v 40 ) / 10 ) 1 , m (v ) 4e ( v 65 ) / 18 h (v) 0.07e ( v 65) / 20 , h (v) (e ( v 35) / 10 1) 1 (10a) (10b) n (v) 0.01(v 55)(1 e ( v 55) / 10 ) 1 , n (v) 0.125e ( v 65) / 80 (10c) Nilai konstanta lain yang terdapat pada persamaan yaitu g Na = 120, g K = 36 dan g L = 0.3 mmho cm-2, vNa = 50 mV, vK = -77 mV dan vL = -54.4 mV. Dari persamaan diatas (6 dan 9) terdapat empat persamaan diferensial biasa yang terkopel sehingga berdimensi (v, n, m, h) yang merupakan inti persamaan Hodgkin-Huxley. Kesuksesan dalam model ini adalah yaitu kemampuannya untuk memprediksi secara akurat hasil dari banyak pengamatan eksperimen. 2.3 Pengaruh Suhu Pada Model Hodgkin Huxley Model Hodgkin Huxley original dikembangkan berdasarkan hasil eksperimen pengukuran pada suhu 6.30C. untuk suhu yang berbeda maka terdapat 10 faktor koreksi terhadap variabel dan , dan sangat efektif untuk banyak aplikasi (Fitzhugh R 1966; Kuang S 2008). Faktor koreksi tersebut adalah berupa mengkalikan bagian kanan persamaan (9) dengan faktor suhu k, k 3 (T 6.3) / 10 2.4 (11) Propagasi Potensial Aksi Untuk propagasi potensial aksi, membrannya tereksitasi di atas ambang. Di bawah kondisi ini, persamaan sebagai berikut : im cm v m iion v m , t t (12) dengan iion adalah arus ionik tiap unit panjang. Melalui substitusi Persamaan (12) ke Persamaan kabel (lampiran 1) berikut : 1 2 vm im ri re x 2 (13) Diperoleh persamaaan atas-ambang yang sesuai adalah. : v 1 2 vm c m m iion (v m , t ) 2 ri re x t (14) Pada kondisi ini, untuk kasus khusus serat lingkar dengan radius a, parameter rm, cm, dan ri pada Persamaan (14) bisa diekspresikan dalam bentuk Rm, Cm, dan σi, yaitu secara berurutan, resistansi membran dikali unit luas, kapasitansi per unit luas, dan konduktivitas intraselular: r m = Rm 2a cm = 2πaCm ri = 1 a 2 i 11 Dengan potensial membran lagi-lagi dinyatakan dalam bentuk deviasi dari nilai potensial diamnya (resting potential), Vr. Jika diasumsikan kabel melingkar dan re = 0, didapatkan, a i 2 v m v C m m I ion (v m , t ) 2 2 x t (15) Dengan Iion adalah arus ionik tiap unit luas membran. Dengan mengganti nilai Iion, didapatkan a i 2 m C m m g K ( m Vr E K ) g Na ( m Vr E Na ) g L ( m Vr E L ) (16) 2 2 x t Variasi pada konduktansi g K dan gNa diberikan oleh persamaan (7) dan (8) (Hodgkin AL & Huxley AF 1952; Gulrajani RM 1998; Muratov CB 2008). 2.5 Hipotesis Propagasi “Seragam” Untuk mencari solusi dari potensial aksi propagasi, bagaimanapun, harus dipecahkan persamaan differensial parsial (16). Pada tahun 1952, dengan hanya menggunakan kalkulator mekanik sebagai panduannya, Hodgkin dan Huxley tidak memecahkan Persamaan (16). Namun, dengan dibantu pengamatan eksperimennya, mereka mengasumsikan bahwa potensial aksi muncul dengan kecepatan konstan sepanjang akson, dan, karena sifat regeneratif dari membran, tanpa adanya penurunan atau distorsi pada bentuk gelombangnya. Propagasi tanpa penurunan dengan kecepatan konstan ini dinamakan propagasi “seragam” . Sebagai hasilnya, dapat ditulis 2 m 1 2 m x 2 2 t 2 Persamaan (17) terkenal sebagai “persamaan (17) gelombang”, yang menunjukkan posisi dari potensial aksi pada dua tempat sepanjang akson pada 12 waktu 0 dan t. Jika dimisalkan saat t = 0, variasi ruang dari potensial aksi sepanjang akson diberikan oleh ύm(x), di bawah dua asumsi dari Hodgkin dan Huxley, dapat dengan mudah dilihat bahwa untuk tiap nilai x dan t, harus diperoleh hubungan m ( x, t ) m ( x t ) (18) Akibatnya bisa ditulis turunan berikut: m 2 m v 'm , v "m x x 2 (19) 2 m v m 2v "m v ' m , 2 t t (20) dengan persamaan awal menyatakan turunan dari ύm terhadap nilai (x – t). Jelas, dari Persamaan (19) dan (20), vm memenuhi persamaan gelombang Persamaan (17). Dengan melakukan substitusi Persamaan (17) ke dalam Persamaan (16), didapatkan ai d 2vm dv Cm m gK vm Vr EK gNavm Vr ENa gL vm Vr EL 2 2 2 dt dt (21) Jika Persamaan (16) merupakan persamaan turunan parsial, maka persamaan (21) adalah persamaan turunan biasa. Hodgkin dan Huxley memecahkan Persamaan (21) dengan menggunakan prosedur trial-and-error yang melibatkan penerkaan nilai awal untuk kecepatan , dan menghitung hasil vm(t). Pemilihan nilai awal yang salah mengakibatkan nilai vm(t) yang mendekati takhingga. Solusi konvergen dari vm(t) hanya dihasilkan untuk nilai yang sesuai dengan kecepatan propagasi yang diamati pada pengamatan eksperimental pada bahan akson gurita. Lebih jauh lagi, solusi bentuk gelombang vm(t) dari nilai ini sangat mirip dengan bentuk gelombang dari potensial aksi eksperimental, sehingga melengkapi pengabsahan yang indah dari hipotesis propagasi seragam. (Gulrajani RM 1998; Muratov CB 2008). 13 Dengan mengasumsikan karakteristik membran (Cm, gK, g Na, gL) tetap tak berubah, setiap solusi dari Persamaan (21) tetap merupakan solusi jika nilai aσi/2Cm 2 konstan (=1/K). Lalu, kecepatan propagasi yang baru didapatkan dengan berbagai cara selain yang mempengaruhi membran, misalnya, yang didapatkan dengan merubah konduktivitas aksoplasmik atau dengan mengubah diameter akson, yang harus memenuhi hubungan Ka i 2C m 1/ 2 (22) Hubungan di atas pertama kali didemonstrasikan oleh Hodgkin dan Huxley (1952), selama akson diasumsikan propagasi seragam. Dapat dilihat bahwa kecepatan propagasi sebanding dengan akar kuadrat dari radius akson (Muratov CB 2008).