isolasi, identifikasi dan selektivitas

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Indonesia adalah negara yang terletak di daerah tropis dengan paparan sinar
matahari sepanjang tahun. Sebagian penduduknya bekerja di luar ruangan sehingga
mendapat banyak paparan sinar matahari.
Selama radiasi sinar UV terjadi pembentukan Reactive Oxygen Species
(ROS) yang dapat menginduksi kerusakan fotooksidatif pada kulit yaitu, kerusakan
lipid seluler, protein, DNA, eritema, penuaan dini, fotodermatosis, dan kanker kulit
(Tedesco et al., .1997). Efek buruk radiasi sinar matahari pada kulit manusia dapat
menyebabkan sunburn, pigmentasi kulit, penuaan dini, bahkan paling parah dapat
menyebabkan kanker pada kulit manusia (Wang et al., 2008; Wilkinson & Moore,
2000). Radiasi Ultraviolet (UV) sinar matahari menyebabkan kerusakan pada kulit
manusia: kulit terbakar, bercak coklat, penebalan epidermis dan kulit kering (Moyal,
2012). UV B memiliki panjang gelombang 290-320 nm, radiasi ini merangsang
penyamakan kulit. Tanning muncul dalam 2-3 hari setelah terbakar sinar matahari
dan akan hilang dalam satu bulan. Sementara itu, UV A memiliki efek pigmentasi
yang lebih besar dari UV B (Moyal, 2012; Matts, 2006; Poskitt et al., 1979). Efek
buruk pejanan sinar matahari dapat dicegah dengan cara menghindari pejanan
berlebihan sinar surya, yaitu tidak berada di luar rumah pada jam 10.00 – 16.00,
memakai pelindung fisik seperti tabir surya topikal apabila memang kegiatan
mengharuskan berada di bawah terik matahari (Perwitasari et al., 1999).
1
Kulit mempunyai fungsi yang sangat vital sebagai organ tubuh paling luar,
yang menutupi dan melindungi organ tubuh lain dibawahnya dari gangguan fisik,
kimiawi, panas, mikroba (Standring, 2008).
Pelindung surya (suncreen) perlu digunakan karena untuk mencegah adanya
dampak negatif dari sinar matahari. Kosmetik tabir surya merupakan sediaan yang
biasanya digunakan pada kulit. Tabir surya umumnya mengandung bahan yang
berfungsi sebagai fotoprotektor. Fotoprotektor kimia yang sering digunakan dalam
sediaan kosmetik antara lain: benzofenon,
titanium oksida, seng oksida.
Benzofenon dan turunannya memiliki fotostabilitas yang sangat baik dan dapat
berfungsi sebagai penyaring sinar radiasi ultraviolet
(Wasitaatmadja, 1997).
Fotoprotektor kimia memiliki banyak kelemahan antara lain adanya reaksi iritasi
yang mungkin timbul juga banyaknya efek samping lain yang ditimbulkannya, oleh
karena itu orang berupaya memanfaatkan bahan alam untuk bahan kosmetika.
Senyawa yang memiliki aktivitas sebagai tabir surya antara lain turunan
benzofenon. Turunan benzofenon memiliki fotostabilitas yang sangat baik dan dapat
berfungsi sebagai penyaring sinar radiasi ultraviolet.
Tanaman yang mengandung senyawa fenolik dapat bekerja sebagai
photoprotector alami dan berfungsi sebagai jaringan pelindung terhadap kerusakan
akibat sinar matahari (Cumpelik, 1972). Tumbuhan daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl) mengandung senyawa golongan alkaloid dan flavonoid
yang berkhasiat sebagai antioksidan dan kanker (Harmanto, 2003). Wahyuningsih et
al., (2005a) telah berhasil mengisolasi senyawa Phalerin (4,5-dihidroksi,4’metoksibensofenon-3-O--D-glukosida) dari daun mahkota dewa
(Phaleria
macrocarpa (Scheff) Boerl). Phalerin mempunyai aktivitas sebagai antioksidan
2
secara in vitro (Wijonarko et al., 2005 dan 2006). Phalerin memiliki struktur yang
mirip
dengan
benzofenon
sehingga
adanya
kemiripan
struktur
tersebut
memungkinkan phalerin juga dapat berfungsi sebagai tabir surya.
Uji pendahuluan oleh Zulkarnain, et al (2013) menunjukkan bahwa sediaan
ekstrak etanol daun daun mahkota dewa memiliki aktivitas sebagai fotoproteksi
secara in vivo. Sediaan ekstrak etanol daun
daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff). Boerl.] 10% pada kelinci dalam bentuk sediaan lotion dan
krim memiliki aktivitas tabir surya dengan nilai SPF sebesar 7. Adanya aktivitas
tabir surya dari
daun daun mahkota dewa inilah yang menjadi mendorong
dilakukannya penelitian ini.
Lotion dan krim merupakan sediaan topikal yang memungkinkan pemakaian
yang merata pada kulit dan sediaan ini sering dipakai masyarakat sebagai tabir surya
(Jone, 2008). Kestabilan formula meliputi uji viskositas, daya sebar, daya lekat,
pH,
rasio volume pemisahan, stabilitas kandungan
kimia sediaan selama
penyimpanan. Data kuantitas SPF adalah sangat penting umtuk melihat keefektifan
sunscreen (Schalka dan Reis, 2011). Krim dan lotion merupakan sediaan topikal
yang cocok untuk bentuk sediaan tabir surya karena mudah dioleskan, terasa enak
dan menyenangkan. Oleh karena itu Lotion dan krim diharapkan dapat diperoleh
sediaan yang mempunyai aktivitas yang optimal sebagai tabir surya. Bahan aktif
yang digunakan dalam sediaan lotion dan krim adalah bahan hasil partisi daun daun
mahkota dewa, phalerin dan pembanding benzofenon. Phalerin digunakan sebagai
kontrol karena zat tersebut merupakan kandungan utama daun daun mahkota dewa
yang berfungsi sebagai tabir surya.
3
Potensi tabir surya dapat dinyatakan dengan Sun Protecting Factor (SPF)
yang menggambarkan kemampuan tabir surya dalam melindungi kulit dari eritema
(Stanfield, 2003). Nilai aktivitas SPF dalam sediaan tabir surya sangat penting
karena nilai SPF digunakan untuk mengevaluasi efektivitas tabir surya (Schalka &
Reis, 2011).
Adanya aktivitas tabir surya daun mahkota inilah yang menjadi dasar untuk
dilakukannya penelitian lebih lanjut tentang formulasi lotion dan krim tabir surya
dari hasil partisi daun daun mahkota dewa terhadap stabilitas fisik dan aktivitasnya
secara in vitro dan in vivo. Kajian ini penting untuk melihat apakah hasil partisi
daun daun mahkota dewa dalam sediaan lotion dan krim dapat digunakan sebagai
tabir surya. Selain itu formula yang diperoleh ini dapat digunakan sebagai sediaan
kosmetik tabir surya yang berasal dari bahan alam.
Sediaan semisolid dapat memberikan perlindungan kulit yang baik, bila
dibuat dengan bahan yang sesuai dan dilakukan optimasi formula sediaan tabir
surya. Beberapa basis yang digunakan untuk optimasi adalah setil alkohol, asam
stearat, trietanolamin, cera alba, span 80, minyak mineral dan tween. Setil alkohol
berfungsi sebagai penyerap air, emulgator dan emollient yang dapat meningkatkan
stabilitas sediaan, memperbaiki tekstur. Asam stearat berfungsi sebagai agen
pengemulsi dan peningkat daya larut. Cera alba berfungsi untuk meningkatkan
konsistensi sediaan.Trietanolamin berfungsi sebagai agen pengemulsi. Minyak
mineral berfungsi sebagai emolien, lubrikan dan pelarut. Sedangkan span 80 dan
tween berfungsi sebagai agen pengemulsi dan pembasah dalam sediaan kosmetik
(Rowe, 2009).
4
Salah satu metode untuk memperoleh formula optimum yaitu dengan teknik
menggunakan metode simplex lattice design. Teknik ini dapat menunjukkan efek
komposisi bahan yang dioptimasi terhadap respon. Interaksi dari masing-masing
bahan yang dioptimasi tersebut terhadap respon yang diamati (Bolton,2010).
B. Perumusan Masalah :
Rumusan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana komposisi bahan untuk optimasi
formula dari hasil partisi daun
mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.) ?
2. Apakah sediaan krim dan lotion (o/w dan w/o) hasil partisi daun mahkota dewa
(Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.) memiliki stabilitas fisik yang baik
sebagai tabir surya?
3. Berapakah nilai SPF formula krim dan lotion hasil partisi daun mahkota dewa
mampu berfungsi sebagai tabir surya secara in vitro dan in vivo ?
4. Apakah sediaan krim dan lotion hasil partisi daun mahkota dewa (Phaleria
macrocarpa (Scheff). Boerl.) memiliki efek iritasi pada model hewan coba ?
C. Tujuan Penelitian
1. Melakukan optimasi sediaan lotion dan krim hasil partisi daun mahkota dewa
untuk memperoleh formula terbaik.
2. Mengetahui sifat fisik dan stabilitas fisik sediaan krim dan lotion hasil partisi
daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff). Boerl.).
5
3. Mengetahui aktivitas formula lotion dan krim terpilih dari hasil partisi
daun
mahkota dewa sebagai tabir surya secara in vitro dan pengujian daya proteksi
surya secara in vivo.
4. Mengetahui adanya uji iritasi primer sediaan hasil partisi daun mahkota dewa
pada kelinci secara kualitatif dengan melihat perubahan kulit selama percobaan.
D. Manfaat penelitian
1. Penelitian tentang formulasi lotion dan krim dari hasil partisi daun
mahkota
dewa bermanfaat untuk pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi di bidang
kosmetika khususnya dan bidang farmasi umumnya.
2. Penelitian ini dapat memberikan informasi ilmiah tentang formula optimal krim
dan lotion
hasil partisi daun mahkota dewa (Phaleria macrocarpa (Scheff).
Boerl.) sebagai tabir surya. Oleh karena itu, diharapkan formula
optimal dari
krim dan lotion ini menjadi salah satu alternatif kosmetik tabir surya yang berasal
dari bahan alam.
E. Keaslian Penelitian
No
1
2
Authorshif/
tahun
Zulkarnain e
tal., 2013
Tambunan
et al., 2006
Judul
Persamaan
Perbedaan
stabilitas fisik lotion o/w
dan w/o ekstrak buah
daun mahkota dewa
sebagai tabir surya
Sediaan lotion,
Uji stabilitas,
Tabir surya
Daun mahkota
dewa
Menggunakan buah
Penelitian ini
menggunakan daun daun
mahkota dewa
Penentuan Struktur Kimia
Antioksidan Benzofenon
Glikosida dari Ekstrak
Buah Daun mahkota dewa
Dari tanaman
Daun mahkota
dewa
Sampel dari hasil isolasi
Buah Daun mahkota
dewa
Penelitian ini digunakan
hasil partisi daun
6
Lanjutan…
No Authorshif/
tahun
Judul
Persamaan
Perbedaan
3
Wahyu
ningsih
et al.,2005
Phalerin, Glukosida
Benzophenon Baru
Diisolasi dari Ekstrak
Metanol Daun mahkota
dewa
Tanaman Daun
mahkota dewa
Sampel adalah hasil
isolasi. Sedangkan
penelitian ini digunakan
hasil partisi
5
Wijonarko
et al., 2005
Aktivitas Phalerin Hasil
Isolasi dari Daun Daun
mahkota dewa sebagai
pemacu fagositosis
makrofag In Vitro
Tanaman Daun
mahkota dewa
6
Wijonarko
et al., 2006
Aktivitas Antiradikal
Phalerin Hasil Isolasi dari
Daun Daun mahkota
dewa [Phaleria
macrocarpa (Scheff).
Boerl.
Tanaman Daun
mahkota dewa
Sampel hasil isolasi, uji
imunomodulator.
Penelitian ini digunakan l
partisi dibuat sediaan
sebagai tabir surya tabir
surya
Sampel hasil isolasi, diuji
aktivitas anti oksidan.
Peneelitian ini sampel
hasil partisi dan sediaan
diuji tentang tabir surya
Berdasarkan penelusuran pustaka, belum ditemukan penelitian tentang
formulasi sediaan krim dan lotion tabir surya hasil partisi daun daun mahkota dewa.
Kebaharuan yang diangkat dalam penelitian ini adalah 1). Memberikan bukti tentang
hasil partisi daun daun mahkota dewa memiliki nilai SPF yang berpotensi sebagai
tabir surya secara in vitro dan in vivo. 2). Optimasi formula sediaan krim dan lotion
dari hasil partisi daun daun mahkota dewa sebagai tabir surya dari bahan alam.
7
Download