BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN 2.1 Landasan Teori dan Konsep 2.1.1 Kinerja karyawan Robbins (2009:629) mengemukakan kinerja karyawan merupakan sebuah fungsi interaksi kemampuan, motivasi, dan peluang untuk berkinerja. Wirawan (2009:5) mengemukakan bahwa kinerja merupakan keluaran yang dihasilkan oleh fungsi-fungsi atau indikator-indikator suatu pekerjaan atau suatu profesi dalam waktu tertentu. Kinerja adalah suatu hasil kerja yang dicapai seseorang yang bertujuan untuk mencapai efektivitas organisasi (Patrick & Kumar, 2011). Hasibuan (2009:121) menyatakan bahwa kinerja merupakan perwujudan kerja yang dilakukan oleh karyawan yang biasanya dipakai sebagai dasar penilaian terhadap karyawan atau organisasi. Kinerja yang baik merupakan langkah untuk tercapainya tujuan organisasi. Sehingga perlu diupayakan usaha untuk meningkatkan kinerja, tetapi hal ini tidak mudah sebab banyak faktor yang mempengaruhi tinggi rendahnya kinerja seseorang. Mangkunegara (2009:9) menyatakan bahwa kinerja sumber daya manusia adalah pretasi kerja atau hasil kerja (output) baik kualitas maupun kuantitas yang dicapai sumber daya manusia persatuan periode waktu dalam melaksanakan tugas kerjanya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikannya. Rivai (2008:131) menyatakan bahwa kinerja merupakan perilaku nyata yang ditampilkan setiap orang sebagai prestasi kerja yang dihasilkan oleh karyawan sesuai dengan 9 perannya dalam perusahaan. Kinerja karyawan merupakan suatu hal yang sangat penting dalam upaya perusahaan untuk mencapai tujuannya. Berdasarkan pendapat beberapa ahli diatas maka kinerja merupakan hasil kerja yang dihasilkan baik dari segi kualitas maupun kuantitas pekerjaannya dan dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan perannya didalam organisasi atau perusahaan, dan disertai dengan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan dalam menyelesaikan pekerjaannya dan dalam periode tertentu. 2.1.2 Standar kinerja karyawan Menurut Wirawan (2009:68) standar kinerja karyawan perlu memenuhi beberapa persyaratan yang dapat digunakan sebagai tolak ukur dalam mengukur kinerja, yaitu: 1) Ada hubungan relevasinya dengan strategi perusahaan. 2) Mencerminkan keluhuran tanggung jawab karyawan dalam melaksanakan pekerjaannya. 3) Memperhatikan pengaruh faktor-faktor di luar control karyawan. 4) Memperhatikan teknologi dan proses produksi 5) Sensitif, mampu membedakan antara kinerja yang dapat diterima dan tidak dapat diterima. 6) Memberikan tantangan kepada para karyawan. 7) Realistis. 8) Berhubungan dengan kerangka waktu pencapaian standar. 9) Dapat diukur dan ada alat ukur untuk mengukur standar. 10 10) Standar harus konsisten. 11) Standar harus adil. 12) Memenuhi ketentuan undang-undang dan peraturan ketenagakerjaan. 2.1.3 Dimensi kinerja karyawan Caroline & Susan (2012) menyatakan bahwa kinerja diukur menggunakan dua indikator yaitu employee productivity (produktivitas karyawan) dan service delivery. Employee productivity adalah adalah suatu penilaian efisiensi pekerja atau kelompok pekerja. Produktivitas dapat dievaluasi dalam hal output dari seorang karyawan dalam jangka waktu tertentu. Sedangkan service delivery merupakan sekumpulan proses manajerial yang memiliki fokus utama pada customer dari semua layanan teknologi informasi, yang menjamin bahwa layananlayanan tersebut dapat digunakan sesuai fungsinya untuk mendukung kegiatan bisnis. Wirawan (2009 : 80) menjelaskan pengembangan dimensi dan indikator instrumen evaluasi kinerja adalah dari sebagai berikut. 1) Dimensi hasil kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) Kuantitas hasil kerja, (2) Kualitas hasil kerja, dan (3) Efisiensi dalam melaksanakan tugas. 2) Perilaku kerja yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) Disiplin kerja, (2) Inisiatif, dan (3) Ketelitian. 3) Sifat pribadi yang terdiri dari tiga indikator yaitu: (1) Kepemimpinan, (2) Kejujuran, dan (3) Kreativitas. 11 2.1.4 Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan Menurut Le Tran & Chiou-su (2015) beberapa faktor yang mempengaruhi kinerja karyawan yaitu: 1) Kepemimpinan, kepemimpinan adalah suatu proses dimana seorang individu mempengaruhi sekelompok individu untuk mencapai tujuan bersama (Northouse, 2007). 2) Coaching, faktor ini telah menjadi teknik penting untuk meningkatkan kinerja (Champathes, 2006). Ini bukan komunikasi satu arah dan terbukti menjadi komunikasi dua arah di mana pelatih mengidentifikasi apa yang dapat ditingkatkan dan bagaimana hal itu dapat ditingkatkan. 3) Participation, Chen & Tjosvold (2006) mengungkapkan bahwa manajemen partisipasi adalah tentang melibatkan karyawan dalam proses pengambilan keputusan di mana karyawan merasa bahwa karyawan memiliki kesempatan untuk membahas masalah dan dapat mempengaruhi keputusan organisasi. Dampak keseluruhan dari partisipasi tersebut adalah meningkatnya kinerja karyawan. 4) Motivation, Green (2000) menyatakan bahwa motivasi sangat penting untuk meningkatkan kinerja karyawan. Jadi, manajemen harus bisa memotivasi karyawan agar karyawan tetap produktif dalam bekerja. 2.1.5 Pengembangan karir Karir adalah perjalanan yang dilalui seseorang selama hidupnya. Menurut Handoko (2012:123), karir adalah semua pekerjaan atau jabatan yang ditangani 12 atau dipegang selama kehidupan kerja seseorang. Dengan demikian, karir menunjukan perkembangan para pegawai secara individual dalam jenjang jabatan atau kepangkatan yang dapat dicapai selama masa kerja dalam suatu organisasi. Praktek pengembangan karir merupakan suatu pelaksanaan rencana karir seperti yang diungkapkan oleh Handoko (2012:123) bahwa, “Pengembangan karir adalah peningkatan-peningkatan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir.” Menurut Siagian (dalam Baroroh, 2010), pengembangan karir adalah perubahan–perubahan pribadi yang dilakukan seseorang untuk mencapai suatu rencana karir. Pareek dan Rao (2012) berpendapat bahwa pengembangan karir karyawan harus dilihat sebagai investasi, bukan biaya; dan bahwa kinerja yang buruk, kebodohan dan komitmen rendah itu merupakan biaya dalam suatu organisasi. Hal ini menunjukkan bahwa kunci untuk mencapai kinerja yang optimal terletak pada memiliki karyawan yang bersedia bekerja, dikelola dengan baik, baik memimpin, baik termotivasi dan selalu reskilling. Pengembangan karir sangat penting untuk karyawan dan organisasi. Hal ini karena ada interaksi antara organisasi dan pengembangan organisasi melalui karir karyawan (Armstrong, 2001). Sebuah sistem pengembangan karir yang dirancang dengan baik memungkinkan organisasi untuk memanfaatkan asetnya untuk kepegawaian dan promosi dengan menyesuaikan keterampilan, pengalaman, dan aspirasi karyawan dengan kebutuhan organisasi. Selain itu, memungkinkan manajemen untuk membuat keputusan kompensasi dan perencanaan untuk menarik, mempertahankan dan memotivasi karyawan, sehingga tenaga kerja lebih terlibat dan produktif (Kapel & Shepherd, 2004). 13 Menurut Nawawi (2005:289) pengembangan karir adalah suatu rangkaian (urutan) posisi atau jabatan yang ditempati sesorang selama masa kehidupan tertentu. Pengembangan karir meliputi manajemen karir dan perencanaan karir. Perencanaan karir adalah proses yang dilalui oleh individu karyawan untuk mengidentifikasikan dan mengambil langkah-langkah untuk mencapai tujuan karirnya. Definisi diatas menunjukkan bahwa pengembangan karir harus dilalui dengan penyusunan prasyarat yang harus dimiliki oleh seorang karyawan guna mendukung peningkatan karirnya. Syarat-syarat itu sifatnya saling mendukung, dalam arti setiap peningkatan karir harus melalui beberapa criteria seperti prestasi, bobot pekerjaan, adanya lowongan, efisiensi dan lainnya. 2.1.6 Tujuan pengembangan karir Menurut Moekijat (2010:90) bahwa tujuan pengembangan karir adalah sebagai berikut. 1) Untuk mengembangkan keahlian sehingga pekerjaan dapat diselesaikan dengan cepat dan efektif 2) Untuk mengembangkan pengetahuan sehingga pekerjaan dapat diselesaikan secara rasional 3) Untuk mengembangkan sikap sehingga menimbulkan kemauan kerja sama dengan teman-teman sesama karyawan dengan pimpinan. 14 2.1.7 Kegiatan pengembangan karir Marwansyah (2012:224) mengemukakan bahwa sarana pengembangan karier meliputi keterampilan, pendidikan dan pengalaman serta teknik- teknik modifikasi dan perbaikan perilaku, yang memberikan nilai tambah sehingga memungkinkan seseorang untuk bekerja lebih baik. Metode yang lazim digunakan adalah penyuluhan karier, penyediaan informasi tentang perusahaan atau organisasi, sistem penilaian kinerja dan lokakarya. Pihak perusahaan sering mengadakan program-program pelatihan dan pengembangan bagi karyawan untuk mengarahkan pengembangan karir agar menguntungkan perusahaan dan karyawan. Perusahaan juga perlu mengusahakan dukungan manajemen, memberikan umpan balik kepada karyawan dan membangun suatu lingkungan kerja yang baik untuk meningkatkan kemampuan dan keinginan karyawan dalam melaksanakan pengembangan karir. Program– program pelatihan dan pengembangan yang dilakukan perusahaan dapat efektif dan efisien sehingga tidak menimbulkan kejenuhan dalam pekerjaan. Mahmoda (2005:18) menyatakan bahwa, dalam pekerjaan diperlukan adanya suatu pengembangan karir yang meliputi: mutasi, promosi dan demosi. 2.1.8 Motivasi kerja Robbins dan Judge (2008:214) menyatakan bahwa motivasi kerja sebagai proses yang menyebabkan intensitas (intensity), arah (direction) dan usaha terusmenerus (persistence) individu menuju pencapaian tujuan. Intensitas menunjukkan seberapa keras seseorang berusaha, tetapi intensitas tinggi tidak 15 mungkin mengarah pada hasil kinerja yang baik, kecuali usaha dilakukan dalam arah yang menguntungkan organisasi, oleh karena itu harus dipertimbangkan kualitas usaha maupun intensitasnya. Motivasi kerja mempunyai dimensi usaha terus-menerus. Motivasi kerja merupakan ukuran berapa lama seseorang dapat menjaga usaha mereka. Individu yang termotivasi akan menjalankan tugas cukup lama untuk mencapai tujuannya. Hasibuan (2009:216) menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan suatu cara bagaimana mendorong gairah kerja bawahan agar mereka mau bekerja keras dengan memberikan semua kemampuan dan keterampilannya untuk mengwujudkan tujuan perusahaan. Menurut Zameer et al., (2014) pada dasarnya kata motivasi berasal dari kata “motif”. Motif adalah kebutuhan, keinginan, dan keinginan dari orang-orang, sehingga motivasi karyawan berarti proses organisasi untuk mendorong karyawan dengan bentuk imbalan, bonus dan lainnya untuk mencapai tujuan organisasi. Simamora (2009:456) menyatakan bahwa motivasi kerja (motivation) adalah dorongan psikologis yang mengarahkan seseorang menuju sebuah tujuan. Uzonna (2013) menyatakan motivasi adalah kombinasi dari kebutuhan, penggerak dan insentif. Motivasi kerja didefinisikan sebagai proses yang dimulai dengan defisiensi fisiologis atau psikologis atau kebutuhan yang mengaktifkan perilaku yang ditujukan untuk tujuan atau insentif . Muogbo (2013) menyatakan motivasi kerja berasal dari kata “memotivasi”, berarti langkah, dorongan atau pengaruh untuk melanjutkan sesuatu dalam rangka memenuhi keinginan. Usman (2013:275) menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan alat yang digunakan agar bawahan mau bekerja keras dan bekerja cerdas sesuai dengan yang diharapkan. Wibowo 16 (2014:323) menyatakan bahwa motivasi kerja merupakan dorongan terhadap serangkaian proses prilaku manusia pada pencapaian tujuan, sedangkan elemen yang terkandung dalam motivasi meliputi unsur membangkitkan, mengarahkan, menjaga, menunjukkan intensitas, bersifat terus-menerus dan adanya tujuan. Berdasarkan pendapat para ahli di atas, motivasi kerja adalah keinginan yang terdapat pada diri seseorang individu yang merangsangnya untuk melakukan tindakan-tindakan. Dari segi dinamis, motivasi tampak sebagai suatu usaha positif dalam menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan daya serta potensi tenaga kerja, agar secara produktif berhasil mencapai dan mewujudkan tujuan yang ditetapkan sebelumnya, sedangkan apabila dilihat dari segi statis, motivasi akan tampak sebagai kebutuhan sekaligus sebagai perangsang untuk dapat menggerakkan, mengerahkan, dan mengarahkan potensi serta daya kerja manusia tersebut ke arah yang diinginkan. 2.1.9 Jenis-jenis motivasi kerja Heidjrachman dan Husnan (2009:204) menyatakan bahwa motivasi kerja dapat dibagi menjadi dua yaitu : 1) Motivasi positif Motivasi positif adalah proses untuk mencoba mempengaruhi orang lain agar menjalankan sesuatu yang kita inginkan dengan cara memberikan kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan hadiah. Ada beberapa cara positif yang bisa digunakan untuk memotivasi karyawan, antara lain : penghargaan 17 terhadap pekerjaan yang dilakukan, informasi, persaingan, partisipasi, kebanggaan, uang dan integrasi. 2) Motivasi negatif Motivasi negatif adalah proses untuk mempengaruhi seseorang agar mau melakukan sesuatu yang kita inginkan lewat kekuatan. Mode motivasi negatif, pada hakekatnya menggunakan unsur ancaman untuk memaksa seseorang melakukan sesuatu. Motif yang timbul pada karyawan adalah untuk melindungi agar kenikmatan yang telah diperoleh (seperti gaji yang tinggi, penghargaan) tidak berkurang. Seorang pimpinan hendaknya menerapkan kedua jenis motivasi tersebut pada perusahaan. Masalah utama dari penggunaan kedua jenis motivasi tersebut adalah proporsi penggunaannya dan kapan akan menggunakannya. Para pimpinan yang lebih percaya bahwa ketakutan akan mengakibatkan seseorang segera berkehendak, mereka akan lebih banyak menggunakan motivasi negatif, sebaliknya kalau pimpinan percaya kesenangan akan menjadi dorongan bekerja, ia akan menggunakan motivasi positif. Penggunaan masing-masing jenis motivasi harus mempertimbangkan situasi dan orangnya. 2.1.10 Teori motivasi kerja Motivasi kerja memegang peranan penting dalam menentukan berhasil tidaknya seseorang dalam melaksanakan tugas yang di bebankan kepadanya. Beberapa ahli telah mengadakan berbagai penelitian tentang motivasi. Adapun penelitian yang telah dilakukan menghasilkan berbagai pengertian tentang 18 motivasi adalah sebagai berikut. 1) Teori X dan Y Douglas Mc Gregor Mc Gregor dalam Robbins dan Judge (2008:225) menjelaskan teori motivasi dengan teori X dan teori Y. (1) Teori X berasumsi bahwa orang-orang pada umumnya lebih suka diarahkan, enggan memikul tanggung jawab dan lebih menginginkan keselamatan diatas segalanya. (2) Teori Y berasumsi bahwa orang-orang pada hakekatnya tidak malas dan dapat dipercaya. Menurut pendapat McGregor, motivasi kerja karyawan yang didasari oleh teori X haruslah untuk mendapatkan uang atau kebutuhan finansial saja, serta selalu menginginkan rasa aman, sedangkan dasar motivasi kerja karyawan yang didasari oleh teori Y adalah pengendalian dan penempatan diri sendiri. 2) Teori Hierarki Kebutuhan dari Maslow (2008:226) (1) Kebutuhan Fisiologikal, contoh kebutuhan ini adalah kebutuhan akan sandang, pangan, papan, istirahat, rekreasi, tidur dan hubungan seks. (2) Kebutuhan Keselamatan Keamanan (Safety Need, Security Needs), contohnya antara lain menabung, mendapatkan tunjangan pensiun, memiliki asuransi, memasang pagar, teralis pintu, dan jendela. (3) Kebutuhan sosial/berkelompok (Social Need, Love Needs, Belonging Needs, Affection Needs), contohnya antara lain membina keluarga, bersahabat, bergaul, bercinta, menikah dan mempunyai anak, bekerjsama, menjadi anggota organisasi. 19 (4) Kebutuhan Penghargaan (Esteem Needs, Egoistic Needs), contohnya antara lain ingin mendapat ucapan terima kasih, ucapan selama jika berjumpa, menunjukkan rasa hormat, mendapatkan tanda penghargaan (hadiah), menjadi legislatif, menjadi pejabat (mendapat kekuasaan), menjadi pahlawan, mendapat ijazah sekolah, status simbol dan promosi. (5) Kebutuhan Aktualisasi Diri (Self Actualization Needs, Self Realization Needs, Self Fulfillment Needs, Self Expression Needs) contohnya antara lain memiliki sesuatu bukan hanya karena fungsi tetapi juga gengsi, mengoptimalkan potensi dirinya secara kreatif dan inovatif, ingin mencapai taraf hidup yang serba sempurna atau derajat yang setinggitingginya, melakukan pekerjaan yang kreatif (menulis buku dan artikel), ingin pekerjaan yang menantang. 3) Teori Dua Faktor Teori dua faktor dari Fredrick Herzberg dalam Robbins dan Judge (2008:227) menjelaskan tentang teori dua faktor. Dalam memenuhi kebutuhan ada dua faktor yang menyebabkan timbulnya rasa puas atau tidak puas menurut Hezberg, yaitu: (1) Faktor penyebab ketidak puasan yang disebut faktor hygiene meliputi: gaji, kondisi kerja dan kebijaksanaan organisasi; (2) Faktor penyebab kepuasan atau faktor yang memotivasi meliputi: prestasi, pengetahuan, tanggungjawab, dan kemajuan. 20 2.1.11 Faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi kerja Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi motivasi kerja menurut J. Ravianto yang dikutip dalam buku Muogbo (2013) yaitu: atasan, rekan, sarana fisik , kebijaksanaan dan peraturan, imbalan jasa uang dan nonuang serta jenis pekerjaan dan tantangan. 2.2 Hipotesis Penelitian 2.3.1 Pengaruh pengembangan karir terhadap motivasi kerja karyawan Penelitian yang dilakukan oleh Bryan et al. (2008) menunjukkan pengembangan karir memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap motivasi kerja karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sungkono (2013) membuktikan bahwa pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi Kerja karyawan PT. Excel Utama Indonesia Karawang. Penelitian yang dilakukan oleh Bapiri & Alizad (2015) menunjukkan bahwa career development berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan di Sepah Bank. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H1 : Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap motivasi kerja karyawan Karya Mas Art Gallery. 2.3.2 Pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja karyawan Penelitian yang dilakukan oleh Bianca, dkk. (2013) menemukan bahwa pengembangan karir karyawan secara langsung memberikan pengaruh positif terhadap kinerja karyawan, yang artinya kinerja karyawan secara tidak langsung 21 juga mempengaruhi efektivitas perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Caroline & Susan (2014) menunjukkan bahwa kemajuan karir berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di Kenyatta University. Penelitian yang dilakukan oleh Hameed dan Waheed (2011) menyatakan bahwa pengembangan karyawan sangat mempengaruhi kinerja organisasi untuk kefektifan organisasi itu sendiri. Patrick & Kumar (2011) membuktikan dalam penelitiannya bahwa pengembangan karir karyawan berpengaruh positif dan signifikan di sebuah organisasi informasi dan teknologi di India. Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H2 : Pengembangan karir berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Karya Mas Art Gallery. 2.3.3 Pengaruh motivasi kerja terhadap kinerja karyawan Studi yang dilakukan oleh Chaudhary (2012) menunjukkan bahwa motivasi kerja karyawan memiliki dampak langsung pada produktivitas dan pertumbuhan. Peningkatan kinerja pekerjaan karyawan akan menambah nilai organisasi itu sendiri dan produktivitas karyawan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Zameer et al. (2014) menunjukkan bahwa motivasi secara signifikan dmempengaruhi kinerja karyawan di industri minuman Pakistan. Maya & Netra (2013) dalam penelitiannya menemukan bahwa motivasi memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan di PT. PLN (Persero) Distribusi Bali. Berdasarkan uraian tersebut, maka dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H3 : Motivasi kerja berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja karyawan Karya Mas Art Gallery. 22 2.3.4 Pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja karyawan melalui mediasi motivasi kerja Penelitian yang dilakukan oleh Akmal (2015) membuktikan bahwa motivasi kerja memediasi pengaruh pengembangan karir terhadap kinerja karyawan. Berdasarkan uraian tersebut, dapat dirumuskan hipotesis sebagai berikut. H4 : Motivasi kerja mampu memediasi hubungan antara pengembangan karir terhadap kinerja karyawan Karya Mas Art Gallery. 23