MK-Adelia Suryani

advertisement
UNIVERSITAS INDONESIA
STRATEGI PEMELIHARAAN
LOYALITAS PELANGGAN BISNIS KULINER
(Kasus pada Restoran The Onion Collective, Ubud, Bali)
Makalah Non-Seminar
Diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Komunikasi
Adelia Suryani
1106057834
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI
PERIKLANAN
DEPOK
DESEMBER 2014
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
HALAMAN PENGESAHAN
Karya ilmiah ini diajukan oleh
Nama
: Adelia Suryani
NPM
: 1106057834
Program Studi
: Ilmu Komunikasi - Periklanan
Fakultas
: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Jenis Karya
: Makalah Non Seminar
Nama Mata Kuliah
: Analisis Konsumen
Judul Karya Ilmiah
:
“STRATEGI PEMELIHARAAN
LOYALITAS PELANGGAN BISNIS KULINER
(Kasus : Restoran The Onion Collective, Ubud, Bali)”
Telah disetujui oleh dosen pengajar mata kuliah untuk diunggah di
lib.ui.ac.id/unggah dan dipublikasikan sebagai karya ilmiah sivitas akademika
Universitas Indonesia
Dosen Mata Kuliah
: Nadya Andayani
Ditetapkan di
: Depok
Tanggal
: 4 Desember 2014
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
STRATEGI PEMELIHARAAN
LOYALITAS PELANGGAN BISNIS KULINER
(Kasus : Restoran The Onion Collective, Ubud, Bali)
Adelia Suryani
Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Indonesia,
Depok, 16424, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang
penting, sebagai penghasil devisa nomor satu dan Bali merupakan destinasi wisata
yang paling diminati di Indonesia oleh wisatawan mancanegara maupun domestik.
Sektor pariwisata dipengaruhi oleh sektor bisnis lain dan yang paling utama adalah
bisnis kuliner. The Onion Collective adalah satu dari 400 restoran yang ada di Ubud,
Bali. Dengan persaingan yang sangat ketat, bisnis restoran tentu saja harus memelihara
loyalitas konsumen. Faktor yang harus diperhatikan dalam memelihara loyalitas
pelanggan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, harga, emosional faktor, dan
biaya yang dikeluarkan dalam bidang pemasaran. Selain itu, keterlibatan konsumen
pada produk dan restoran itu sendiri menjadi kunci utama untuk menciptakan loyalitas
konsumen. The Onion Collective sudah memenuhi faktor-faktor yang dapat
memelihara loyalitas pelanggan dan berhasil menjalankannya dengan baik.
THE STRATEGY OF CONSUMER LOYALTY
MAINTAINANCE IN CULINARY BUSINESS
(Case : The Onion Collective Restaurant, Ubud, Bali)
Abstract
Tourism in Indonesia is one of the most important economic sector as well as the
biggest foreign exchange earner in the country, and Bali is the most favorite travel
destination in Indonesia by domestic and international tourists. Tourism sector is
influenced by other businesses and the main thing is culinary business. The Onion
Collective is one out of 400 restaurants that based in Ubud, Bali. With a very tight
competition , of course, the restaurant business should maintain customer loyalty.
Factors to be considered in maintaining customer loyalty is product quality, quality of
service, price, emotional factors, and costs that incurred in the marketing field.
Therefore, contumer engagement to product and brand is one of the main key to create
a loyal customer. The Onion Collective has already maintained their customer loyalty
very well according to those factors, thus the creation of repeat purchases from
customers, customers also recommend The Onion Collective has already fulfilled
those factors to maintain their customer loyalty and managed to run it well.
Key Words : Customer Loyalty Factors, Customer Loyalty, Bali Culinary Business
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
PENDAHULUAN
Pariwisata di Indonesia telah dianggap sebagai salah satu sektor ekonomi yang
penting, sebagai penghasil devisa nomor satu. Disamping menjadi mesin penggerak
ekonomi, pariwisata juga merupakan wahana yang menarik untuk mengurangi angka
pengangguran, disamping itu juga dapat menjadi sarana untuk menjaga dan
memperbaiki lingkungan serta menumbuhkan rasa saling menghormati dan toleransi.
Hal ini tidak terlepas dari usaha pemerintah dalam mengambil langkah-langkah
kebijaksanaan pembangunan pariwisata. Pertumbuhan sektor pariwisata tidak luput
dari keterkaitannya dengan bisnis lain. Salah satu sektor bisnis yang paling
menguntungkan sektor pariwisata adalah bisnis kuliner. Terpuruknya beberapa bisnis
karena kurangnya permintaan dari konsumen, tidak berdampak pada bisnis kuliner.
Bisnis kuliner berupa restoran berskala menengah dan besar tercatat sebanyak 3.986
perusahaan pada tahun 2014, terdapat tambahan sebanyak 212 perusahaan sejak tahun
2013 (sumber : Badan Pusat Statistik Indonesia). Dari semua provinsi di Indonesia,
Bali merupakan salah satu provinsi yang paling berkembang dalam bisnis pariwisata
dan restorannya dengan memiliki target pasar yang lebih luas, warga negara Indonesia
dan juga warga negara asing.
Bali merupakan destinasi wisata di Indonesia yang paling diminati oleh
wisatawan mancanegara maupun domestik. Tahun 2012, wisatawan yang datang ke
bali sebanyak 2.826.209, pada tahun 2013 meningkat menjadi 3.278.598 wisatawan,
dan pada tahun 2014 lebih dari 5 juta wisatawan berkunjung ke Bali. Ubud, yang
terletak di tengah Pulau Dewata merupakan salah satu destinasi favorit para
wisatawan. Selain dengan suasana yang berbeda dari sisi Bali lainnya, seperti Kuta
dan Seminyak yang sudah dilabelisasi menjadi tempat kunjungan untuk berpesta dan
hura-hura, Ubud menjadi pilihan wisatawan untuk berelaksasi, melakukan yoga, dan
bermeditasi. Pertumbuhan pariwisata yang semakin meningkat di Ubud tentunya akan
merespon tumbuhnya industri kreatif penunjang pariwisata salah satunya bisnis
kuliner. Pertumbuhan bisnis kuliner yang semakin meningkat setiap tahun, tentunya
akan menciptakan persaingan yang semakin ketat. Oleh sebab itu perusahaan harus
memiliki brand image yang kuat, pelayanan dan produk yang memuaskan konsumen,
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
dan melakukan kegiatan pemasaran konvensional maupun digital sehingga dapat
menciptakan loyalitas konsumen.
Perkembangan teknologi dan ekonomi yang pesat memicu persaingan yang
juga ketat diantara bisnis restoran di Ubud, Bali. Terdapat lebih dari 430 restoran yang
menempati desa tersebut. Persaingan menjadi sangat ketat. Semua restoran berlombalomba memberikan diskon dan promo lainnya kepada para pelanggan. Hal ini
terbilang cukup sulit karena sebagian besar konsumen restoran tersebut merupakan
wisatawan yang berkunjung beberapa saat ke Ubud, sehingga sulitlah memiliki
konsumen yang loyal dan berkunjung berulang kali ke Ubud. Banyak restoran
memberikan promo kepada para wisatawan, tapi mereka lupa banyaknya ekspat dan
warga lokal yang juga merupakan pelanggan mereka. Terbilang sangat sedikit restoran
di Ubud yang memberikan layanan yang memuaskan agar para ekspat dan warga lokal
menjadi pelanggan setia mereka
Salah satu restoran di Ubud, Bali yang melakukan kegiatan pemasaran untuk
menyasar para ekspat dan warga lokal adalah The Onion Collective. The Onion
Collective merupakan sebuah restoran sekaligus penginapan (bed and breakfast) yang
sudah berdiri lebih dari dua tahun di Ubud, Bali. Konsep dari The Onion Collective ini
pun terbilang unik, dimana The Onion Collective memiliki filosofi untuk membangun
sebuah komunitas yang mereka bilang sebagai Tribe Onion, dimana para konsumen
akan diperlakukan sebagai teman dan menjadi bagian penting dari The Onion
Collective itu sendiri. Sebelumnya, The Onion Collective memiliki nama Delicious
Onion, dan baru tahun ini, lebih tepatnya Mei 2014, Onion melakukan re-branding
dan mengganti nama menjadi The Onion Colletive. The Onion Collective
memanfaatkan teknologi dengan baik dan sudah memiliki akun di social media, seperti
facebook, instagram, serta website. Selain itu, ia juga menggunakan situs airbnb.com
sebagai salah satu alat promosi akomodasi yang dimilikinya. The Onion Collective
juga menggunakan aplikasi whatsapp untuk melakukan kegiatan direct message
kepada konsumen setia mereka dan melalukan kegiatan-kegiatan eksklusif dengan
konsumen loyal mereka. Setiap alat promosi yang mereka miliki memiliki peran
masing-masing. Facebook page (www.facebook.com/theonionco) digunakan untuk
berbagi informasi tentang The Onion Collective serta menjadi tempat para konsumen
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
bisa memberikan saran dan kritik, serta berbagi foto ataupun informasi lainnya dari
konsumen. Instagram memiliki peran untuk membangun awareness. Website berperan
untuk memberikan informasi dasar, serta menjadi wadah untuk mengetahui The Onion
Collective lebih detail. Whatsapp Group digunakan sebagai wadah para konsumen
loyal mereka untuk berbagi pengalaman mereka bersama The Onion Collective, serta
wadah dimana para konsumen saling mengenal satu sama lain dan melakukan kegiatan
offline bersama, seperti Onion Mis-Adventure (melakukan perjalanan singkat setiap
akhir pekan bersama). Selain itu, The Onion Collective membuat sebuah membership
card secara gratis untuk para ekspat dan warga local yang sering berkunjung kesana
dan mendapatkan diskon 10% setiap hari, dan 50% setiap hari Sabtu. The Onion
Collective berhasil mendekatkan dirinya dengan konsumen sehingga konsumen
merasa memiliki sense of belonging terhadap The Onion.
KERANGKA PEMIKIRAN
LOYALITAS PELANGGAN
Gramer dan Brown (2006) memberikan definisi mengenai loyalitas, yaitu
derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari
suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif
terhadap penyedia jasa, dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia
jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasa ini. Dari definisi yang
disampaikan Gramer dan Brown, konsumen yang loyal tidak hanya seorang pembeli
yang melakukan pembelian berulang, tetapi juga mempertahankan sikap positif
terhadap penyedia jasa.
Menurut Oliver (dalam Taylor, Celuch, dan Goodwin, 1999:218) sebagai
komitmen yang tinggi untuk membeli kembali suatu produk atau jasa yang disukai di
masa mendatang, disamping pengaruh situasi dan usaha pemasar dalam merubah
perilaku. Dengan kata lain konsumen akan setia untuk melakukan pembelian ulang
secara terus-menerus.
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
Menurut Sutisna (2001: 41) Loyalitas konsumen dapat dikelompokkan kedalam
dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty).
Loyalitas konsumen dapat didefinisikan sebagai “sikap menyenangi terhadap suatu
merek yang direpresentasikan dalam pembelian yang konsisten terhadap merek itu
sepanjang waktu”.
Menurut Kotler bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja (atau hasil) yang dirasakan dengan harapannya. Jadi,
tingkat kepuasan adalah fungsi dari perbedaan antara kinerja yang dirasakan dengan
harapan. Kualitas termasuk semua elemen yang diperlukan untuk memuaskan tujuan
pelanggan, baik internal maupun ekternal, juga termasuk tiap-tiap item dalam kualitas
produk, kualitas layanan, performa perusahaan, ketersediaan produk dan jasa,
ketahanan produk, pemeliharaan brand dan produk, logistik, costumer service, billing,
pengiriman produk atau pengantaran jasa,
kegiatan pemasaran, biaya yang
dikeluarkan perusahaan secara keseluruhan.
Ada pula hal-hal yang harus diperhatikan dalam memelihara loyalitas
pelanggan. Menurut Swastha dan Handoko (dalam Joko Riyadi 2004: 83)
menyebutkan ada lima faktor utama yang mempengaruhi loyalitas konsumen, yang
pertama adalah kualitas produk atau asa. Kualitas produk yang baik akan secara
langsung mempengaruhi tingkat kepuasaan konsumen, sehingga dapat mengakibatkan
perilaku pembelian berulang-ulang oleh konsumen dan menciptakan loyalitas
pelanggan. Selain itu, kualitas pelayanan yang baik dan memuaskan akan membuat
nyaman para konsumen dan memiliki kepercayaan pada produk atau jasa tersebut.
Ketiga, adanya faktor emosional yang diartikan sebagai keyakinan pemilik usaha atau
penjual terhadap produknya, sehingga konsumen dapat merasakan emosi pemiliknya
di produk atau jasa yang dijual. Harga juga merupakan faktor penting yang
mempengaruhi loyalitas pelanggan Semua orang pasti menginginkan produk atau jasa
dengan kualitas terbaik dan dengan harga yang terbaik pula. Harga menjadi sebuah
akibat. Jika produknya baik, harga yang tinggi akan dimaklumi. Harga menjadi salah
satu tolak ukur pelanggan menilai produk atau jasa yang ia terima. Faktor kelima
menurut Swastha dan Handoko adalah biaya. Ketika sebuah perusahaan berani
mengeluarkan biaya yang tinggi dalam kegiatan pemasaran, promosi, serta
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
produksinya, konsumen percaya barang yang dihasilkan akan bagus sehingga
konsumen akan lebih setia dengan produk atau jasa tersebut.
Adapula pendapat Lupiyoadi (2006) yang mengemukakan bahwa dalam
meningkatkan kepuasan konsumen atau loyalitas konsumen ada lima factor yang perlu
diperhatikan yaitu, yang pertama adalah kualitas produk. Konsumen akan merasa puas
jika membeli dan menggunakan produk tersebut dan kualitasnya baik. Terdapat enam
elemen dalam kualitas produk yaitu : performance, durability, feature, reliability,
consistency dan design. Faktor yang kedua adalah harga. Bagi konsumen yang sensitif,
harga yang lebih murah adalah sumber kepuasan yang utama, karena mereka akan
mendapatkan value for money yang tinggi. Kualitas pelayanan menjadi faktor ketiga
yang harus diperhatikan. Komponen kualitas pelayanan terdiri dari tiga hal yaitu,
sistem, teknologi dan manusia. Faktor manusia memegang kontribusi terbesar 70%
diantara ketiganya sehingga tidak mengherankan kepuasan konsumen tidak dapat
selalu diikuti dan diukur secara kuantitas. Adanya faktor emosional yang diberikan
kepada pelanggan akan membantu memelihara loyalitas pelanggan. Komponen ini
berlaku untuk konsumen dengan gaya hidup. Rasa bangga, symbol sukses dan rasa
percaya diri, bagian orang penting dan sebagainya adalah contoh-contoh emotional
value yang mendasari kepuasan konsumen. Faktor yang terakhir menurut Lupiyoadi
adalah biaya dan kemudahan mendapatkan produk. Pelanggan akan merasa puas jika
biaya dan produk yang diperoleh relatif mudah, nyaman dan efisien dalam
mendapatkan produk dan pelayanan.
CUSTOMER ENGAGEMENT
Menurut Patterson (2006), customer engagement diartikan sebagai sebuah level
fisikal, kognitif, dan emosional yang muncul karena pelayanan sebuah perusahaan.
Customer engagement menjadi alat untuk menciptakan, membangun, serta
meningkatkan relasi dengan konsumen, yang merupakan strategi yang harus dilakukan
untuk meningkatkan dan mempertahankan performa bisnis dan memungkinkan
perusahaan dapat bersaing diantara persaingan yang ketat. Dari aspek emosional pada
customer engagement, muncul sebagai penggambaran mengenai tinggi/rendah
intensitas dan sisi afektif jangka panjang maupun pendek yang ditujukan pada sebuah
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
keterlibatan produk atau brand secara spesifik (Brodie, 2011). Keterlibatan yang
dirasakan oleh konsumen secara emosional ini menumbuhkan rasa aman, nyaman,
percaya, empati, puas, dan meumbuhkan sense of belonging di kalangan konsumen,
sehingga konsumen akan turut membagikan informasi mengenai bisnis ke koleganya,
serta melakukan pembelian berulang, dan peka terhadap brand lain (Jill Griffin, 2005)
Menempatkan customer engagement untuk mengatasi segala masalah yang ada,
keluhan, penerimaan saran, dan mengetahui kondisi pasar menjadi fondasi yang baik
bagi sebuah perusahaan untuk mempertahankan eksistensi dan memelihara hubungan
jangka panjang dengan pelanggan dengan megelola komunikasi dua arah yang baik.
Strategi ini menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan keterikatan pelanggan
dengan brand atau perusahaan, dan menciptakan loyalitas pelanggan (Cook, 2011, hlm.
14).
Menurut Griffin (2005:31), Pelanggan yang loyal merupakan harta yang paling
berharga bagi setiap perusahaan. Ada beberapa karakteristik dari pelanggan yang
loyal, karakteristik yang pertama, pelanggan melakukan pembelian berulang secara
teratur kepada brand tertentu. Kedua, adanya kegiatan pembelian antarlini produk dan
jasa. Ketiga, ketika pelanggan mereferensikan sebuah brand kepada orang lain, disini
pelanggan sudah terbilang memiliki loyalitas terhadap brand tertentu. Yang terakhir,
pelanggan menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing. Pada karakteristik
yang terakhir, jika pelanggan brand yang menjual barang fisik tidak melakukannya,
loyalitas pelanggan masih rendah, tapi dalam produk jasa, kekebalan terhadap tarikan
dari pesaing bisa terbilang tidak mungkin karena adanya nalar manusia yang ingin
mencoba yang lain dan tidak ingin berada di tempat dan kondisi yang sama terusmenerus.
Berdasarkan beberapa definisi loyalitas konsumen diatas dapat disimpulkan
bahwa loyalitas konsumen adalah kesetiaan konsumen yang dipresentasikan dalam
pembelian yang konsisten terhadap produk atau jasa sepanjang waktu dan ada sikap
yang baik untuk merekomendasikan orang lain untuk membeli produk. Indikasi
loyalitas yang sesungguhnya diperlukan suatu pengukuran terhadap sikap yang
dikombinasikan dengan pengukuran terhadap perilaku.
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
PEMBAHASAN
Pada makalah ini, penulis ingin berfokus pada faktor-faktor apa saja yang
membuat The Onion Collective, Ubud memiliki pelanggan yang loyal dan elemenelemen apa saja yang sudah dimiliki oleh restoran tersebut apakah sudah sesuai –jika
dihadapkan dengan teori loyalitas pelanggan atau belum. Serta, penulis ingin melihat,
strategi apa saja yang sudah digunakan restoran tersebut untuk memelihara loyalitas
pelanggannya.
Seperti yang sudah diuraikan sebelumnya, loyalitas digambarkan sebagai
derajat sejauh mana seorang konsumen menunjukkan perilaku pembelian berulang dari
suatu penyedia jasa, memiliki suatu desposisi atau kecenderungan sikap positif
terhadap penyedia jasa, dan hanya mempertimbangkan untuk menggunakan penyedia
jasa ini pada saat muncul kebutuhan untuk memakai jasa ini. Sebagai restoran, The
Onion Collective juga melakukan kegiatan-kegiatan untuk terjadinya pembelian
berkala dari pengunjungnya.
Berdomisili di Ubud, The Onion Collective memiliki target market yang
terbilang sangat sesuai dengan lokasi dan konsep dari restorannya. Sebagian besar
pengunjung Ubud adalah wisatawan asing yang ingin melakukan retreat yoga dan
berusaha hidup sehat, atau disebut juga dengan yogis. Selain itu, adanya sebuah coworking space yang menampung para ekspat dari seluruh dunia yang disebut juga
sebagai digital nomad, serta para penjelajah dari seluruh dunia yang melakukan
eksplorasi di desa kecil ini, yaitu para travelers. Ketiga kategori konsumen tersebut,
yaitu yogis (para turis dan penggiat yoga dari seluruh mancanegara), digital nomads
(orang-orang yang bekerja sambil bepergian dan membawa pekerjaanya dan hidup
berpindah-pindah), dan travelers (para pengunjung Ubud, Bali, baik turis maupun
backpackers) merupakan target utama dari The Onion Collective.
Penulis yang melakukan observasi lapangan pada bulan Juni-Agustus 2014
melihat adanya repetisi yang dilakukan para pelanggan The Onion Collective untuk
datang dan membeli produk makanan dan minuman di restoran ini. Lebih dari itu, para
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
pelanggan yang datang untuk kedua kalinya akan mengajak teman untuk ikut datang
dan menikmati santapan di The Onion Collective.
The Onion Collective melakukan beberapa strategi pemeliharaan loyalitas
pelanggan melalui faktor-faktor yang ada. Menurut Lupiyoadi, kualitas produk atau
jasa adalah salah satu elemen utama yang harus diperhatikan untuk membangun
loyalitas pelanggan. Kualitas produk dan jasa yang baik harus melengkapi elemen
performance, reliability, consistency dan design. The Onion Collective menyajikan
makanan bertema Asian Fusion dengan cocktails andalan mereka. Semua resep di
menu The Onion Collective merupakan turunan dari ibu sang pemilik restoran, Mark
Kuan. Di dalam menu juga tersedia cerita di balik The Onion Collective yang bisa
diketahui oleh semua konsumen.
Foto-foto diatas merupakan salah satu contoh makanan dan minuman yang
disajikan di The Onion Collective. Semua bahan yang digunakan pun fresh, selalu
dbeli setiap pagi oleh pemiliknya sendiri. Dari elemen consistency, The Onion
Collective berhasil konsisten di setiap tata cara penyajiannya, cara pelayannya
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
menyapa konsumen, event yang diadakan tiap malam seperti open mic setiap hari
Selasa, karaoke night setiap hari Kamis, dan Monday Madness untuk diskon cocktail
setiap hari Senin. Dan dari elemen design, The Onion Collective memiliki design yang
sesuai dengan brandingnya dan targetnya. Desain yang minimalis tapi juga hip dan
edgy. Desain tersebut diimplementasikan dari semua materi promosinya di facebook
page dan website, di setiap e-poster event, dan juga desain menu dan interior restoran
tersebut.
Harga merupakan elemen kedua yang harus diperhatikan karena pelanggan menilai
suatu barang atau jasa berdasarkan harganya (Lupiyoadi). Harga makanan dan
minuman di The Onion Collective terbilang cukup mahal, tapi sesuai dengan targetnya.
Selain itu, adanya persepsi perilaku konsumen yang mengatakan harga yang tinggi
menghasilkan kualitas yang baik. Inilah yang dicerminkan The Onion Collective
dalam menjual makanan dan minumannya. Untuk harga segelas cocktail adalah Rp
75.000,- yang terbilang cukup mahal karena di restoran di Ubud harganya berkisar Rp
50.000,- sampai Rp 65.000,-. Tetapi, strategi yang dilakukan The Onion Collective
untuk menyamarkan harganya yang mahal adalah adanya potongan-potongan harga
untuk para pelanggan yang sudah sering berkunjung melalui membership card yang
diberikan secara gratis The Onion Collective sebesar 10% setiap hari Senin-Jumat dan
Minggu, dan potongan sebesar 50% setiap hari Sabtu. Keinginan konsumen
mendapatkan makanan dan cocktail berkualitas dengan harga murah dilihat oleh
pemilik restoran ini, sehingga ia memberikan privilege kepada pelanggan yang sudah
sering datang ke restorannya dengan diskon-diskon tersebut. Strategi ini juga memikat
pelaggan lain yang “iri” melihat pelanggan lain mendapat diskon tapi ia tidak, dan
menimbulkan keinginan untuk datang lebih sering lagi agar mendapatkan membership
card. Sudah ada lebih dari 200 membership card yang tersebar dikalangan pelanggan
The Onion Collective. Hal ini membuat konsumen melakukan pembelian berkala dan
menjadi pelanggan tetap The Onion Collective.
The Onion Colletcive terkenal memiliki kualitas pelayanan yang sangat
memuaskan. Seperti yang dikatakan Lupiyoadi, dalam kualitas pelayanan, sumber
daya manusia menjadi hal terpenting untuk mencapai kualitas pelayanan terbaik. The
Onion Collective bukanlah sekedar restoran biasa pada umumnya di Ubud, Bali yang
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
memiliki ambience yang bagus, live music, dan makanan vegetarian saja. Melalui
human resources yang ada, yaitu, sang pemilik restoran (Mark Kuan, Malaysian), para
juru masak, seorang manager, dan 6 orang pelayan, semua melakukan tugas dengan
baik dan bersikap ramah sehingga para konsumen merasa sangat diterima dan dijamu
oleh teman mereka sendiri, sehingga para pelanggan merasa special dan dihargai dan
membebaskan pelanggan untuk melakukan apa saja di restorannya, seperti melakukan
karaoke, bermain gitar yang disediakan disana, open mic kapanpun pelanggan
inginkan, dan bahkan menyediakan ruangan jika pelanggannya ingin mengadakan
sebuah event secara gratis.
Memberikan rasa emosional dan membuat pelanggan ketika membeli atau
datang ke restoran ini bukan menjadi hal yang sulit bagi The Onion Collective. Dalam
elemen ini, The Onion Collective sangat memberikan emotional experience kepada
pelanggannya. Karakter dari pemilik The Onion Collective, Mark Kuan sangat kental
dirasakan tapi juga tidak menutupi brand restorannya sendiri. Mark berusaha mengenal
semua pelanggan yang datang ke restoran beliau dan membuat relasi yang baik dengan
semuanya. Selain itu, semua pelanggan yang datang ke The Onion Collective sering
berkumpul dan bertemu dengan orang baru karena para pelayan dan manager, serta
pemilik The Onion Collective menyatukan mereka. Hal ini sangat baik untuk restoran
ini karena kesetiaan pelanggan akan meningkat dan hari berikutnya akan kembali
datang ke The Onion Collective lagi dengan teman barunya. Semua pelanggan yang
sering datang ke The Onion Collective mendapatkan kepuasan bukan hanya dari sajian
makanan dan minuman, tapi dari suasana dan keakraban yang ada di sana.
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
Biaya, sebagai salah satu faktor untuk memelihara loyalitas pelanggan
menentukan kualitas brand itu sendiri. Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan
pemasaran di The Onion Collective bisa dikatakan tidak besar, karena The Onion
Collective banyak menggunakan strategi pemasaran digital melalui facebok page,
whatsapp group, instagram, serta website. Meskipun adanya promosi konvensional
seperti canvas menu, baliho, spanduk, flyer, penggunaan proyektor, dsb. yang
memakan biaya. Dalam hal ini, The Onion Collective mensiasati biaya yang
dikeluarkan dengan melakukan promosi yang unik di facebook page dimana selalu terupdate setiap hari dengan e-poster acara mereka.
Menurut Jill Griffin (2001), loyalitas pelanggan juga diukur dari keterikatan yang
dirasakan pelanggan terhadap produk atau jasa dibentuk oleh dua dimensi: tingkat
referensi (seberapa besar keyakinan pelanggan terhadap produk atau jasa tertentu).
Pelanggan di The Onion Collective memiliki keterikatan dengan restoran tersebut,
terbukti dari seringnya penggunaan ruangan dari pelanggan untuk membuat acara
mereka sendiri, seperti Birth Chart Reading 101, private birthday party, poem open
mic night yang kini menjadi acara terusan setiap hari Selasa di restoran tersebut, dan
acara lainnya. Selain itu pelanggan juga merekomendasikan The Onion Collective
kepada teman-temannya sehingga membuat crowd tersendiri di restoran.
Tingkat diferensiasi produk yang dipersepsikan (seberapa signifikan pelanggan
membedakan produk atau jasa tertentu dari alternative-alternatif lain) juga menjadi
tolak ukur loyalitas konsumen. Konsep keseluruhan The Onion Colective mulai dari
jenis makanan, nama-nama makanan di menu, jenis campuran cocktail yang dijual,
desain interior restoran, dan segala materi kegiatan pemasaran sudah unik sehingga
sulit untuk dibandingkan dengan restoran lain di Ubud. Gaya hip dan edgy, serta
memiliki pelayanan yang sangat ramah menjadi ciri khas disini. Pelanggan menjadi
sangat mudah mengingat The Onion Collective dan tidak bisa membandingkannya
dengan restoran lain. Keterikatan (attachment) adalah paling tinggi bila pelanggan
mempunyai preferensi yang kuat akan produk atau jasa tertentu dan dapat secara jelas
membedakannya dari produk – produk pesaing.
Kepekaan The Onion Collective terhadap konsumennya membuat restoran ini
mudah mendapatkan loyalitas konsumennya. Seperti yang dikatakan Cook (2011),
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
selama sebuah brand mendengarkan keinginan konsumennya atau bahkan bisa
memberikan sesuatu yang lebih, keterikatan konsumen dengan brand tersebut akan
mudah terjalin dalam waktu jangka panjang. Consumer engagement yang dilakukan
restoran ini memenuhi standard yang harus dilakukan dalam kondisi ekonomi dan
pariwisata di Bali. Pemeliharaan loyalitas pelanggan dilakukan secara cermat dari
segala sisi, mulai dari strategi pemotongan harga, pelayanan yang baik, terbukanya
terhadap saran dan kritik dari konsumen, strategi pemasaran digital dan konvensional,
hingga emotional factor yang diberikan The Onion Collective kepada pelanggannya.
Menurut Jill Griffin, konsumen yang sudah pada tahap loyal akan
melakukan pembelian berkala. Konsumen The Onion Collective melakukan pembelian
berkala dan bahkan ada yang hadir setiap hari. Salah satu pelanggan setia The Onion
Collective, Diana Russo (Australian) berkata kepada penulis, “I come here everyday
since I lived here in Ubud. Even now I really care about the dogs and can not live the
day with the onion’s burger. OMG That’s the best!” (“Saya datang kesini setiap hari
sejak saya tinggal di Ubud. Bahkan sekarang saya sangat peduli pada anjing peliharaan
disini dan tidak bisa melewatkan hari-hari saya tanda burger-nya Onion!”). Selain itu,
salah satu ciri-ciri pelanggan yang loyal adalah ketika pelanggan sudah
merekomendasikan sebuah brand ke temannya. Hal ini menjadi hal yang sudah sering
terjadi di The Onion Collective. Para pelanggan yang lama membuat party atau acara
tertentu dan mengajak seluruh teman-temannya, dan hari berikutnya temannya akan
mulai datang bersama teman lainnya, dan begitu siklus seterusnya. Seperti yang sudah
dibahas sebelumnya, hampir seluruh pelanggan di The Onion Collective melakukan
pembelian secara berulang. Syarat Griffin yang ketiga adalah ketika seseorang
membeli produk sebuah brand. Pelanggan The Onion Collective membeli makanan
dan minuman di The Onion Collective secara berkala. Dan yang terakhir, adanya
kekebala terhadap brand lain. Inilah kekurangan The Onion Collective. Dibalik
konsepnya yang unik dan sangat berbeda, ternyata tidak membuat pelanggan setianya
tidak tertarik dengan restoran lain. Sering terjadi dimana para pelanggan setia hanya
mampir di The Onion Collective dan menyapa Mark, sang pemilik restoran dan para
staff restoring hanya untuk ngobrol-ngobrol sebentar setelah itu mereka malah makan
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
dan minum di tempat lainnya. Kekurangan ini dikhawatirkan dapat mengurangi
kuantitas loyal konsumen The Onion Collective.
KESIMPULAN
The Onion Collective sudah memenuhi faktor-faktor yang dapat meningkatkan
loyalitas pelanggan, yaitu memiliki kualitas produk yang baik, pelayanan yang sangat
memuaskan, harga yang sesuai dengan kondisi ekonomi para konsumen, memiliki
faktor emosional di dalam restoran tersebut, serta memberikan kepercayaan kepada
konsumen dari segala biaya promosi yang dikeluarkan dan konsistensinya sehingga
The Onion Collective memberikan citra positif dan selalu update dengan segala
promosinya yang unik dan berkualitas mulai dari online hingga promosi konvensional.
Consumer engagement yang dilakukan The Onion Collective terbilang cukup
baik dilihat dari respon para konsumennya, serta feedback yang diberikan The Onion
Collective terhadap saran dan kritik dari para konsumennya. Mulai dari strategi dalam
pemotongan harga, pemberian kualitas pelayanan yang terbaik, strategi pemasaran
yang dilakukan digital maupun konvensional, serta faktor emosional dari human
resources restoran sudah dilakukan semua dengan baik. Kepercayaan konsumen
meningkat dan menimbulkan kepuasaan konsumen pada restoran ini. Hal ini
menciptakan hubungan jangka panjang restoran dengan konsumennya ditambah
dengan adanya fasilitas dalam group whatsapp dimana semua pelanggan terkoneksi
satu sama lain, bahkan dengan pemilik restoran dan para staffnya juga. Selain itu open
fanpage di situs facebook memungkin para pelanggan mem-posting apapun di lini
masa The Onion Collective. Sehingga ketika pelanggan yang sudah selesai makan,
membayar, dan pulang, tidak putus hubungan dengan restoran dan selalu terkoneksi
dan menciptakan hubungan interaktif.
Pelanggan
yang loyal merupakan harta yang paling berharga bagi setiap
perusahaan. Ada beberapa karakteristik dari pelanggan yang loyal, antara lain:
melakukan pembelian berulang, membeli antarlini produk dan jasa, mereferensikan
kepada orang lain, serta menunjukkan kekebalan terhadap tarikan dari pesaing.
Karakteristik pelanggan The Onion Collective sudah memenuhi tiga dari empat syarat
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
tersebut, yang belum terpenuhi adalah kekebalan terhadap restoran lain. Pelanggan
The Onion Collective tidak kebal terhadap restoran lain dan sering kali hanya mampir
ke The Onion Collective untuk bercengkrama dengan pemilik dan staff restoran
kemudian malah makan dan minum di restoran lain. Hal ini dapat diherankan
sekaligus juga tidak. Persaingan bisnis restoran di Ubud sangat ketat dan tidak dapat
diukur. Konsep The Onion Collective yang unik serta strategi memelihara hubungan
dengan konsumen yang baik ternyata belum cukup bagi para pelanggan untuk tidak
mencari alternatif lainnnya. Dalam hal ini sangat wajar terjadi karena sebagain besar
pelanggan The Onion Collective adalah warga negara asing yang menetap di Bali
beberapa saat sehingga masih ingin mencoba segalanya. Penulis melihat, The Onion
Collective sudah berhasil memelihara loyalitas pelanggan terhadap brand-nya. Selalu
memberikan inovasi dan yang terbaik untuk pelanggannya sudah cukup membangun
eksistensi The Onion Collective dan mampu bersaing di kompetisi bisnis kuliner di
Ubud, Bali.
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
DAFTAR REFERENSI
1. Oliver, Richard L. (1997), Satisfaction: A Behavioral Perspective on the Consumer.
New York: Irwin/McGraw-Hill.
2. Griffin, Jill. (2003). Customer Loyalty Menumbuhkan dan Mempertahankan
Kesetiaan pelanggan. Jakarta: Erlangga.
3. Reichheld, F.F. (1996), The Loyalty Effect, Harvard Business School Press,. Boston, MA.
4. Chaffey, D & Smith, PR. (2012). eMarketing eXcellence : Planning and Optimizing your
digital marketing. UK: Routledge.
5. James Barnes (2006), Build Your Customer Strategy: A Guide to Creating Profitable
Customer Relationships. September 1st 2006 by John Wiley & Sons.
6. Urban, Glen L. (2004), Digital Marketing Strategy. Text and Cases. Upper Saddle River,
NJ: Pearson Prentice Hall.
7. Don Peppers & Martha Rogers (2004). Managing Customer Relationships: A Strategic
Framework. April 19th 2004 by John Wiley & Sons
8. Dominique M. Hanssens, Journal of Advertising Research, Vol. 49, No. 2, June 2009, pp.
127-129. Advertising Impact Generalizations in A Marketing Mix Context.
9. Lupiyoadi, Hamdani. 2006. Manajemen Pemasaran Jasa, Edisi Kedua. Jakarta : Penerbit
Salemba Empat. Tjiptono, Fandy. 2005.
LAMAN TERKAIT
1.
2.
3.
4.
http://www.businessballs.com/crmcustomerrelationshipmanagement.htm
www.theonionco.com
http://www.opf.slu.cz/aak/2011
http://www.camfoundation.com/what-digital-marketing
Strategi pemeliharaan…, Adelia Suryani, FISIP UI, 2014
Download