BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kegiatan pemboran pada perusahaan minyak dan gas (Migas) merupakan salah satu rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendapatkan sumur minyak atau gas yang dapat berproduksi. Kegiatan pemboran dilakukan dalam standar keselamatan tinggi, pelaksanaan yang tepat waktu dengan biaya yang efisien. Perencanaan yang matang merupakan kunci sukses proyek pemboran. Perencanaan ini mencakup aspek teknis (engineering), aspek geologis, aspek fasilitas, aspek keselamatan kerja dan juga aspek sosial terhadap kehidupan masyarakat sekitar wilayah operasi. Operasi pemboran merupakan salah satu proyek utama pada perusahaan minyak dan gas bumi. Proyek pemboran tidak hanya melibatkan departemen pemboran semata, melainkan juga melibatkan seluruh departemen yang memberikan dukungan bagi kesuksesan operasional pemboran. Kompleksitas operasi pemboran dengan berbagai kendalanya menyebabkan kegiatan ini berisiko mengalami keterlambatan waktu penyelesaian yang pada akhirnya akan berdampak pada biaya yang lebih besar. Integrasi diantara berbagai pihak yang telibat dalam operasi pemboran mutlak diperlukan. Manajemen Proyek merupakan sistem yang dapat digunakan untuk mengintegrasikan setiap departemen yang terlibat dalam proyek pemboran sumur minyak dan gas ini. Setiap departemen memberikan kontribusi sesuai dengan perannya masing-masing. Manajemen Proyek dalam kegiatan pemboran sumur migas telah diaplikasikan oleh banyak perusahaan. Sebagai contoh BP Amoco Norge memiliki proses manajemen proyek yang khusus untuk operasi pemboran. Impletementasi dari proses manajemen proyek tersebut ini pada kegiatan pemboran periode 1998-1999 memberikan hasil yang memuaskan. Jadwal pemboran yang bisa dibilang ambisius dapat diwujudkan, dimana permasalahanpermasalahan yang timbul dapat diatasi dengan cepat dan efisien (Throgood, 2000). PT XYZ, yang menjadi objek penelitian, adalah perusahaan multinasional yang bergerak dibidang eksplorasi dan produksi minyak dan gas bumi. Perusahaan memiliki wilayah operasi di Lepas Pantai Jawa Timur. Kegiatan pemboran perlu terus dilakukan pada target-target baru untuk mempertahankan dan meningkat jumlah produksi minyak dan gas. Perusahaan telah memiliki WDX (Well Delivery Excelence) sebagai proses Manajemen Proyek untuk melaksanakan proyek pemboran sumur minyak dan gas. WDX mengoordinasikan setiap departemen yang terlibat agar proyek pemboran yang dilaksanakan dapat memenuhi target-target yang telah ditetapkan. Melalui evaluasi perusahaan terhadap sumur-sumur migas dari kegiatan pemboran tahap pertama (2007-2009), terdapat sejumlah sumur yang tidak lagi berproduksi secara optimal. Diantara sumur-sumur ini ada beberapa sumur yang 2 harus ditutup karena produksi air yang terlalu tinggi. Agar target produksi tahunan yang telah ditetapkan bersama SKKMigas sebagai wakil pemerintah terpenuhi, perusahaan merasa perlu untuk menambah sumur produksi untuk menggantikan sumur-sumur yang tidak berproduksi lagi. Setelah dilakukan beberapa studi dan diskusi, perusahaan memutuskan untuk melakukan kegiatan pemboran sumur produksi di Anjungan A. Departemen Subsurface telah melakukan studi dan menetapkan terdapat 7 (tujuh) target sumur yang potensial untuk dibor dan kemudian berproduksi. Departemen Pemboran untuk pertama kalinya akan mengaplikasikan sistem WDX sebagai proses Manajemen Proyek untuk melaksanakan proyek pemboran 7 (tujuh) sumur pengembangan ini. Proses WDX dimulai pada tanggal 10 Januari 2012 yang diawali dengan Tahap Lingkup Kerja. Kegiatan pemboran (Tahap Operasi) ditargetkan dimulai pada bulan November 2012. Setiap tahapan WDX telah dilakukan sesuai dengan pedoman yang telah ditetapkan. Permasalahan timbul pada Tahap Operasi. Sumur A-1 yang merupakan sumur pertama mengalami keterlambatan penyelesaian hingga 20 hari dengan biaya pemboran yang membengkak hingga 50% lebih besar dari anggaran yang direncanakan. Sumur A-12 sebagai sumur kedua juga memiliki kinerja yang tidak berbeda dari sumur pertama. Sumur kedua ini diselesaikan selama 85 hari dari 66 hari yang direncanakan. Biaya yang dikeluarkan juga membengkak hingga 30% lebih besar dari anggaran semula. Pada akhirnya proyek pemboran sumur pengembangan ini hanya bisa menyelesaikan 4 (empat) sumur dari 7 (tujuh) sumur yang direncanakan. Total 3 biaya untuk menyelesaikan empat sumur ini mencapai US$120 juta, sedangkan total biaya yang dianggarkan untuk pemboran tujuh sumur adalah sebesar US$118.3 juta. Pada penulisan tesis ini, akan dievaluasi pelaksanaan proyek pemboran pada Anjungan A dengan berpedoman pada WDX sebagai alat manajemen proyek dalam kegiatan pemboran. Departemen Pemboran telah melakukan setiap tahapan proses WDX dalam proyek pemboran sumur pengembangan ini. Akan tetapi kinerja operasional pemboran dengan sejumlah permasalahannya yang terjadi, tidak sesuai ekspektasi manajemen. 1.2 Rumusan Masalah WDX sebagai Manajemen Proyek pemboran diharapkan dapat membantu pelaksanaan kegiatan pemboran yang efisien secara waktu dan biaya. Kegiatan pemboran sumur migas di Anjungan A dengan tahapan persiapan hingga eksekusinya telah menerapkan proses WDX namun memiliki kinerja tidak seperti yang diharapkan. Pada Tahap Desain diperoleh 7 (tujuh) sumur yang dapat diselesaikan dalam waktu 290 hari. Pada kenyataannya, sejumlah permasalahan timbul pada saat eksekusi setiap sumur. Sebagai konsekuensinya, dalam jangka waktu 270 hari hanya bisa diselesaikan pemboran sejumlah 4 (sumur). Sisa waktu 20 hari tidak cukup untuk menyelesaikan sisa pemboran 3 (tiga) sumur. Dari sisi biaya, pemboran 4 (empat) sumur hampir menyamai anggaran pemboran 7 (tujuh) sumur. Pihak manajemen akhirnya memutuskan untuk tidak melanjutkan sisa pemboran sumur. 4 Evaluasi diperlukan untuk menganalisa sebab-sebab kinerja pemboran yang mengecewakan ini. Evaluasi dilakukan dengan mengacu pada proses WDX yang diharapkan sebagai sistem yang dapat membantu memberikan kinerja positif. 1.3 Pertanyaan Penelitian Dari permasalahan yang telah dirumuskan pada bagian sebelumnya, menimbulkan pertanyaan yaitu: 1. Apakah Proses WDX telah diterapkan dengan tepat pada setiap sumur yang dibor? 2. Apakah Proses WDX sudah tepat sebagai Alat Manajemen Proyek yang dapat mendukung kegiatan pemboran secara efisien? 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mengevaluasi pelaksanaan program pemboran sumur migas sejak dari tahapan persiapan hingga tahapan eksekusi dengan mengacu pada WDX sebagai Alat Manajemen Proyek dalam kegiatan pemboran. Analisa dilakukan terhadap detail tahapan WDX mencakup proses, Input data dan Output data dari setiap tahapan. 2. Membuktikan bahwa proses manajemen proyek dapat diaplikasikan pada kegiatan pemboran sumur migas agar tercapai program yang efisien secara waktu dan biaya. 5 1.5 Manfaat Penelitian Melalui penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyaan terkait efektifitas Manajemen Proyek dalam kegiatan pemboran. Bagi perusahaan, hasil penelitian ini dapat digunakan untuk menyempurnakan sistem WDX yang telah diaplikasikan sebagai Alat Manajemen Proyek pada operasi pemboran. Selanjutnya, melalui penelitian ini juga dapat menunjukkan bahwa proses Manajemen Proyek dapat diaplikasikan pada berbagai macam proyek dan industri termasuk pada kegiatan pemboran sumur minyak dan gas. 1.6 Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada kegiatan pemboran sumur pengembangan di Anjungan A pada PT XYZ. Data-data yang dikumpulkan hanyalah yang terkait dengan implementasi proses WDX seperti data estimasi waktu, biaya, data progress kegiatan pemboran, dan juga data jenis dan statistik permasalahanpermasalahan yang timbul selama pemboran. Data-data teknik seperti kinerja produksi sumur, dan data-data geologi tidak termasuk dari data yang ikut dianalisa karena tidak terkait pada implementasi proses WDX. 6 1.7 Sistematika Penulisan Penelitian ini disusun dengan sistematika sebagai berikut: 1. Bab I Pendahuluan Bab ini membahas latar belakang permasalahan dalam aktifitas pemboran sumur migas yang menjadi pokok penelitian. 2. Bab II Landasan Teori Bab ini berisikan pembahasan mengenai teori-teori yang menjadi dasar dalam pembahasan dari penelitian ini. Teori-teori ini mencakup manajemen proyek, manajemen proyek dalam industri migas, penerapan manajemen proyek pada aktifitas pemboran sumur migas, teori umum atas aktifitas pemboran serta teori mengenai metode evaluasi proyek. 3. Bab III Metode Penelitian Bab ini membahas metode penelitian yang merupakan penerapan atas teori metode evaluasi proyek yang dijelaskan pada Bab II. Terdapat enam langkah evaluasi proyek pemboran sumur migas. Pada bab ini keenam langkah evaluasi proyek tersebut akan dijabarkan lebih detail dan khusus untuk proyek pemboran sumur migas. 4. Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan Penulisan pada bab ini disusun berdasarkan langkah-langkah evaluasi yang dijabarkan pada Bab III. 7 5. Bab V Simpulan dan Saran Bab ini merupakan langkah keenam dari enam langkah evaluasi proyek. Pelaporan hasil temuan-temuan dari penelitian ini akan dirangkum dalam bentuk simpulan dan saran. 8