BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Berdasarkan pembahasan atas hasil analisis pengelolaan proyek sistem informasi di BPK RI, maka kesimpulan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Tingkat kematangan atribut saat ini pada proses mengelola kualitas (PO8) sebagian besar berada pada tingkat 1 (Initial/Ad hoc), yaitu pada artibut Awareness and Communication (AC), Policy, Plan and Procedures (PPP), Tools and Automation (TA), Skills and Expertise (SE), dan Goal Setting and Measurement (GSM). Hal ini berarti bahwa Biro TI baru menyadari kebutuhan adanya QMS dalam menjalankan proses bisnisnya, namun belum didukung dengan dokumen perencanaan dan prosedur pelaksanaannya. Langkah-langkah penyelesaian belum terstandarisasi dan masih menggunakan 'pendekatan ad hoc atau per kasus. Khusus untuk atribut Responsibility and Accountability (RA) berada pada tingkat 2 (Repeatable but Intuitive) yang berarti bahwa belum terdapat kejelasan pembagian peran dan tanggung jawab dalam menjalankan suatu kegiatan, sehingga timbul budaya saling menyalahkan ketika menghadapi permasalahan yang terjadi. 2. Tingkat kematangan atribut saat ini pada proses mengelola proyek (PO10) sebagian besar berada pada tingkat 2 (Repeatable but Intuitive), yaitu pada artibut Awareness and Communication (AC), Policy, Plan and Procedures (PPP), Tools and Automation (TA), Responsibility and Accountability (RA), dan Goal Setting and Measurement (GSM). Hal ini berarti bahwa Biro TI memiliki pola yang berulang kali dalam menerapkan QMS, namun keberadaannya belum terdefinisi secara baik dan formal sehingga masih terjadi pengelolaan yang tidak konsisten. Khusus untuk atribut Skills and Expertise (SE) berada pada tingkat 1 (Initial/Ad hoc) yang berarti bahwa kebutuhan akan keahlian dalam pengelolaan proyek belum terdefinisi, sehingga Biro TI belum memiliki rencana untuk menyediakan pelatihan yang ditujukan bagi para pelaksana tugas TI maupun manajemen TI yang terlibat dalam proyek sistem informasi . 3. Secara keseluruhan, atribut pada proses PO8 dan PO10 diharapkan dapat berada pada tingkat kematangan 4 (Managed and Measurable). Hal ini berarti bahwa Biro TI memiliki sejumlah indikator atau ukuran kuantitatif yang dijadikan sebagai sasaran maupun tujuan kinerja setiap penerapan TI yang ada. Manajemen TI mengawasi dan mengukur kepatuhan terhadap prosedur dan mengambil tindakan jika proses tidak dapat dikerjakan secara efektif, serta adanya otomasi perangkat untuk memantau seluruh aktivitas dalam pelaksanaan proyek sistem informasi untuk menghasilkan produk sistem informasi yang sesuai dengan kebutuhan dan ekspektasi para pemangku kepentingan. 4. Nilai kesenjangan (gap) yang dihasilkan dari penilaian kondisi saat ini dan kondisi yang diharapkan menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan sebesar 3 tingkat pada proses PO8 dan 2 tingkat pada proses PO10. Analisis terhadap kesenjangan tersebut menjadi dasar penyusunan rekomendasi perbaikan yang terdiri dari beberapa tahapan dari masing-masing proses. Prioritas perbaikan difokuskan pada hal-hal yang dianggap sebagai titik kelemahan yang dimiliki Biro TI saat ini dalam pengelolaan proyek sistem informasi. 5. Rekomendasi perbaikan dilengkapi dengan outcome measure dan performance indicator yang mengacu pada COBIT dan dapat dijadikan pertimbangan Biro TI untuk memantau perkembangan dalam upaya memperbaiki tata kelola TI pada aspek pengelolaan proyek sistem informasi. 5.2 Saran Berdasarkan penilaian dan evaluasi yang telah dilakukan atas kondisi pengelolaan proyek sistem informasi di BPK RI, maka saran pada penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Aspek pengelolaan proyek dan pengelolaan kualitas yang menjadi fokus dalam penelitian ini adalah salah satu bagian dari tata kelola proyek TI di BPK RI. Aspek yang belum diteliti seperti risiko dan investasi dapat dijadikan bahan penelitian lebih lanjut.