6 BAB 2 LANDASAN TEORI

advertisement
 6
BAB 2
LANDASAN TEORI
2.1
Pengertian Internet, Intranet dan Ekstranet
Menurut Mcleod (2001, p222) Internet adalah kumpulan jaringan yang dapat saling
berhubungan. Jika anda memiliki LAN (Local Area Network) disatu kantor dan LAN di kantor
lain, anda dapat menggabungkan kedua-duanya dan itu akan menciptakan suatu internet.
Sebuah jaringan yang besar antar komputer yang merupakan gabungan dari jaringanjaringan komputer yang ada di seluruh dunia dan menyebabkan komputer-komputer yang
terhubung dengan internet dapat saling berkomunikasi, tukar menukar informasi dengan
penggunaan internet lainnya di seluruh dunia.
Internet juga merupakan jaringan komputer yang sangat besar yang terbentuk dari
jaringan-jaringan kecil yang ada di seluruh dunia yang saling terhubung satu sama lain. Jadi
internet merupakan jaringan yang berisi kumpulan-kumpulan informasi yang tersebar di
seluruh dunia dan saling berhubungan antara jaringan yang satu dengan jaringan yang
lainnya.
Menurut Mcleod (2001, p222) organisasi dapat membatasi akses jaringan mereka
hanya bagi anggota organisasinya dengan menggunakan internet. Intranet menggunakan
protocol jaringan yang sama dalam internet, tetapi membatasi akses ke sumber daya
komputer hanya bagi sekelompok orang pilihan di dalam organisasi.
Intranet dapat diperluas hingga menyertakan para pemakai dari luar organisasi yang
dinamakan dengan ekstranet. Menurut Mcleod (2001, p223) yang dapat menggunakan
ekstranet hanyalah pelanggan dan mitra bisnis perusahaan yang terpercaya karena akses ini
memungkinkan pengguna sistem informasi dan pengguna sumber daya komputer yang tidak
7
berhubungan langsung dengan komunikasi. Lingkungan ekstranet yang terproteksi dengan
firewall memungkinkan setiap kelompok untuk berkolaborasi, berbagi informasi secara
eksklusif dan saling bertukar informasi secara aman. Firewall digunakan dalam ekstranet
bertujuan untuk mencegah pemakai tidak sah mengakses sumber daya komputer.
2.2
Pengertian E-Business
E-business merupakan kependekan dari electronic business yang secaea sederhana
diartikan adalah seluruh bisnis yang menggunakan elektronik. Menurut Turban (2004), Ebusiness adalah suatu model bisnis yang memiliki cakupan yang sangat luas dari proses
bisnis tersebut. Jika dilihat secara infrastruktur, proses bisnis ini menggunakan platform
internet sebagai alat mediasinya.
Sedangkan menurut Greenstein dan Vasarhelyi (2002, p2) ternyata electronic
business juga termasuk kepada pertukaran informasi secara tidak langsung dihubungkan
kepada pembeli yang sesungguhnya dan penjual barang. Walaupun begitu beberapa
pandangan mengenai e-business sebagai beberapa aktivitas yang berisikan bukan hanya
mengenai pembelian dan penjualan di seluruh internet, seperti bekerja sama dan aktivitas
intrabusiness (antara aktivitas online dan termasuk didalam bisnis).
Banyak sekali proses-proses bisnis yang telah menggunakan e-business sebagai alat
bantunya seperti e-commerce, e-CRM (customer relationship management), e-SCM (supply
chain management) dan sebagainya. Pada contoh-contoh yang lebih sederhana dari kita lihat
proses e-business pada pengumpulan data-data pelanggan, penjualan barang, promosi
barang, pembayaran dengan credit card, pemesanan tiket pesawat, pemesanan hotel,
melakukan hubungan dengan supplier tanpa harus bertatap muka dan berbagai aplikasiaplikasi lainnya.
Eletronic business atau bisnis elektronik memungkinkan perusahaan untuk
melakukan hubungan dengan internal dan eksternal dalam memproses data dengan
8
menggunakan sistem secara lebih efisien dan fleksibel untuk bekerja lebih dekat dengan
suppliers dan mitra kerja, dan juga untuk memberikan kepuasan dari apa yang diinginkan
atau harapan dari pelanggan.
E-business dapat melakukan purchasing secara elektronik dan juga supply chain
management, memproses pesanan secara elektronik, melakukan layanan pelanggan, dan
kooperasi dengan mitra perusahaan. Software e-business memberikan solusi untuk integrasi
dari dalam maupun luar lingkungan perusahaan. E-business dapat dilakukan dengan
menggunakan web, internet, ekstranet, dan kombinasi dari bagian-bagian tersebut.
2.3
Pengertian E-Commerce
Menurut Turban et al. (2004, p3) electronic commerce adalah proses dari pembelian,
penjualan, perpindahan, atau pertukaran
produk, jasa, dan informasi melalui jaringan
komputer termasuk internet, e-commerce dapat digambarkan menurut perspektif sebagai
berikut :
1. Komunikasi. Dari perspektif komunikasi
e-commerce adalah pengantaran
barang, jasa, informasi , atau pembayaran melalui jaringan komputer
atau
dengan pengertian elektronik lainnya.
2. Perniagaan. Dari perspektif perniagaan e-commerce menyediakan kapabilitas
pembelian dan penjualan produk , jasa, dan informasi melalui internet dan
melalui jasa online.
3. Proses Bisnis. Dari perspektif proses bisnis, e-commerce adalah melakukan
elektronik bisnis dengan melengkapi proses bisnis melalui jaringan elektronik,
dengan demikian pengganti informasi untuk proses bisnis nyata.
9
4. Jasa. Dari perspektif jasa, e-commerce adalah alat yang ditujukan untuk
pemerintahan, perusahaan, pelanggan, dan manajemen untuk meminimalisir
biaya pelayanan selama dilakukan peningkatan kualitas terhadap jasa pelanggan
dan meningkatkan kecepatan dalam pengiriman jasa.
5. Ilmu Pengetahuan. Dari perspektif ilmu pengetahuan, e-commerce digunakan
untuk pelatihan online dan pembelajaran di sekolah, universitas, dan organisasi
lain yang termasuk dalam proses tersebut.
6. Kolaboratif. Dari perspektif kolaboratif, e-commerce melengkapi suatu pekerjaan
pada kerjasama inter dan intraorganizational .
7. Komunitas.
perkumpulan
Dari
perspektif
pada
anggota
komunitas,
komunitas
e-commerce menyediakan suatu
untuk
belajar,
pertukaran,
dan
kerjasama.
Menurut Turban, Rainer, Potter (2003), jenis-jenis e-commerce antara lain meliputi:
•
B2B (business to business) adalah kedua belah pihak melakukan proses
transaksi adalah perusahaan, organisasi nirlaba, dll.
•
B2C (business to customer) adalah transaksi e-commerce yang dilakukan oleh
konsumen individu sebagai pembeli dan perusahaan sebagai penjual
•
C2C (customer to customer) adalah pelanggan melakukan penjualan secara
langsung satu sama lain melalui internet atau iklan elektronik.
•
C2B (customer to business) adalah individu-individu yang melakukan proses
penjualan barang-barang atau jasa kepada perusahaan atau organisasiorganisasi nirlaba.
•
E-government adalah suatu layanan e-commerce dari pemerintah yang
memberikan jasa layanan
10
•
P2P (peer to peer) adalah suatu proses e-commerce dimana prosesnya langsung
antara
penjual
dan
pembeli
melalui
jaringannya
masing-masing
tanpa
terhubungn dengan website. Proses ini membutuhkan software tambahan. Bisa
dilakukan pada B2B, C2C, B2C e-commerce.
2.4
Pengertian Online Ticketing
Online ticketing merupakan suatu istilah yang masih baru pada era sekarang ini.
Online ticketing atau pembelian ticket secara online merupakan salah satu bagian dari ETravel. E-travel merupakan kependekan dari electronic travel.. E-travel merupakan salah satu
pengembangan dari proses e-commerce yang dilakukan oleh para perusahaan-perusahaan
travel baik yang perusahaan umum maupun maskapai penerbangan. E-travel ini adalah suatu
proses pemesanan kebutuhan travel yang dapat dilakukan secara online dengan terhubung
melalui website perusahaan atau maskapai yang telah menerapkan sistem e-travel. Tidak
hanya melakukan pemesanan, akan tetapi beberapa perusahaan juga telah menyediakan
proses payment atau pembayaran melalui website yang tersedia sehingga proses ecommerce tersebut berjalan seutuhnya. E-travel memberikan kemudahan bagi para
pelanggan untuk memperoleh semua informasi yang dibutuhkan untuk melakukan proses
travel seperti melihat jadwal dan memperoleh semua informasi penerbangan serta membeli
tiket pesawat, memesan atau membooking hotel, restoran dan lainnya.
Menurut Bill (E-Service Journal, 2003), perusahaan-perusahaan yang bergerak di
bidang travel tersebut semakin berkembang dengan hadirnya teknologi maju di dunia bisnis,
seperti internet. Menurut Jenn (International Journal Of Management Vol. 24 No. 4: Pg.774,
2007), selain internet, networking (jaringan) juga menjadi aspek penting di dalam
perusahaan dalam menjalankan bisnisnya. Jadi dengan adanya internet dan didukung
dengan networking (jaringan) yang luas, semua aktivitas dalam perusahaan dapat
11
dipermudah dan memberikan banyak keuntungan baik untuk pihak perusahaan maupun
untuk para pelanggannya.
Pada sisi lain perusahaan atau maskapai penerbangan juga memperoleh keuntungan
dari diterapkannya sistem e-travel pada salah satu proses bisnis mereka. Diantaranyan
keuntungan tersebut antara lain adalah promosi online, pengurangan pegawai penjualan
atau ticketing, mengurangi biaya cetak tiket konvensional.
Menurut Turban (2004, p90) keuntungan-keuntungan jasa perjalanan online ke
pelanggan begitu besar. Informasi perjalanan begitu mudah didapatkan, dan dapat diakses
setiap waktu dari manapun. Terutama bagi mereka yang mempunyai waktu dan kesabaran
yang sedikit dalam mencari informasi tersebut. Penyedia dari jasa layanan perjalanan juga
bermanfaat bagi: perusahaan penerbangan, hotel, dan bentuk penjelajah lainnya. Selain itu,
penjualan langsung menyelamatkan pelanggan dari pungutan-pungutan liar. Perjalanan yang
online tentunya mempunyai beberapa batasan. Pertama ialah banyak orang-orang yang tidak
menggunakan internet. Kedua, sejumlah waktu dan kesukaran dari menggunakan para agen
perjalanan yang sebetulnya mungkin penting, terutama untuk pengguna internet yang
kurang pengalaman. Akhirnya, saat ditengah perjalanan memerlukan informasi akan tetapi
tidak dapat melakukan atau tidak tersedia tempat untuk melakukan online, pelanggan sulit
untuk mencari informasi. Mereka pun tetap memerlukan seorang yang memiliki pengetahuan
dalam perjalanan tersebut. Oleh karena itu, kebutuhan para masyarakat akan hadirnya agen
perjalanan sangatlah diperlukan.
Menurut Orwol (2000, p.181) online ticketing merupakan sistem penjualan tiket
secara online dalam hal ini adalah tiket transportasi udara atau pesawat terbang. Penjualan
tiket secara online tersebut memungkinkan para pelanggan untuk bisa melakukan pembelian
tanpa harus mendatangi kantor penjualan tiket maskapai penerbangan ataupun agen-agen
penjualan tiket. Pelanggan hanya membutuhkan koneksi internet untuk terhubung dengan
jaringan maskapai penerbangan yang dituju. Pelanggan dapat memperoleh informasi
12
menegenai jadwal penerbangan, konfigurasi tempat duduk, melakukan booking tiket,
membeli tiket yang secara keseluruhan aktivitas tersebut dapat dilakukan dengan
menggunakan koneksi internet. Selain itu, pelanggan juga dapat melakukan pembayaran
secara langsung pada website tersebut melalui transfer dana melalui bank yang ditunjuk atau
pun melalui credit card. Setelah proses pembayaran diterima, pelanggan akan menerima
kode booking tiket yang dapat ditukarkan dengan boarding pass di bandara. Dengan begitu,
pelanggan tidak harus buang-buang waktu untuk mendatangi tempat pembelian tiket,
mengunjungi travel agent yang menjual tiket hanya untuk melakukan proses pembelian.
2.5
Pengertian Jasa
Menurut Rangkuti (p26, 2006) jasa merupakan pemberian suatu kinerja atau
tindakan tak kasat mata dari satu pihak kepada pihak lain. Pada umumnya jasa diproduksi
dan dikonsumsi secara bersamaan, dimana interaksi antara pemberi jasa dan penerima jasa
mempengaruhi hasil dari jasa tersebut.
Sukses suatu industri jasa tergantung pada sejauh mana perusahaan mampu
mengelola ketiga aspek sukses industri jasa yakni:
•
Janji perusahaan mengenai jasa yang akan disampaikan kepada pelanggan
•
Kemampuan perusahaan untuk membuat karyawan mampu memenuhi janji tersebut
•
Kemampuan karyawan untuk menyampaikan janji tersebut kepada pelanggan
Model kesatuan dari ketiga aspek tersebut dikenal sebagai segitiga jasa, dimana sisi
segitiga mewakili setiap aspek. Kegagalan di satu sisi menyebabkan segitiga roboh. Artinya,
industri jasa tersebut gagal. Dengan demikian, pembahasan industri jasa harus meliputi
perusahaan, karyawan serta pelanggan.
Service (jasa) adalah sebuah sistem , dalam perspektif ini, setiap bisnis jasa
dipandang sebagai sebuah sistem yang terdiri atas dua komponen utama : (1) Operasi jasa ,
13
di mana masukan
diproses dan elemen-elemen produk jasa diciptakan ; dan (2)
penyampaian jasa , di mana elemen-elemen produk jasa tersebut dirakit, dirampungkan dan
disampaikan kepada pelanggan (Tjiptono dan Chandra ,2005,p8).
2.6
Karakteritik Jasa
Menurut Philip Kotler yang dikutip oleh Supranto (2006, p227), perusahaan harus
mempertimbangkan empat karakteristik jasa tertentu ketika merancang program pemasaran
antara lain:
1. Tidak berwujud jasa (Intangibility)
Suatu jasa mempunyai sifat tidak berwujud, tidak dapat dirasakan dan dinikmati
sebelum jasa tersebut dinikmati oleh konsumen.
2. Ketidakpisahan jasa (Inseparability)
Pada umumnya jasa yang diproduksi (dihasilkan) dan dirasakan pada waktu
bersamaan dan apabila dikehendaki oleh seseorang untuk diserahkan kepada pihak
lainnya, maka dia akan tetap merupakan bagian dari jasa tersebut.
3. Keragaman jasa (Service Variability)
Kualitas jasa bergantung pada siapa yang menyedia jasa, waktu, tempat, dan
bagaimana cara mereka disediakan. Ada tiga faktor yang menyebabkan variabilitas
kualitas jasa, yaitu kerjasama atau pertisipasi konsumen selama penyampaian jasa,
moral, atau motivasi karyawan dalam melayani konsumen, dan beban kerja
perusahaan.
4. Tidak tahan lamanya jasa (Perishability)
Jasa tidak dapat disimpan untuk panjualan atau pemakaian yang akan datang. Tidak
tahan lamanya jasa bukanlah masalah apabila permintaan selalu ada. Tapi ketika
permintaan berfluktuasi, perusahaan jasa sering kali mengalami masalah sulit. Oleh
14
karena itu, perusahaan jasa sering kali merancang strategi agar lebih baik lagi
menyesuaikan permintaan dengan penawaran.
2.7
Pengertian Kualitas
Menurut Goetsh dan Davis yang dikutip oleh Arief (2006, p117) bahwa kualitas
merupakan suatu kondisi dinamis yang berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan.
Menurut Philip Kotler yang dikutip Arief (2006) mendefinisikan kualitas adalah
keseluruhan ciri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang berpengaruh pada
kemampuannya untuk memuaskan kebutuhan yang dinyatakan atau tersirat.
2.8
Pengertian Kualitas Jasa
Kualitas adalah sebuah kata yang bagi penyedia jasa merupakan sesuatu yang harus
dikerjakan dengan baik. Aplikasi kualitas sebagai sifat dari penampilan produk atau kinerja
merupakan bagian utama strategi perusahaan dalam rangka meraih keunggulan yang
berkesinambungan, baik sebagai pemimpin pasar ataupun sebagai strategi untuk terus
tumbuh. (Supranto, 2006, p228)
Sebuah perusahaan jasa harus menjaga kualitas jasa yang ditawarkan, harus berada
di atas saingan dan lebih hebat dari yang dibayangkan. Apabila kualitas jasa yang diterima
oleh konsumen lebih baik atau sama dengan yang dibayangkan, maka dia cenderung akan
mencobanya kembali. Akan tetapi bila perceived service lebih rendah dari expected service,
maka konsumen akan kecewa dan akan menghantikan hubungannya dengan jasa yang
bersangkutan.
Dalam menentukan suatu kualitas jasa terdapat lima dimensi yang sangat
mempengaruhi yaitu (Umar 2000, p38):
15
a. Keandalan (Realibility)
Yaitu kemampuan untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan janji yang
ditawarkan. Dalam dimensi keandalan yang akan dianalisis adalah pengiriman.
Pengiriman merupakan keseluruhan proses kerja yang dapat disempurnakan sesuai
rencana, orang yang melaksanakan proses berikutnya mengharapkan untuk
menyerahkan bagian pekerjaan sesuai dengan waktu yang ditetapkan. Cara
penyampaian atau pengiriman barang kepada pelanggan juga dapat mempengaruhi
kepuasan pelanggan. Hampir semua pelanggan mengharapkan agar barang-barang
yang dibelinya dapat dikirimkan pada waktu yang diinginkan atau dijanjikan, dikirim
secara efisien dan dengan cara yang menyenangkan.
b. Keresponsifan (Responsiveness)
Yaitu respon atau kesigapan karyawan dalam membantu konsumen dan memberikan
pelayanan yang tepat dan tanggap, yang meliputu kesigapan karyawan dalam
melayani konsumen, kecepatan karyawan dalam menangani transaksi dan cara
penangannya.
c.
Keyakinan (Assurance)
Meliputi kemampuan karyawan atas pengetahuan terhadap produk secara tepat,
kualitas keramah-tamahan, perhatian dan kesopanan dalam memberikan pelayanan
keterampilan
dalam
memberikan
informasi,
kemampuan
dalam
memberikan
keamanan didalam memanfaatkan jasa yang ditawarkan, dan kemampuan dalam
menanamkan kepercayaan konsumen terhadap perusahaan.
Dimensi kepastian atau jaminan ini merupakan gabungan dari dimensi:
• Kompetensi, artinya keterampilan dan pengetahuan yang dimiliki oleh para
karyawan untuk melakukan pelayanan.
• Kesopanan, yang meliputi keramahan, perhatian dan sikap para karyawan.
16
• Kredibilitas, meliputi hal-hal yang berhubungan dengan kepercayaan kepada
perusahaan, seperti reputasi, prestasi dan sebagainya.
d. Empati (Emphaty)
Yaitu perhatian secara individual yang diberikan perusahaan kepada konsumen
seperti kemudahan untuk menghubungi perusahaan, kemampuan karyawan
untuk berkomunikasi dengan konsumen, dan usaha perusahaan untuk
memahami keinginan dan kebutuhan konsumennya.
Dimensi empat ini merupakan penggabungan dari dimensi:
•
Akses, meliputi kemudahan untuk memanfaatkan jasa yang ditawarkan
oleh perusahaan.
•
Komunikasi merupakan kemampuan untuk melakukan komunikasi untuk
menyampaikan informasi kepada konsumen untuk memperoleh masukan
dari konsumen.
•
Pemahaman kepada konsumen, meliputi usaha perusahaan untuk
mengetahui dan memahami kebutuhan dan keinginan konsumen.
e. Berwujud (tangible)
Meliputi penampilan fasilitas fisik seperti gedung, ruang makan, ruang front
office, kebersihan, kerapihan dan kenyamanan ruangan, kelengkapan peralatan
komunikasi dan penampilan karyawan.
2.9
Konsep Kualitas Jasa dalam Operasi Virtual
Menurut Tjiptono dan Chandra (2005,pp171-173) konsep kualitas jasa dalam operasi
virtual dalam model SERVQUAL bertransformasi menjadi e-SERVQUAL pada tahun 1997.
Dimensi kualitas jasa dalam operasi virtual pun berbeda dengan kualitas jasa tradisional,
17
terdapat beberapa perkembangan dimensi kualitas jasa operasi virtual dari tahun 1996
sampai dengan 2000 adalah sebagai berikut,
Tabel 2.1 Perkembangan Dimensi Kualitas Jasa Dalam Operasi Virtual
Peneliti
Dimensi Kualitas Jasa Dalam Operasi Virtual
Dabholkar (1996)
Kecepatan pengantaran (speed of delivery),
kemudahan penggunaan (ease of use),
reliabitas, kesenangan (enjoyment), dan
kendali (control)
Janda et al. (2002)
Kinerja (performance), akses, keamanan,
sensasi (sensation), dan informasi
Kaynama dan Black (2000)
Isi(content), akses, navigasi, desain, respons,
latar
belakang
(background),
dan
personalisasi
Liljander et al. (2002)
Desain dan isi dari situs, kepercayaan,
empati, dan keamanan
Lociacono et al. (2000)
Kesesuaian informasi dengan tugas, interaksi
, kepercayaan, waktu respons, desain,
intituiveness, daya tarik visual, daya inovasi,
daya tarik emosional, komunikasi terintegrasi,
proses bisnis, dan substitutability
Szymanski dan Hise (2000)
Kenyamanan online, informasi produk, desain
situs, dan keamanan finansial
Wolfinbarger dan Gilly (2003)
Fulfillment/reliabilitas,
desain
website,
layanan pelanggan, dan keamanan/privasi
www.Bizrate.com
Kemudahan pemesanan, pilihan produk,
informasi produk, harga, kinerja website,
pengiriman tepat waktu, representasi produk,
dukungan pelanggan, kebijakan privasi, serta
pengiriman, dan penanganan produk
www.Gomez.com
Kemudahan pemakaian, efisiensi akses
informasi, customer confidence, reliabilitas,
usia website atau perusahaan, on-site
resources, relationship services, dan biaya
total.
Yang, Peterson, dan Huang (2001)
Kemudahan pemakaian, isi website, akurasi
isi, ketepatan waktu respons, estetika, dan
privasi
Yoo dan Donthu (2001)
Kemudahan pemakaian, estetika desain,
kecepatan pemrosesan, dan keamanan
Zeithaml, et al. (2000, 2002)
Efisiensi, reliabilitas, fulfillment, privasi, daya
tanggap, kompensasi, dan kontak
Sumber : Tjiptono dan Chandra (2005,pp170-171)
18
Pada prinsipnya model ini merupakan adaptasi dan perluasan model tradisional
SERVQUAL ke dalam konteks virtual. Dalam model tedapat 4 macam gap yaitu,
1. Information gap, mencerminkan kesenjangan antara tuntutan kebutuhan
pelanggan berkenaan dengan sebuah website dan keyakinan
pihak
manajemen atau pengelola situs menngenai tuntutan kebutuhan tersebut.
2. Design gap, bisa terjadi apabila perusahaan gagal memanfaatkan secara
optimal
semua
pengetahuan
menyangkut
fitur-fitur
yang
diharapkan
pelanggan ke dalam struktur dan fungsi situs perusahaan bersangkutan.
3. Communication gap, mencerminkan kurangnya pemahaman akurat para staf
pemasaran terhadap fitur, kapabilitas, dan keterbatasan situsnya.
4. Fulfillment gap, mencerminkan kesenjangan keseluruhan antara tuntutan
kebutuhan dan pengalaman pelanggan.
Secara ringkas dalam penelitian ini dimensi e-SERVQUAL yang digunakan
untuk penelitian ini , merujuk dari berbagai perkembangan dimensi kualitas jasa
dalam operasi virtual dari berbagai ahli adalah sebagai berikut,
1.
Efficiency, yaitu kemampuan pelanggan untuk mengakses situs, mencari
produk atau jasa yang diinginkan dan informasi yang berkaitan dengan produk
atau jasa tersebut, dan meninggalkan situs bersangkutan dengan upaya
minimal.
2.
Reliability, berkenaan dengan fungsionalitas teknis situs bersangkutan,
khususnya sejauh mana situs tersebut tersedia dan berfungsi sebagaimana
semestinya.
3.
Fulfillment, mencakup akurasi janji layanan.
19
4.
Privacy, berupa jaminan bahwa data pelanggan tidak akan disebarluaskan
pada pihak manapun.
5.
Responsiveness,
merupakan
kemampuan
situs
jasa
tersebut
untuk
memberikan informasi yang tepat kepada pelanggan.
6.
Content, isi dari situs tersebut mengenai produk atau jasa yang ditawarkan
oleh situs tersebut.
7.
Aesthetics, keindahan dan kesesuaian dari warna dan huruf dalam situs
tersebut.
2.10
Pengertian Pelanggan
Definisi pelanggan berasal dari kata custom yang didefinisikan sebagai “membuat
sesuatu menjadi kebiasaan atau biasa” dan “mempraktikkan kebiasaan”. Pelanggan adalah
seseorang yang menjadi terbiasa untuk membeli. Kebiasaan itu terbentuk melalui pembelian
dan interaksi yang sering selama periode waktu tertentu. Tanpa adanya hubungan yang kuat
dan pembelian berulang, orang tersebut bukanlah pelanggan, ia adalah pembeli. Pelanggan
yang sejati tumbuh seiring dengan waktu. (Griffin, 2005, p31).
Sesuai pandangan tradisional pelanggan adalah setiap orang yang membeli dan
menggunakan produk tersebut. Sesuai pandangan modern pelanggan mencakup pelanggan
eksternal dan internal. Pelanggan eksternal adalah setiap orang yang membeli produk dari
perusahaan, sedangkan pelanggan internal adalah semua pihak dalam organisasi yang sama,
yang menggunakan jasa atau bagian atau departemen tertentu (Tjiptono, 2005, p5).
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa pelanggan yang terdiri dari
pelanggan maupun eksternal, merupakan bagian terpenting bagi pengembangan suatu
perusahaan. Tanpa pelanggan suatu perusahaan tidak akan dapat menjalankan kegiatan
usahanya, karena pelanggan adalah seseorang yang secara terus menerus dan berulang kali
20
datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginan atau kebutuhannya dengan
memiliki suatu produk atau jasa dari perusahaan tersebut.
2.11
Pengertian Kepercayaan Pelanggan
Menurut Greenstein dan Vasarhelyi (2002, pp120-122) definisi kepercayaan (trust)
adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap tindakan orang lain berdasarkan pada
harapan bahwa orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang
mempercayainya,
tanpa
tergantung
pada
kemampuannya
untuk
mengawasi
dan
mengendalikannya. Implisit dari definisi tersebut adalah kebutuhan bahwa pihak tersebut
mendatangkan suatu resiko. Resiko tersebut berasal dari kepekaan akibat tidak dapat
mengawasi atau mengendalikan tindakan dari pihak lain tersebut. Sedangkan kepercayaan
(trust) dalam perspektif e-commerce adalah kemauan seseorang untuk peka terhadap
tindakan orang lain akan melakukan tindakan tertentu pada orang yang mempercayainya
dibantu dengan sistem elektronik tanpa tergantung pada kemampuannya untuk mengawasi
dan mengendalikannya.
Faktor yang membentuk kepercayaan pelanggan terhadap yang lain ada tiga yaitu
kemampuan (ability), kebaikan hati (benevolence), dan integritas (integrity). Ketiga faktor
tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut :
1. Kemampuan (Ability)
Kemampuan
mengacu
pada
kompetensi
dan
karakteristik
organisasi
dalam
mempengaruhi dan mengotorisasi wilayah yang spesifik. Kemampuan (ability) meliputi
kompetensi, pengalaman, pengesahan institusional, dan kemampuan dalam ilmu
pengetahuan.
21
2. Kebaikan hati (Benevolence)
Kebaikan hati merupakan kemauan organisasi dalam memberikan kepuasan yang saling
menguntungkan antara dirinya dengan pelanggan. Kebaikan hati (benevolence) meliputi
perhatian, empati, keyakinan, dan daya terima.
3. Integritas (Integrity)
Integritas berkaitan dengan bagaimana perilaku atau kebiasaan organisasi dalam
menjalankan bisnisnya. Informasi yang diberikan kepada pelanggan apakah benar sesuai
dengan fakta atau tidak. Integritas (integrity) dapat dilihat dari sudut kewajaran
(fairness),
kesetiaan
(loyalty),
keterus-terangan
(honestly),
dan
keterkaitan
(dependability).
Penyebab dari rasa percaya menurut Geffen et al. (2004) dalam penelitiannya mengenai
“Kepercayaan pelanggan terhadap kualitas pelayanan jasa e-commerce” terdapat beberapa
faktor yaitu,
1. Rasa percaya berdasarkan pengetahuan (knowledge-based trust)
2. Rasa percaya berdasarkan institusi (institution-based trust)
3. Rasa percaya berdasarkan kalkulasi (calculative-based trust)
4. Rasa percaya berdasarkan kognitif (cognitionbased trust)
5. Rasa percaya berdasarkan kepribadian (personality-based trust)
2.12
Pengertian Kepuasan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), puas adalah merasa senang, lega,
gembira dan sebagainya karena sudah terpenuhi hasrat hatinya dan kepuasan adalah perihal
yang bersifat puas, kesenangan dan kelegaan.
Menurut Kotler (2003, p70), Satisfaction is person’s feeling or pleasure or
dissapointment from comparing a product’s perceived performance (or outcome) in relation
22
to his or her expectation (kepuasan adalah persaan senang atau kecewa seseorang yang
dihasilkan dari kemampuan suatu produk dalam memenuhi harapan pengguna tersebut).
2.13
Pengertian Kepuasan Pelanggan
Kotler menyatakan bahwa kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang
setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan
harapannya, sedangkan Wilkie mendefinisikan kepuasan pelanggan sebagai suatu tanggapan
emosional pada evaluasi terhadap pengalaman konsumsi suatu produk atau jasa. (Tjiptono,
2005)
Kepuasan merupakan tingkat perasaan pelanggan yang diperoleh setelah pelanggan
melakukan atau menikmati sesuatu. Dengan demikian dapat diartikan bahwa kepuasan
pelanggan merupakan tanggapan emosional yang muncul atas evaluasi terhadap barang
atau jasa yang telah dikonsumsi dengan membandingkan kinerja atau hasil yang dirasakan
dibandingkan dengan yang diharapkan.
Pelanggan yang sangat puas akan tetap setia dalam waktu yang lebih lama, membeli
lebih banyak ketika perusahaan memperkenalkan produk baru dan memperbaharui produkproduk yang ada, membicarakan hal-hal yang baik tentang perusahaan dan produknya,
memberi perhatian yang lebih sedikit pada merek dan iklan para pesaing serta kurang peka
terhadap harga, menawarkan gagasan tentang jasa atau produk kepada perusahaan dan
membutuhkan biaya pelayanan yang lebih kecil dibandingkan biaya pelanggan baru karena
transaksinya rutin.
Nilai harapan dibentuk melalui pengalaman masa lalu, komentar atau saran dan
informasi dari pesaing. Adapun nilai persepsi adalah kemampuan perusahaan di dalam
melayani untuk memuaskan pelanggan. Terdapat tiga harapan mengenai suatu produk atau
jasa yang diidentifikasi oleh beberapa peneliti:
23
1. Kinerja yang wajar
2. Kinerja yang ideal
3. Kinerja yang diharapkan
Menurut Eangel yang dikutip oleh Rangkuti (2006, p24) Kinerja yang diharapkan
adalah yang paling sering digunakan dalam penelitian karena logis dalam proses evaluasi
alternatif yang dibahas. Ketidakpuasan pelanggan terhadap suatu jasa pelayanan karena
tidak sesuai dengan yang diharapkan dapat berdampak negatif terhadap keberhasilan jasa
pelayanan tersebut.
Perusahaan banyak menggunakan berbagai cara untuk mempertahankan salah
satunya adalah memastikan kualitas produk dan jasa memenuhi harapan pelanggan.
Pemenuhan harapan akan menciptakan kepuasan bagi pelanggan.
Membeli produk yang lain dari perusahaan yang sama setiap perusahaan atau
organisasi yang menggunakan strategi kepuasan pelanggan akan menyebabkan para
pesaingnya berusaha keras merebut atau mempertahankan pelanggan suatu perusahaan.
Kepuasan pelanggan merupakan strategi jangka panjang yang membutuhkan konsumen baik
dari segi dana maupun sumber daya manusia.
Menurut Rangkuti (2006, pp41-53) terdapat model kesenjangan kepuasan pelanggan
dan faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah kualitas jasa yang terdiri dari
dimensi pelayanan. Kesenjangan merupakan ketidaksesuain antara pelayanan yang
dipersepsikan (perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service).
24
Expected Service
GAP
Perceived Service
Gambar 2.1 Model GAP Pelanggan
Sumber : Rangkuti (2006, p41)
Kesenjangan terjadi apabila pelanggan mempersepsikan pelayanan yang diterimanya
lebih tinggi daripada desired service atau lebih rendah daripada adequate service
kepentingan pelanggan tersebut. Dengan demikian, pelanggan dapat merasakan sangat
puas, atau sebaliknya sangat kecewa.
Menurut Zeithaml, Model perseptual mengenai kualitas jasa dapat menjelaskan
proses terjadinya kesenjangan atau ketidaksesuaian antara keinginan dan tingkat
kepentingan berbagai
pihak yang terlibat dalam penyerahan jasa. Untuk detailnya dapat
dilihat pada diagram model GAP service quality berikut,
2.14
Elemen Program Kepuasan Pelanggan
Menurut Tjiptono (2005,p.354) terdapat beberapa elemen program kepuasan
pelanggan yakni:
1. Kualitas produk dan jasa
Perusahaan yang ingin menerapkan program kepuasan pelanggan harus
memiliki produk berkualitas baik dan layanan prima. Biasanya perusahaan
25
yang tingkat kepuasan pelanggannya tinggi menyediakan tingkat layanan
pelanggan yang tinggi pula.
2. Program promosi loyalitas
Program promosi loyalitas banyak yang diterapkan untuk menjalin relasi
antara perusahaan dan pelanggan. Biasanya, program ini memberikan
semacam “penghargaan” (rewards) khusus (seperti bonus, diskon, voucher,
dan hadiah yang dikaitkan dengan frekuensi pembelian atau pemakaian
produk atau jasa perusahaan) kepada pelanggan rutin agar tetap loyal pada
produk dari perusahaan.
3. Sistem penanganan keluhan
Menurut Schnaars (dikutip Tjiptono 2005, p.355), penanganan komplain
terkait erat dengan kualitas produk dan jasa. Perusahaan harus memastikan
bahwa
barang
dan
jasa
yang
dihasilkannya
benar-benar
berfungsi
sebagaimana mestinya sejak awal. Setelah itu, jika ada masalah perusahaan
segera berusaha memperbaikinya lewat sistem penanganan komplain.
Fakta menunjukan bahwa kebanyakan pelanggan mengalami berbagai
macam masalah, setidaknya berkaitan dengan konsumsi beberapa produk,
waktu penyampaian, atau layanan pelanggan. Oleh sebab itu, setiap
perusahaan harus memiliki sistem penanganan komplain yang efektif.
Sistem penanganan komplain yang efektif membutuhkan beberapa aspek
(Tjiptono, 2005,p.335), seperti:
a. Permohonan maaf kepada pelanggan atas ketidaknyamanan yang
mereka alami
b. Empati terhadap pelanggan yang marah
c.
Kecepatan dalam penanganan keluhan
d. Kewajaran atau keadilan dalam memecahkan masalah atau keluhan
26
e. Kemudahan bagi pelanggan untuk menghubungi perusahaan (via
saluran telepon bebas pulsa, surat, e-mail, fax, maupun tatap muka
langsung) dalam rangka menyampaikan komentar, kritik, saran,
pertanyaan dan atau komplain.
4. Garansi
Strategi
unconditional
guarantees
menurut
Hart
(dikutip
Tjiptono,
2005,p.356) mengungkapkan bahwa garansi dibutuhkan untuk mendukung
keberhasilan program kepuasan pelanggan. Garansi merupakan janji eksplisit
yang disampaikan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang
dapat diharapkan kepada para pelanggan mengenai tingkat kinerja yang
dapat diharapkan akan mereka terima.
Garansi yang baik harus memiliki beberapa karakteristik pokok, seperti:
a. Tidak bersyarat, berarti tidak dibebani dengan berbagai macam
peraturan,
ketentuan,
atau
pengecualian
yang
membatasi
atau
menghambat kebijakan pengembalian atau kompensasi
b. Spesifik, yaitu perusahaan menjanjikan pengiriman sesuai dengan
kesepakatan perusahaan dan pelanggan
c.
Realistis, seperti pemberian garansi yang realistis dan nyata
d. Berarti (meaningfull), mencakup aspek-aspek penyampaian jasa yang
penting bagi pelanggan
e. Dinyatakan dalam bahasa yang sederhana dan mudah dipahami,
maksudnya tidak dalam bahasa hokum yang berbelit-belit
f.
Mudah direalisasikan atau ditagih bila menyangkut kompensasi atau
ganti rugi tertentu
27
5. Harga
Untuk beberapa pelanggan yang sensitive, biasanya harga murah adalah
sumber kepuasan yang penting karena mereka akan mendapatkan value for
money yang tinggi. Komponen ini relatif tidak penting bagi mereka yang
tidak sensitive terhadap harga. Bagi mereka yang tidak peduli dengan harga,
mereka akan lebih menyukai harga yang lebih mahal dengan kualitas produk
atau jasa yang lebih baik. Kualitas produk dan harga seringkali tidak mampu
menciptakan keunggulan bersaing dalam hal kepuasan pelanggan. Kedua
aspek ini relatif mudah ditiru.
Menurut Tjiptono (2005,p.366) terdapat beberapa konsep inti mengenai objek
pengukuran kepuasan pelanggan, yakni:
1.
Kepuasan pelanggan keseluruhan (overall customer satisfaction)
Cara yang paling sederhana dalam mengukur kepuasan pelanggan adalah
langsung menanyakan kepada pelanggan seberapa puas mereka dengan
produk atau jasa tertentu.
Ada dua proses dalam pengukurannya, yaitu mengukur tingkat kepuasan
pelanggan terhadap produk atau jasa perusahaan bersangkutan dan menilai
serta membandingkannya dengan tingkat kepuasan pelanggan keseluruhan
terhadap produk atau jasa pesaing
2.
Harapan
Dalam konsep ini, kepuasan pelanggan diukur berdasarkan kesesuaian atau
ketidaksesuaian
perusahaan
antara
harapan
pelanggan
dengan
kinerja
actual
28
3.
Minat pembelian ulang
Kepuasan pelanggan diukur dengan menanyakan apakah pelanggan akan
berbelanja atau menggunakan jasa perusahaan tersebut
4.
Kemudahan
Faktor kemudahan yang dimaksudkan adalah kemudahan pelanggan dalam
mendapatkan produk atau jasa tersebut. Pelanggan akan semakin puas
apabila relatif mudah dijangkau, nyaman, dan efisien dalam mendapatkan
produk maupun pelayanan.
2.15
Strategi Kepuasan Pelanggan
Menurut Rangkuti (p54, 2006) penyusunan strategi untuk meningkatkan kepuasan
pelanggan harus mempertimbangkan dua strategi pemasaran yaitu defensive marketing dan
offensive marketing.
Mempertahankan pelanggan yang sudah ada lebih sulit dibandingkan dengan
mencari pelanggan baru, karena mempertahankan pelanggan yang sudah ada akan
meningkatkan retensi pelanggan. Caranya adalah dengan defensive marketing, misalnya
dengan melakukan efisiensi biaya, meningkatkan volume pembelian kembali, menetapkan
strategi harga premium serta melakukan strategi promosi yang tepat. Sebaliknya, upaya
mencari pelanggan baru merupakan offensive marketing, yaitu dengan cara meningkatkan
pangsa pasar, meningkatkan reputasi atau citra produk melalui strategi merk serta
penerapan strategi price premium. Strategi defensive marketing akan menghasilkan margin
keuntungan yang tinggi, sementara strategi offensive marketing akan menghasilkan margin
keuntungan relatif kecil tetapi perusahaan akan menikmati peningkatan penjualan yang
cukup besar. Gabungan dari dua strategi pemasaran ini akan menghasilkan profit yang cukup
besar.
29
Tujuan dari strategi kepuasan pelanggan adalah untuk membuat agar pelanggan
tidak mudah pindah ke pesaing. Strategi-strategi yang dapat dipadukan untuk meraih dan
meningkatkan kepuasan pelanggan adalah:
1. Strategi relationship management
Dalam strategi ini transaksi antara pembeli dan penjual berlanjut setelah
penjualan selesai. Dengan kata lain, perusahaan menjalin suatu kemitraan
dengan pelanggan secara terus menerus yang pada akhirnya akan menimbulkan
kesetiaan pelanggan sehingga terjadi bisnis ulang.
Agar relationship marketing dapat diimplementasikan, perlu dibentuk
database pelanggan, yaitu daftar nama pelanggan yang dianggap perlu oleh
perusahaan untuk terus membina hubungan yang baik dalam jangka panjang.
Dengan tersedianya informasi mengenai nama pelanggan, frekuensi dan jumlah
pembelian, perusahaan diharapkan dapat memuaskan pelanggan secara lebih
baik yang pada gilirannya dapat menumbuhkan loyalitas pelanggan.
Tetapi, perlu diperhatikan bahwa dampak kepuasan pelanggan terhadap
loyalitas pelanggan yang berbeda-beda untuk setiap perusahaan. pelanggan
yang loyal belum tentu puas, tetapi sebaliknya pelanggan yang puas cenderung
untuk menjadi pelanggan yang loyal.
2. Strategi unconditional service guarantee
Strategi memberikan garansi atau jaminan istimewa secara mutlak dirancang
untuk meringankan risiko atau kerugian di pihak pelanggan. Garansi tersebut
menjanjikan kualitas prima dan kepuasan pelanggan yang optimal, sehingga
dapat menciptakan loyalitas pelanggan yang tinggi.
Caranya adalah dengan memberikan komitmen untuk memberikan kepuasan
kepada pelanggan, yang pada gilirannya akan menjadi sumber penyempurnaan
30
mutu produk atau jasa dan akan meningkatkan motivasi para karyawan untuk
mencapai tingkat kinerja yang lebih baik daripada sebelumnya.
3. Strategi superior customer service
Ini merupakan strategi menawarkan pelayanan yang lebih baik dibandingkan
dengan yang ditawarkan oleh pesaing. Dana yang besar, sumber daya manusia
yang andal, dan usaha yang gigih diperlukan agar perusahaan dapat
menciptakan pelayanan yang superior.
Yang sering terjadi adalah perusahaan menawarkan customer service yang
lebih baik tetapi memberi harga yang lebih tinggi pada produk-produknya. Tetapi
biasanya mereka memperoleh manfaat yang lebih besar dari pelayanan yang
lebih baik tersebut, yaitu tingkat pertumbuhan yang lebih cepat dan laba yang
lebih besar.
4. Strategi penanganan keluhan yang efektif
Strategi ini merupakan strategi yang menangani keluhan pelanggan dengan
cepat dan tepat, dimana perusahaan harus menunjukan perhatian, keprihatinan
dan penyesalannya atas kekecewaan pelanggan agar pelanggan tersebut dapat
kembali menjadi pelanggan yang puas dan kembali menggunakan produk atau
jasa perusahaan tersebut. Proses penanganan keluhan pelanggan yang efektif
dimulai dari identifikasi dan penentuan sumber masalah yang menyebabkan
pelanggan tidak puas dan mengeluh.
5. Strategi peningkatan kinerja perusahaan
Perusahaan menerapkan strategi yang dapat meningkatkan kualitas
pelayanan secara berkesinambungan, memberikan pendidikan dan pelatihan
komunikasi, salesmanship, dan public relation kepada pihak manajemen dan
karyawan , memasukan unsur kemampuan memuaskan pelanggan ke dalam
sistem penilaian prestasi karyawan.
2.16
31
Pengertian Loyalitas Pelanggan
Menurut Oliver dalam Hurriyati (2005, p128) mengungkapkan definisi loyalitas
pelanggan sebagai berikut:
“customer loyalty is deefly held commitment to rebuy or repatronize a preferred
product or service consistenly in the future, despite situasional influences and
marketing efforts having the potential to cause switching behaviour”
Dari definisi di atas terlihat bahwa loyalitas adalah komitmen pelanggan bertahan
secara maksimum untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk atau
jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan
usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku.
Menurut Griffin yang dikutip oleh Hurriyati (2005, p129) “loyality is defined as non
random purchase expressed over time by some decision making unit” berdasarkan definisi
tersebut dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu kepada wujud perilaku dari unit-unit
pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang
atau jasa perusahaan yang dipilih.
Menciptakan loyalitas pelanggan adalah merupakan hal yang penting dilakukan oleh
online vendors karena dalam menarik dan menciptakan pelanggan baru dibutuhkan dana
yang cukup tinggi, yaitu 20%-40% lebih tinggi jika dibandingkan dengan pasar non-internet
(pasar tradisional). Selain itu loyalitas pelanggan juga berdampak baik untuk pekembangan
dan keuntungan dari online vendors. Sebagai contoh kenaikkan loyalitas pelanggan sebesar
5% akan menyebabkan kenaikan keuntungan 30%-85% (tergantung dari jenis industri yang
terlibat) [Reichheld and Schefter 2000].
32
Secara harafiah loyalitas pelanggan pada suatu vendor berarti akan menyebabkan
pelanggan tersebut untuk melakukan lebih banyak transaksi dengan vendor tersebut. Salah
satu cara untuk meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan memberikan pelayanan
yang berkualitas baik, yang diharapkan dapat membuat pelanggan untuk kembali melakukan
transaksi dengan vendor tersebut.
Buku Loyalty Effect karangan Reicheld mendefinisikan logika finansial untuk
membangun loyalitas pelanggan, beragumen bahwa pelanggan yang loyal akan:
1. Menjadi pelanggan lebih lama – memperbaharui pembelian mereka setiap waktu.
2. Membeli lebih banyak – menambahkan produk atau jasa lain.
3. Membayar lebih – mentolerir premium dan bersedia tidak peroleh diskon.
4. Biaya rendah – berbiaya rendah dalam hal layanan, membutuhkan upaya
penjualan dan dukungan yang lebih sedikit.
5. Mengatakan kepada orang lain – menjadi penasihat, menceritakan kepada teman
baik mereka juga.
Menurut Griffin (2005, p11) loyalitas yang meningkat dapat menghemat biaya
perusahaan sedikitnya 6 bidang:
1.
Biaya pemasaran menjadi berkurang (biaya pengambilalihan pelanggan lebih
tinggi daripada biaya mempertahankan pelanggan)
2.
Biaya transaksi menjadi lebih rendah, seperti negosiasi kontrak dan pemrosesan
order
3.
Biaya perputaran pelanggan (customer turnover) menjadi berkurang (lebih
sedikit pelanggan hilang yang harus digantikan)
4.
Keberhasilan cross-selling menjadi meningkat, menyebabkan pangsa pelanggan
lebih besar
33
5.
pemberitaan dari mulut ke mulut menjadi lebih positif, dengan asumsi para
pelanggan yang loyal juga merasa puas
6.
biaya kegagalan menjadi menurun (seperti biaya penggantian)
Griffin (p35, 2005) menyatakan bahwa orang tumbuh menjadi pelanggan yang loyal
dalam tahapan. Proses tersebut dilalui dalam jangka waktu tertentu, dengan perhatian yang
diberikan pada tiap-tiap tahap pertumbuhan. Setiap tahap memiliki kebutuhan khusus.
Tahapan tersebut meliputi:
1. Suspects adalah orang yang mungkin membeli produk atau jasa perusahaan.
disebut tersangka karena perusahaan percaya mereka akan membeli, tetapi
masih belum cukup yakin.
2. Prospects adalah orang yang membutuhkan produk atau jasa perusahaan dan
memiliki kemampuan membeli. Tahap ini baru sampai kepada pelanggan yang
mendengar rekomendasi dari orang lain.
3. Disqualified Prospects adalah prospek yang telah cukup perusahaan pelajari
untuk
mengetahui
pelanggan
tidak
membutuhkan
atau
tidak
memiliki
kemampuan untuk membeli.
4. First Time Customers adalah orang-orang yang telah membeli dari perusahaan
tertentu satu kali. Orang tersebut bisa menjadi pelanggan perusahaan tersebut
dan sekaligus pelanggan pesaing.
5. Repeat Customers adalah orang-orang yang telah membeli lebih dari dua kali
atau lebih.
6. Clients adalah pelanggan yang membeli apa saja yang dijual oleh perusahaan
tersebut. Hubungan pelanggan dan perusahaan kuat dan berlanjut, yang
menjadikan pelanggan kebal teradap tarikan pesaing.
34
7. Advocates seperti clients yang membeli apa saja yang dijual perusahaan tersebut
secara teratur, dan mendorong orang lain membeli produk atau jasa perusahaan
tersebut.
Tahapan loyalitas yang diungkapkan Griffin tersebut dikenal dengan istilah profit
generator system. Cara kerja profit generator system adalah pertama, seluruh suspects
masuk ke dalam sistem pemasaran, kemudian akan tersaring menjadi qualified prospects dan
disqualified prospects. Dalam hal ini, disqualified prospects tidak menguntungkan lagi bagi
perusahaan, maka disqualified prospects keluar dari sistem, sementara qualified prospects
masuk ke proses selanjutnya. Semakin cepat menentukan disqualified prospects, semakin
menguntungkan bagi perusahaan karena proses ini menghabiskan uang dan waktu yang
dimiliki. Kemudian seluruh qualified prospects difokuskan menjadi first time buyers, setelah
itu didorong menjadi repeat customers, loyal clients dan paling akhir menjadikan mereka
sebagai advocates bagi perusahaan dimana para advocates ini akan mempengaruhi orang
lain agar membeli produk atau jasa dari perusahaan.
Griffin (p31, 2005) juga menyatakan terdapat empat aspek dalam pengkuran
loyalitas:
1. Melakukan pembelian berulang secara teratur
Maksudnya adalah pelanggan yang telah melakukan pembelian suatu produk
sebanyak dua kali atau lebih. Mereka adalah yang melakukan pembelian atas
produk yang sama banyak dua kali atau membel dua macam produk yang
berbeda dalam dua kesempatan.
2. Membeli antarlini produk dan jasa
Maksudnya adalah membeli semua barang dan jasa yang ditawarkan dan
mereka butuhkan. Mereka membeli secara teratur, hubungan dengan jenis
35
pelanggan ini sudah kuat dan berlangsung lama, yang membuat mereka tidak
berpengaruh oleh produk pesaing.
3. Merekomendasikan kepada orang lain
Maksudnya membeli barang atau jasa yang ditawarkan dan yang mereka
butuhkan, serta melakukan pembelian secara teratur, selain itu, mereka
mendorong teman-teman mereka agar membeli barang dan jasa perusahaan
atau merekomendasikan perusahaan tersebut kepada orang lain, dengan begitu
secara tidak langsung mereka telah melakukan pemasaran untuk perusahaan
dan membawa konsumen untuk perusahaan.
4. Menunjukan kekebalan terhadap tarikan pesaing
Pelanggan yang tidak mudah beralih pada perusahaan lain yang menawarkan
produk atau jasa yang serupa.
2.17
Hubungan Kualitas Jasa, Kepercayaan, Kepuasan dan Loyalitas
Menurut Sahadev dan Purani (2008) dalam penelitiannya menyatakan bahwa
kualitas jasa yang diberikan secara e-service dan kepuasan yang dirasakan oleh pelanggan
memang merupakan beberapa faktor yang digunakan untuk meramalkan kepercayaan serta
di tahap berikutnya, faktor-faktor tersebut merupakan salah satu tolak ukur akan loyalitas.
36
Efficiency Trust System availability Loyalty Fulfilment Satisfaction
Privacy Gambar 2.2: Kerangka Jurnal Modelling The Consequences of E-Service Quality
Sumber: Sahadev dan Purani (2008)
Gambar kerangka konseptual faktor-faktor e-service quality efficiency, system
availability, fulfilment, dan privacy terhadap trust dan satisfaction serta hubungannya dengan
loyalty.
Menurut El Junusi (2009) dalam penelitiannya menyatakan bahwa kepercayaan
secara keseluruhan berpengaruh secara signifikan terhadap kepuasan dengan dimensi
pengalaman masa lalu, informasi dan antusiasme. Jadi semakin tinggi derajat kepercayaan
maka semakin tinggi kepuasan yang dirasakan.
Dari dua penelitian di atas terlihat bahwa kepuasan mempengaruhi kepercayaan dan
kepercayaan juga dapat mempengaruhi kepuasan. Sehingga dalam penelitian ini, peneliti
akan meneliti pengaruh kepercayaan terhadap kepuasan dengan dimensi yang berbeda dari
penelitian El Janusi yakni Ability, Integrity dan Benevolance.
2.18
37
Teknik Pengolahan Sampel
Untuk menentukan ukuran sampel, dapat digunakan rumus tergantung dari populasi
yang diketahui atau yang tidak diketahui, rumus yang populasinya diketahui dengan rumus
Slovin, yaitu:
N
n=
1+N(d)2
Sumber: (Kuncoro2007,p44)
Dimana:
n = jumlah sampel
N = jumlah populasi
d = presisi yang ditetapkan
2.19
Uji Validitas
Validitas merupakan ukuran yang benar-benar mengukur apa yang akan diukur.
Semakin tinggi validitas suatu alat tes, maka alat tes tersebut semakin mengenai sasarannya,
atau semakin menunjukan apa yang seharusnya diukur. Jadi, validitas menunjukan kepada
ketepatan dan kecermatan tes dalam menjalankan fungsi pengukurannya. (Rochaety, 2007,
p57). Instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data
(mengukur) itu valid. Untuk menguji validitas alat ukur, terlebih dahulu dicari harga korelasi
antar bagian-bagian dari alat ukur secara keseluruhan dengan cara mengkorelasikan setiap
butir alat ukur dengan skor total yang merupakan jumlah tiap skor butir. Untuk menghitung
validitas alat ukur digunakan rumus Pearson Product Moment, sebagai berikut:
38
rxy =
. ΣY )
n ( Σ XY ) − (Σ X )(
n.∑ X 2 − (∑ X )2 n.∑ Y 2 − (∑ Y )2
Keterangan:
r = Koefisien korelasi
X = Skor item X
Y = Skor item Y
n = banyaknya sampel dalam penelitian
2.20
Uji Reliabilitas
Instrumen yang reliable adalah instrumen yang bila digunakan beberapa kali untuk
mengukur obyek yang sama, akan menghasilkan data yang sama (Sugiyono,2007,p110).
Perhitungan keandalan suatu alat ukur yang umum digunakan adalah dengan mencari
koefisien kehandalan alat ukur yang akan menentukan mutu keseluruhan proses
pengumpulan data, dengan menggunakan rumus koefisien Alpha (α) metode Cornbach:
r11 =
k
k-1
1- ∑σb2
σ t2
dimana : r11 = reliabilitas instrumen
k = banyaknya butir pertanyaan
σt2 = varians total
∑σb2 = jumlah varians butir
2.21
39
Korelasi Pearson
Menurut Kuncoro dan Riduwan(2007,pp61-62) analisis korelasi, sebelum uji regresi
dilakukan uji korelasi terlebih dahulu untuk mengetahui ada tidaknya hubungan yang
signifikan antara variabel independen dan dependen. Teknik analisis korelasi Pearson Product
Moment termasuk teknik statistik parametrik yang menggunakan data interval dan ratio
dengan menggunakan persyaratan tertentu.
Rumus korelasi sederhana :
rxy =
n ( Σ XY ) − (Σ X )(
. ΣY )
[ n.∑ X
2
− (∑ X ) ][ n ∑ Y 2 − ( ∑ Y 2 ]
2
Penjelasan :
rxy = koefisien korelasi
X = Skor item X
Y = Skor item Y
n = Banyaknya sampel dalam penelitian
korelasi Pearson Product Moment
Korelasi PPM dilambangkan dengan (r) dengan ketentuan nilai r tidak lebih dari
harga (-1 ≤ r ≤ +1). Apabila nilai r= -1 artinya korelasinya negatif sempurna; r= 0 artinya
tidak ada korelasi; r= 1 berarti korelasinya sangat kuat. Menurut Rochaety (2007, p121),
korelasi dapat menghasilkan angka positif (+) atau negatif (-). Jika korelasi menghasilkan
angka positif maka hubungan kedua variabel searah. Artinya jika variabel bebas (dependent
variable) besar maka variabel terikat (independent variable) juga besar dan berlaku
sebaliknya. Jika korelasi menghasilkan angka negatif maka hubungan kedua variabel bersifat
tidak searah. Artinya jika variabel bebas besar maka variabel terikatnya kecil.
40
Tabel 2.2 Interpretasi koefisien korelasi nilai r
Interval Koefisien
Tingkat Hubungan
0,80 – 1,00
Sangat kuat
0,60-0,799
Kuat
0,40-0,599
Cukup Kuat
0,20-0,399
Rendah
0,00-0,199
Sangat Rendah
Sumber : Kuncoro dan Riduwan(2007,p62)
Besar kecilnya sumbangan variabel X terhadap Y dapat ditentukan dengan rumus koefisien
determinan sebagai berikut :
Dimana : KP = nilai koefisien diterminasi
KP = r2 x 100%
r = nilai koefisien korelasi
Pengujian signifikansi yang berfungsi apabila peneliti ingin mencari makna generalisasi
dari hubungan variabel X terhadap Y, maka hasil korelasi sederhana tersebut diuji dengan
signifikansi sebagai berikut :
Hipotesis :
Ha : variabel X berhubungan secara signifikan dengan variabel Y
Ho : variabel X tidak berhubungan secara signifikan dengan variabel Y
Dasar Pengambilan Keputusan
•
Jika nilai probabilitas 0.05 lebih kecil atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau (0.05 ≤ Sig), maka Ho diterima dan Ha ditolak, artinya tidak signifikan.
41
•
Jika nilai probabilitas 0.05 lebih besar atau sama dengan nilai probabilitas Sig
atau (0.05 ≥ Sig), maka Ho ditolak dan Ha diterima, artinya signifikan.
2.22
Analisis Jalur (PATH Anlysis)
Path Analysis digunakan untuk menganalisis pola hubungan antar variabel dengan
tujuan untuk mengetahui pengaruh langsung maupun tidak langsung seperangkat variabel
bebas (eksogen) terhadap variabel terikat (endogen). Model path analysis yang dibicarakan
adalah pola hubungan sebab akibat atau “a set hypothesized causal relation among
variables” (Kuncoro dan Riduwan, 2007, P2).
Menurut Riduwan dan Kuncoro, asumsi yang mendasari path analysis sebagai berikut:
1. Hubungan antar variabel adalah bersifat linier, adaptif dan bersifat normal
2. Hanya sistem aliran kausal ke satu arah, artinya tidak ada arah kausalitas
yang berbalik
3. Variabel terikat (endogen) minimal dalam skala ukur interval dan rasio
4. Menggunakan sample probability sampling, yaitu teknik pengambilan sample
untuk memberikan peluang yang sama pada setiap anggota populasi untuk
dipilih menjadi anggota sample
5. Observed variables diukur tanpa kesalahan (instrumen pengukuran valid dan
reliable)
6. Model yang dianalisis dispesifikasikan dengan benar berdasarkan teori-teori
dan konsep-konsep yang relevan, atau model teori yang dikaji serta
dibangun berdasarkan kerangka teoritis tertentu yang mampu menjelaskan
hubungan antar variabel yang diteliti.
2.23
42
Kerangka Pemikiran
Online Ticketing
Garuda Indonesia
Kualitas Jasa
(X1)
1.Efficiency
2.Reability
3.Fullfilment
4.Privacy
5.Responsiveness
7.Content
8.Aesthetics
Kepercayaan
(X2)
1. Ability
2.Integrity
3.Benevolence
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Kepuasan
(Y)
Kualitas produk atau jasa
Harapan pelanggan
Promosi loyalitas
Kemudahan
Penanganan keluhan
Garansi
Harga
Minat pembelian ulang
Kepuasan keseluruhan
1.
2.
3.
4.
Loyalitas
(Z)
Melakukan pembelian berulang
secara teratur
Membeli antar lini produk dan
jasa
Merekomendasikan kepada
orang lain
Menunjukan kekebalan
terhadap tarikan pesaing
Analisis Pengaruh Kualitas Jasa Online Ticketing dan
Kepercayaan Pelanggan Terhadap Kepuasan
Pelanggan Serta Dampaknya Terhadap Loyalitas
Pelanggan (Studi kasus : Garuda Indonesia)
2.24
43
Hipotesis
Perumusan hipotesis penelitian merupakan langkah ketiga dalam penelitian, setelah
peneliti mengemukakan landasan teori dan kerangka berfikir. Hipotesis merupakan jawaban
sementara terhadap rumusan masalah penelitian, oleh karena itu rumusan masalah
penelitian biasanya disusun dalam bentuk kalimat pernyataan (Sugiyono, 2007, p51).
Hipotesis untuk penelitian ini berdasarkan identifikasi masalah yang ada adalah
sebagai berikut:
1.
Bagaimanakah pengaruh kualitas jasa, kepercayaan terhadap kepuasan
pelanggan online ticketing Garuda Indonesia?
a. Hipotesis pengujian secara simultan antara X1, X2 dan Y
Ho : Variabel kualitas jasa dan kepercayaan tidak berkontribusi secara
simultan dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kualitas jasa dan kepercayaan berkontribusi secara
simultan dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
b. Hipotesis pengujian secara individual antara X1 dan Y
Ho : Variabel kualitas jasa tidak berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kualitas jasa berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap variabel kepuasan pelanggan.
c.
Hipotesis pengujian secara individual antara X2 dan Y
Berdasarkan penlitian El Junusi (2009) yang menyatakan kepercayaan
mempengaruhi
kepuasan,
peneliti
juga
mengidentifikasi
adanya
pengaruh kepercayaan pelanggan terhadap kepuasan pelanggan pada
penelitian ini. Peneliti mengukur pengaruh kepercayaan terhadap
44
kepuasan dengan dimensi yang berbeda yakni Ability, Intergrity dan
Benevolance.
Ho : Variabel kepercayaan pelanggan tidak berkontribusi secara simultan
dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kepercayaan pelanggan berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
2.
Bagaimanakah
pengaruh
kualitas
jasa
online ticketing, kepercayaan
pelanggan, kepuasan pelanggan terhadap loyalitas pelanggan online ticketing
Garuda Indonesia?
a. Hipotesis pengujian secara simultan X1, X2, Y dan Z
Ho : Variabel kualitas jasa online ticketing, kepercayaan pelanggan dan
kepuasan pelanggan tidak berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kualitas jasa online ticketing, kepercayaan pelanggan dan
kepuasan pelanggan berkontribusi secara simultan dan signifikan
terhadap variabel kepuasan pelanggan.
b. Hipotesis pengujian secara individual antara X1 dan Z
Ho : Variabel kualitas jasa online ticketing tidak berkontribusi secara
simultan dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kualitas jasa online ticketing berkontribusi secara simultan
dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
c.
Hipotesis pengujian secara individual antara X2 dan Z
Ho : Variabel kepercayaan pelanggan tidak berkontribusi secara simultan
dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kepercayaan pelanggan berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
45
d. Hipotesis pengujian secara individual antara Y dan Z
Ho : Variabel kepuasan pelanggan tidak berkontribusi secara simultan
dan signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Ha : Variabel kepuasan pelanggan berkontribusi secara simultan dan
signifikan terhadap variabel kepuasan pelanggan.
Download