STRUKTUR DRAMATIK PADA LAKON JOKO UMBARAN WINISUDHA DI SANGGAR KARISMA DEWATA KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI Oleh : Ingkan Prio Manunggal ABSTRAK Lakon Joko Umbaran Winisudha merupakan salah satu folklor yang menceritakan sebuah legenda yang berkembang di Banyuwangi. Joko Umbaran Winisudha merupakan salah satu lakon yang sering dibawakan oleh sanggar janger Karisma Dewata. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis lakon Joko Umbaran Winisudha pada batasan pembagian babak dan unsur-unsur pembentuk cerita di sanggar Karisma Dewata Kecamatan Muncar, Kabupaten Banyuwangi. Untuk menjawab permasalahan yang ada, maka dalam penelitian ini menggunakan pendekatan yang bersifat kualitatif yang akan mendeskripsikan tentang pembagian babak dan unsur pembentuk cerita. Untuk memperoleh keakuratan data metode penelitian yang digunakan adalah pengamatan (observasi), wawancara, dan dokumentasi. Dalam analisa data. peneliti menggunakan teori bentuk lakon. Dalam analisis data yang telah dilakukan dapat diperoleh hasil antara lain bentuk penyajian janger Karisma Dewata, cerita lakon Joko Umbaran Winisudha, pembagian babak merupakan sebuah rangkaian dari adegan, penokohan sebagai penentu konflik, alur sebagai pengiring tiap adegan dan tangga dramatik sebagai penggerak dramatik cerita. Dalam penyajiannya, janger Karisma Dewata menyerupai pertunjukan ketoprak namun dengan iringan karawitan Bali. Dalam bentuk lakon Joko Umbaran Winisudha, cerita diangkat dari sebuah legenda masyarakat di Banyuwangi. Dalam cerita tersebut terbagi menjadi lima babak seperti eksposisi, konklusi, klimaks, resolusi, kesimpulan.alur yang dipakai dalam lakon tersebut merupakan alur maju dimana tokoh dalam lakon tersebut mempunyai peran sebagai penentu konflik dalam alur yang sedang diperankan sehingga akan membentuk suatu tangga dramatik yang membuat menarik jalannya cerita. Dari penelitian ini dapat dijadikan contoh bahwa dalam penyajian bentuk lakon sebuah teater tradisional hendaknya juga mampu mempertimbangkan struktur dramatik dalam sebuah lakon. Hasil penelitian ini, kianya dapat digunaan sebagai salah satu bahan pertimbangan peneliti lain dalam kesenian janger di Banyuwangi dalam aspek lin yang belum terngkat di penelitian ini. Kata kunci : Karisma Dewata, Lakon Joko Umbaran Winisudha, Struktur Dramatik 1 STRUKTUR DRAMATIK PADA LAKON JOKO UMBARAN WINISUDHA DI SANGGAR KARISMA DEWATA KECAMATAN MUNCAR KABUPATEN BANYUWANGI I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Banyuwangi merupakan kabupaten di salah satu provinsi Jawa Timur yang berbatasan langsung dengan selat bali. Sebagian besar mata pencaharian masyarakat Banyuwangi adalah petani, nelayan, dan bekerja di pemerintahan. Banyuwangi terkenal sebagai yang subur yang bisa memberikan penghidupan makmur bagi masyarakatnya sehingga tidak menutup kemungkinan banyak masyarakat dari luar Banyuwangi yang mencari penghidupan di wilayah tersebut. Suku Osing merupakan masyarakat asli Banyuwangi di samping para pendatang dari luar daerah. Mereka merupakan penduduk yang bertempat tinggal pada hampir setiap kecamatan di Banyuwangi. Mereka juga memiliki sikap mandiri yang sangat tinggi, mempunyai adat istiadat yang khas, mempunyai bahasa khas yaitu bahasa Osing dan bahkan mempunyai kesenian sendiri, seperti : Gandrung, Kuntulan, Angklung Caruk, Janger dan lain sebagainya. Dari keanekaragaman wujud kesenian yang ada di Banyuwangi, Janger merupakan salah satu wujud kesenian teater tradisional yang ada di kabupaten Banyuwangi. Dalam bentuk penyajiannya, Janger dipentaskan pada malam hari selama semalam suntuk. Seperti teater tradisional lain seperti ketoprak maupun wayang orang unsur penyajian lakon dalam pertunjukan teater tradisional janger tersebut meliputi cerita, babak, tokoh, alur cerita, dan tangga dramatik. 2 Lakon Joko Umbaran merupakan legenda dari daerah Banyuwangi. Pada lakon Joko Umbaran Winisudha menceritakan tentang kisah seorang pemuda yang gagah berani bernama Joko Umbaran untuk mencari pekerjaan di kerajaan Majapahit. Akhirnyan raja Majapahit memerintahkan Joko Umbaran untuk mengalahkan sesosok raksasa bernama Kebo Marcuet. Sifat ksatria, pemberani dan pantang menyerah yang dimiliki oleh Joko Umbaran inilah yang mampu menundukkan Kebo Marcuet sehingga mendapat gelar Gurubhisma Minak Jinggo dari kerajaan Majapahit dan menjadi adipati di Bumi Blambangan. Lakon Joko Umbaran Winisudha merupakan lakon favorit bagi masyarakat Banyuwangi sebab Joko Umbaran merupakan cikal bakal Minak Jingggo yang menjadi simbol pahlawan bagi masyarakat di Banyuwangi yang menjadi keunikan dalam bentuk penyajian lakon ini. Berdasarkan uraian diatas Janger Banyuwangi merupakan bentuk dari teater tradisional yang berkembang di kabupaten Banyuwangi. Dalam sebuah penyajian lakon teater tradisional pasti tidak terlepas dari cerita, babak, tokoh, alur dan tangga dramatik (Abdilah 2008:12). Lakon merupakan elemen pokok dalam penyajian teaer tradisional janger Banyuwangi. B. Masalah Penelitian 1. Bagaimana pembagian babak lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata? 2. Bagaimana pembagian tokoh lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata? 3 3. Bagaimana alur lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata? 4. Bagaimana tangga dramatik lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata? C. Tujuan Penelitian 1. Menganalisis lebih jauh bentuk lakon Joko Umbaran Winisudha yang terdapat di sanggar Karisma Dewata. 2. Menambah khasanah pustaka kesenian rakyat Banyuwangi 3. Mengetahui bentuk penyajian janger Banyuwangi di sanggar janger Karisma Dewata. 4. Mengetahui struktur lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata. D. Manfaat Penelitian 1. Dapat melestarikan budaya setempat 2. Untuk mendokumentasikan seni Janger Banyuwangi sebagai bentuk warisan budaya bangsa terutama lakon Joko Umbaran Winisudha 3. Diharapkan dengan penelitian ini dapat menambah perbendaharaan pustaka bagi jurusan, fakultas dan universitas. 4. Sebagai data ilmiah untuk bahan kajian Janger selanjutnya. 4 II. Metode Penelitian Lokasi penelitian ini terletak di Dusun Curah Pacul RT 02 RW 04 Desa Tembok rejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi Propinsi Jawa Timur. Di daerah ini terdapat sebuah sanggar janger bernama Karisma Dewata. Pada daerah ini Sebagian masyarakat bermata pencaharian sebagai petani, nelayan dan wiraswasta. Dalam melakukan penelitian tentang struktur dramatik lakon Joko Umbaran di sanggar Janger Karisma Dewata yang terletak di Dusun Curah Pacul Desa Tembokrejo Kecamatan Muncar Kabupaten Banyuwangi, peneliti menggunakan penelitian deskriptif kualitatif. Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan beberapa cara agar data yang diperoleh merupakan data yang valid. Metode penumpulan data yang digunakan meliputi : wawancara, observasi dan studi dokumentasi. Di dalam penelitian ini menggunakan kredibilitas, yakni menguji secara triangulasi, pertemuan dengan informan, analisis rekaman dan perpanjangan waktu dilapangan. Karena penelitian ini adalah kualitatif maka peneliti akan mengambil sikap untuk melakukan pengamatan secara berulang ulang dengan masalah yang berkaitan dengan penelitian Janger Karisma Dewata. Dalam suatu penelitian maka diperlukan suatu keabsahan data. Oleh karena itu diperlukan pemisahan data untuk selanjutnya dianalisis. Teknik pemeriksaan keabsahan data tidak lain dilakukan untuk meningkatkan pada keabsahan data itu sendiri, dan untuk menguji keabsaha data maka digunakan teknik triangulasi. 5 Proses analisis data dalam penelitian kualitatif dilakukan seiring dengan proses pengumpulan data. Dengan demikian proses pengumpulan data harus diikuti dengan pekerjaan menuliskan, mengedit mengklasifikasi, mereduksi dan menyajikan. Dalam penelitian ini analisa data yang digunakan melalui pendekatan tentang teori struktur dramatik. Dalam penelitian ini, analisis data akan dilakukan dengan cara mendeskripsikan rekaman wawancara dalam bentuk tulisan. Pada tahap ini, peneliti mengidentifikasi kemungkinan-kemungkinan data yang sudah dikumpulkan lalu menafsirkan data. Tahapan ini dimaksudkan untuk menganalisis lakon Joko Umbaran Winisudha pada Janger Karisma Dewata. III. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Struktur Dramatik Lakon Joko Umbaran Winisudha Di Sanggar Karima Dewata Dalam penyajian lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar janger Karisma Dewata Pertunjukan Janger dipentaskan pada malam hari selama satu malam suntuk. Seperti teater tradisional lain seperti ketoprak maupun wayang orang unsur penyajian lakon dalam pertunjukan teater tradisional janger tersebut meliputi cerita, babak, tokoh, alur, setting, dan tangga dramatik. Tidak dapat dipungkiri bahwa elemen tari, elemen teater dan elemen musik saling mendukung dalam pertunjukan teater tradisional janger. Dalam bentuk penyajiannya elemen tari terlihat dari motif gerak tari Bali yang dimainkan para aktor yang berfungsi sebagai teknik muncul para aktor guna menunjang pertunjukan agar semakin 6 menarik. Elemen musik terletak pada bentuk iringan karawitan dan gending Bali pada adegan atau peristiwa yang dimainkan. Iringan tersebut memberikan efek ilustrasi atau penggambaran suasana yang nantinya akan menimbulkan imajinasi bagi penikmatnya. Dari ke dua elemen tersebut elemen teater yang meliputi cerita, babak, tokoh, alur, dan tangga dramatik yang mendominasi pada pertunjukan janger sebab unsur-unsur pada teater menjadi sebuah rangkaian peristiwa yang tidak hanya menunjang, melainkan inti pada pertunjukan teater tradisional janger Banyuwangi. Dalam pertunjukan janger, lakon Joko Umbaran Winisudha merupakan lakon yang diminati oleh masyarakat Banyuwangi. Lakon Joko Umbaran Winisudha menceritakan tentang kisah seorang pemuda yang gagah berani bernama Joko Umbaran untuk mencari pekerjaan di kerajaan Majapahit, kemudian raja Majapahit memerintahkan Joko Umbaran untuk mengalahkan sesosok raksasa bernama Kebo Marcuet. Sifat ksatria, pemberani dan pantang menyerah yang dimiliki oleh Joko Umbaran inilah yang mampu menundukkan Kebo Marcuet sehingga mendapat gelar “Gurubhisma Minak Jinggo” dari kerajaan Majapahit dan menjadi adipati di Bumi Blambangan. Pada rangkaian sebuah peristiwa pembentuk lakon tersebut terdapat dua unsur pembentuk peristiwa dalam sebuah lakon Joko Umbaran Winisudha, adapun dua unsur tersebut adalah babak dan cerita. Pada pembagian babak kaitannya dalam lakon Joko Umbaran Winisudha terbagi menjadi lima babak yang terdiri dari exposition, complication, climax, resolution dan conclusion yang terdalamnya 7 terdapat beberapa rangkaian adegan dalam setiap babak. Terdapat cerita, alur, penokohan dan tangga dramatik yang menjadi rangkain sebuah cerita yang di dukung iringan musik sebagai bentuk ilustrasi, tari sebagai teknik muncul serta tata rias dan busana sebagai penegasan sebuah karakter pada lakon Joko Umbaran Winisudha. 1. Pembagian Babak Pada Lakon Joko Umbaran Winisudha Di Sanggar Karisma Dewata Pada lakon Joko Umbaran Winisudha, peneliti berusaha menuliskan pembagian babak sesuai dengan rangkaian adegan atau peristiwa demi pembahasan yang mendetail. Dalam pembagian babak pada lakon Joko Umbaran Winisudha dibagi menjadi lima yaitu : 1. Exposition : Pelukisan adegan awal. Bertujuan untuk pengenalan awal cerita. 2. Complication : Timbulnya kerumitan atau di mulainya konflik pada cerita. 3. Climax : Peristiwa mencapai titik puncak (rising action). 4. Resolution : Penguraian, mulai tergambar rahasia motif. 5. Conclusion : Kesimpulan dari cerita yang sedang berlangsung. Pada rangkaian pembagian babak lakon Joko Umbaran Winisudha menggunakan plot episodik. Menurut Abdilah (2008:36), dalam plot episodik ciri khas di dalamnya adalah mengalami perluasan waktu dan tempat. Sesuai dengan uraian diatas kaitannya pada lakon Joko Umbaran Winisudha, perluasan waktu 8 terletak pada masa kehamilan Jinggowati hingga kelahiran tokoh Joko Umbaran. Sedangkan dalam perluasan tempat pada lakon Joko Umbaran Winisudha nampak pergantian lokasi sebagai contoh seperti pada babak satu yang berlanjut pada babak tiga. Ke dua babak ini mengalami perluasan tempat atau secara singkatnya mengalami perubahan lokasi peristiwa. Perubahan itu lah yang disebut dengan perluasan tempat. 2 Pembagian Tokoh Pada Lakon Joko Umbaran Winisudha Di Sanggar Karisma Dewata Tokoh atau yang biasa disebut sebagai karakter adalah bagian yang paling aktif dalam penggerak jalannya sebuah cerita. Karakter disini adalah tokoh yang hidup dalam menjalankan sebuah cerita. Dalam dramaturgi klasik menurut Haymawan (1991:22) fungsi psikis ialah protagonis, antagonis, tritagonis dan figuran. Berikut ini adalah penokohan yang terdapat dalam lakon Joko Umbaran Winisudha: 1. Minak Subroto : Berdasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh antagonis. Minak Subroto merupakan tokoh yang mengawali dan membawa sebuah konflik. 2. Bromartunjung : Berdasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh protagonis. Prabu Bromartunjung karena merupakan lawan dari tokoh antagonis yaitu Minak Subroto dan Kebo Marcuet. 9 3. Jingggowati : Bedasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh tritagonis. Disebut sebagai tokoh tritagonis karena Jinggowati bukanlah pemilik konflik yang sebenarnya, walaupun terlibat secara langsung dalam menyelesaikan konflik sepanjang cerita. Ia hanyalah tokoh yang membantu menyelesaikan masalah atau penengah yang terjadi pada lakon Joko Umbaran Winisudha. 4. Subositi : Bedasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh tritagonis. Disebut sebagai tokoh tritagonis karena Subositi bukanlah pemilik konflik yang sebenarnya. 5. Joko Umbaran : Berdasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh protagonis karena Joko Umbaran merupakan lawan dari tokoh antagonis yaitu Kebo Marcuet. 6. Kebo Marcuet : Berdasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh antagonis. Kebo Marcuet merupakan tokoh yang membawa sebuah konflik setelah kematian Minak Subroto. 7. Dayun : Bedasarkan peranan terhadap jalannya cerita, tokoh ini dapat diklasifikasikan sebagai tokoh tritagonis. Disebut sebagai tokoh tritagonis karena Dayun bukanlah pemilik konflik yang sebenarnya, walaupun terlibat secara langsung dalam menyelesaikan konflik cerita. Ia hanyalah tokoh yang membantu menyelesaikan masalah Joko 10 Umbaran atau penengah yang terjadi pada lakon Joko Umbaran Winisudha. 3. Alur lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata Alur merupakan cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya adalah segala keterangan, petunjuk, pengacuan yang berkaitan dengan waktu, ruang, dan suasana terjadinya peristiwa dalam suatu karya sastra atau sebuah lakon. Alur berbeda dengan plot, namun alur berhubungan sekali dengan plot, sebab alur adalah bagian dari plot Alur cerita. Alur cerita yang digunakan dalam lakon Joko Umbaran Winisudha menggunakan alur maju. Alur maju adalah alur yang bergerak secara maju. Singkatnya, lakon Joko Umbaran menggunakan alur maju karena cerita di dalamnya menceritakan kehamilan Jinggowati, kelahiran Joko Umbaran hingga Joko Umbaran menjadi adipati Brang Wetan dan mendapat gelar Gurubhisma Minak Jinggo. 4. Tangga Dramatik Lakon Joko Umbaran Winisudha di sanggar Karisma Dewata Pada garis diatas kaitannya dengan lakon Joko Umbaran Winisudha babak ke tiga atau climax merupakan adegan yang menunjukan ketegangan (tension) sebuah cerita. Saat climax menuju babak akhir, ketegangan akan mulai diturunkan agar penonton mampu berorientasi kembali pada lakon. Seperti pertunjukan janger lainnya tanda menurunnya ketegangan tersebut akan ditandai perubahan 11 adegan. Dalam lakon Joko Umbaran Winisudha babak climax berisikan pertarungan antara kadipaten Grati dan kerajaan Majapahit. Pertarungan tersebut hanya berisi gimik untuk membuat babak climax menjadi lebih menarik karena konflik cerita pada babak tersebut belum terselesaikan secara menyeluruh. Tanda menurunnya ketegangan dalam lakon tersebut nampak pada perubahan adegan pertarungan menuju adegan lawakan. Adegan ini dimaksudkan untuk menurunkan ketegangan emosi penonton agar mampu berorientasi kembali masuk pada lakon yang sedang dimainkan IV.SIMPULAN Di dalam pertunjukan janger di sanggar Karisma Dewata, terdapat idiomidiom dari lakon yang ada di dalamnya. Bentuk janger Karisma Dewata berbeda dengan ludruk ataupun ketoprak. Perbedaan tersebut terletak pada iringan musik, tari pengiring beserta lakon yang dibawakan. Tari pengiring yang dibawakan adalah Bali serta Banyuwangi, iringan musik menggunakan gamelan Bali sedangkan lakon yang dibawakan adalah folklore yang berkaitan dengan mitos atau legenda di Banyuwangi. Lakon Joko Umbaran Winusudha adalah salah satu folklore yang berkembang di masyarakat Banyuwangi. Lakon Joko Umbaran ini termasuk lakon andalan di sanggar Janger Karisma Dewata pimpinan Sutaji M.Pd. Lakon Joko Umbaran Winisudha merupakan lakon yang sering disajikan oleh sanggar 12 Karisma Dewata untuk memenuhi permintaan masyarakat yang mempunyai hajatan. Lakon Joko Umbaran Winisudha merupakan sebuah lakon yang bercerita tentang seorang laki-laki bernama Joko Umbaran yang berani, pantang menyerah dan mandiri untuk menegakkan sebuah kebenaran. Hal ini terlihat pada penyajiannya lakon Joko Umbaran Winisudha. Hal ini sesuai dengan karakteristik kehidupaan masyarakat di Banyuwangi. Masyarakat osing selaku masyarakat asli Banyuwangi merupakan masyarakat yang memiliki sikap berani, pantang menyerah dan mandiri dalam menghadapi permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Dalam analisis lakon Joko Umbaran Winisudha, tedapat unsur pembentuk lakon yang meliputi ( 1 ) cerita ( 2 ) babak ( 3 ) tokoh, ( 4 ) alur cerita, ( 5 ) tangga dramatik. Unsur-unsur tersebut membentuk suatu elemen yang menjadi inti dan mendukung penyajian lakon Joko Umbaran Winisudha. Analisis lakon Joko Umbaran Winisudha berdasarkan pembagian babak meliputi eksposition, Complication, Climax, Resolution, Conclusion, Denouement. Pembagian tersebut berdasakan urutan adegan dalam penyajian lakon Joko Umbaran Winisudha. Tokoh pada lakon Joko Umbaran Winisudha di bagi menjadi tokoh antagonis, protagonis, tritagonis, dan figuran. Penokohan tersebut menimbulkan konflik serta pertentangan pada setiap pergantian babak dalam rangkaian adegan. 13 Alur pada lakon Joko Umbaran winisudha menggunakan alur maju. Karena terlihat di dalam struktur adegannya perpindahan atau pergantian babak mengalami sebuah perluasan ruang dan waktu. Maka cerita, babak, tokoh dan alur pada lakon Joko Umbaran Winisudha di janger Karisma Dewata tersebut akan berpengaruh pada tangga dramatik lakon Joko Umbaran Winisudha yang memiliki plot episodik didalamnya, yaitu cerita yang terpisah satu sama lain, tetapi kemudian bertemu di akhir cerita. Saran Untuk menunjang lebih baik hasil penelitian ini diharapkan ada follow up penelitian lanjutan pada lokasi, obyek, dan subyek lain dari sanggar janger yang ada di Banyuwangi, agar temuan-temuan ilmiah inovatif lainnya diharapkan mampu muncul menjadi khazanah penelitian dibidang teater tradisional janger Banyuwangi. Para pemilik sanggar janger di Banyuwangi hendaknya melakukan berbagai inovasi-inovasi dalam penyajian sebuah lakon untuk menunjang keindahan pertunjukan janger tersebut, jadi pertunjukan janger tidak semata-mata untuk mencari materi bagi pemilik sanggar, namun sebagai sebuah pertunjukan tradisinal dengan teknologi modern yang mampu memberikan pesan moral bagi penikmatnya untuk tatanan kehidupan sehari-hari. 14 V. DAFTAR RUJUKAN 1. Abdillah,Autar.2008. Dramaturgi.Surabaya:Unesa Press 2. Harymawan. RMA.1993. Dramaturgi. Edisi Kedua. Bandung : PT Remaja Rosdakarya. 3. Soedarsono. 1986. Kesenian. Bahasa dan Folklor Jawa. Yogyakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 15 16