BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sistem informasi merupakan alat yang bersifat vital didalam meningkatkan kinerja perusahaan dan dapat menciptakan suatu nilai dalam melakukan proses bisnis, pengambilan keputusan, dan mencapai tujuan strategis perusahaan. Hal ini dikarenakan, sistem informasi secara fundamental mengubah secara keseluruhan bisnis yang dilakukan serta struktur dan komponen perusahaan secara keseluruhan. (Laudon and Laudon, 2007) Melakukan investasi terhadap teknologi informasi dapat memberikan kontribusi atas peningkatan nilai dari bisnis perusahaan, meskipun untuk memahaminya diperlukan tantangan dan yang terbesar jika dilakukan terhadap Negara yang berkembang. Penelitian telah dilakukan terhadap salah satu Negara berkembang, Fiji dan menunjukan jika investasi teknologi informasi memberikan keuntungan secara intangible, terutama didalam proses operasional dan kontribusinya terhadap nilai bisnis perusahaan. (Prasad, 2008) Penentuan atas investasi pada umumnya akan mempengaruhi total asset yang dimiliki oleh perusahaan. Proses dalam penentuan investasi didalam bidang teknologi informasi akan menjadi hal yang kritikal bagi perusahaan. Banyak metodologi yang dapat digunakan dalam melakukan penentuan investasi dibidang teknologi informasi, tetapi yang terpenting, didalam memilih metode harus melihat luasnya kriteria terhadap investasi dan hubungannya dengan business goal serta strategi dan proses untuk evaluasinya. (McCormack, 2000) Model investasi atas teknologi investasi yang digunakan adalah dengan metodologi Cost Benefit Analysis (CBA)untuk mengukur tangible benefit, serta metodologi Information Technology Balance Scorecard (IT BSC) untuk mengukur intangible benefit.Sebelumnya, dilakukan pengukuran kelayakan dengan metode fit/gap analysis.Cost Benefit Analysis merupakan metode pengambilan keputusan dalam investasi yang umum digunakan terutama didalam pengambilan keputusan investasi dari segi teknologi serta dilakukan dari sebelum project dilakukan sampai setelah projectdiimplementasikan. Teknologi tradisional yang digunakan untuk melakukan evaluasi atas project teknologi informasi dengan Cost Benefit Analysis seperti Net Present Value (NPV) dan payback period yang paling umum untuk digunakan. (Schniederjans, Hamaker, and Schniederjans, 2010,p140; Anandarajan, Asokan, and Joseph, 1999) Cost Benefit analysis mengusulkan model pengambilan keputusan yang dapat digunakan jika keuntungannya melebihi biaya yang dikeluarkan.Biaya dari model pengambilan keputusan ini meliputi biaya pengembangan, pengumpulan data dan biaya pemrosesan data serta biaya pelatihan.Sedangkan untuk keuntungan dilihat dari dua dimensi yaitu dampak dan waktu. (Zebda, 2002) IT Balance Scorecard merupakan salah satu metode yang digunakan untuk melakukan pengukuran atas intangible benefit. IT Balance Scorecard yang efektif dapat melacak efisiensi dari aktifitas IT (seperti rata-rata waktu untuk menanggapi high priority user issue) dan efektifitas atas kontribusi terhadap tujuan perusahaan (seperti penurunan konsisten terhadap biaya perawatan IT hardware ). (Cram, CISA, and CISSP, 2007) Sedangkan fit/gap analysis digunakan untuk mengidentifikasi komponen atau data penting dari system apakah telah fit (sesuai) atau gap (ketidaksesuaian) terhadap perusahaan sehingga perlu suatu solusi alternatif. (Pol and Paturkar, 2011). PT. Panasonic Manufacturing Indonesia merupakan suatu perusahaan manufacturing yang bergerak didalam industri produksi electronic seperti televisi, kulkas, pompa, batere, AC, kipas angin, dan radio. Perusahaan ini merupakan salah satu anak perusahaan Panasonic Corporation yang berpusat di Jepang.Case study yang dilakukan akan mengambil bagian Financial Accounting dengan sub sistem asset management. Dimana pada bagian fixed asset management ini telah terdapat aplikasi yang disediakan untuk digunakan pengguna dalam mendukung proses bisnis perusahaan. Pada aplikasi fixed asset management ini akan dilakukan analisis terkait permasalahan yang kerap terjadi dan melakukan studi kelayakan atas rekomendasi pengembangan sistem dengan melihat pertimbangan dari segi ekonomi maupun faktor operasional dengan melihat kebutuhan dari pengguna. Untuk itu case study yang dilakukan berjudul "Studi Kelayakan Investasi Sistem Informasi Manajemen Aktiva Tetappada PT. Panasonic Manufacturing Indonesia" 1.2 Rumusan Permasalahan Rumusan permasalahan dari penulisan thesis ini adalah selama ini tidak melakukan studi kelayakan untuk menilai apakah investasi sistem informasi layak atau tidak dari berbagai aspek sehingga keputusan yang di ambil belum optimal, sistem informasi yang digunakan tidak sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pengguna 1.3 Ruang Lingkup Berikut adalah pembahasan ruang lingkup yang dibahas antara lain: 1. Analisis terhadap proses bisnis berjalan terkait subsistem manajemen aktiva tetap pada PT. Panasonic Manufacturing Indonesia yang meliputi perolehan, pemeliharaan, peminjaman dan pelepasan aktiva tetap tanpa membahas proses asuransi dari fixed asset. 2. Evaluasi sistem informasi manajemen aktiva tetap pada PT. Panasonic Manufacturing Indonesia dengan metode Fit/Gap Analysis dari segi operasional 3. Analisis atas kelayakan investasi sistem informasi manajemen aktiva dari sisi tangible benefit (dengan Cost Benefit Analysis) dan intangible benefit (dengan IT Balance Scorecard). 1.4 Tujuan dan manfaat Tujuan yang ingin dicapai dari case study yang dilakukan ini adalah: 1. Mengetahui permasalahan apa saja yang terjadi dan kekurangan yang ditemukan dari aplikasi yang telah ada serta mengusulkan perbaikan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan efektifitas dari aplikasi tersebut 2. Mengukur aspek ekonomis dari kelayakan investasi teknologi informasi terhadap pengembangan sistem aplikasi Finance fixed asset management dari aspek operasional maupun ekonomis, melalui metode Cost Benefit Analysis dan IT Balance Scorecard. Manfaat yang dapat diperoleh dari case study yang dilakukan adalah: 1. Membantu perusahan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan pada sistem informasi berjalan sehingga dapat memberikan alternatif pemecahan masalah 2. Membantu perusahaan untuk memutuskan apakah layak untuk dilakukan investasi untuk pengembangan aplikasi dalam usaha memenuhi kebutuhan internal perusahaan. BAB II LANDASAN TEORI