POTE SI A OPROPOLIS LEBAH MADU Trigona spp ASAL PA

advertisement
1
PEDAHULUA
Masyarakat umumnya memilih antibiotik
alami dibandingkan dengan antibiotik sintetik
atau obat untuk meminimalkan timbulnya efek
samping.
Penggunaan antibiotik yang
berlebihan dapat menimbulkan resistensi.
Oleh karena itu, dipilih alternatif pengobatan
dari produk alami yang jarang menimbulkan
resistensi dan efek samping lainnya.
Pengujian aktivitas antibakteri pada
penelitian ini menggunakan bakteri Gram
positif (Staphylococcus aureus dan Bacillus
subtilis) dan Gram negatif (Escherichia coli
dan Salmonella sp) dengan teknik difusi
sumur agar. Keempat bakteri ini dapat
mewakili bakteri-bakteri lain penyebab
penyakit. Bakteri-bakteri tersebut juga sebagai
penghuni saluran pencernaan manusia, apabila
dalam
jumlah
yang
berlebih
akan
mengganggu kesehatan manusia. Selain itu,
bakteri tersebut mudah tumbuh, mudah
diperoleh, dan merupakan bakteri yang umum
terdapat di lingkungan.
Indonesia merupakan negara beriklim
tropis yang memiliki tingkat flora dan fauna
yang sangat beragam. Kekayaan hayati yang
dapat dimanfaatkan salah satunya adalah
lebah madu. Selain menghasilkan madu, lebah
juga menghasilkan produk lain yang dapat
dimanfaatkan, berupa propolis. Selama ini
peternak lebah jarang memberdayakan sarang
lebah untuk diolah. Padahal propolis pada
sarang lebah bisa diekstraksi menjadi produk
farmasi, kosmetika, dan pangan fungsional.
Propolis dapat berfungsi sebagai antibiotik
alami karena kemampuan antimikrobnya
dengan kelebihan lebih aman, tidak
menimbulkan resistensi, dan efek samping
yang kecil serta memiliki selektifitas yang
tinggi (Winingsih 2004). Selain sebagai bahan
obat, propolis juga dapat menyeimbangkan
populasi mikroflora saluran pencernaan yang
dapat
memacu
pertumbuhan
ternak.
Umumnya lebah madu yang diternakkan
adalah jenis Apis spp karena menghasilkan
madu lebih banyak dibandingkan Trigona spp.
Trigona spp menghasilkan madu yang sedikit
dan susah diekstrak, tetapi menghasilkan
propolis lebih banyak daripada Apis spp
(Singh 1962).
Propolis adalah bahan perekat dari resin
yang dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup,
kulit kayu, dan bagian tumbuhan lainnya
(Gojmerac 1983). Resin-resin yang terkumpul
dicampur dengan enzim lebah sehingga
berbeda dengan resin tumbuhan asalnya.
Propolis berwarna kuning sampai coklat tua,
bahkan ada yang transparan. Komponen
penting dalam propolis berupa resin (turunan
asam benzoat dan flavonoid), wax dan asam
lemak, minyak esensial, polen, dan mineralmineral. Flavonoid yang dikandung dalam
propolis memberikan respon terhadap
aktivitas antibakteri serta antikanker dan
berperan dalam imunomodulasi (Burdock
1998; Sforcin 2007).
Penelitian-penelitian sebelumnya banyak
memberikan informasi bahwa propolis
memiliki potensi yang sangat menguntungkan.
Saputra (2009) dan Suseno (2009) telah
melakukan penelitian yang menunjukkan
bahwa mikrokapsulasi propolis Trigona spp
memiliki aktivitas antibakteri terhadap cairan
rumen sapi. Fahri (2009) menyatakan bahwa
nanopropolis 2% memberikan efek positif
terhadap pertumbuhan tikus putih (SpraqueDawley). Propolis Trigona spp memiliki
aktivitas terhadap penghambatan pertumbuhan
Enterobacter sakazakii (Fitriannur 2009).
Penelitian yang dilakukan Anggraini (2006)
memberikan penjelasan bahwa propolis hasil
ekstrak etanol 70% efektif menghambat
pertumbuhan bakteri baik Gram positif
maupun Gram negatif. Lasmayanti (2007)
memperlihatkan propolis Trigona spp dapat
digunakan sebagai antikaries alternatif dalam
pasta gigi karena mampu menekan
pertumbuhan dan jumlah bakteri kariogenik
(Streptococcus mutans), suatu bakteri
penyebab karies gigi. Bagjavicenna (2008)
mampu menunjukkan propolis dengan
konsentrasi 6.25% dapat dijadikan dosis
bahan alternatif antiketombe pada sampo. Saat
ini, pemanfaatan nanopropolis sebagai zat
antibakteri belum pernah dikaji lebih lanjut
secara ilmiah.
Perkembangan teknologi dewasa ini
menunjukkan kecenderungan yang mengarah
pada ilmu dan teknologi nano. Teknologi nano
dapat diaplikasikan dalam berbagai bidang,
antara lain: energi, industri (nanokomposit,
nanotubes), kesehatan (pembuatan obat),
informatika dan komunikasi, serta pangan
(pembuatan nano vitamin A) yang dibutuhkan
masyarakat luas. Keuntungan menggunakan
nanopartikel pada obat, antara lain: ukuran
partikel dan karakteristik permukaannya
memudahkan untuk dimanipulasi agar
mencapai efek pasif dan aktif terhadap
targetnya; meningkatkan efek terapi dari obat;
dapat menggunakan berbagai saluran seperti
oral, nasal, parenteral, maupun intraokular;
kontrol pengeluaran dan degradasi permukaan
dapat diatur dari komposisi matriksnya; dan
target spesifiknya dapat menempel melalui
2
ligannya atau dengan bantuan magnetik
(Mohanraj & Chen 2006).
Nanopropolis selanjutnya akan disalut
dengan teknik mikroenkapsulasi yang
merupakan teknik untuk menyalut suatu
senyawa (dapat berupa, padatan, cairan, dan
gas) dengan suatu polimer penyalut yang
berukuran sangat kecil (mikron) (Yoshizawa
2004).
Keuntungan
menggunakan
mikroenkapsulasi adalah melindungi suatu
senyawa
aktif
dari
penguraian
dan
mengendalikan pelepasan suatu senyawa aktif
sehingga mampu mencegah peningkatan
konsentrasi obat dalam saluran pencernaan
secara mendadak. Menurut Sutriyo et al.
(2004), pelepasan obat yang terkendali
menjadikan penggunaan obat lebih efisien,
memperkecil efek samping, serta mengurangi
frekuensi penggunaan obat.
Propolis memiliki kelarutan yang kecil
dalam air. Pembuatan sediaan propolis dalam
bentuk nano yang akan meningkatkan luas
permukaanya sehingga kemampuan untuk
melarutnya semakin baik. Propolis yang
berukuran nano dapat melewati membran luar
bakteri sehingga senyawa-senyawa aktif
antibakterinya dapat merusak dinding sel
bakteri. Penggunaan bentuk nanopropolis
diharapkan memberikan aktivitas antibakteri
yang lebih baik dibandingkan dengan bentuk
propolis biasa.
Penelitian ini bertujuan untuk menguji
aktivitas
antibakteri
dan
menentukan
konsentrasi hambat tumbuh minimum
nanopropolis lebah madu Trigona spp asal
Pandeglang sebagai bahan antibakteri.
Hipotesis penelitian ini adalah nanopropolis
lebah madu Trigona spp asal Pandeglang
berperan
sebagai
antibakteri
terhadap
beberapa bakteri uji yang dapat dilihat dari
konsentrasi hambat tumbuh minimumnya.
Penelitian ini diharapkan memberikan
informasi ilmiah mengenai konsentrasi
hambat tumbuh minimum nanopropolis lebah
madu Trigona spp asal Pandeglang sebagai
bahan antibakteri.
TIJAUA PUSTAKA
Lebah Madu Trigona spp
Lebah madu Trigona spp merupakan
serangga sosial yang hidup berkelompok
membentuk suatu koloni. Koloninya dapat
mencapai 300-800.000 ekor lebah. Lebah ini
banyak dijumpai di daerah beriklim tropis dan
subtropis di Amerika Selatan, setengah bagian
Afrika Selatan, dan Asia Tenggara (Free
1982). Lebah Trigona spp diklasifikasikan
dalam divisi Animalia, filum Arthropoda,
kelas Insecta, ordo Hymenoptera, famili
Apidae, genus Trigona, dan spesies Trigona
spp (Sihombing 1997). Koloni lebah madu
terdiri atas dua golongan, yaitu golongan
reproduktif (lebah jantan dan ratu) dan
golongan nonreproduktif (lebah pekerja).
Keduanya dapat dibedakan dari bentuk, rupa,
warna, dan tingkah laku. Setiap koloni lebah
hanya memiliki satu ekor ratu, ratusan ekor
lebah jantan, dan ribuan ekor lebah pekerja
(Sumoprastowo 1980). Trigona spp lebih
banyak mencari makan pada pagi hari karena
aktivitasnya dipengaruhi oleh intensitas
cahaya matahari. Ukuran tubuh juga
mempengaruhi jarak terbang lebah mencari
makan. Semakin besar tubuh lebah, maka
semakin jauh jarak terbangnya. Trigona spp
dengan ukuran tubuh 5 mm mampu terbang
sejauh 600 m (Nelli 2004).
Menurut Singh (1962), madu yang
dihasilkan lebah Trigona spp lebih sedikit
dibandingkan lebah lokal seperti Apis spp.
Sarang lebah Trigona spp menghasilkan madu
kurang lebih 1 kg/tahun, sedangkan Apis spp
menghasilkan madu mencapai 75 kg/tahun.
Madu yang dihasilkan Trigona spp
mempunyai aroma khas, campuran rasa manis
dan asam seperti lemon. Aroma madu tersebut
berasal dari resin tumbuhan dan bunga yang
dihinggapi lebah (Fatoni 2008). Madu dari
Trigona juga sulit diekstrak, namun
kandungan propolisnya lebih banyak daripada
golongan Apis.
Sarang lebah Trigona spp dibuat dengan
campuran lilin dan resin propolis dari
tanaman. Sarang tersusun atas sel anakan yang
dikelilingi dengan pelepah lembut yang
disebut involucrum dan sel besar yang terdiri
atas madu serta cadangan polen (Free 1982).
Sarang lebah terdiri atas sekitar 50% senyawa
resin (flavonoid dan asam fenolat), 30% lilin
lebah, 105 minyak aromatik, 5% polen, dan
5% berbagai senyawa aromatik. Trigona spp
memiliki sengat sisa, namun tidak digunakan
sebagai alat pertahanan. Lebah akan
menggigit atau membakar kulit musuhnya
dengan larutan basa. Lebah ini juga dilengkapi
dengan sistem kekebalan untuk menyerang
serangga penggangu (Free 1982).
Propolis
Propolis adalah bahan perekat dari resin
yang dikumpulkan lebah pekerja dari kuncup,
kulit kayu, dan bagian tumbuhan lainnya
(Gojmerac 1983). Resin-resin yang terkumpul
dicampur dengan enzim lebah sehingga
berbeda dengan resin tumbuhan asalnya.
Download