Analisis Pengaruh Executive Integrity dan Corporate Governance

advertisement
Analisis Pengaruh Executive Integrity dan Corporate Governance
terhadap Probabilita fraud
Erroz Dany Perdana, Fitriany
Program Studi Akuntansi, Fakultas Ekonomi
Email : [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh tingkat integritas manajemen, efektivitas
dewan komisaris dan kualitas auditor eksternal terhadap probabilita fraud pada laporan
keuangan. Penelitian ini mengambil sampel 68 perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek
Indonesia pada periode 2007-2011. Berdasarkan pada hasil penelitian menunjukkan bahwa
efektivitas dewan komisaris memiliki pengaruh dalam mengurangi kemungkinan terjadinya
fraud pada laporan keuangan perusahaan. Dimana semakin tinggi tingkat efektivitas dewan
komisaris, maka kemungkinan terjadinya fraud pada perusahaan menjadi semakin rendah.
Sedangkan untuk tingkat integritas manajemen dan kualitas auditor eksternal tidak
berpengaruh signifikan terhadap kemungkinan terjadinya fraud.
Abstract
The research examines the effect of executive integrity, commisioner board effectiveness, and
external auditor quality on the existing fraud probability of financial statement. The sample
was taken from 68 enterprises listed in Indonesia Stock Exchange for the period 2007-20011.
The empirical findings showed that commisioner board effectiveness had performed negative
and signficant impact on fraud. It indicates that the higher the effectiveness of commisioner
board, the lower the probability of fraud on the financial statement. Meanwhile, the executive
integrity and auditor quality had performed no significant impact on the existing possible
fraud.
Keyword :
Integrity, Corporate Governance, Audit Quality, Fraud.
Pendahuluan
Seiring perkembangan dunia usaha yang semakin kompleks, berkembang pula praktik
kejahatan dalam bentuk fraud. Tak jarang kasus – kasus tersebut melibatkan pihak
mananjemen puncak pada perusahaan yang seharusnya mempunyai tanggung jawab paling
besar terhadap para pemegang saham dan pemangku kepentingan. Sebagai otoritas pengawas
pasar modal, Bapepam-LK telah mengeluarkan berbagai aturan untuk melindungi
kepentingan investor dan menjaga sistem perdagangan yang adil dan terbuka. Salah satunya
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
seperti dalam keputusan BAPEPAM-LK No. KEP-134/BL/2006, yang mengharuskan
perusahaan–perusahaan yang terdaftar dalam bursa untuk mempublikasikan laporan keuangan
yang sesuai dengan dengan peraturan sebagai bentuk laporan pertanggungjawaban kinerjanya
kepada publik. Namun demikian, dalam praktiknya hal ini dapat menimbulkan potensi
kecurangan pada laporan keuangan yang akan menyesatkan investor dan pengguna laporan
keuangan yang lain.
Di Indonesia sendiri tindakan fraud bukan istilah yang asing. Sudah ada beberapa
kasus fraud yang terungkap, dari baik dari sektor publik maupun swasta. Beberapa kasus yang
pernah terungkap ke publik antara lain adalah kasus PT Kimia Farma pada tahun 2002 dan
Kasus PT Perusahaan Gas Negara. Chen et al. (2013) berpendapat bahwa diperlukan adanya
manajemen yang berintegritas tinggi didalam sebuah perusahaan untuk mengurangi adanya
kemungkinan terjadinya fraud di perusahaan. Hal ini disebabkan integritas yang dimiliki oleh
manajemen berkaitan erat dengan karakteristik manajemen dalam perannya menentukan
kebijakan dalam perusahaan. Dengan adanya integritas diharapkan tidak akan ada kebijakan–
kebijakan perusahaan yang dapat mengarah kepada tindakan fraud. Kurniawati (2012)
berpendapat bahwa integritas berkaitan erat dengan kemungkinan terjadinya fraud pada
perusahaan. Integritas berhubungan dengan sikap dan karakter seseorang dalam
merasionalisasi tindakan fraud. Bagi mereka yang umumnya tidak jujur, mungkin lebih
mudah untuk merasionalisasi fraud. Namun bagi mereka dengan standar moral yang lebih
tinggi, itu mungkin tidak begitu mudah.
Skandal terkait fraud atas laporan keuangan juga sering dikaitkan dengan lemahnya
penerapan tata kelola perusahaan. Dechow et al. (1996) dalam Skousen et al. (2009)
menyimpulkan bahwa insiden fraud yang tertinggi adalah perusahaan dengan sistem
corporate governance yang lemah. Menurut Egon Zehnder dalam FCGI (2001), dewan
komisaris merupakan inti dari corporate governance yang ditugaskan untuk menjamin
pelaksanaan strategi perusahaan, mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan serta
mewajibkan terlaksananya akuntabilitas. Selain dewan komisaris, komite audit juga
mempunyai peranan dalam proses pelaporan keuangan perusahaan. Dalam kaitannya dengan
pelaporan keuangan, tujuan dan manfaat dibentuknya komite audit adalah untuk
melaksanakan pengawasan independen atas proses penyusunan pelaporan keuangan dan
pelaksanaan audit eksternal, memberikan pengawasan independen atas proses pengelolaan
risiko dan kontrol, serta melaksanakan pengawasan independen atas proses pelaksanaan
corporate governance. Dewan komisaris dan komite audit yang berada didalam struktur
corporate governance perusahaan diharapkan dapat bekerja dengan efektif agar dapat
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
menekan kemungkinan terjadinya kecurangan yang dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Auditor eksternal juga dibutuhkan untuk membantu mengatasi kemungkinan-kemungkinan
terjadinya kecurangan pada laporan keuangan. Auditor sebagai pihak yang independen
bertanggung jawab untuk merencanakan dan melaksanakan audit untuk memperoleh
keyakinan memadai tentang apakah laporan keuangan bebas dari salah saji material, baik
yang disebabkan oleh kekeliruan atau kecurangan.
Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini dilakukan untuk melihat bagaimana
pengaruh tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen , mekanisme penerapan tata kelola
perusahaan serta kualitas auditor eksternal terhadap kemungkinan terjadinya fraud di
beberapa perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Indonesia merupakan salah
negara berkembang yang dijadikan tujuan para investor untuk menanamkan modal. Para
investor tersebut memerlukan manajemen yang transparan serta peran dari dewan komisaris
dan auditor eksternal untuk menyakinkan diri mereka bahwa dana yang mereka tanamkan
tidak disalahgunakan.
Tinjauan Teoritis
1. Teori Agensi
Masalah fraud pada perusahaan tidak terpisah dari Teori keagenan (agency theory),
dimana terkadang fraud didalam perusahaan itu terjadi dikarenakan adanya perbedaan
keinginan pihak manajemen yang ingin lebih memperkaya dirinya sendiri dibandingkan
mementingkan keadilan bagi pihak lainnya seperti pemilik perusahaan ataupun para
pemegang saham. Teori keagenan (agency theory) adalah teori yang mempelajari hubungan
kontrak antara pemilik (principal) dan manajer (agent) (Scott, 2012). Hubungan keagenan ini
muncul karena adanya kontrak di antara satu pihak atau lebih, dimana pemilik (principal)
melakukan kontrak dengan pihak lain (agent) yang akan menjalankan wewenang dari pemilik
(principal) atau agent bertindak untuk memberikan jasa bagi pemilik (Jensen dan
Meckling,1976). Namun, kepentingan antara kedua belah pihak ini (principal dan agent)
sering tidak sejalan. Pemegang saham atau pemilik (principal) memiliki kepentingan untuk
memaksimumkan pendapatan mereka, sedangkan manajer (agent) memiliki kepentingan
pribadi yang dapat dicapai dengan cara menggunakan sumber daya perusahaan, contohnya
perolehan bonus.
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
2.Fraud
Secara harafiah fraud didefinisikan sebagai kecurangan, namun pengertian ini telah
dikembangkan lebih lanjut sehingga mempunyai cakupan yang luas. fraud mencakup segala
macam yang dapat dipikirkan manusia, dan yang diupayakan oleh seseorang, untuk
mendapatkan keuntungan dari orang lain dengan saran yang salah atau pemaksaan kebenaran,
dan mencakup semua cara yang tidak terduga.
Association of Certified Fraud Examiners (ACFE) merupakan organisasi anti-fraud
terbesar di dunia dan sebagai penyedia utama pendidikan dan pelatihan anti-fraud
mendefinisikan fraud dengan suatu skema atau tindakan yang berkenaan dengan adanya
keuntungan yang diperoleh seseorang dengan menghadirkan sesuatu yang yang tidak sesuai
dengan keadaan yang sebenarnya. Didalamnya termasuk unsur-unsur tak terduga, tipu daya,
licik dan tidak jujur yang merugikan orang lain.
3. Integritas
Sejauh ini skandal yang menyangkut etika para praktisi akuntan telah beberapa kali
muncul ke publik. Integritas, sebagai bagian dari etika para praktisi akuntan juga turut
dipertanyakan keberadaannya. Soltani dan Maupetit (2013) menyimpulkan bahwa sekarang
integritas sering dikorbankan dan dilupakan oleh orang - orang didalam dunia perekonomian
demi mendapatkan keuntungan yang besar. Padahal integritas merupakan hal yang penting
yang harus dimiliki oleh seseorang karena integritas berhubungan dengan dedikasi atau
pengerahan segala daya dan upaya untuk mencapai satu tujuan. Integritas ini yang berfungsi
menjaga seseorang supaya tidak keluar dari jalurnya dalam mencapai sesuatu. Duska et al.
(2011) menyimpulkan bahwa seorang akuntan harus memiliki integritas dalam melaksanakan
tugasnya. Ketika menghadapi kondisi yang mengharuskan adanya perdebatan dan tidak ada
aturan dan standar yang dapat memberikan jawaban secara spesifik seorang profesional harus
bertindak berdasarkan integritasnya dalam memenuhi tanggung jawabnya terhadap publik,
klien dan rekan-rekan kerja.
Integritas tidak lepas dari proses pengambilan keputusan yang dilakukan oleh
manajemen. Tourigny et al. (2003) menyatakan berkaitan dengan integritas yang dimiliki oleh
manajemen terdapat empat faktor yang mempengaruhi manajemen dalam mengambil
keputusan, yaitu :
1. The Shareholders-maximizing-model
2. Charismatic Model
3. Personality Model
4. Agency Theory
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
Menurut Jensen et al. (2004) integritas sebuah perusahaan dapat diragukan karena
adanya kemungkinan bahwa pihak manajemen memiliki motivasi mengelola laba untuk
memaksimalkan nilai perusahaan. Skenario bonus yang diberikan pihak prinsipal kepada agen
seharusnya bisa membuat kedua pihak mendapat hasil yang baik untuk perusahaan. Sadar
bahwa bonus yang mereka dapatkan berdasarkan kepada kinerja perusahaan, pihak
manajemen berusaha menaikkan kinerja perusahaan dalam waktu singkat. Menaikkan kinerja
perusahaan dengan cara yang benar bukan hal yang mudah oleh karena itu mereka memilki
kecenderungan untuk melakukan pengelolaan laba. Salah satunya dengan cara seperti menarik
pendapatan yang seharusnya didapat pada periode mendatang dan menunda pengakuan
pengeluaran yang seharusnya dicatat pada periode sekarang ke periode mendatang.
4. Dewan Komisaris
Menurut Pedoman Umum Good Corporate Governance di Indonesia tahun 2006,
Dewan Komisaris adalah organ perusahaan yang bertugas dan bertanggungjawab secara
kolektif untuk melakukan pengawasan dan memberikan nasihat kepada Direksi serta
memastikan perusahaan melaksanakan tata kelola yang baik. Menurut KNKG (2006), dewan
komisaris bertugas dan bertanggung jawab secara kolektif untuk melakukan pengawasan dan
memberikan nasihat kepada direksi serta memastikan bahwa perusahaan melaksanakan tata
kelola perusahaan yang baik, tetapi tidak boleh turut serta dalam pengambilan keputusan
operasional. Dalam melakukan tugasnya, dewan komisaris dapat membentuk komite untuk
membantunya sesuai dengan kebutuhan perusahaan namun tetap mempertimbangkan
efektivitas komite tersebut dalam mendukung kinerja perusahaan. Usulan dari komite
disampaikan kepada Dewan Komisaris untuk memperoleh keputusan. Bagi perusahaan yang
sahamnya tercatat di bursa efek, perusahaan negara, perusahaan daerah, perusahaan yang
menghimpun dan mengelola dana masyarakat, perusahaan yang produk atau jasanya
digunakan oleh masyarakat luas, serta perusahaan yang mempunyai dampak luas terhadap
kelestarian lingkungan, sekurang-kurangnya harus membentuk Komite Audit, sedangkan
komite lain dibentuk sesuai dengan kebutuhan (KNKG,2006).
5. Kualitas Audit
Dalam melakukan jasa audit, auditor diharuskan untuk memberikan kualitas audit
yang baik karena ada banyak pihak yang bergantung terhadap hasil audit yang dilakukan
auditor tersebut. Kualitas audit diartikan oleh DeAngelo (1981) sebagai probabilitas dimana
auditor akan menemukan salah saji secara material pada laporan keuangan kliaen. Kualitas
audit dapat diukur dengan menggunakan ukuran dari kantor auditor tersebut.
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
KAP yang tergolong Big 4 audit firm, telah dijelaskan oleh banyak literatur bahwa
akan memberikan jasa audit yang lebih baik dari auditor lainnya karena mereka memiliki
kemampuan monitoring yang lebih baik. DeAngelo (1981), mengatakan bahwa Big 4 audit
firm memiliki nilai reputasi yang lebih tinggi yang harus dijaga. Kualitas audit berperan
penting dalam menekan resiko adanya kecurangan pada laporan keuangan melalui kualitas
penilaian audit terhadap kewajaran penyajian laporan keuangan suatu perusahaan. kualitas
audit yang semakin tinggi akan meningkatkan keandalan laporan keuangan yang disajikan.
Metode Penelitian
Berdasarkan uraian yang telah dikemukakan sebelumnya, Penelitian ini bertujuan
untuk mengetahui pengaruh tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen, effektivitas
dewan komisaris dan kualitas audit terhadap kemungkinan terjadinya fraud pada laporan
keuangan. Pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan metode purposive
sample yaitu pemilihan sampel atas dasar kesesuaian karakteristik sampel dengan kriteria
pemilihan yang telah ditentukan. Selama tahun 2007-2011, sampel penelitian ini sebanyak 68
perusahaan yang terdiri dari 34 perusahaan yang terkena sanksi dari BAPEPAM-LK terkait
fraud pada laporan keuangan dan 34 perusahaan yang tidak terkena sanksi BAPEPAM-LK.
Regresi logistik (logit model) yang digunakan pada penelitian ini adalah:
!"#$% = !! + !! !" + !! !"#$% + !! !"#$%&' + !! !"#$ + !! !"# + !! !"## + !! !""#$%&'($) + !! !"#$%& + ! Penelitian ini menggunakan variabel dependen FRAUD yang diukur menggunakan
dummy, dengan penjelasan, angka 1 untuk perusahaan yang pernah terlibat kasus fraud pada
laporan keuangan, dan 0 untuk perusahaan yang tidak melakukan fraud. Variabel EM
(Tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen) diproksikan oleh besarnya jumlah
manajemen laba yang terjadi pada perusahaan. Semakin besar jumlah manajemen laba yang
dilakukan oleh perusahaan maka semakin rendah integritas yang mereka miliki (Chen et al.
2013). Pengukuran jumlah manajemen laba dalam penelitian ini menggunakan Model
Kasznik (1999). Penggunaan model tersebut dalam penelitian ini lebih disebabkan oleh
seringnya penggunaan model ini dalam penelitian sejenis, sehingga sudah teruji secara
empiris keakurasian dalam mengukur tingkat manajemen laba. Perrols & Lougee (2011)
membuktikan bahwa ada relasi positif diantara pengelolaan laba dengan fraud dalam laporan
keuangan dengan menggunakan model Kaznik (1999). Siregar dan Utama (2005)
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
memberikan bukti bahwa model Kaznik dapat dianggap lebih baik untuk digunakan karena
memiliki adjusted !! paling tinggi jika dibandingkan dengan model pengukuran manajemen
laba lainnya.
Variabel dependen berikutnya adalah efektivitas dewan komisaris. Untuk menguji
jalannya efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan maka perlu dilihat faktor-faktor
yang mempengaruhinya. Efektivitas dewan, diukur dengan menggunakan checklist efektivitas
dewan komisaris. Untuk menguji jalannya efektivitas pengawasan yang dilakukan oleh dewan
maka perlu dilihat faktor-faktor yang mempengaruhinya. Efektivitas dewan, diukur dengan
menggunakan checklist efektivitas dewan (Hermawan, 2009). Checklist efektivitas dewan ini
terdiri atas 17 item dan dikelompokkan ke dalam 4 kategori. Setiap perusahaan akan diberikan
penilaian berdasarkan pengungkapan di dalam laporan tahunan terkait laporan dewan, profil
dewan, pernyataan tugas dan tanggung jawab serta jumlah rapat dewan komisaris. Efektivitas
komite audit juga ditambahkan dalam menghitung efektivitas dewan komisaris. Hal ini
disebabkan, dalam kaitannya dengan fraud atas laporan keuangan komite audit membantu
dewan komisaris dalam pengawasan terhadap pelaporan laporan keuangan perusahaan. Sama
dengan efektifitas dewan komisaris, untuk efektifitas komite audit,
juga dilakukan
perhitungan yang sama yaitu dengan memberikan skor pada checklist efektivitas komite audit
(Hermawan, 2009). Beberapa variabel kontrol juga digunakan dalam penelitian ini yaitu, SIZE (Ukuran
perusahaan yang diukur melalui jumlah total asetnya), LEV (Tingkat leverage yang dihitung
dari rasio total hutang terhadap total aset), LOSS (Kerugian operasional Perusahaan, yang
diukur menggunakan dummy, dimana Bernilai 1 jika perusahaan pernah mengalami kerugian
dalam 2 tahun berturut – turut dan 0 jika sebaliknya.), ASSETGROWTH (Perumbuhan total
aset perusahaan) dan Growth (Pertumbuhan penjualan perusahaan).
Hipotesis Penelitian
Sudah ada beberapa penelitian lainya yang mengangkat tema fraud, namun tidak
banyak yang menghubungkannya dengan integritas yang dimiliki oleh manajemen. Penelitian
Bradford (2007) menyimpulkan bahwa seseorang yang berintegritas rendah akan cenderung
melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan keuntungan, termasuk dengan
melanggar peraturan jika keuntungan yang didapat sewaktu melanggar peraturan akan lebih
besar dibanding kerugian akan didapat.
Jensen et al. (2011) menyebutkan ada beberapa celah yang bisa dimanfaatkan
seseorang yang berintegritas rendah dalam mendapatkan keuntungan untuk dirinya sendiri,
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
salah satunya adalah dengan melakukan pengelolaan laba. Manajemen dipercaya oleh para
investor untuk mengelola dana yang mereka investasikan pada perusahaan dengan demikian
pihak manajemen harus bertanggung jawab kepada para investor. Manajemen laba dipandang
sebagai bentuk kebohongan manajemen kepada para investor karena melaporkan kinerja
perusahaan tidak dalam keadaan sebenarnya.
Jensen et al. (2004) menunjukkan bahwa sistem bonus yang diberikan oleh
manajemen juga menjadi salah satu faktor pemicu manajemen dengan tingkat integritas
rendah untuk melakukan tindakan fraud. Sistem bonus yang awalnya diberikan untuk memicu
kinerja manajemen agar meningkatkan kinerja perusahaan, ternyata menjadi motivasi untuk
melakukan tindakan fraud agar mendapatkan keuntungan bonus lebih daripada yang
seharusnya didapatkan. Hal ini juga dibuktikan oleh Bergstresser & Philippon (2006) dan
Cheng & Warfield (2005) dalam Chen et al. (2013) yang menyimpulkan bahwa sistem bonus
berdasarkan saham yang dibagikan kepada para top management juga merupakan motivasi
dalam mengelola laba untuk meningkatkan harga saham.
Integritas dipandang sebagai salah satu penentu manajemen pada perusahaan untuk
melakukan fraud. Ketika manajemen tersebut mempunyai integritas rendah maka mereka
akan cenderung melakukan berbagai macam cara untuk mendapatkan keuntungan pribadi
mereka termasuk melakukan tindakan fraud. Dengan beberapa alasan diatas, peneliti menguji
pengaruh tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen yang direpresentasikan dengan
jumlah manajemen laba yang dilakukan terhadap kemungkinan terjadinya fraud.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
H1:
Tingkat integritas memiliki pengaruh negatif terhadap probabilita
fraud pada
laporan keuangan
Dewan komisaris adalah bagian penting dari mekanisme corporate governance yang
bertujuan memberikan petunjuk pada manajemen eksekutif dan mengawasi manajemen.
Berjalannya fungsi dewan komisaris dan secara efektif, maka kontrol terhadap perusahaan
akan lebih baik sehingga manajemen akan menjalankan perusahaan untuk mencapai tujuan
perusahaan bukan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian manajemen akan jujur
mengelola perusahaan yang pada akhirnya akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan.
Chen et al. (2006) mengungkapkan bahwa dalam dewan komisaris mempunyai
tanggung jawab dalam mengurangi kemungkinan terjadinya fraud. Hal ini dikarenakan dewan
komisaris mempunyai tanggung jawab dalam pengawasan terhadap kinerja perusahaan, oleh
karena diperlukan dewan komisaris yang efektif dalam melaksanakan tugasnya. Tingkat
efektivitasan dewan komisaris ditentukan oleh beberapa hal seperti independensi, aktivitas,
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
jumlah anggota, dan kompetensi (Hermawan,
2009). Beberapa penelitian telah menguji
tentang pengaruh tingkat efektivitas dewan komisaris terhadap kemungkinan terjadinya fraud.
Penelitian yang dilakukan Beasley (1996) dan Uzun et al. (2004) yang menemukan bahwa
komisaris independen memiliki hubungan negatif dengan kecurangan, sehingga komisaris
independen mempengaruhi kemungkinan kecurangan laporan keuangan.
Aktivitas dewan komisaris meliputi proses rapat baik rapat internal anggota komisaris
maupun eksternal dengan pihak direksi maupun lainnya. Brick and chidambaran (2010)
menyimpulkan bahwa aktivitas dari dewan komisaris cukup penting dalam menentukan
tingkat kualitas pengawasan. Dengan meningkatnya kualitas pengawasan dari dewan
komisaris maka dapat mengecilkan kemungkinan manajemen dalam melakukan tindakan
kecurangan dalam laporan keuangan.
Berkaitan dengan kompetensi yang dimiliki oleh dewan komisaris, Penelitian
Cunningham (2007) dalam Madyakusumawati (2013) menunjukkan hubungan yang negatif
antara expertise di bidang keuangan dengan kemungkinan penyimpangan laporan keuangan,
manajemen laba, kecurangan dan restatements. Pengalaman yang dimiliki oleh dewan
komisaris dapat dicerminkan dari jabatan atau pekerjaan yang dimiliki oleh yang
bersangkutan. Pengalaman sebagai anggota dewan di perusahaan lain, CEO atau mantan CEO
dari perusahaan lain, atau konsultan manajemen akan dapat meningkatkan kompetensi peran
monitoring dewan komisaris.
Tingkat efektivitas komite audit juga perlu diperhitungkan jika mengenai kecurangan
atas laporan keuangan. Seperti yang dibahas sebelumnya bahwa komite audit bertugas
membantu dewan komisaris dalam hal pengawasan terhadap pelaporan keuangan. Skousen et
al. (2009) mengungkapkan bahwa tidak efektifnya pengawasan dari dewan komisaris dan
komite audit dapat meningkatkan kemungkinan terjadinya fraud atas laporan keuangan.
Penelitian-penelitian terdahulu telah menyimpulkan adanya pengaruh yang signifikan
antara tingkat efektivitas komite audit terhadap kemungkinan terjadinya fraud. Chtourou et al.
(2001) menemukan tingkat efektivitas dari komite audit terbukti bisa mengurangi
kemungkinan terjadinya kecurangan dalam laporan keuangan. Dalam penelitian tersebut dapat
dibuktikan bahwa komite audit yang terdiri dari lebih banyak komisaris independen yang
tidak menjabat sebagai manajer di perusahaan lain, komite audit yang memiliki minimal satu
anggota yang merupakan ahli keuangan, adanya mandat formal yang merupakan tanggung
jawab komite untuk memeriksa laporan keuangan dan auditor ekstemal, dan keberadaan
komite audit yang hanya terdiri dari komisaris independen yang bertemu lebih dari dua kali
dalam
satu
tahun
berhubungan
negatif
dengan
tingkat
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
discretionary
accruals.
Madyakusumawati (2010) juga memberikan hasil yang sama bahwa tingkat efektivitas komite
audit mempunyai pengaruh negatif terhadap probabilita terjadinya fraud.
Tugas pokok dari komite audit pada prinsipnya adalah untuk membantu dewan
komisaris dalam melakukan fungsi pengawasan atas kinerja perusahaan. Hal tersebut
berkaitan dengan reviu sistem pengendalian intern perusahaan, memastikan kualitas laporan
keuangan, dan meningkatkan efektivitas fungsi audit. Gambaran tersebut memperlihatkan
bahwa keberadaan komite audit menjadi sangat penting sebagai salah satu perangkat utama
good corporate governance untuk mendukung akuntabilitas dan transparansi melalui laporan
keuangan yang berkualitas sehingga dapat mengecilkan kemungkinan terjadinya kecurangan
dalam laporan keuangan perusahaan.
Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dapat dihipotesiskan sebagai berikut:
H2:
Efektifitas dewan komisaris memiliki pengaruh negatif terhadap
probabilita
terjadinya fraud pada laporan keuangan
Becker et al. (1998) menyatakan bahwa auditor sebagai pihak yang independen
diharapkan dapat membatasi dan mengurangi praktik manajemen laba serta membantu untuk
meningkatkan kepercayaan pemegang saham dan pengguna laporan keuangan. Adanya
kemungkinan bahwa perusahaan akan melakukan tindakan kecurangan membuat pengguna
laporan keuangan menjadi lebih khawatir. Dengan adanya laporan audit yang dihasilkan oleh
auditor eksternal, maka para pengguna laporan keuangan baik pihak eksternal dan pihak
internal perusahaan, akan memiliki keyakinan memadai bahwa laporan keuangan tersebut
tidak terkandung salah saji atau penghilangan yang material.
Auditor yang berkualitas tinggi dianggap sebagai pihak yang mampu mendeteksi
kecurangan yang dilakukan oleh pihak manajemen. Berkaitan dengan kualitas audit, pihak
investor akan lebih percaya dengan proses audit yang dilakukan oleh KAP yang mempunyai
nama besar (KAP big 4). Hal ini didasarkan bahwa auditor dari KAP big 4 mempunyai
tanggung jawab atas nama besar yang mereka miliki sehingga mereka akan berupaya untuk
menjaga nama baik dan reputasi mereka. Chen et al. (2006) dalam menyatakan bahwa kualitas
audit berpengaruh negatif terhadap kecurangan laporan keuangan. Hal ini berarti kualitas
audit yang rendah akan memberi peluang terjadinya kecurangan laporan keuangan. Becker et
al. (1998) memberikan bukti bahwa terdapat hubungan antara kualitas audit dan manajemen
laba. Adanya perbedaan kompetensi diantara KAP big 6 dan KAP non big 6 menjadi
penyebab adanya perbedaan kualitas audit tersebut. De Angelo (1981) menganalisis hubungan
antara kualitas audit dan ukuran audit. Hasilnya ialah auditor size besar (Big-audit) lebih
berkualitas dibanding dengan auditor size kecil (non-Big audit). Di Indonesia beberapa hasil
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
diberikan oleh beberapa penelitian antar lain, Karissa (2012) dan Meutia (2005) yang
memberikan bukti bahwa kualitas audit mempunyai pengaruh yang negatif terhadap
kemungkinan terjadinya fraud laporan keuangan. Namun berbeda dengan penelitian yang
dilakukan oleh Siregar dan Utama (2005) yang membuktikan bahwa tidak ada pengaruh
diantara kualitas audit dengan kemungkinan terjadinya kecurangan pada laporan keuangan.
Maka berdasarkan penjelasan di atas, hipotesisnya dapat dirumuskan sebagai berikut:
H3:
Kualitas audit eksternal memiliki pengaruh negatif terhadap probabilita
terjadinya fraud pada laporan keuangan.
Hasil Penelitian
Analisis Statistik Deskriptif
Analisis statistik deskriptif dilakukan untuk melihat kewajaran dan karakteristik dari
data-data yang digunakan dalam penelitian ini. Selain itu, untuk melihat penyebaran data dari
masing-masing variabel pada penelitian ini.
Tabel 1 Statistik Deskriptif All Sample
Minimum Maximum Mean Std. Deviation FRAUD 0,0000 1,0000 0,5000 0,5040 EM 0,0010 0,7283 0,1339 0,1493 BOARD 0,8966 1,6649 1,3511 0,1645 AUDITOR 0,0000 1,0000 0,2600 0,4444 17,5488 23,6309 41.816.842 18.313.997.605 20,9402 3.762.377.287 1,7550 4.952.462.468 SIZE Size (dalam ribuan Rupiah) LEV 0,0000 0,7171 0,3096 0,2203 0,0000 1,0000 0,1600 0,3710 ASSETGROWTH -­‐0,2119 2,2097 0,3080 0,5826 GROWTH -­‐0,2244 1,7183 0,3043 0,4614 LOSS Berdasarkan Tabel 1 dapat dilihat bahwa nilai rata-rata dari variabel dependen
FRAUD adalah sebesar 0,5. Hal tersebut dikarenakan adanya matching match diantara
perusahaan fraud dan yang tidak terkena fraud sehingga rata–rata yang dihasilkan sebesar
50%. Variabel FRAUD diukur menggunakan dummy, dengan nilai maksimum 1 dan
minimum 0. Nilai rata–rata dari variabel EM yang merupakan proksi pengukuran untuk
variabel independen tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen adalah sebesar 0.1339
untuk periode penelitian 2007-2011. Hal ini berarti rata-rata tingkat integritas perusahaan
sampel pada periode 2002-2012 yang diproksikan melalui jumlah pengelolaan laba yang
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
dilakukan adalah sebesar 0.1339. Variabel EM mempunyai nilai minimum jumlah
pengelolaan laba yang dilakukan perusahaan sempel sebesar 0.001 dan maksimum sebesar
0.7283. Variabel Independen BOARD berisi skor dari tingkat efektivitas dewan komisaris dan
komite audit. Variabel Independen BOARD mempunyai nilai rata – rata 1.3511. Dengan
demikian secara total perusahaan sampel sudah cukup efektif dalam penerapan dewan
komisaris dan komite audit. Variabel BOARD mempunyai nilai minimum dari efektivitas
dewan komisaris perusahaan sampel sebesar 0.8966 dan maksimum sebesar 1.6649. Pada
Tabel 1 dapat dilihat bahwa variabel AUDITOR (kualitas audit) yang diproksikan oleh ukuran
KAP memiliki nilai minimum 0 dan maksimum 1. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
variable dummy yang hanya terdiri dari 1 dan 0. Untuk nilai rata-rata dari variabel AUDITOR
adalah 0.2647. Hal ini menunjukkan bahwa dari keseluruhan sampel ada sebesar 26,47%
perusahaan yang menggunakan jasa audit dari KAP Big 4.
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, penelitian ini juga menggunakan beberapa
variabel kontrol. Variabel kontrol yang pertama adalah SIZE (Ukuran Perusahaan) yang
merupakan nilai dari total aset perusahaan sampel. Variabel SIZE mempunyai nilai rata-rata
Rp 3.970.021.928. Hal ini menunjukkan bahwa dari seluruh perusahaan sampel mempunyai
jumlah total aset sebesat Rp 3.970.021.928. Variabel SIZE memiliki nilai minimun sebesar
Rp 41.816.842 dan nilai maksimum sebesar Rp 18.313.997.605 (dalam ribuan rupiah).
Untuk variabel LEV (leverage), nilai rata-rata dari total sampel pada penelitian ini
adalah 0.3096 (30,96%) dengan nilai minimum 0 dan nilai maksimum 0.7171 (71,71%).
Variabel kontrol LOSS (Kerugian Operasional) mempunyai nilai rata-rata sebesar 0.1617. Hal
ini menunjukkan dari seluruh perusahaan sampel pada tahun 2007-2011 ada sebesar 16.17%
perusahaan yang mengalami kerugian operasi selama 2 tahun berturut-turut dengan kata lain
tidak terlalu banyak perusahaan sampel pada periode tersebut yang mengalami kerugian
operasional selama 2 tahun berturut-turut. Variabel LOSS diukur dengan dummy dengan nilai
maksimum 1 dan nilai minimum sebesar 0.
Variabel kontrol berikutnya adalah ASSETGROWTH (Pertumbuhan Aset). Variabel
ini mewakili pertumbuhan aset dari perusahaan-perusahaan sampel dengan nilai mean sebesar
0.3080, nilai minimum sebesar -0.2119, dan nilai maksimum sebesar 2.2097. GROWTH
(Pertumbuhan Penjualan) pada penelitian ini diukur berdasarkan tahun t-2 dan t-1 dimana
nilai rata-rata untuk keseluruhan sample adalah 0.3043 dengan nilai minimum -0.2244 dan
nilai maksimum 1.7183. Hal ini menunjukkan bahwa dalam hal pertumbuhan penjualan,
perusahaan-perusahaan sampel mempunyai nilai rata-rata sebesar 30,43%, dengan perusahaan
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
yang memiliki pertumbuhan terkecil sebesar -22,44% dan pertumbuhan terbesar sebesar
171,83%.
Tabel 2 Tabel Uji Statistik t
Variabel Independen
EM
Coefficient
BOARD
AUDITOR
SIZE
LEV
LOSS
ASSETGROWTH
GROWTH
Sig
-1,583
-5,928
0,446
0,004*
-1,031
0,15
2,484
0,587
-0,983
-0,114
0,176
0,437
0,078**
0,513
0,130
0,857
FRAUD = Dummy variable. Pengukuran data fraud yang diperoleh dari Bapepam LK
dimana nilai 1 untuk perusahaan yang melakukan fraud dan nilai 0 untuk perusahaan yang
tidak melakukan fraud. EM = tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen yang diukur
dengan proksi besarnya manajemen laba yang dilakukan. Nilai besarnya manajemen laba
yang dilakukan diperoleh dari Discretionary Accrual menggunakan model Kasznik (1999).
BOARD = Total skor efektivitas dewan komisaris pada perusahaan i. SIZE = Ukuran
perusahaan diukur berdasarkan logaritma natural dengan proksi total asset perusahaan i.
LEV = Leverage, yang diukur dengan embandingkan Total Utang/Total Asset pada tahun t.
LOSS : Dummy Variable. Bernilai 1 jika perusahaan pernah mengalami kerugian dalam 2
tahun berturut – turut dan 0 jika sebaliknya ASSETGROWTH = Pertumbuhan total aktiva
dihitung berdasarkan tahun total aktiva (TA t – TA t-1)/TA t-1. GROWTH = Pertumbuhan
penjualan dihitung berdasarkan tahun penjualan (Sales t-1 – Sales t-2)/Sales t-2.
*, **, *** Signifikansi pada α:1%, 5%, 10%
Berdasarkan hasil regresi binary logistic pada tabel 2 terlihat bahwa variabel EM
menunjukan koefisien regresi negatif sebesar 1,538 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar
0,446. Nilai signifikansi yang lebih besar dari nilai α=5% menunjukan bahwa integritas yang
dimiliki oleh pihak manajemen perusahaan tidak memiliki pengaruh terhadap kemungkinan
terjadinya fraud.
Hasil penelitian ini tidak sesuai dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Chen et al. (2013) yang memberikan bukti bahwa manajemen dengan tingkat integritas
rendah cenderung melakukan tindakan fraud.
Adapun beberapa kemungkinan yang
menyebabkan terjadinya perbedaan ini adalah :
1.
Adanya perbedaan jumlah sampel dan penelitian yang dilakukan. Chen et al. (2013)
melakukan penelitian menggunakan perusahaan yang terbukti melakukan pelanggaran
dari daftar Chinese Securities Regulatory Commission (CSRC) untuk periode 2001-2008
dengan jumlah total 10.317 perusahaan di Cina. Sedangkan penelitian ini menggunakan
perusahaan yang terdaftar pada BEI dan terkena sanksi oleh BAPEPAM untuk periode
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
2007 – 2011. Perbedaan negara, jumlah dan waktu periode diperkirakan bisa
menyebabkan terjadinya perbedaan hasil pada penelitian ini.
2.
Tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen memang bukan pemicu utama suatu
perusahaan di Indonesia untuk melakukan tindakan fraud, ada beberapa hal lain yang bisa
menyebabkan manajemen didalam suatu perusahaan untuk melakukan tindakan fraud.
Lou dan Wang (2009) menyebutkan bahwa selain integritas (yang merupakan salah satu
dari fraud triangle yaitu rasionalisasi) masih ada beberapa hal lagi yang dapat
mempengaruhi terjadinya fraud didalam suatu perusahaan, yaitu faktor tekanan dan
adanya kesempatan. Hasil regresi diatas menunjukkan bahwa penyebab utama dari
perusahaan di Indonesia melakukan tindakan fraud adalah bukan karena tingkat integritas
yang dimiliki oleh manajemen rendah, namun lebih kepada karena adanya tekanan atas
kinerja perusahaan dan adanya kesempatan yang muncul akibat dari pengawasan yang
kurang ketat. Kemungkinan yang lain mungkin disebabkan adalah proksi yang digunakan
untuk mengukur integritas manajemen belum tepat. Skousen et al. (2009) menyebutkan
bahwa integritas merupakan bagian dari fraud triangle yang sulit diukur, sehingga
memungkinan adanya ketidaktepatan dalam pengukuran tingkat integritas
Berdasarkan hasil regresi pada tabel 2 terlihat bahwa variabel BOARD menunjukan
koefisien regresi negatif sebesar 5,928 dengan nilai signifikansi (ρ) sebesar 0,004. Hasil
pengujian ini berarti efektivitas dewan komisaris dan komite audit memiliki pengaruh
terhadap probabilita terjadinya fraud pada laporan keuangan. Hal ini sesuai dengan beberapa
penelitian sebelumnya, Uzun et al. (2004) yang menemukan bahwa komisaris independen
memiliki
hubungan
negatif
dengan
kecurangan,
sehingga
komisaris
independen
mempengaruhi kemungkinan kecurangan laporan keuangan. Brick and chidambaran (2010)
menyimpulkan bahwa aktivitas dari dewan komisaris cukup penting dalam menentukan
tingkat kualitas pengawasan. Hal ini didukung oleh penelitian Xie et al. (2003) yang
menyimpulkan bahwa dewan komisaris yang sering melakukan rapat akan mengurangi
terjadinya manajemen laba yang dilakukan oleh manajemen perusahaan. Penelitian
Cunningham (2007) dalam Madyakusumata (2013) menunjukkan hubungan yang negatif
antara expertise di bidang keuangan dengan kemungkinan penyimpangan laporan keuangan,
manajemen laba, kecurangan dan restatements. Pengalaman yang dimiliki oleh dewan
komisaris dapat dicerminkan dari jabatan atau pekerjaan yang dimiliki oleh yang
bersangkutan.
Berhasilnya peran dewan komisaris dalam mengurangi kemungkinan terjadinya fraud
atas laporan keuangan juga tak lepas dari adanya komite audit yang efektif. Komite audit
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
yang dibentuk secara khusus untuk membantu tugas dewan komisaris dalam pengawasan
terhadap pelaporan keuangan perusahaan terbukti berhasil membantu dewan komisaris
mengurangi kemungkinan terjadinya fraud atas laporan keuangan.
Hal ini sesuai dengan beberapa penelitian Chtourou et al. (2001) menemukan bahwa
komite audit yang terdiri dari lebih banyak komisaris independen yang tidak menjabat sebagai
manajer di perusahaan lain, komite audit yang memiliki minimal satu anggota yang
merupakan ahli keuangan, adanya mandat formal yang merupakan tanggung jawab komite
untuk memeriksa laporan keuangan dan auditor ekstemal, dan keberadaan komite audit yang
hanya terdiri dari komisaris independen yang bertemu lebih dari dua kali dalam satu tahun
berhubungan negatif dengan kecurangan yang dilakukan oleh perusahaan. Madyakusumawati
(2010) juga memberikan hasil yang sama bahwa tingkat efektivitas komite audit mempunyai
pengaruh negatif terhadap probabilita terjadinya fraud.
Dewan komisaris yang ditugaskan untuk menjamin pelaksanaan strategi perusahaan,
mengawasi manajemen dalam mengelola perusahaan, serta mewajibkan terlaksananya
akuntabilitas sangat diperlukan demi kepentingan semua pihak yang terkait didalamnya baik
itu manajemen perusahaan, pemegang saham maupun para pemangku kepentingan. Penelitian
ini membuktikan bahwa efektivitas dewan komisaris akan semakin tinggi dengan proporsi
dewan komisaris independen yang tinggi, aktivitas dewan komisaris yang sesuai dengan
tanggung jawab yang telah ditetapkan oleh BEI dan Bapepam LK, jumlah anggota yang
sesuai dengan ketentuan BEI dan Bapepam LK, memiliki kompetensi yang memadai serta
didukung oleh efektivitas kinerja dari komite audit mampu mengurangi kemungkinan
terjadinya fraud yang dapat dilakukan oleh manajemen perusahaan.
Berdasarkan hasil regresi binary logistic pada tabel 2 terlihat bahwa variabel
AUDITOR memiliki koefisien regresi negatif sebesar 1,031 dengan nilai signifikansi (ρ)
sebesar 0,176. Hal ini berarti bahwa kualitas auditor eksternal tidak memiliki pengaruh
signifikan pada α = 5%. Hasil pengujian ini berarti kualitas auditor eksternal tidak
berpengaruh terhadap probabilita terjadinya fraud pada laporan keuangan. Berdasarkan hasil
pengujian tersebut dapat dikatakan bahwa hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang
sebelumnya dilakukan oleh De Angelo (1981). Ia menyatakan bahwa perusahaan yang diaudit
oleh Kantor Akuntan Publik dengan nama besar memberikan kualitas audit yang lebih baik.
Kantor akuntan publik yang berafiliasi dengan kantor akuntan publik yang bertaraf
internasional terlebih dengan Big Four akan lebih dipercaya dalam melakukan audit. Publik
beranggapan bahwa jika perusahaan diaudit oleh KAP Big Four maka laporan keuangan yang
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
telah diaudit tersebut lebih andal dan dapat dipercaya sehingga informasi keuangan berupa
laba yang disajikan juga dapat dijamin keandalannya.
Penelitian ini sesuai dengan Boone et al. (2010) yang menyimpulkan tidak ada
perbedaan kualitas audit yang dilakukan oleh KAP big 4 maupun non big 4 jika dilihat dari
tingkat diskresioner yang dilakukan oleh kliennya. Tingkat diskresioner yang merupakan hasil
dari sikap opportunistic manajemen dianggap bisa mengarah kepada tindakan fraud jika tidak
bisa dideteksi oleh auditor eksternal (Chen et al. 2013). Dengan demikian bisa disimpulkan
bahwa KAP big 4 maupun non big 4 bisa saja gagal mencegah terjadinya fraud atas laporan
keuangan. Darwin (2012) menyebutkan bahwa ada beberapa argumen yang menyebabkan
tidak adanya perbedaan kualitas audit pada baik KAP big 4 maupun non big 4 diatur oleh
standar yang sehingga dapat diyakini akan berjalan pada koridor yang sama, resiko tuntutan
dari klien yang tidak puas kepada KAP non big 4 membuat mereka lebih berhati-hati dalam
melakukan prosedur audit dan perputaran antara KAP kecil dan besar termasuk tinggi. Selain
itu, penyebab tidak signifikannya pengaruh ukuran KAP terhadap probabilita terjadinya fraud
mungkin karena proksi ukuran KAP bukan ukuran yang tepat untuk mengukur kualitas audit
sehingga kualitas audit yang dihasilkan oleh KAP big 4 dan non-big 4 sama saja (Siregar dan
Utama, 2005).
Kesimpulan
Penelitian ini bertujuan untuk memperoleh bukti empiris mengenai pengaruh antara
tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen , efektivitas dewan komisaris dan kualitas
audit dengan probabilita terjadinya fraud atas laporan keuangan. Sesuai pembahasan hasil
yang telah dilakukan sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:
1.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa tingkat integritas yang dimiliki oleh manajemen
tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap probabilita terjadinya fraud pada laporan
keuangan. Hal ini membuktikan bahwa integritas yang rendah bukan merupakan faktor
utama terjadinya fraud pada perusahaan, ada hal lain yang mempengaruhi manajemen
untuk melakukan tindakan fraud seperti adanya tekanan atas kinerja perusahaan dan
adanya kesempatan.
2.
Hasil penelitian ini membuktikan bahwa efektivitas dewan komisaris yang diproksikan
oleh empat kategori karakteristik dewan komisaris, yaitu independensi, aktivitas, jumlah
anggota, dan kompetensi serta efektivitas komite audit yang diproksikan oleh tiga
kategori karakteristik komite audit, yaitu aktivitas, jumlah anggota, dan kompetensi
memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap probabilita terjadinya fraud pada
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
laporan keuangan memiliki pengaruh negatif secara signifikan terhadap probabilita
terjadinya fraud pada laporan keuangan. Dari hasil penelitian ini dapat dilihat bahwa
efektivitas dewan komisaris dan komite audit memperkecil probabilita terjadinya fraud
pada laporan keuangan. Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan dewan komisaris yang
dibantu dengan komite audit yang efektif membuat probabilita untuk melakukan fraud
menjadi lebih rendah.
3.
Hasil penelitian ini membuktikan kualitas audit yang diproksikan oleh ukuran KAP tidak
memiliki pengaruh signifikan terhadap probabilita terjadinya fraud. Hal ini menunjukkan
bahwa perusahaan yang menggunakan jasa audit KAP big 4 tidak menutup kemungkinan
akan melakukan tindakan fraud.
Saran
Penelitian ini memiliki sejumlah keterbatasan penelitian dan saran untuk penelitian
selanjutnya yaitu:
1.
Penelitian ini tidak menggunakan pengukuran lain untuk tingkat integritas manajemen.
Hanya menggunakan pengukuran melalui jumlah manajemen laba menggunakan model
Kasznik (1999). Saran untuk penelitian selanjutnya agar mengganti atau memasukkan
pengukuran lainnya.
2.
Penelitian ini menggunakan perusahaan yang dinyatakan fraud oleh Bapepam-LK dari
tahun 2007 sampai dengan 2011 dimana jumlah sampelnya adalah 68. Diharapkan
penelitian berikutnya dapat melakukan penelitian dengan sampel yang lebih banyak agar
hasil penelitian lebih merepresentasikan keadaan yang sebenarnya.
3.
Pengukuran kualitas Audit hanya menggunakan 2 ukuran KAP yaitu Big 4 dan Non Big
4. Diharapkan pada penelitian berikutnya dapat diganti atau ditambahkan dengan proksi
pengukuran lain, seperti menggunakan 3 ukuran KAP yaitu KAP Big 4, KAP menengah
dan KAP kecil.
4.
Jumlah manajemen laba yang dilakukan oleh perusahaan mungkin berbeda tiap tahunnya,
penelitian ini tidak mempertimbangkan perbedaan tiap tahunnya.
Daftar Referensi
Beasley, M. (1996). An Empirical Analysis of the Relation between the Board of Director
Composition and Financial Statement fraud. The Accounting Review 71, 443-465.
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
Becker, C., Defond, M., Jiambalvo, J., & Subramanyam, K. (1998). The Effect of
Audit Quality on Earnings Management. Contemporary Accounting Research 15, 1-24.
Boone, J., Khurana, I. K., & Raman, K. (2010). Do The Big 4 and The Second- Tier Firms
Provide Audits of Similiar Quality? Journal of Accounting and
Public Policy ,
330-352.
Bradford, W. (2007). Because that's where the money is: toward a theory and
corporate legal compliance. SSRN Working Paper. www.ssrn.com
strategy of
Brick, I., & Chidambaran, N. (2010).Board meetings,Committe Structure andFirm
Value. Journal of Corporate Finance , 16, 533-553.
Chen, G., Firth, M., Gao, D. N., & Rui, O. M. (2006). Ownership Structur, Corporate
Governance, and Fraud : Evidence From China. Journal of
Corporate Finance , 12,
424-448.
Chen, J., Cumming, D., Hou, W., & Lee, E. (2013). Executive integrity,audit opinion,
fraud in Chinese. Emerging Markets Review , 15, 72–91.
and
Chtourou, S., Bedard, J., & Courteau, L. (2001). Corporate Governance and Earnings
Management. Universite Laval Working Paper . www.ssrn.com .
Darwin. (2012). Analisis perbedaan kualitas audit KAP BIG 4 dan KAP Second Tier Dinilai
Dari Independensi Auditor, Manajemen Laba, dan Nilai Relevansi Laba. Skripsi Program
Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .
DeAngelo, L. E. (1981). Auditor size and audit quality.Journal of Accounting and
Economics , 3, 183-199.
DesJardins, J., & Hartmann, L. P. (2011).Business Ethics : Decision Making For Personal
Integrity & Social Responbility. McGraw Hill International Edition.
Dikolli,S., Mayew, W., & Steffen, T. (2012). Honoring one's word: CEO integrity and
accruals quality. Working Paper. www.ssrn.com.
Duska, R., Duska, B. S., & Ragatz, J. (2011). Accounting Ethics. UK: Willey-
Blackwell.
Elder, R. J., Beasley, M., Arens, A., & Jusuf, A. A. (2009). Auditing and Assurance Services
an Integrated Approach an Indonesian Adaptation.
Jakarta: Salemba Empat.
Erhard, W., Jensen, M. C., & Zaffron, S. (2007). Integrity: a positive model that
incorporates the normative phenomena of morality,ethics and legality. NOM Working
Paper No. 06–11.Harvard Business School. www.ssrn.com .
Farber, D. B. (2005). Restoring trust after fraud: Does corporate governance matter? The
Accounting Review , 80, 539–561.
Forum for Corporate Governance in Indonesia. (2001). Booklet II : Peran Dewan Komisaris
dan Komite Audit dalam Pelaksanaan Corporate Governance. Seri Tata Kelola.
https://muhariefeffendi.files.wordpress.com
Francis, J.R., & Yu, M.D. (2009). The Effect of Big Four Office Size on Audit Quality.
Accounting Review , 84, 1521-1552.
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
The
Gerayli, M. S., Yaanosari, A. M., & Ma’atoof, A. R. (2011). Impact of Audit
Earnings Management (Evidence From Iran). International
Research
Finance and Economics (66).
Quality on
Journals of
Ghozali, I. (2005). Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang: Badan
Penerbit Universitas Diponegoro.
PricewaterhouseCoopers. (2014).Global Economic Crime Survey 2014. http://www. pwc.
com/gx/en/economic-crime-survey/
Hermawan, A. A. (2009). Pengaruh Efektivitas Dewan Komisaris dan Komit Audit,
Kepemilikan oleh Keluarga,dan Peran Monitoring Bank terhadapKandungan Informasi
Laba. Disertasi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Jensen, M. C. (2011). Putting integrity into finance theory and practice: a positive approach.
Harvard NOM Working Paper No. 06-06. www.ssrn.com .
Jensen, M. C., Murphy, K., & Wruck, E. (2004). Remuneration: where we've
been, how
we got to here, what are the problems, and how to fix them. Harvard NOM Working
Paper. 4-28. www.ssrn.com .
Karissa, A. (2012). Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris, Kualitas Audit, Transaksi
Dengan Pihak Berelasi, dan Financial Distress terhadap Probabilita Laporan Keuangan
Bermasalah. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia.
Karyono. (2013). Forensic Fraud. CV Andi Offset.
Koeln, D. (2005). Integrity as a Business Asset. Journal of Business Ethics , 58,
125–136.
Komite Nasional Kebijakan Governance (KNKG). (2006). Pedoman Umum Good
Corporate Governance Indonesia. www.bapepam.go.id
Kurniawati, E. (2012). Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Financial Statement
Fraud Dalam Perspektif Fraud Triangle. Skripsi Fakultas Ekonomi Universitas
Diponegoro.
L.Perols, J., & Lougee, B. (2011).The Relation Between Earnings Management and Financial
Statement Fraud. Advances in Accounting Incorporating Advances in International
Accounting , 27, 39-53.
Law, P. (2011). Corporate governance and no fraud occurrence in organizations. Managerial
Auditing Journal , 26, 501-518.
Lennox, C., & Pitman, J. (2010). Big Five Audits and Accounting Fraud. Contemporary
Accounting Research , 27, 209–247.
Lou, Y. I., & Wang, M.-L. (2009). Fraud Risk Factor of The Fraud Triangle Assessing the
Likelihood of Fraudulent Financial Reporting. Journal of Business & Economics
Research , 7.
Madyakusumawati, S.(2010). Pengaruh Efektifitas Dewan Komisaris dan Komite Audit,
Struktur Kepemilikan, Peran Monitoring Bank dan Siklus Hidup Perusahaan terhadap
Probabilita Terjadinya Fraud.Tesis Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Indonesia.
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
Meutia, I. (2005). Pengaruh Independensi Auditor terhadap Manajemen Laba untuk KAP Big
5 dan Non Big 5. Jurnal Riset Akuntansi Indonesia, 7, 333-350.
Molida, R. (2011). Pengaruh Financial Stability, Personal Financial Need,dan Ineffective
Monitoring pada Financial Statement Fraud dalam Perspektif Fraud
Triangle.Skripsi
Fakultas Ekonomi Universitas Diponegoro.
Nachrowi,D.N.,&Usman,H.(2006). Pendekatan Populer dan Praktis Ekonometrika Untuk
Analisis Ekonomi dan Keuangan. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia Jilid
II.
Rezaee,Z.(2005). Causes,consequences, and deterence of financial statement fraud.
Critical Perspectives on Accounting , 16, 277-298.
Ronen, J., & Yaari, V. (2008). Earnings Management-Emerging Insights
Theory,Practice, And Research. Springer Series In Accounting Scholarship , 3, 5-24.
Scott, W. R. (2012). Financial Accounting Theory 6th edition. Toronto:
In
PrenticeHall.
Siregar, S. V., & Utama, S. (2005). Pengaruh struktur kepemilikan, ukuran perusahaan, dan
praktek corporate governance terhadap pengelolaan laba (earnings management).
Simposium Nasional Akuntansi VIII .
Skousen, C. J., Smith, K. R., & Wright, C. J. (2009). Detecting and predicting
financial
statement fraud : The effectiveness of the fraud triangle and SAS
No.99. Advances
in Financial Economics , 13, 53-81.
Sulistiawan, D., Januarsi, Y., & Alvia, L. (2011). Creative Accounting : Mengungkap
Manajemen Laba dan Skandal Akuntansi. Jakarta: Salemba Empat.
Surat Keputusan Menteri BUMN Nomor : KEP-117/M-MBU/2002 tentang Penerapan
Praktek Good Corporate Governance Pada BUMN
Tourigny, L., Dougan, W. L., Washbush, J., & Clements, C. (2003). Explaining executive
integrity: Governance, charisma, personality and agency. Management Decision , 41,
1035-1053.
Uzun, H., Szewczyk, S., & Varma, R. (2004). Board composition and corporate
Financial Analysts Journal, 60, 33–43.
fraud.
Zipora. (2013). Analisis Hubungan Manajemen Laba dengan Ukuran KAP dan Opini
Audit. Skripsi Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia .
Analisis pengaruh…, Erroz Dany Perdana, FE UI, 2014
Download