ABSTRAK FENOMENA FASHION EMO SEBAGAI EKSPRESI IDENTITAS DIRI Indonesia merupakan sebuah negara terbuka dengan kebudayaan asing yang datang diantaranya melalui arus informasi. Kebijakan-kebijakan politik yang diambil oleh pemerintah semenjak orde baru pun ikut andil dalam keterpengaruhan masyarakat terhadap budaya asing. Di antara budaya-budaya asing, fashion dan musik menjadi salah satu budaya asing yang tidak pernah surut keberadaannya. Selalu saja ada hal yang baru dari tiap dekadenya. Ada dekade pola fashion Rock and Roll, Rock Metal, Punk Rock, R n B, Hip-Hop, Ska dan sampai fashion emo yang saat ini sedang digemari para remaja. Fashion anak emo merupakan campuran antara gothic, punk dan genre musik lainnya. Berpakaian ala punk, atau memakai kaos yang bertuliskan nama band, piercing, rambut spiffy dengan mata bermaskara, dan memakai eye liner hitam yang tebal. Potongan rambut lurus dan jatuh menyamping, sebelah belakang pendek. Busana jeans, memakai pin dipasang di pinggang, sepatu sneakers. Dalam kajian komunikasi pola fashion bisa jadi merupakan komunikasi nonverbal dalam fungsinya sebagai ekspresi komunikasi. Artinya ada sebuah pesan yang ingin disampaikan tentang perasaan-perasaan (emosi) melalui fashion yang ingin digunakan. Lalu perasaan-perasaan apa yang ingin disampaikan melalui fashion emo dengan ekspresi identitas diri. Maka dari itu penulis meneliti “Bagaimana Fenomena Fashion Emo Sebagai Ekspresi Identitas Diri”, dengan pendekatan fenomenologi dimana semua hasil penelitian merupakan sebuah pemaknaan yang diperoleh langsung melalui narasumber. Dimana narasumbernya adalah para individu-individu Aloners yang merupakan para fans Alone at last sebagai sebuah band yang telah ter-stereotip sebagi band emo di kota Bandung. Peneliti dalam hal ini, membaginya ke dalam tiga unit identifikasi yaitu makna subjektif atau berdasarkan pengalaman, makna timbal balik psikososial dan makna status eksistensial. Berdasarkan hasil pengamatan, makna subjektif dari ekspresi identitas diri para individu Aloners adalah makna identitas baru, makna penikmat musik emo, dan makna mempertahankan identitas. Makna timbal balik psikososial dari ekspresi identitas diri para Aloners merupakan makna proses imitasi, makna proses identifikasi, dimana keduanya memengaruhi makna proses dalam mendapatkan penghargaan sosial. Makna status eksitensial merupakan induk dari segala makna dimana makna-makna sebelumnya adalah sebuah usaha untuk mendapatkan eksistensi. i