1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Lumut hati (Marchantia polymorpha L.) merupakan tumbuhan yang tersebar luas di Indonesia, namun penelitian dan pemanfaatan lumut ini masih sangat kurang. Kandungan yang terdapat dalam lumut hati telah banyak diteliti antara lain Flavonoid (Mandia, 2015), Polifenol (Khrisnan dan Murungan, 2013) dan Luteolin (Gokbulut et al., 2012) dengan berbagai peran antara lain sebagai antimikroba (Kumar dan Mewari, 2008) dan antikanker (Elamir et al., 2012). Kandungan Flavonoid di dalam lumut hati juga telah dilaporkan berpotensi sebagai antioksidan dan berperan dalam mengurangi akumulasi radikal bebas pada organ hati (Sayekti, 2015), secara invitro pada sel HEK293 ekstrak lumut hati dilaporkan dapat menurunkan ekspresi Heat Shock Protein 70 (Saputra, 2015) dan berpotensi sebagai anti kanker pada sel HeLa (Mandia, 2015). Flavonoid juga memiliki potensi sebagai imunomodulator (Solikhah et al., 2011). Telah terbukti bahwa Flavonoid mampu menstimulasi aktivitas makrofag peritoneum dan meningkatkan aktivitas sel NK (Yu et al., 2010). Sistem imun bisa dimanipulasi secara spesifik dengan cara vaksinasi ataupun secara non spesifik melalui imunomodulasi. Mekanisme aksi dari imunomodulator meliputi peningkatan imunitas terhadap infeksi melalui selāsel sistem imun yang 2 mencakup limfosit, makrofag, sel dendritik, dan sel NK (Masihi dalam Solikhah et al., 2005). Polusi merupakan masalah yang serius di negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Di Indonesia, kurang lebih 70% pencemaran udara disebabkan oleh emisi kendaraan bermotor yang mengeluarkan zat berbahaya, salah satunya adalah Pb atau Timbal (Trijayanti, 2010). Ada beberapa bentuk keracunan timbal, yaitu keracunan akut, subakut dan kronis. Menurut BPOM, nilai ambang toksisitas timbal (total limit values atau TLV) adalah 0,2 miligram/m3. Timbal dari gas buang kendaraan bermotor masuk ke dalam tubuh manusia melalui udara yang dihirup sebesar 30-50% dan sekitar 5-15% yang masuk melalui makanan dan minuman dari timbal yang terdapat dalam udara (Sabki, 2002). Timbal yang terserap oleh darah berikatan dengan sel-sel darah merah dan mengganggu sintesis hemoglobin sehingga dapat menimbulkan anemia (Palar, 2008). Penelitian yang dilakukan Trijayanti (2010) menunjukkan bahwa paparan timbal pada udara jalan tol berpengaruh terhadap gambaran mikroskopis hepar dan kadar timbal darah mencit. Timbal menginduksi pembentukan radikal bebas dan menurunkan kemampuan sistem antioksidan tubuh sehingga terjadi stres oksidatif (Gurer et al., 2000), meningkatkan ekspresi Heat Shock Protein (HSP)70 (Saputra, 2015) yang merupakan protein penanda kondisi stress dan inflamasi, selanjutnya menyebabkan imunosupresi dan menghambat kerja 3 sistem imun tubuh (Kakuschke dan Prange, 2007, Undeger et al., 1996), menyebabkan apoptosis pada sel leukosit (Tersago et al., 2004), serta menurunkan respon imun selular dan menurunkan aktivitas fagositosis makrofag (Risjani et al., 2014) Akhir-akhir ini di pasaran banyak dijumpai obat atau suplemen dengan klaim dapat meningkatkan sistem imun tubuh yang berasal dari herbal. Produk tersebut dijumpai dalam bentuk tablet maupun sirup dalam kemasan modern. Penelitian tentang imunomodulator dari bahan alam mulai berkembang, berbagai jenis tumbuhan sudah terbukti meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Lumut hati memiliki potensi sebagai tumbuhan imunomodulator dengan kandungan flavonoidnya. Potensi imunomodulator ini dapat menjadi solusi dari penurunan kerja sistem imun tubuh yang diakibatkan akumulasi timbal, karena itu perlu diujikan efek pemberian ekstrak metanolik lumut hati terhadap respon imun non spesifik pada tikus putih (Rattus norvegicus Berkenhout, 1769) yang menunjukkan gejala imunosupressi akibat induksi logam berat timbal. 4 B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, beberapa masalah yang dapat dirumuskan adalah: 1. Bagaimanakah efek paparan logam timbal secara oral terhadap kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, aktifitas dan kapasitas fagositosis makrofag serta keberadaan HSP 70 plasma pada tikus putih? 2. Bagaimanakah potensi ekstrak lumut hati sebagai imunomodulator pada tikus putih yang menunjukkan gejala imunosupressi setelah diinduksi logam timbal? C. Tujuan Tujuan dalam penelitian ini adalah: 1. Mengetahui efek paparan logam timbal secara oral terhadap kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, aktifitas dan kapasitas fagositosis makrofag serta keberadaan HSP 70 plasma pada tikus putih 2. Mengetahui potensi ekstrak lumut hati sebagai imunomodulator pada tikus putih yang menunjukkan gejala imunosupressi setelah diinduksi logam timbal. D. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat: 1. Memberi informasi efek paparan logam timbal terhadap kadar hemoglobin, jumlah eritrosit, jumlah leukosit, aktifitas dan kapasitas 5 fagositosis makrofag serta keberadaan HSP 70 plasma pada tikus putih 2. Memberi informasi tentang potensi imunomodulator ekstrak metanolik lumut hati 3. Dapat digunakan sebagai data dalam pengembangan penelitian lumut hati dalam bidang kesehatan. E. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini dibatasi pada respon imun non spesifik (innate immune response) tikus putih jantan yang akan diukur dengan jumlah leukosit, keberadaan HSP 70, aktifitas dan kapasitas fagositosis makrofag peritoneum. Induksi timbal diberikan dalam bentuk Pb(NO3)2 per oral selama 7 hari.