7 BAB II LANDASAN TEORI II.1. Pengertian Akuntansi dan Laporan

advertisement
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1. Pengertian Akuntansi dan Laporan Keuangan
Laporan keuangan merupakan produk akhir dari proses akuntansi. Untuk itu
sebelum mendefinisikan pengertian laporan keuangan, perlu diketahui terlebih dahulu
pengertian akuntansi dari beberapa pendapat para ahli berikut.
Munawir (2002) mendefinisikan, “Akuntansi adalah seni daripada pencatatan,
penggolongan dan peringkasan daripada peristiwa-peristiwa dan kejadian-kejadian yang
setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan dengan cara yang setepat-tepatnya dan
dengan penunjuk atau dinyatakan dalam uang, serta penafsiran terhadap hal-hal yang
timbul daripadanya” (h. 5).
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menyatakan, “Accounting is the
information system that measures business activities, processes that information into
reports, and communicates the results to decision makers” (p. 5).
Weygandt, Kieso, dan Kell (1996) menyatakan, “Accounting is a process of
three activities: identifying, recording, and communicating the economic events of an
organization (business or nonbusiness) to interested users of the information” (p. 1).
Dari pengertian para ahli tersebut, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa,
akuntansi merupakan rangkaian proses dari transaksi / peristiwa-peristiwa dan kejadiankejadian yang setidak-tidaknya sebagian bersifat keuangan yang diidentifikasi, dicatat ,
lalu digolongkan secara periodik dan dilaporkan dalam bentuk laporan keuangan yang
7
kemudian digunakan dalam penilaian dan pengambilan keputusan bagi pihak-pihak yang
mempunyai kepentingan terhadap kesatuan usaha yang bersangkutan.
Akuntansi mengatur dan meringkas suatu informasi ekonomi sehingga para
pembuat keputusan dapat menggunakannya. Informasi tersebut diwujudkan dalam
bentuk laporan keuangan. Berikut adalah kutipan dari beberapa pandangan para ahli
mengenai laporan keuangan yang dianggap sesuai dengan maksud dan tujuan penulisan
skripsi ini.
IAI (2004) mendefinisikan, “Laporan keuangan merupakan bagian dari proses
pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan
laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara
misalnya, sebagai laporan arus kas, atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain
serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan.
Disamping itu juga termasuk skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan
laporan tersebut, misalnya, informasi keuangan segmen industri dan geografis serta
pengungkapan pengaruh perubahan harga” (h. 2).
Kieso, Weygandt, dan Warfield yang diterjemahkan oleh Salim, E. (2002)
menyatakan, “Laporan keuangan merupakan sarana pengkomunikasian informasi
keuangan utama kepada pihak-pihak di luar korporasi. Laporan ini menampilkan sejarah
perusahaan yang dikuantifikasi dalam nilai moneter. Laporan keuangan yang sering
disajikan adalah (1) neraca, (2) laporan laba-rugi, (3) laporan arus kas, dan (4) laporan
ekuitas pemilik atau pemegang saham. Selain itu, catatan atas laporan keuangan atau
pengungkapan juga merupakan bagian integral dari setiap laporan keuangan” (h. 3).
8
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) menyatakan, “Financial statement is
documents that report on a business in monetary amounts, providing information to help
people make informed business decisions” (p. 5 ).
Dari definisi-definisi diatas, maka dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan laporan hasil dari proses akuntansi yang dikuantifikasi dalam nilai moneter
yang memberikan informasi tentang keadaan keuangan suatu perusahaan pada suatu
periode tertentu, untuk membantu pihak-pihak yang berkepentingan dalam pengambilan
keputusan, dimana biasanya terdiri dari neraca, laporan laba-rugi, laporan perubahan
ekuitas, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan.
II.2. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut IAI (2004), “Tujuan laporan keuangan adalah menyediakan informasi
yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu
perusahaan yang bermanfaat bagi sejumlah besar pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini memenuhi
kebutuhan bersama sebagian besar pemakai. Namun demikian, laporan keuangan tidak
menyediakan semua informasi yang mungkin dibutuhkan pemakai dalam pengambilan
keputusan ekonomi karena secara umum menggambarkan pengaruh keuangan dari
kejadian di masa lalu, dan tidak diwajibkan untuk menyediakan informasi nonkeuangan.
Laporan keuangan juga menunjukkan apa yang telah dilakukan manajemen
(stewardship), atau pertanggungjawaban manajemen atas sumber daya yang
dipercayakan kepadanya. Pemakai yang ingin menilai apa yang telah dilakukan atau
pertanggungjawaban manajemen berbuat demikian agar mereka dapat membuat
keputusan ekonomi; keputusan ini mungkin mencakup, misalnya, keputusan untuk
9
menahan atau menjual investasi mereka dalam perusahaan atau keputusan untuk
mengangkat kembali atau mengganti manajemen” (h. 4).
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)
mendefinisikan, “Tujuan pemakai laporan keuangan adalah untuk mengetahui dan
menafsirkan informasi untuk menjawab pertanyaan berikut:
-
Apakah investasi memberikan hasil yang menarik ?
-
Seberapa besar risiko dalam investasinya ?
-
Apakah perusahaan yang ada harus dibubarkan ?
-
Cukupkah arus kas untuk membayar bunga dan pokok pinjaman perusahaan ?
-
Apakah perusahaan memberikan kesempatan kerja, perkembangan, dan keuntungan
untuk karyawan ?
-
Bagaimana daya saing dengan lingkungan ?
-
Apakah perusahaan punya prospek yang baik terhadap pelanggan ?
Laporan keuangan dan data lain yang disajikan perusahaan dapat memberikan jawaban
atas pertanyaan-pertanyaan di atas ” (h. 4 dan 5).
II.3. Pihak – Pihak Yang Menggunakan Laporan Keuangan
Mengacu pada pendapat Munawir dan IAI, pihak – pihak yang berkepentingan
terhadap laporan keuangan secara garis besar dapat dikategorikan dalam dua kelompok,
yaitu :
1. Pemakai Internal, adalah sebagai berikut :
a. Pemilik perusahaan, dimana sangat berkepentingan terhadap laporan keuangan
perusahaannya, terutama untuk perusahaan-perusahaan yang pimpinannya
diserahkan kepada orang lain seperti perseroan ; karena dengan laporan tersebut
10
pemilik perusahaan akan dapat menilai sukses tidaknya manager dalam
memimpin perusahaannya dan kesuksesan seorang manager biasanya dinilai
dengan laba yang diperoleh perusahaan. Selain itu, laporan keuangan diperlukan
oleh pemilik perusahaan untuk menilai hasil-hasil yang telah dicapai, dan untuk
menilai kemungkinan hasil-hasil yang akan dicapai dimasa yang akan datang
sehingga bisa menaksir bagian keuntungan yang akan diterima dan
perkembangan harga saham yang dimilikinya.
b. Manager atau pimpinan perusahaan, yang terpenting bagi management adalah
bahwa laporan keuangan merupakan alat untuk mempertanggung-jawabkan
kepada para pemilik perusahaan atas kepercayaan yang telah diberikan
kepadanya. Dengan mengetahui posisi keuangan perusahaannya periode yang
baru lalu akan dapat menyusun rencana yang lebih baik, memperbaiki sistem
pengawasannya dan menentukan kebijaksanaan-kebijaksanaannya yang lebih
tepat. Disamping itu, laporan keuangan akan dapat digunakan oleh manager
untuk :
-
Mengukur tingkat biaya dari berbagai kegiatan perusahaan
-
Untuk mengukur efisiensi tiap-tiap bagian, proses atau produksi serta untuk
menentukan derajat keuntungan yang dapat dicapai oleh perusahaan yang
bersangkutan
-
Untuk menilai dan mengukur hasil kerja tiap-tiap individu yang telah diserahi
wewenang dan tanggung jawab
-
Untuk menentukan perlu tidaknya digunakan kebijaksanaan atau prosedur
yang baru untuk mencapai hasil yang lebih baik.
11
c. Karyawan. Karyawan dan kelompok-kelompok yang mewakili mereka tertarik
pada informasi mengenai stabilitas dan profitabilitas perusahaan. Mereka juga
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam memberikan balas jasa, manfaat pensiun, dan
kesempatan kerja.
2. Pemakai Eksternal, adalah sebagai berikut :
a. Investor. Penanam modal berisiko dan penasihat mereka berkepentingan dengan
risiko yang melekat serta hasil pengembangan dari investasi yang mereka
lakukan. Mereka membutuhkan informasi untuk membantu menentukan apakah
harus membeli, menahan atau menjual investasi tersebut. Pemegang saham juga
tertarik pada informasi yang memungkinkan mereka untuk menilai kemampuan
perusahaan untuk membayar dividen.
b. Pemberi pinjaman. Pemberi pinjaman tertarik dengan informasi keuangan yang
memungkinkan mereka untuk memutuskan apakah pinjaman serta bunganya
dapat dibayar pada saat jatuh tempo
c. Pemasok dan kreditor usaha lainnya.
Pemasok dan kreditor usaha lainnya
tertarik dengan informasi yang memungkinkan mereka untuk memutuskan
apakah jumlah yang terhutang akan dibayar pada saat jatuh tempo. Kreditor
usaha berkepentingan pada perusahaan dalam tenggang waktu yang lebih pendek
daripada pemberi pinjaman kecuali kalau sebagai pelanggan utama mereka
tergantung pada kelangsungan hidup perusahaan.
d. Pelanggan.
Para pelanggan berkepentingan dengan informasi mengenai
kelangsungan hidup perusahaan, terutama kalau mereka terlibat dalam perjanjian
jangka panjang dengan, atau tergantung pada perusahaan.
12
e. Pemerintah.
Pemerintah dan berbagai lembaga yang berada di bawah
kekuasaannya berkepentingan dengan alokasi sumber daya dan karena itu
berkepentingan dengan aktivitas perusahaan. Mereka juga membutuhkan
informasi untuk mengatur aktivitas perusahaan, menetapkan kebijakan pajak dan
sebagai dasar untuk menyusun statistik pendapatan nasional dan statistik lainnya.
f. Masyarakat. Perusahaan mempengaruhi anggota masyarakat dalam berbagai
cara. Misalnya, perusahaan dapat memberikan kontribusi berarti pada
perekonomian nasional, termasuk jumlah orang yang dipekerjakan dan
perlindungan kepada penanam modal domestik. Laporan keuangan dapat
membantu masyarakat dengan menyediakan informasi kecenderungan (trend)
dan
perkembangan
terakhir
kemakmuran
perusahaan
serta
rangkaian
aktivitasnya.
II.4. Sifat dan Keterbatasan Laporan Keuangan
Menurut Munawir (2002), “Laporan keuangan adalah bersifat historis serta
menyeluruh dan sebagai suatu progress report laporan keuangan terdiri dari data-data
yang merupakan hasil dari suatu kombinasi antara :
1. Fakta-fakta yang telah dicatat : berarti bahwa laporan keuangan ini dibuat atas
dasar fakta dan catatan akuntansi, seperti jumlah uang kas yang tersedia dalam
perusahaan maupun yang disimpan di Bank, jumlah piutang, persediaan barang
dagangan, hutang maupun aktiva tetap yang dimiliki perusahaan. Pencatatan dari
pos-pos ini berdasarkan catatan historis dari peristiwa-peristiwa yang telah terjadi
masa lampau, dan jumlah-jumlah uang yang tercatat dalam pos-pos itu dinyatakan
dalam harga-harga pada waktu terjadinya peristiwa tersebut (at original cost). (h.6)
13
Kita tidak mencoba menaksir berapa jumlah yang harus dikorbankan jika kita akan
menggantikan aktiva tersebut atau dengan kata lain kita tidak mencoba untuk
menaksir nilai realisasi atau nilai ganti aktiva tersebut (current market value atau
replacement value-nya).
2. Prinsip-prinsip dan kebiasaan-kebiasaan di dalam Akuntansi, berarti data yang
dicatat itu didasarkan pada prosedur maupun anggapan-anggapan tertentu yang
merupakan prinsip-prinsip akuntansi yang lazim (General Accepted Accounting
Principles); hal ini dilakukan dengan tujuan memudahkan pencatatan (expediensi)
atau untuk keseragaman. Misalnya cara mengalokasikan biaya untuk persediaan alat
tulis menulis, apakah harus dinilai menurut harga belinya atau menurut nilai pasar
pada tanggal penyusunan laporan keuangan ? Menurut laporan yang konvensional
pos semacam ini dinilai menurut harga belinya. Untuk penentuan piutang, menurut
metode atau peraturan yang konvensional adalah berdasarkan jumlah yang akan
direalisir (dengan menggunakan taksiran yang tidak akan dapat ditagih terhadap
jumlah piutang pada saat itu). Disamping itu, di dalam akuntansi juga digunakan
prinsip atau anggapan-anggapan yang melengkapi konvensi-konvensi atau kebiasaan
yang digunakan antara lain :
a. Bahwa perusahaan akan tetap berjalan sebagai suatu yang going concern atau
kontinuitas usaha, konsep ini menganggap bahwa perusahaan akan berjalan terus;
konsekuensinya bahwa jumlah-jumlah yang tercantum dalam laporan merupakan
nilai-nilai untuk perusahaan yang masih berjalan yang didasarkan pada nilai atau
harga pada saat terjadinya peristiwa itu. Jadi jumlah-jumlah uang yang tercantum
dalam laporan bukanlah nilai realisasi jika aktiva itu dijual atau dilikuidir. (h.7)
14
b. Daya beli dari uang dianggap tetap, stabil atau konstan, walaupun hal ini
bertentangan dengan kenyataan namun akuntansi mencatat semua transaksi atau
peristiwa dalam jumlah uangnya dan tidak mengadakan perbedaan antara nilainilai dari berbagai tahun.
Anggapan, prinsip atau konsep-konsep lain yang pada dasarnya untuk expediensi
atau mempermudah pelaksanaan pencatatan akuntansi misalnya konsep konservatif,
konsep biaya unit pengukur, konsistensi, dan lain sebagainya.
3. Pendapat pribadi (personal judgement), dimaksudkan bahwa, walaupun pencatatan
transaksi telah diatur oleh konvensi-konvensi atau dalil-dalil dasar yang sudah
ditetapkan yang sudah menjadi standard praktek pembukuan, namun penggunaan
dari konvensi-konvensi dan dalil dasar tersebut tergantung daripada akuntan atau
management perusahaan yang bersangkutan. Judgement atau pendapat ini tergantung
kepada kemampuan atau integritas pembuatnya yang dikombinasikan dengan fakta
yang tercatat dan kebiasaan serta dalil-dalil dasar akuntansi yang telah disetujui akan
digunakan di dalam beberapa hal. Misalnya cara-cara atau metode untuk menaksir
piutang yang tidak akan dapat ditagih, dan penentuan beban penyusutan serta
penentuan umur dari suatu aktiva tetap akan sangat tergantung pada pendapat pribadi
management-nya dan berdasar pengalaman masa lalu. Juga misalnya dalam
menentukan nilai persediaan, pada prinsipnya dinilai berdasarkan harga pokoknya
(bila lebih rendah dari harga pasar), namun management atau akuntan penyusun
laporan itu dapat memilih atau menentukan harga pokok yang mana yang akan
dipakai, apakah berdasarkan first in first out di mana barang yang masuk pertama
dianggap sebagai yang dikeluarkan pertama atau last in first out di mana barang
15
yang masuk terakhir dianggap yang dikeluarkan lebih dahulu atau dengan metode
rata-rata “(h. 8).
Sedangkan menurut Simangunsong (1997), mendefinisikan keterbatasan laporan
keuangan adalah sebagai berikut :
1. Laporan keuangan bersifat historis, yaitu laporan keuangan atas kejadian yang telah
lewat karenanya laporan keuangan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan.
2. Laporan keuangan bersifat umum dan bukan dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu
3. Proses penyusunan laporan keuangan tidak luput dari penggunaan taksiran dan
berbagai pertimbangan
4. Akuntansi hanya melaporkan informasi yang material, demikian pula penerapan
prinsip akuntansi terhadap suatu fakta atau pos tertentu, sehingga laporan keuangan
tidak akan memuat hal-hal yang tidak material didalamnya.
Berdasarkan hal-hal di atas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa laporan keuangan
itu mempunyai beberapa keterbatasan antara lain :
1. Laporan keuangan yang dibuat secara periodik pada dasarnya merupakan interim
report (laporan yang dibuat antara waktu tertentu yang sifatnya sementara) dan
bukan merupakan laporan yang final, seperti laporan keuangan bulanan, triwulan,
atau enam bulanan.
2. Laporan keuangan bersifat historis, dimana disusun berdasarkan hasil pencatatan
transaksi keuangan atau nilai rupiah dari berbagai waktu atau tanggal yang lalu. Jadi
suatu analisa dengan memperbandingkan data beberapa tahun tanpa membuat
16
penyesuaian terhadap perubahan tingkat harga akan diperoleh kesimpulan yang
keliru (misleading).
3. Angka yang tercantum dalam laporan keuangan hanya merupakan nilai buku (book
value) yang belum tentu sama dengan harga pasar sekarang maupun nilai gantinya.
4. Laporan keuangan tidak dapat mencerminkan berbagai faktor yang dapat
mempengaruhi posisi atau keadaan keuangan perusahaan karena faktor-faktor
tersebut tidak dapat dinyatakan dengan satuan uang (dikuantifisir); misalnya reputasi
dan prestasi perusahaan, sehingga laporan keuangan hanya memuat hal-hal yang
material didalamnya.
5. Laporan keuangan bersifat umum, sehingga tidak dimaksudkan untuk memenuhi
kebutuhan pihak tertentu dan tidak dapat dianggap sebagai satu-satunya sumber
informasi dalam proses pengambilan keputusan.
II.5. Jenis – jenis Laporan Keuangan
Menurut IAI (2004), “Laporan keuangan yang lengkap terdiri dari komponenkomponen berikut ini :
a. Neraca
b. Laporan laba rugi
c. Laporan perubahan ekuitas
d. Laporan arus kas
e. Catatan atas laporan keuangan.” (h. 1.3).
Berikut ini membahas tentang jenis-jenis laporan keuangan beserta unsur-unsur yang
ada di dalamnya.
17
II.5.1. Neraca (Balance sheet)
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)
mendefinisikan, “Neraca menunjukkan posisi keuangan ; aset, liabilitas dan kekayaan
pemegang saham ; suatu perusahaan pada saat tertentu, seperti pada akhir kuartal atau
akhir tahun tertentu” (h. 7).”Dari definisi, Neraca harus memiliki keseimbangan antara
aktiva secara keseluruhan sama dengan jumlah kewajiban dan modal milik pemegang
saham.
Aktiva = Kewajiban + Kekayaan pemegang saham” (h. 56).
Menurut Winarno dan Ismaya (2003) mendefinisikan, “Neraca adalah catatan
tentang perbandingan untung-rugi, utang piutang, pemasukan-pengeluaran, dan
sebagainya dalam sebuah perusahaan pada akhir periode perdagangan. Dalam neraca
harus dicantumkan keterangan tentang aktiva yang dimiliki perusahaan serta kewajiban
atau tagihan pihak penyuplai dana untuk mendapatkan aktiva perusahaan tersebut.
Penyusunan neraca haruslah sistematis sehingga memberikan gambaran mengenai posisi
keuangan perusahaan pada suatu saat tertentu” (h. 47).
Dari pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa neraca adalah
daftar yang sistematis tentang aktiva, kewajiban / hutang, dan modal milik pemegang
saham , yang bertujuan untuk menunjukkan posisi keuangan suatu perusahaan pada
suatu saat tertentu, biasanya pada akhir kuartal atau akhir tahun tertentu.
Pos-pos neraca menurut IAI (2004) mencakup :
a. Aktiva berwujud
b. Aktiva tidak berwujud
18
c. Aktiva keuangan
d. Investasi yang diperlakukan menggunakan metode ekuitas
e. Persediaan
f. Piutang usaha dan piutang lainnya
g. Kas dan setara kas
h. Hutang usaha dan hutang lainnya
i. Kewajiban yang diestimasi
j. Kewajiban berbunga jangka panjang
k. Hak minoritas; dan
l. Modal saham dan pos ekuitas lainnya.
Bahasan berikut ini mengenai unsur-unsur yang terdapat pada neraca dari suatu
laporan keuangan.
II.5.1.1 Aktiva
Aktiva dapat diklasifikasikan menjadi dua bagian utama, yaitu aktiva lancar dan
aktiva tidak lancar. Mengacu pada pendapat IAI (2004) perusahaan menyajikan aktiva
lancar terpisah dari aktiva tidak lancar” (h. 1.9, par 39).
Menurut Munawir (2002), “Aktiva lancar adalah uang kas dan aktiva lainnya
yang dapat diharapkan untuk dicairkan atau ditukarkan menjadi uang tunai, dijual atau
dikonsumer dalam periode berikutnya (paling lama satu tahun atau dalam perputaran
kegiatan perusahaan yang normal). Penyajian pos-pos aktiva lancar di dalam neraca
didasarkan pada urutan likuiditasnya, sehingga penyajiannya dimulai dari aktiva yang
paling likuid sampai dengan aktiva yang paling tidak likuid. Yang termasuk kelompok
aktiva lancar adalah :
19
™ Kas, atau uang tunai yang dapat digunakan untuk membiayai operasi perusahaan.
Uang tunai yang dimiliki oleh perusahaan tetapi sudah ditentukan penggunaannya
(misalnya uang kas yang disisihkan untuk tujuan pelunasan hutang obligasi, untuk
pembelian aktiva tetap atau tujuan-tujuan lain) tidak dapat dimasukkan dalam pos
Kas. Termasuk dalam pengertian Kas adalah check yang diterima dari para
langganan dan simpanan perusahaan di Bank dalam bentuk giro atau demand
deposit, yaitu simpanan di bank yang dapat diambil kembali (dengan menggunakan
check atau bilyet) setiap saat diperlukan oleh perusahaan.
™ Investasi Jangka Pendek (surat-surat berharga atau marketable securities) ;
adalah investasi yang sifatnya sementara (jangka pendek) dengan maksud untuk
memanfaatkan uang kas yang untuk sementara belum dibutuhkan dalam operasi (h.
14).
™ Pihutang Wesel, adalah tagihan perusahaan kepada pihak lain yang dinyatakan
dalam suatu wesel atau perjanjian yang diatur dalam undang-undang.
™ Pihutang Dagang, adalah tagihan kepada pihak lain (kepada kreditor atau
langganan) sebagai akibat adanya penjualan barang dagangan secara kredit.(h. 15).
Pihutang Dagang atau Pihutang Lain-lain biasanya disajikan dalam neraca sebesar
nilai realisasinya, yaitu nilai nominal piutang dikurangi dengan Cadangan Kerugian
Pihutang (taksiran piutang yang tak tertagih).
™ Persediaan ; untuk perusahaan perdagangan yang dimaksud dengan Persediaan
adalah semua barang-barang yang diperdagangkan yang sampai tanggal neraca
masih di gudang/belum laku dijual. Untuk perusahaan manufacturing (yang
memproduksikan barang) maka persediaan yang dimiliki meliputi : (1) Persediaan
Bahan Mentah; (2) Persediaan Barang Dalam Proses dan (3) Persediaan Barang Jadi.
20
™ Pihutang Penghasilan atau Penghasilan yang Masih Harus Diterima, adalah
penghasilan yang sudah menjadi hak perusahaan karena perusahaan telah
memberikan jasa/prestasinya,
tetapi belum diterima pembayarannya, sehingga
merupakan tagihan.
™ Persekot atau Biaya yang Dibayar Dimuka, adalah pengeluaran untuk
memperoleh jasa/prestasi dari pihak lain, tetapi pengeluaran itu belum menjadi biaya
atau jasa/prestasi pihak lain itu belum dinikmati oleh perusahaan pada periode ini
melainkan pada periode berikutnya.
Aktiva tidak lancar adalah aktiva yang mempunyai umur kegunaan relatif
permanen atau jangka panjang (mempunyai umur ekonomis lebih dari satu tahun atau
tidak akan habis dalam satu kali perputaran operasi perusahaan). Yang termasuk aktiva
tidak lancar adalah :
™ Investasi Jangka Panjang. Investasi jangka panjang ini dapat berupa : (1) saham
dari perusahaan lain, obligasi atau pinjaman kepada perusahaan lain; (2) aktiva tetap
yang tidak ada hubungannya dengan usaha perusahaan ataupun (3) dalam bentuk
dana-dana yang sudah mempunyai tujuan tertentu (h. 16).
™ Aktiva Tetap, adalah kekayaan yang dimiliki perusahaan yang phisiknya nampak
(konkrit). Yang dimasukkan dalam kelompok aktiva tetap ini meliputi : (1) Tanah
yang di atasnya didirikan bangunan atau digunakan operasi, misalnya sebagai
lapangan, halaman, tempat parkir dan lain sebagainya; (2) Bangunan, baik bangunan
kantor, toko maupun bangunan untuk pabrik; (3) Mesin ; (4) Inventaris; (5)
Kendaraan dan perlengkapan atau alat-alat lainnya. Aktiva tetap selain tanah, akan
disusut selama jangka waktu/umur kegunaannya.
21
™ Aktiva Tetap Tidak Berwujud (Intangible Fixed Assets), adalah kekayaan
perusahaan yang secara phisik tidak nampak, tetapi merupakan suatu hak yang
mempunyai nilai dan dimiliki oleh perusahaan untuk digunakan dalam kegiatan
perusahaan. Yang termasuk dalam intangible fixed assets ini antara lain meliputi :
Hak Cipta, Merk Dagang, Biaya Pendirian (organization cost), Lisensi, Goodwill,
dan sebagainya (h. 17).
™ Beban Yang Ditangguhkan (Deferred Charges), adalah menunjukkan adanya
pengeluaran atau biaya yang mempunyai manfaat jangka panjang (lebih dari satu
tahun), atau suatu pengeluaran yang akan dibebankan juga pada periode-periode
berikutnya. Yang termasuk kelompok ini antara lain adalah : Biaya Pemasaran,
Diskonto Obligasi, Biaya Pembukaan Perusahaan, Biaya Penelitian dan sebagainya.
™ Aktiva Lain-lain (Other Assets); adalah menunjukkan kekayaan atau aktiva
perusahaan yang tidak dapat atau belum dapat dimasukkan dalam klasifikasiklasifikasi sebelumnya, misalnya : Gedung dalam Proses; Tanah Dalam
Penyelesaian; Pihutang Jangka Panjang dan sebagainya” (h. 18).
II.5.1.2 Kewajiban
Horngren, Harrison, dan Bamber (2002) mendefinisikan, “Liabilities is an
economic obligation (a debt) payable to an individual or an organization ouside the
business” (p. 11).
Menurut Munawir (2002), “Kewajiban atau hutang perusahaan dapat dibedakan
ke dalam hutang lancar (hutang jangka pendek) dan hutang jangka panjang. Hutang
lancar atau hutang jangka pendek adalah kewajiban keuangan perusahaan yang
pelunasannya atau pembayarannya akan dilakukan dalam jangka pendek (satu tahun
22
sejak tanggal neraca) dengan menggunakan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan.
Hutang lancar meliputi antara lain :
™ Hutang Dagang, adalah hutang yang timbul karena adanya pembelian barang
dagangan secara kredit.
™ Hutang Wesel, adalah hutang yang disertai dengan janji tertulis (yang diatur dengan
undang-undang) untuk melakukan pembayaran sejumlah tertentu pada waktu di
masa yang akan datang.
™ Hutang Pajak, baik pajak untuk perusahaan yang bersangkutan maupun Pajak
Peendapatan Karyawan yang belum disetorkan ke Kas Negara.
™ Biaya Yang Masih Harus Dibayar, adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi
belum dilakukan pembayarannya.
™ Hutang Jangka Panjang Yang Segera Jatuh Tempo, adalah sebagian (seluruh)
hutang jangka panjang yang sudah menjadi hutang jangka pendek, karena harus
segera dilakukan pembayarannya (h. 18).
™ Penghasilan Yang Diterima Dimuka (Deferred Revenue), adalah penerimaan
uang untuk penjualan barang/jasa yang belum direalisir.
Hutang Jangka Panjang adalah kewajiban keuangan yang jangka waktu
pembayarannya (jatuh temponya) masih jangka panjang (lebih dari satu tahun sejak
tanggal neraca), yang meliputi :
™ Hutang Obligasi
™ Hutang Hipotik, adalah hutang yang dijamin dengan aktiva tetap tertentu.
™ Pinjaman Jangka Panjang yang lain” (h. 19).
23
II.5.1.3 Ekuitas Pemegang Saham
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)
mendefinisikan, “Ekuitas/Modal Pemegang Saham adalah sisa aktiva dikurangi dengan
kewajiban (passiva)” (h. 76). Ekuitas pemegang saham meliputi :
™ Saham
Biasa
(Common
Stock);
Winarno
dan
Ismaya
(2003)
mendefinisikan,”Saham biasa adalah saham yang dimiliki oleh suatu badan usaha
yang tidak mempunyai hak istimewa, misalnya untuk mendapatkan dividen dengan
jumlah % yang ditetapkan, penentuan pengurus, dan atau sisa harta perusahaan bila
perusahaan dilikuidasi” (h. 106).
™ Modal Setoran Tambahan (Additional Paid-In Capital). Menurut Fraser dan
Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004), “Perkiraan ini
menunjukkan jumlah dimana harga jual perdana saham biasa melebihi harga
nominal. Misalnya suatu perusahaan menjual 1000 lembar saham, harga nominal $1,
per lembar, dijual $3 per lembar. Modal saham biasa $1.000 dan modal tambahan
$2000.
™ Laba Ditahan (Retained Earnings). Perkiraan ini adalah penjumlahan laba yang
diperoleh perusahaan semenjak perusahaan didirikan, dikurangi dengan dividen tunai
yang dibayar atau dividen saham.
™ Perkiraan Ekuitas Yang Lain, termasuk saham istimewa (preferred stock), laba
komprehensif yang lain-lain, dan saham perbendaharaan.
II.5.2 Laporan Laba-Rugi (Income Statement)
24
Block dan Hirt mendefinisikan, “The Income Statement is the major device for
measuring the profitability of a firm over a period of time” (p. 28).
Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004),
“Laporan laba-rugi (disebut juga laporan pendapatan) menyajikan pendapatan beban
laba bersih, dan laba per lembar saham untuk satu periode akuntansi. Biasanya satu
tahun sekali atau satu kuartal satu” (h. 100).
Menurut hemat penulis, laporan laba-rugi adalah ikhtisar pendapatan dan beban
yang menunjukkan hasil bersih (laba bersih atau rugi bersih) suatu perusahaan untuk
satu periode akuntansi.
Unsur – unsur laporan laba-rugi menurut IAI (2004) mencakup :
a. Pendapatan
b. Laba rugi usaha
c. Beban pinjaman
d. Bagian dari laba atau rugi perusahaan afiliasi dan asosiasi yang diperlakukan
menggunakan metode ekuitas
e. Beban pajak
f. Laba atau rugi dari aktivitas normal perusahaan
g. Pos luar biasa
h. Hak minoritas; dan
i.
Laba atau rugi bersih untuk periode berjalan (h. 1.14).
Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004),
unsur-unsur laporan laba-rugi adalah sebagai berikut :
™ Penjualan Bersih (Net Sales); Seluruh pendapatan penjualan selama tiga tahun,
setiap tahun diperlihatkan sesudah dipotong dengan retur dan diskon. Retur
25
penjualan adalah pembatalan penjualan, dan diskon penjualan adalah potongan dari
harga faktur asli. Karena penjualan adalah sumber pendapatan terbesar untuk semua
perusahaan, tren angka ini menjadi elemen kunci ukuran kinerja perusahaan.
™ Harga Pokok Penjualan (Cost Of Goods Sold); Pengurangan pertama dari
penjualan adalah harga pokok produk yang dijual kepada pelanggan. Beban ini
disebut harga pokok penjualan (h. 103). Jumlah harga pokok penjualan sangat
dipengaruhi oleh asumsi arus biaya yang dipakai untuk menilai persediaan.
Hubungan antara harga pokok penjualan dengan penjualan bersih disebut persentase
harga pokok penjualan, adalah satu penentu laba, karena harga pokok penjualan
adalah beban terbesar untuk semua perusahaan.
™ Laba Kotor (Gross Profit) ; Beda antara penjualan bersih dengan harga pokok
penjualan disebut laba kotor. Laba kotor adalah laba tingkat pertama dalam laporan
laba-rugi yang multiple step. Laba kotor menunjukkan berapa besar laba yang
dihasilkan perusahaan sesudah dipotong dengan harga pokok penjualan. Laba kotor
dinyatakan dalam persentase terhadap penjualan bersih disebut profit margin.
™ Beban Usaha (Operating Expense) ; Mengacu pada pendapat IAI (2004)
perusahaan menyajikan di Laporan Laba Rugi, rincian beban dengan menggunakan
klasifikasi yang didasarkan pada sifat atau fungsi beban di dalam perusahaan. Ada 5
kategori beban operasi, yaitu :
-
Beban penjualan dan administrasi , adalah beban yang berhubungan dengan
penjualan barang atau jasa, dan fungsi manajemen di bisnis perusahaan.
Termasuk gaji, sewa, asuransi, utility, supplies, dan kadang-kadang
penyusutan dan beban iklan.
26
-
Beban iklan , adalah beban yang besar dalam anggaran pemasaran yang
menentukan kesuksesan perusahaan.
-
Pembayaran sewa guna usaha , termasuk biaya yang berhubungan dengan
sewa fasilitas outlet eceran (h. 105).
-
Penyusutan dan Amortisasi ; Penyusutan digunakan untuk mengalokasikan
harga aktiva berwujud seperti properti, mesin, peralatan, perabot, dan
kendaraan. Amortisasi adalah proses pengurangan aktiva tak berwujud,
patent, copyright, merk dagang, izin, franchise, dan goodwill. Nilai untuk
mendapatkan dan menggabungkan sumber alam : minyak, dan gas, mineral,
dan hutan ; dialokasikan melalui deplesi. Jumlah biaya yang diakui dalam
periode
akuntansi
tergantung
pada
tingkat
investasi
aktiva
yang
bersangkutan, estimasi usia ekonomis aktiva tersebut dan nilai sisa, dan
metode penyusutan yang dipakai (h. 106).
-
Perbaikan dan pemeliharaan , adalah beban reparasi dan pemeliharaan
properti, pabrik, dan peralatan. Beban yang dikeluarkan hendaknya berkaitan
dengan tingkat investasi dan umur, dan kondisi aktiva tetap perusahaan.
Seperti halnya biaya riset dan pengembangan dan iklan dan beban
pemasaran, cadangan yang tidak cukup untuk memelihara dan perbaikan
aktiva tetap akan mengganggu kelancaran/keberhasilan bisnis perusahaan.
Kategori ini, sebagaimana penyusutan harus dievaluasi sehubungan dengan
investasi perusahaan dalam aktiva tetap.
™ Laba Usaha (Operating Profit) ;
Laba usaha (juga disebut EBIT) adalah laba
tingkat ke 2 dalam laporan laba-rugi dan mengukur kinerja kegiatan perusahaan
secara keseluruhan, laba kotor dikurangi dengan beban usaha. Angka laba usaha
27
memberikan kita satu dasar untuk mengukur kesuksesan terpisah dari kegiatan
pembelanjaan dan kegiatan investasi dan terpisah dari status pajak.
™ Pendapatan (Beban) Lain-lain ; Termasuk dalam kategori ini adalah pendapatan
dividen, pendapatan bunga, dan beban bunga, laba (rugi) investasi, laba (rugi)
penjualan aktiva tetap (h. 107).
™ Laba Sebelum Pajak , adalah laba sebelum dipotong dengan pajak. Pajak
penghasilan dibicarakan dalam catatan laporan keuangan menggambarkan beda
antara angka pajak penghasilan yang dilaporkan dengan jumlah pajak penghasilan
yang dibayar (pajak yang ditangguhkan).
™ Laba Bersih (Net Earnings) ; Laba bersih atau “Garis Bawah” adalah laba
perusahaan sesudah memperhitungkan semua pendapatan dan beban yang dilaporkan
semasa periode akuntansi (h. 108).
™ Laba Per Saham Biasa (Earning Per Common Share) ; Laba per saham adalah
laba bersih yang tersedia untuk para pemegang saham untuk periode dibagi angka
rata-rata saham biasa yang beredar. Gambaran ini menunjukkan pengembalian
(return) kepada para pemegang saham untuk setiap saham yang mereka miliki (h.
109).
™ Laba Komprehensif (Comprehensive Income) ; Ada 4 macam komponen laba
komprehensif, yaitu :
-
Dampak penjabaran valuta asing, adalah hasil pengungkapan yang
digariskan oleh Statement FASB No. 52 “Foreign Currency Translation”.
Jika satu perusahaan Amerika beroperasi di luar negeri, laporan keuangan
luar negeri harus diterjemahkan dalam dolar Amerika pada akhir tahun.
Karena ada perubahan nilai dolar terhadap valuta asing, ada kemungkinan
28
laba atau rugi dalam proses penjabaran valuta. Laba atau rugi valuta asing
yang berfluktuasi dari periode ke periode, diakumulasi di seksi ekuitas
pemegang saham.
-
Keuntungan atau kerugian atas yang tidak direalisir ; Berdasarkan saduran
dari statement FASB No. 115, keuntungan atau kerugian atas yang tidak
direalisir investasi di surat-surat berharga hutang dan ekuitas yang
digolongkan
dalam
“available
for
sales”
dilaporkan
dalam
laba
komprehensif. Akumulasi keuntungan dan kerugian neto yang tak direalisir
dilaporkan di laba komprehensif lain di seksi ekuitas pemegang saham di
dalam neraca.
-
Kewajiban pensiun tambahan , dilaporkan sebagai laba komprehensif lainlain apabila manfaat kewajiban yang diakumulasi lebih besar daripada nilai
harga pasar yang wajar aset dikurangi saldo-saldo kewajiban pensiun yang
masih harus dibayar atau ditambah saldo aset pensiun yang ditangguhkan.
-
Aliran kas yang dihedging ; Perusahaan yang menggunakan Cash Flow
hedges (Derivatives dirancang sebagai hedging terhadap cash flow dari
transaksi yang diproduksi) disyaratkan melaporkan keuntungan atau kerugian
atas perubahan nilai wajar cash flow yang di hedging di laba komprehensif
lain-lain dan selanjutnya direklasifikasi jumlah itu ke dalam laba apabila
transaksi yang diramalkan mempengaruhi laba.
II.5.3. Laporan Perubahan Ekuitas
Menurut IAI (2004), “Perusahaan harus menyajikan laporan perubahan ekuitas
sebagai komponen utama laporan keuangan, yang menunjukkan :
29
a. Laba atau rugi bersih periode yang bersangkutan;
b. Setiap pos pendapatan dan beban, keuntungan atau kerugian beserta jumlahnya yang
berdasarkan PSAK terkait diakui secara langsung dalam ekuitas;
c. Pengaruh kumulatif dari perubahan kebijakan akuntansi dan perbaikan terhadap
kesalahan mendasar sebagaimana diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan terkait;
d. Transaksi modal dengan pemilik dan distribusi kepada pemilik;
e. Saldo akumulasi laba atau rugi pada awal dan akhir periode serta perubahannya; dan
f. Rekonsiliasi antara nilai tercatat dari masing-masing jenis modal saham, agio dan
cadangan pada awal dan akhir periode yang mengungkapkan secara terpisah setiap
perubahan” (h. 1.17).
II.5.4. Laporan Arus Kas
Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)
mendefinisikan, “Laporan arus kas disajikan demikian: Dengan menghitung semua
perubahan perkiraan neraca, termasuk kas, kemudian buatlah daftar semua perubahanperubahan perkiraan itu, kecuali arus kas masuk atau kas keluar, dan golongkan arus itu
ke dalam aktivitas operasi, financing, dan investasi. Arus kas masuk dikurangi arus kas
keluar menyeimbangkan dan menjelaskan perubahan kas. Untuk mengklasifikasi
perubahan-perubahan perkiraan neraca pertama-tama harus menelaah definisi empat
bagian laporan arus kas (h. 133).
™ Kas , termasuk kas dan surat-surat berharga yang likuid dalam jangka pendek
disebut juga ekuivalen kas.
30
™ Aktivitas Operasi , yang termasuk di arus kas masuk, yaitu penjualan barang
dagang, pendapatan dari jasa, pendapatan bunga aset yang menghasilkan (bunga),
dan pendapatan ekuitas surat berharga (dividen). Selain itu, yang termasuk di arus
kas keluar adalah pembayaran pembelian barang dagang, pembayaran untuk beban
operasi (gaji, sewa, asuransi), pembayaran untuk pembelian kepada supplies di luar
persediaan, pembayaran kepada pembeli pinjaman (bunga), dan pembayaran untuk
pajak.
™ Aktivitas Investasi , yang termasuk di arus kas masuk adalah penjualan aktiva
jangka panjang (properti, pabrik, peralatan), penjualan surat hutang atau ekuitas
perusahaan lain (kecuali surat berharga yang diperlakukan sebagai setara kas), dan
pengembalian dari pokok pinjaman kepada pihak ketiga. Kemudian yang termasuk
di arus kas keluar, yaitu pembelian aktiva berumur panjang, pembelian surat hutang
dan ekuitas perusahaan lain (kecuali trading securities), dan pinjaman kepada pihak
lain-lain (h. 135).
™ Aktivitas Financing , yang termasuk di arus kas masuk, yaitu: hasil dari pinjaman
dan hasil dari penerbitan saham ekuitas sendiri. Sedangkan yang termasuk di arus
kas keluar adalah pelunasan pokok pinjaman, pembelian kembali saham perusahaan
sendiri, dan pembayaran dividen “(h. 136).
II.5.5. Catatan Atas Laporan Keuangan
Menurut IAI (2004), “Catatan atas laporan keuangan harus disajikan secara
sistematis. Setiap pos dalam neraca, laporan laba rugi dan laporan arus kas harus
berkaitan dengan informasi yang terdapat dalam catatan atas laporan keuangan. Catatan
atas laporan keuangan mengungkapkan :
31
a. Informasi tentang dasar penyusunan laporan keuangan dan kebijakan akuntansi yang
dipilih dan diterapkan terhadap peristiwa dan transaksi yang penting; (h. 1.17)
b. Informasi yang diwajibkan dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan tetapi
tidak disajikan di neraca, laporan laba rugi, laporan arus kas, dan laporan perubahan
ekuitas;
c. Informasi tambahan yang tidak disajikan dalam laporan keuangan tetapi diperlukan
dalam rangka penyajian secara wajar.
Bagian kebijakan akuntansi dalam catatan atas laporan keuangan menjelaskan halhal sebagai berikut :
-
Dasar pengukuran dalam menyiapkan laporan keuangan;
-
Kebijakan akuntansi tertentu yang diperlukan guna memahami laporan keuangan
secara benar (h. 1.18).
Kebijakan akuntansi meliputi, tetapi tidak terbatas pada, hal-hal sebagai berikut :
a. Pengakuan pendapatan
b. Prinsip-prinsip konsolidasi
c. Penggabungan usaha
d. Joint venture
e. Pengakuan beban termasuk metode penyusutan atau amortisasi aktiva berwujud dan
aktiva tidak berwujud
f. Kapitalisasi biaya pinjaman dan pengeluaran lainnya
g. Kontrak konstruksi
h. Properti investasi
i. Instrumen keuangan dan investasi
j. Sewa guna usaha
32
k. Biaya riset dan pengembangan
l. Persediaan
m. Pajak termasuk pajak tangguhan
n. Penyisihan
o. Biaya manfaat pensiun
p. Penjabaran mata uang asing dan hedging
q. Definisi segmen usaha dan geografis dan dasar alokasi biaya antar segmen
r. Definisi kas dan setara kas
s. Akuntansi inflasi
t. Hibah pemerintah” (h. 1.19).
II.6. Metode Analisis Laporan Keuangan
II.6.1. Analisis Horizontal
Menurut definisi Larson, Wild, dan Chiappetta (2002), “Horizontal analysis is
comparison of a company’s financial condition and performance across time” (p. 744).
Sawir (2005) mendefinisikan, “Analisis horizontal adalah analisa dengan cara
membandingkan neraca dan laporan laba rugi beberapa tahun terakhir secara berurutan”
(h. 46).
II.6.2. Analisis Vertikal
Munawir (2002) mendefinisikan, “Analisis vertikal yaitu apabila laporan
keuangan yang dianalisa hanya meliputi satu periode atau satu saat saja, yaitu dengan
memperbandingkan antara pos yang satu dengan pos lainnya dalam laporan keuangan
33
tersebut, sehingga hanya akan diketahui keadaan keuangan atau hasil operasi pada saat
itu saja” (h. 36).
II.6.3. Analisis Rasio
Menurut definisi Wild, Bernstein, dan Subramayam (2001), “Rasio analysis is
among the most popular and widely used tools of financial analysis, yet it’s role is often
misunderstood and consequently it’s importance often overated” (p. 38).
Munawir (2002) mendefinisikan, “Analisis rasio adalah suatu metode analisa
untuk mengetahui hubungan dari pos-pos tertentu dalam neraca atau laporan rugi laba
secara individu atau kombinasi dari kedua laporan tersebut.
Dari definisi-definisi diatas dapat disimpulkan bahwa analisis rasio adalah suatu
cara menganalisa pelaksanaan kegiatan perusahaan, menilai keuntungannya, menilai
struktur modalnya, dan lainnya, dengan menggunakan tolak ukur yang merupakan
perbandingan antara angka-angka dalam neraca dan laporan laba rugi.
II.7. Jenis-jenis Rasio Keuangan
Berikut ini diuraikan beberapa jenis rasio keuangan yang akan dibahas dalam skripsi
ini.
II.7.1. Rasio Likuiditas
Mengacu pada pendapat Munawir (2002) rasio likuiditas, yaitu rasio untuk
mengetahui kemampuan perusahaan dalam membiayai operasi dan memenuhi kewajiban
finansiil pada saat ditagih.
Rasio-rasio likuditas antara lain :
34
1. Rasio Lancar / Current Ratio. Rasio ini menunjukkan tingkat keamanan (margin of
safety) kreditor jangka pendek, atau kemampuan perusahaan untuk membayar
hutang yang jatuh tempo. Current ratio yang terlalu tinggi menunjukkan kelebihan
uang Kas atau aktiva lancar lainnya dibandingkan dengan yang dibutuhkan sekarang
atau tingkat likuiditas yang rendah daripada aktiva lancar dan sebaliknya.
Aktiva Lancar
Rumus:
Current ratio =
Hutang Lancar
2. Rasio Cepat / Quick Ratio. Rasio ini merupakan ukuran kemampuan perusahaan
dalam
memenuhi
kewajiban-kewajibannya
dengan
tidak
memperhitungkan
persediaan, karena persediaan memerlukan waktu yang relatif lama untuk direalisir
menjadi uang kas dan menganggap bahwa pihutang segera dapat direalisir sebagai
uang kas,walaupun kenyataannya mungkin persediaan lebih likuid daripada
pihutang.
Aktiva Lancar - Persediaan
Rumus:
Quick ratio =
Hutang Lancar
II.7.2 Rasio Aktivitas
Munawir (2002) menulis, “Rasio Aktivitas, yaitu rasio untuk menilai
kemampuan perusahaan dalam melaksanakan aktivitas sehari-hari atau kemampuan
perusahaan dalam penjualan, penagihan pihutang maupun pemanfaatan aktiva yang
dimiliki” (h. 240).
Jenis-jenis rasio aktivitas antara lain :
35
1. Perputaran Piutang / Accounts Receivable Turnover
Perputaran pihutang memberikan indikasi berapa kali rata, pihutang itu ditagih
dalam satu tahun. Mengacu pada pendapat Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh
Setyautama, S. (2004), umumnya perputaran yang tinggi itu bagus, karena ini
merupakan bukti efisiensi mengubah pihutang menjadi kas, tetapi perputaran yang
terlalu tinggi dapat juga menunjukkan kebijakan kredit dan penagihan terlalu ketat.
Penjualan Bersih
Rumus:
A/R Turnover =
Rata-rata Piutang Dagang
2. Jangka Waktu Penagihan Piutang / Days Of Receivable
Days of receivable atau rata-rata pengumpulan piutang menunjukkan berapa hari
piutang tersebut rata-rata tidak dapat ditagih yang umumnya antara 1 sampai 2 bulan.
365
Rumus:
Days of Receivable =
Rata-rata Piutang
3. Perputaran Barang / Inventory Turnover
Perputaran barang mengukur efisiensi perusahaan dalam mengelola dan menjual
barang.
Harga Pokok Penjualan
Rumus:
Inventory Turnover =
Rata-rata Persediaan
4. Perputaran Aktiva Tetap / Fixed Asstes Turnover
Rasio ini menunjukkan berapa kali dana yang ditanamkan dalam aktiva tetap
berputar dalam satu periode.
36
Penjualan Bersih
Rumus:
Fixed Assets Turnover =
Rata-rata Aktiva tetap Bersih
5. Perputaran Total Aktiva / Total Assets Turnover
Perputaran total aktiva mengukur efisiensi dalam mengelola seluruh aktiva.
Penjualan Bersih
Rumus: Total Assets Turnover =
Rata-rata Total Aktiva
II.7.3. Rasio Leverage
Rasio Leverage, yaitu rasio untuk mengukur sampai seberapa jauh aktiva
perusahaan dibiayai dari hutang.
Jenis-jenis rasio leverage, yaitu :
1. Debt ratio
Rasio ini menimbang porsi total aktiva yang dibiayai dengan hutang.
Total Hutang
Rumus:
Debt ratio =
Total Aktiva
2. Rasio Kelipatan Pembayaran Bunga / Times Interest Earned Ratio
Mengukur berapa kali beban bunga dibayar dengan laba sebelum pajak penghasilan.
Semakin besar rasio ini semakin baik bagi investor.
Laba Usaha / Laba Sebelum Pajak dan Bunga
Rumus:
Times Interest Earned =
Beban Bunga
37
II.7.4. Rasio Profitabilitas
Menurut Fraser dan Ormiston yang diterjemahkan oleh Setyautama, S. (2004)
mendefinisikan, “Rasio Profitabilitas menunjukkan efisiensi dan kinerja keseluruhan”
(h. 187).
Jenis – jenis Rasio Profitabilitas, yaitu :
1. Prosentase Laba Usaha / Operating Profit Margin
Operating profit margin, suatu ukuran untuk efisiensi usaha secara keseluruhan
memasukkan semua beban usaha yang bertalian dengan bisnis rutin.
Laba Bersih
Rumus:
Operating Profit Margin =
Penjualan Bersih
2. Rasio Tingkat Pengembalian Total Aktiva / Return on Total Assets (ROA)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari seluruh dana perusahaan (modal asing dan
modal sendiri). Makin tinggi rasio ini semakin baik.
Laba Bersih
Rumus:
ROA =
Total Aktiva
3. Rasio Tingkat Pengembalian Ekuitas / Return on Equity (ROE)
Rasio ini menunjukkan produktivitas dari dana-dana pemilik perusahaan di dalam
perusahaannya sendiri. Rasio ini juga menunjukkan profitabilitas dan efisiensi modal
sendiri. Makin tinggi rasio ini akan semakin baik karena posisi modal pemilik
perusahaan akan semakin kuat, atau profitabilitas modal sendiri yang semakin baik.
38
Laba Bersih
Rumus:
ROE
=
Ekuitas Pemegang Saham
39
Download