BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Perspektif/Paradigma Kajian

advertisement
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
1.1 Perspektif/Paradigma Kajian
Perspektif dalam penelitian ini menggunakan perspektif interpretif. Dalam
pandangan ini manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku”,
karena “perilaku berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan,
melainkan
“bertindak”.
Istilah
“bertindak”
mempunyai
konotasi
tidak
otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah: melibatkan niat, kesadaran,
motif-motif, atau alasan-alasan tertentu yang disebut Weber sebagai social action
(tindakan sosial) dan bukan social behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat
intensional; melibatkan makna dan interprestasi yang tersimpan di dalam diri
pelakunya. Dunia makna inlah yang perlu dibuka, dilacak dan dipahami untuk
bias memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun dan di mana pun
(Vardiansyah, 2008:67).
Interpretif
teori
mencari
sebuah
pemahaman
tentang
bagaimana
membangun memahami fenomena-fenoma melalui interaksi dan bagaimana kita
bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita ciptakan (miller,
2005:57). Teori-teori interpretif membantu dalam pemahaman kita mengenai
sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan
membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses
konstruksi sosial (Miller, 2005:61). Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang
mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman orang lain untuk
mendapatkan informasi atau data yang diperlukan.
Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan
teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi.
Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan
sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan
diuji secara empiris. Dalam uraian tentang teori tersebut, Bognan dan Biken
menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar
tentang asumsi secara logis dianut bersama konsep, atau preposisi yang
mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian (Moleong, 2010:14).
Universitas Sumatera Utara
Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan sistematis dan
subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan
(empiris). Pendekatan kualitatif terus berkembang di bidang sains dan pendidikan.
Proses penelitian ini dijalankan melalui pemahaman tentang pengalaman manusia
dalam aneka bentuk. Penelitian kualitatif lebih berorientasi kepada upaya untuk
memahami fenomena secara menyeluruh. Pendekatan semacam ini lebih konsisten
dengan filosofi holistik di bidang sains sosial dan pendidikan. Penelitian kualitaif
berangkat dari ilmu perilaku manusia dan ilmu sosial melalui penelaahannya
terhadap interaksi orang-orang dengan situasi sosial dalam membangun
pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan (meaning dan discovery)
(Iskandar, 2010:189).
1.2 Kajian Pustaka
Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan
memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan,
dan meramalkan gejala yang ada (Sugiono, 2010:53). Dalam landasan teori perlu
dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir sehingga selanjutnya dapat
dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian (Sugiono, 2010:58). Adapun teori
yang peneliti anggap relevan dalam penelitian ini adalah:
1. Komunikasi
2. Komunikasi Antarpribadi
3. Komunikasi Efektif
4. Proses belajar
5. Konseling
2.2.1 Komunikasi
Banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap
perkembanganilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu
politik, ilmumanajemen, linguistik, dan sebagainya, menyebabkan banyaknya
definisi tentangkomunikasi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang
ilmunya.
Universitas Sumatera Utara
Carl I. Hovland (Mulyana, 2007:68) mendefinisikan komunikasi
adalahproses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan
rangsangan (biasanya lambang-lambangverbal) untuk mengubah prilaku orang
lain (komunikate). Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana
komunikasi (Book, 1980) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar
manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu transaksi,
proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan
(1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran
informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4)
berusaha mengubah sikap dan tingkah laku (Cangara, 2007:19).
Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan
secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang
dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and
Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang
baikuntuk
menjelaskan
komunikasi
ialah
menjawab
pertanyaan
“Siapa
yangmenyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan
apapengaruhnya”.Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi
meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni :
1. Komunikator (communicator, sender, source)
2. Pesan (message)
3. Media (channel, media)
4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient)
5. Efek (effect, impact, influence)
Berdasarkan
paradigma
Lasswell
tersebut,
komunikasi
adalah
prosespenyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media
yangmenimbulkan efek tertentu (Effendy, 2007:10).
Menurut Onong (Effendy, 2003:31-32) proses komunikasi terbagi atas dua
perspektif yaitu:
1. Proses Komunikasi dalam perspektif psikologis
Proses komunkasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan.
Ketika seorang komunikator berniat menyampaikan suatu pesan kepada
komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Dimana ditegaskan
Universitas Sumatera Utara
bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni, isi pesan dan lambing. Isi
pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa.
2. Proses Komunikasi dalam perspektif mekanistis
a. Proses komunikasi secara primer
b. Proses komunikasi secara sekunder
c. Proses komunikasi secara linear
d. Proses komunikasi secara sirkular
Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah
penyampaianinformasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain.
Komunikasi akan dapatberhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu
jika kedua belah pihak dapatmemahaminya (Widjaja, 2000:15).Komunikasi
merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang
lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belahpihak
saling memahaminya. Kualitas pada segala bentuk komunikasi menentukan
keharmonisanhubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi
yaitu (Effendy, 2007:7):
1. Komunikasi Personal (Personal Communication)
Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan
komunikasi antar personal (Interpersonal Communication).
2. Komunikasi kelompok
Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari
ceramah, forum, diskusi dan seminar.Komunikasi kelompok besar (large group
communication), terdiri dari kampanye.
3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication).
4. Komunikasi Massa (Mass Communication).
Komunikasi yang terjadi di dalam berbagai bentuk sebagai ilmu dan seni,
sudah tentu memiliki fungsi yang dapatdimanfaatkan oleh manusia dalam
memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam terjadinyakomunikasi tidak terlepas dari
bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yangbaik, tidak jauh dari
fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi-fungsidari
komunikasi adalah sebagai berikut(Effendy, 2004:8):
1. Menyampaikan informasi (To inform)
Universitas Sumatera Utara
2. Mendidik (To educate)
3. Menghibur (To entertain)
4. Mempengaruhi (To influence)
Sesuai dengan fungsinya, berkomunikasi tidak hanya untuk memahami
dan mengerti satu danlainnya tetapimemiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada
empat tujuan komunikasiyaitu:
1. Perubahan sikap
2. Perubahan pendapat
3. Perubahan perilaku
4. Perubahan sosial (Effendy, 2004:8).
2.2.2 Komunikasi Antarpribadi
Komunikasi tidak dapat dielakan.Setiap individu yang hidup di muka bumi
ini pasti melakukan komunikasi.Komunikasi dapat terjadi kapan saja, dimana saja
berdasarkansituasional, kebutuhan dan konteks tertentu.Kita berbicara dengan diri
kita, berdoa pada Tuhan dan berdialog dengan orang atau beberapa orang
merupakan bentuk komunikasi yang paling sederhana, walaupun hal itu tidak
sesederhana seperti kelihatannya.
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi diantara dua
orang yang mempunyai suatu hubungan dan pihak-pihak yang dipengaruhi oleh
pesan-pesan komunikasidiantara satu dengan yang lainya (Devito, 2008:130).
Komunikasi antarpribadi ini dapat berkembang dari komunikasi antara dua orang
menjadi komunikasi yang melibatkan sekelompok kecil orang, seperti anggota
keluarga, hubungan antara tiga dan empat teman, pekerja atau kenalan. Hal ini
diuraikan oleh Devito(1985)yang mendefinisikan komunikasi antarpribadi
berdasarkan 3 sudut pandang definisi utama:
1. Berdasarkan Komponen
Komunikasi antarpribadi didefinisikan dengan mengamati komponenkomponen utamanya,yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan
penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai
dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik.
2. Berdasarkan Hubungan Diadik
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara
dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.Sebagai contoh
dapat dilihat pada contoh hubungan komunikasi antarpribadi antara ibu dengan
anak, pramuniaga dengan pelanggan, guru dengan murid, dan lain-lain.Definisi ini
disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan
tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu, bahkan pada hubungan
persahabatan juga dapat dilihat hubungan antarpribadi yang terjalin antara dua
sahabat.
3. Berdasarkan Pengembangan
Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai proses (pengembangan) dari
komunikasi yang bersifattidak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih
intim.Ketiga definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud
dengankomunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang,
sertabahwakomunikasi antarpribadi dapat berubah apabila mengalami suatu
pengembangan(Devito, 1985:169-197).
Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian
melainkanada fungsi yang dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi
komunikasi
antarpribadi
adalahberusaha
meningkatkan
hubungan
insani,
menghindari dan mengatasi konflik pribadi,mengurangi ketidakpastian sesuatu,
serta berbagi pengetahuan dan pengalaman denganorang lain (Cangara, 2007: 60).
Selain itu, komunikasi antarpribadi memiliki berbagai tujuan. Adapun tujuantujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut:
1. Mengenal diri sendiri dan orang lain
Salah satu caramengenal diri sendiri adalah melelui komunikasi
antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk
memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita
sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita
sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku lain. Pada
kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil yang
dari apa yang kita pelajari tetntang diri kita sendiri dari orang lain melalui
komunikasi antarpribadi.
2. Mengetahui dunia luar
Universitas Sumatera Utara
Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami
lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang
lain. Banyak hal yang sering kita bicarakan melalui komunikasi antarpribadi
mengenai hal-hal yang disajikan di media massa.
3. Menciptakan dan memelihara hubungan
Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan
sehari-dari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan
orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi
antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial
dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan
ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri.
4. Mengubah sikap dan perilaku
Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan
perilaku orang lain. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan
orang lain melalui komunikasi antarpribadi.
5. Bermain dan mencari hiburan
Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan.
Bercanda dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama merupakan
kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak
dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan,
karena memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan
sebagainya.
6. Membantu orang lain
Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman
yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk
menyelesaikannya. Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi
yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian
besar dilakukan melalui komunikasi antar pribadi (Fajar, 2002:78-80).
Self-Disclosure
Komunikasi yang dilakukan tanpa mengena sasaran, maka yang akan
disalahkan adalah komunikatornya. Komunikator adalah pengambil inisatif
Universitas Sumatera Utara
terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal
tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang digunakan,
hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesan
(Cangara, 2007:85). Hal tersebut hanya akan tercapai dengan cara membuka diri.
Membuka diri berarti mengkomunikasikan informasi tentang diri sendiri
kepada orang lain (Devito, 2010:65). Salah satu model inovatif untuk memahami
tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi insani adalah Jendela
Johari oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa
mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal
seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang
ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela johari (Johari
Window).
Gambar 2.1.
Jendela Johari
Diketahui diri Tidak diketahui
Sendiri
diri sendiri
Diketahui
orang lain
Tidak diketahui
orang lain
1
2
Terbuka
Gelap
3
4
Tersembunyi
Tidak Diketahui
Sumber: (Bebe, 2008:56)
Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri
maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan
dengan orang lain.
Universitas Sumatera Utara
Kuadran 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seorang dengan yang lain
mengembangkan suatu hubungan terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui
masalah tentang hubungan mereka.
Kuadran 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya
diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri.
Kuadran 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua
pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain.
Kuadran 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama-sama tidak
mengetahui masalah hubungan di antara mereka.
Ada berbagai keuntungan dalam melakukan sel-disclosure. Keuntungan
dari Self-Disclosureadalah:
1. Pemahaman tentang diri, salah satu keuntungan dari self-disclosure
adalah mendapatkan perspektif yang baru tentang diri, sebuah pemahaman
yang dalam tentang diri.
2. Komunikasi dan Hubungan yang efektif, memahami pesan orang lain
secara lebih luas dapat melebarkan pemahaman tentang orang lain, selfdisclosure adalah suatu keadaan untuk saling memahami.
3. Kesehatan Psikologi, dengan melakukan self-disclosureberarti belajar
bagaimana berbagi informasi dengan orang lain tentang berbagai
permasalahan dan bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut (Devito,
2007:68).
2.2.3 Komunikasi efektif
Semua orang tentu saja mengharapkan komunikasi yang dilakukannya
efektif.Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss
paling tidak menimbulkan lima hal yaitu:
1. Pengertian, pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli
seperti yang dimaksudkan oleh komunikator.
2. Kesenangan, komunikasi dimaksudkan untuk menjadikan hubungan kita
hangat, akrab dan menyenangkan.
3. Pengaruh pada sikap, komuikasi dilakukan agar komunikan bertindak
sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri
Universitas Sumatera Utara
4. Hubungan yang semakin baik, dengan berkomunikasi maka akan tercipta
hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang saling
memuaskan.
5. Tindakan, menimbulkan tindakan adalah indiator efektivitas dari
komunikasi. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses
komunikasi. (Rahkmat, 2007:13-16).
Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi efektif.Bahkan beberapa
ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan
komunikasi yang sebenar-benarnya efektif.Ada banyak hambatan yang bisa
merusak komunikasi berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan
hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau
ingin sukses komunikasinya (Efendy, 2003:45-49).
1. Ganguan
a. Ganguan mekanik (mechanical, channel noise)
b. Gangguan semantik (semantik noise)
2. Kepentingan
3. Motivasi terpendam
4. Prasangka
Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpestasikan pesan
yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim.Kenyataannya,
sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam
komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda yang
dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya
dengan tepat (Supratiknya, 2009:34).
Kegagalan dalam komunkasi yang timbul karena adanya kesenjangan
antara apa yang sebenarnya dimaksud pengirim dengan apa yang oleh penerima
diduga dimaksud oleh pengirim, bersumber pada sejumlah faktor berikut
(Johnson, 1981):
1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional dan social atau cultural.
2. Sering kita mendengarkan dengan maksud sadar maupun tidak sadar untuk
memberikan penilaian dan menghakmi si pembicara.
Universitas Sumatera Utara
3. Sering kita gagal menangkap maksud konotatif di balik ucapannya
kendatikita sepenuhnya tahu arti denotative kata-kata yang digunakan oleh
pembicara.
4. Kesalahfahaman atau distorsi dalam berkomunikasi sering terjadi karena
kita tidak saling mempercayai (Supratiknya, 2009:34).
Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “The condition of
success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita
menginginkan agar pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki.
Kondisi berikut sebagai berikut:
1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat
menarik perhatian komunikan.
2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman
yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama
mengerti.
3. Pesan
harus
membangkitkan
kebutuhan
pribadi
komunikan
dan
menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut.
4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang
tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada
saat ia digerakkan untuk memberkan tanggapan yang dikehendaki(Efendy,
2003:41).
Bagaimana mengirimkan pesan secara efektif? Menurut Johnson (1981),
ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu: Pertama, kita harus mengusahakan agar
pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita
harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga, kita harus berusaha
mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam
diri penerima.Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil
mengirimkan pesan (Supratiknya, 2009:35).
Menurut teori penilaian sosial terdapat tiga faktor yang sangat berperan
menentukan apakah suatu idea atau pernyataan akan masuk kedalam wilayah
penerimaan atau penolakan yaitu sebagai berikut. 1) Krediblitas narasumber. 2)
Ambiguitas pesan. 3) Pemikiran Dogmatis (Morrisan, 2010:28).
Universitas Sumatera Utara
Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat dua faktor
penting untuk diperhatikan dalam merumuskan pesan dengan baik, yaitu:
1. Faktor pada komponen komunikan
Dengan memperhatikan syarat tersebut jelaslah, mengapa expert
komunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan komunikan dan
mengapa “know your audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi.
Sebabnya ialah karena penting sekali mengetahui:
1. Timing yang tepat untuk suatu pesan
2. Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti
3. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif
4. Jenis kelompok di mana komunikan akan dilaksanakan
2. Faktor pada komponen komunikator
Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi
efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan
terhadap komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source
attractiveness) (Efendy, 2003:42).
Media Komunikasi
Dikomunikasikannya
pesan
seperti
itu
tidaklah
cukup
dengan
memperhatikan timing dan placingseperti disarankan oleh Wilbur Schramm.
Tetapi bagaimanapun juga, menurut Ronny Adhikarya dalam karyanya yang
berjudul “Communication Planning Strategy”dalam mengidentifikasikan pesan
kita harus menentukan pesan apa yang ingin disampaikan. Ini bisa merupakan
informational
message,
atau
instructional
message,
atau
motivational
message.Bagi seorang komunikator, pemahaman mengenai sifat-sifat komunikan
dan pesan komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, akan dapat menentukan
jenis media apa yang akan diambil, dan teknik komunikasi mana yang akan
digunakan (Efendy, 2004:33).
Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai
yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Untuk mencapai sasaran
komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media,
bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan apa yang akan disampaikan dan
Universitas Sumatera Utara
teknik yang akan dipergunakan. Media mana yang terbaik dari sekian banyak
media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing
mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media
tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan
sebagai dokumentasi. Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat
mata dan tangan dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya
mendengarkan radio ketika sedang mengendarai mobil. Pesan melalui media
audio visual dapat ditangkap secara lengkap, dapat dilihat dan didengarkan
(Efendy, 2007:37).
Secara umum media pendidikan pada proses belajar mempunyai
kegunaaan kegunaa sebagai berikut :
1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalilstis (dalam bentuk
kata-kata atau tulisan belaka).
2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera.
3. Penggunaan media pendididkan secara tepat dan bervariasi dapat
mengatasi sikap pasif anak didik.
4. Menyamakan rangsangan, menyamakan pengalaman dan menimbulkan
persepsi yang sama antara guru dengan siswa yang mempunyai latar
belakang yang berbeda (Sadiman dkk, 2008 :18).
2.2.4 Proses Belajar
Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu
proses penyampaian pesan dari sumber pesan yakni yang berasal dari guru melalui
saluran atau media tertentu ke penerima pesan yaitu para siswa-siswi. Setiap
orang pasti pernah belajar sesuatu dalam hidupnya sejak dari pertama sekali
dilahirkan. Namun apakah belajar itu? Belajar pada manusia boleh dirumuskan
sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi
aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan,
keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan
berbekas.” (Winkel, 1996:53).
Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar
dalam tiga rumusan, yaitu:Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlahnya),
Universitas Sumatera Utara
belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif
dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dalam hal ini dipandang dari sudut
banyaknya
materi
yang
dikuasai
siswa.Secara
institusional
(tinjauan
kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan
terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti
institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses
belajar. Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memeroleh
arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di
sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya
fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang
kini dihadapi siswa (Syah, 2010:90).
Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus’ yang berarti
“berjalan ke depan”. Reber dalam psikologi belajar memaparkan, proses berarti
cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan
ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu. Proses belajar dapat diartikan
sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi
dalam diri siswa. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah
tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.Menurut Jerome S.
Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow 1985), dalam proses
belajar siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni:
1. Faseinformasi (tahap penerimaan materi).
2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi).
3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) (Syah, 2010:110-111).
Dalam bukunya “Essensial of Learning for Instruction” yang terbit pada
tahun 1988, Gagne membagi secara konkret fase dalam proses belajar siswa
menjadi:
Universitas Sumatera Utara
Tabel2.1. Fase Belajar
: Siswa khusus memperhatikan hal yang
akan dipelajari, sehingga konsentrasi
terjamin.
Menyadari tujuan belajar
: Siswa sadar akan tujuan instruksional
(Motivation, expectancy)
dan bersedia melibatkan diri.
Menggali dari LTM
: Siswa mengingat kembali dari ingatan
(Retrieval to working
jangka
panjang
apa
yang
memory)
sudahdiketahui/dipahami/dikuasai
tentang pokok-pokok bahasan yang
sedang dipelajari.
Berpersepsi selektif
: Siswa mengamati unsur-unsur dalam
(Selective perception)
perangsang yang relevan bagi pokok
bahasan. Siswa memperoleh pola
perceptual.
Mengolah informasi di STM
: Siswa memberikan makna pada pola
(Encoding; entry to LTM
perceptual dengan membuat informasi
storage)
sungguh
berarti,
antara
lain
menghubungkan dengan informasi lama
yang sudah digali dari LTM. Hasil
pengolahan dimasukkan ke LTM.
Menggali informasi dari LTM : Siswa membuktikan melalui suatu
(Responding to question to
prestasi kepada guru dan diri sendiri
task)
bahwa pokok bahasan telah dikuasai;
memberikan indikasi bahwa tujuan
instruksional khusus pada dasarnya telah
tercapai.
Mendapatkan umpan balik
: Siswa mendapat penguatan dari guru
(Feedback; reinforcement)
kalau prestasinya tepat; mendapat
koreksi kalau prestasinya salah.
Memantapkan hasil belajar
: Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk
mengakarkan hasil belajar. Siswa
mengadakan transfer belajar. Siswa
mengulang-ulang kembali.
1. Menaruh perhatian
(Attention, alertness)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Sumber:
(Winkle, 1996:317)
STM (Short Term Memory)
LTM (Long Term Memory)
Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut proses belajar
mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai
pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar.
Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara
guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat
pengajaran (Syah, 2010:237). Namun sering sekali muncul berbagai macam
Universitas Sumatera Utara
masalah belajar pada proses tersebut yang diakibatkan oleh berbagai faktor
internal dan eksternal:
Menurut W.H. Burton faktor internal yang mengakibatkan kesulitan
belajar adalah sebagai berikut:
1. Ketidakseimbangan mental atau ganggauan fungsi mental: (a) kurangnya
kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan); (b) kurangnya
kemampuan mental, seperti kurangnya perhatian, adanya kelainan, lemah
dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya
energy untuk bekerja atau belajar karena kurangnya makanan yang bergizi,
kurangnya
penguasaan
terhadap
kebiasaan
belajar
dan
hal-hal
fundamental; dan(c) kesiapan diri yang kurang matang.
2. Gangguan fisik: (a) kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat
bicara; dan (b) gangguan kesehatan (sakit-sakitan).
3. Gangguan emosi: (a) merasa tidak aman, (b) kurang bisa menyesuaikan
diri, baik dengan orang, situasi, maupun kebutuhan; (c) adanya perasaan
yang kompleks (tidak karuan), perasaan takut yang berlebihan (phobi),
perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yang dialami;
dan (d) ketidakmatangan emosi (Yusuf dan Nurihsan, 2005:223).
Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan
sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi
tiga macam.
1. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara
ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga.
2. Lingkungan
perkampungan/masyarakat,
contohnya:
wilayah
perkampungan kumuh (slum area), teman sepermainan (peer group) yang
nakal.
3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang
buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang
berkualitas rendah (Syah, 2010:171).
Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas peran guru
profesional dan berkompetensi tinggi sangat penting dalam melakukan langkah-
Universitas Sumatera Utara
langkah komunikasi sebelum menetapkan altenatif pemecahan bagi siswa/i yang
mengalami permasalahan pada proses belajar.
2.2.5Konseling
Selama ini kita mendapati atau terlibat langsung dalam berbagai bentuk
kegiatan konseling misalnya antara dokter dan pasien, psikolog dan kliennya baik
di rumah sakit,tempat praktek, dan lembaga rehabilitasi. Selain itu konseling juga
dilakukan oleh guru kepada muridnya yang bermasalah dan berprilaku
menyimpang dari proses belajar.Dalam hal ini konseling sering disebut sebagai
bimbingan.Dalam berbagai literatur konseling diartikan dalam bermacam-macam
pengertian. Kata konseling (counceling) berasal dari Bahasa Latin yaitu
counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara
bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan
seorang atau beberapa klien (counselee).Dengan demikian counselium berarti “
people coming together to gain an understanding of problem that beset them were
evident”, demikian ditulis Baruth dan Robinson (latipun, 2008:4).
Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan bimbingan sebagai suatu
proses
pemberian
bantuan
kepada
individu
yang
dilakukan
secara
berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga
dia mampu mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan
tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan
pada umumnya (Yusuf dan Nurihsan, 2005:6).
Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviouris dapat dimaknakan sebagai
perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku
yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya tentang perilaku destruktif di
kelas Wolpe mengemukakan peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap,
menerima, mencoba memaham klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai
dan mengkritiknya (Latipun, 2008:140). Secara umum, siswa-siswa yang
melakukan atau mengatakan sesuatu yang pada pokoknya mengganggu atau
merugikan orang lain maupun dirinya sendiri sering dideskripsikan sebagai
manifestasi dari penyimpangan perilaku. Istilah penyimpangan perilaku sering
digunakan digunakan secara bergantian merujuk pada istilah gangguan emosional
Universitas Sumatera Utara
(emotional disturbance) dan ketidakmampuan penyesuaian diri (maladjustment)
dengan berbagai bentuk variasinya. Hal ini dapat dicermati melalui gejala perilaku
atau partisipasi siswa di kelas, situasi bermain, kemampuan berkomunikasi atau
berinteraksi sosial; agresi fisik, ancaman, perilaku destruktif, tindakan-tindakan
yang tidak sesuai dengan norma-norma; kelambatan dalam prestasi dan
keterampilan akademik; perasaan takut, rasa bersalah dan ekspresi verbal lainya
(Thalib, 2010:251).
Menurut Williamson (1961) Hubungan konseling secara umum adalah untuk
membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas
potensinya (Latipun, 2008:45). Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan
bimbingan dan konseling membantu siswa agar:
1) Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif.
2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan.
3) Mampu belajar secara efektif.
4) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian
(Sukardi, 2008:45).
2.3 Model Teoretik
Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan
bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifkasikan sebaga masalah
penting (Sugiono, 2010:60). Kerangka berfikir penelitian ditunjukkan pada
gambar berikut:
Gambar 2.2.
Sketsa Kerangka Berfikir
Komunikasi
Proses Belajar
Masalah belajar
Komunikasi Antar Pribadi
- Self Disclosure
- Konseling
Pola Komunikasi
Efektif
(Sumber: Peneliti)
Universitas Sumatera Utara
Dari kerangka berpikir diatas peneliti ingin mengungkapkan bagaimana
para guru mengunakan kompetensi mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi
dengan siswa mereka dalam proses belajar. Kecakapan berkomunikasi tersebut
digunakan dalam mengatasi masalah belajar dan penyelesaiannya melalui
kegiatan konseling. Dalam melakukan mengatasi belajarguru melakukan
komunikasi antar pribadidan melakukan self disclosure untuk saling memahami
masalah belajar yang dialami siswa-siswi dan melakukan pendekatan untuk
mencari tahu penyebab dan mencari solusi yang terbaik. Sehingga melalui proses
tersebut mendapat gambaran tentang pola komunikasi yang efektif dalam
menyelesaikan masalah belajar melalui kegiatan konseling dalam menyusun pesan
dan menentukan media yang digunakan terhadap siswa-siswi yang mengalami
permasalahan pada proses belajar.
Universitas Sumatera Utara
Download