BAB II KAJIAN PUSTAKA 1.1 Perspektif/Paradigma Kajian Perspektif dalam penelitian ini menggunakan perspektif interpretif. Dalam pandangan ini manusia sebagai makhluk sosial sehari-hari bukan “berperilaku”, karena “perilaku berkonotasi mekanistik alias bersifat otomatis seperti hewan, melainkan “bertindak”. Istilah “bertindak” mempunyai konotasi tidak otomatis/mekanistik, melainkan humanistik alamiah: melibatkan niat, kesadaran, motif-motif, atau alasan-alasan tertentu yang disebut Weber sebagai social action (tindakan sosial) dan bukan social behavior (perilaku sosial) karena ia bersifat intensional; melibatkan makna dan interprestasi yang tersimpan di dalam diri pelakunya. Dunia makna inlah yang perlu dibuka, dilacak dan dipahami untuk bias memahami fenomena sosial apa pun, kapan pun dan di mana pun (Vardiansyah, 2008:67). Interpretif teori mencari sebuah pemahaman tentang bagaimana membangun memahami fenomena-fenoma melalui interaksi dan bagaimana kita bertindak dalam menghadapi fenomena-fenomena yang telah kita ciptakan (miller, 2005:57). Teori-teori interpretif membantu dalam pemahaman kita mengenai sebuah fenomena sosial yang dibangun melalui hubungan komunikasi dan membantu untuk merefleksikan kerumitan antara fenomena sosial dan proses konstruksi sosial (Miller, 2005:61). Sesuai dengan tujuan penelitian ini yang mencoba memahami, menggali pandangan dan pengalaman orang lain untuk mendapatkan informasi atau data yang diperlukan. Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dimana pada dasarnya landasan teoritis dari penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada fenomenologi. Pada penelitian kualitatif teori dibatasi pada pengertian: suatu pernyataan sistematis yang berkaitan dengan seperangkat proposisi yang berasal dari data dan diuji secara empiris. Dalam uraian tentang teori tersebut, Bognan dan Biken menggunakan istilah paradigma. Paradigma diartikan sebagai kumpulan longgar tentang asumsi secara logis dianut bersama konsep, atau preposisi yang mengarahkan cara berfikir dan cara penelitian (Moleong, 2010:14). Universitas Sumatera Utara Paradigma penelitian kualitatif adalah pendekatan dengan sistematis dan subjektif dalam menjelaskan pengalaman hidup berdasarkan kenyataan lapangan (empiris). Pendekatan kualitatif terus berkembang di bidang sains dan pendidikan. Proses penelitian ini dijalankan melalui pemahaman tentang pengalaman manusia dalam aneka bentuk. Penelitian kualitatif lebih berorientasi kepada upaya untuk memahami fenomena secara menyeluruh. Pendekatan semacam ini lebih konsisten dengan filosofi holistik di bidang sains sosial dan pendidikan. Penelitian kualitaif berangkat dari ilmu perilaku manusia dan ilmu sosial melalui penelaahannya terhadap interaksi orang-orang dengan situasi sosial dalam membangun pengetahuan melalui pemahaman dan penemuan (meaning dan discovery) (Iskandar, 2010:189). 1.2 Kajian Pustaka Sitirahayu Haditono (1999), menyatakan bahwa suatu teori akan memperoleh arti penting, bila ia lebih banyak dapat melukiskan, menerangkan, dan meramalkan gejala yang ada (Sugiono, 2010:53). Dalam landasan teori perlu dikemukakan deskripsi teori dan kerangka berfikir sehingga selanjutnya dapat dirumuskan hipotesis dan instrumen penelitian (Sugiono, 2010:58). Adapun teori yang peneliti anggap relevan dalam penelitian ini adalah: 1. Komunikasi 2. Komunikasi Antarpribadi 3. Komunikasi Efektif 4. Proses belajar 5. Konseling 2.2.1 Komunikasi Banyaknya disiplin ilmu yang telah memberi masukan terhadap perkembanganilmu komunikasi, misalnya psikologi, sosiologi, antropologi, ilmu politik, ilmumanajemen, linguistik, dan sebagainya, menyebabkan banyaknya definisi tentangkomunikasi yang telah dibuat oleh para pakar menurut bidang ilmunya. Universitas Sumatera Utara Carl I. Hovland (Mulyana, 2007:68) mendefinisikan komunikasi adalahproses yang memungkinkan seseorang (komunikator) menyampaikan rangsangan (biasanya lambang-lambangverbal) untuk mengubah prilaku orang lain (komunikate). Sebuah defenisi yang dibuat oleh kelompok sarjana komunikasi (Book, 1980) yang mengkhususkan diri pada studi komunikasi antar manusia (human communication) bahwa: “Komunikasi adalah suatu transaksi, proses simbolik yang menghendaki orang-orang mengatur lingkungannya dengan (1) membangun hubungan antar sesama manusia; (2) melalui pertukaran informasi; (3) untuk menguatkan sikap dan tingkah laku orang lain; serta (4) berusaha mengubah sikap dan tingkah laku (Cangara, 2007:19). Untuk memahami pengertian komunikasi sehingga dapat dilancarkan secara efektif, para peminat komunikasi sering mengutip paradigma yang dikemukakan oleh Harold D. Lasswell dalam karyanya, The Structure and Function of Communication in Society. Lasswell mengatakan bahwa cara yang baikuntuk menjelaskan komunikasi ialah menjawab pertanyaan “Siapa yangmenyampaikan, apa yang disampaikan, melalui saluran apa, kepada siapa dan apapengaruhnya”.Paradigma Lasswel di atas menunjukkan bahwa komunikasi meliputi lima unsur sebagai jawaban dari pertanyaan yang diajukan itu, yakni : 1. Komunikator (communicator, sender, source) 2. Pesan (message) 3. Media (channel, media) 4. Komunikan (communicant, communicate, receiver, recipient) 5. Efek (effect, impact, influence) Berdasarkan paradigma Lasswell tersebut, komunikasi adalah prosespenyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan melalui media yangmenimbulkan efek tertentu (Effendy, 2007:10). Menurut Onong (Effendy, 2003:31-32) proses komunikasi terbagi atas dua perspektif yaitu: 1. Proses Komunikasi dalam perspektif psikologis Proses komunkasi perspektif ini terjadi pada diri komunikator dan komunikan. Ketika seorang komunikator berniat menyampaikan suatu pesan kepada komunikan, maka dalam dirinya terjadi suatu proses. Dimana ditegaskan Universitas Sumatera Utara bahwa pesan komunikasi terdiri dari dua aspek yakni, isi pesan dan lambing. Isi pesan umumnya adalah pikiran, sedangkan lambang umumnya adalah bahasa. 2. Proses Komunikasi dalam perspektif mekanistis a. Proses komunikasi secara primer b. Proses komunikasi secara sekunder c. Proses komunikasi secara linear d. Proses komunikasi secara sirkular Dalam garis besarnya dapat disimpulkan bahwa komunikasi adalah penyampaianinformasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain. Komunikasi akan dapatberhasil apabila sekiranya timbul saling pengertian, yaitu jika kedua belah pihak dapatmemahaminya (Widjaja, 2000:15).Komunikasi merupakan penyampaian informasi dan pengertian dari seseorang kepada orang lain, komunikasi akan berhasil jika adanya pengertian serta kedua belahpihak saling memahaminya. Kualitas pada segala bentuk komunikasi menentukan keharmonisanhubungan dengan sesama individu. Adapun bentuk dari komunikasi yaitu (Effendy, 2007:7): 1. Komunikasi Personal (Personal Communication) Terdiri dari komunikasi intra personal (Intrapersonal Communication) dan komunikasi antar personal (Interpersonal Communication). 2. Komunikasi kelompok Komunikasi kelompok kecil (small group communication), terdiri dari ceramah, forum, diskusi dan seminar.Komunikasi kelompok besar (large group communication), terdiri dari kampanye. 3. Komunikasi Organisasi (Organization Communication). 4. Komunikasi Massa (Mass Communication). Komunikasi yang terjadi di dalam berbagai bentuk sebagai ilmu dan seni, sudah tentu memiliki fungsi yang dapatdimanfaatkan oleh manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya.Dalam terjadinyakomunikasi tidak terlepas dari bentuk dan fungsi komunikasi, dimana komunikasi yangbaik, tidak jauh dari fungsi yang mendukung keefektifan komunikasi. Adapun fungsi-fungsidari komunikasi adalah sebagai berikut(Effendy, 2004:8): 1. Menyampaikan informasi (To inform) Universitas Sumatera Utara 2. Mendidik (To educate) 3. Menghibur (To entertain) 4. Mempengaruhi (To influence) Sesuai dengan fungsinya, berkomunikasi tidak hanya untuk memahami dan mengerti satu danlainnya tetapimemiliki tujuan dalam berkomunikasi. Ada empat tujuan komunikasiyaitu: 1. Perubahan sikap 2. Perubahan pendapat 3. Perubahan perilaku 4. Perubahan sosial (Effendy, 2004:8). 2.2.2 Komunikasi Antarpribadi Komunikasi tidak dapat dielakan.Setiap individu yang hidup di muka bumi ini pasti melakukan komunikasi.Komunikasi dapat terjadi kapan saja, dimana saja berdasarkansituasional, kebutuhan dan konteks tertentu.Kita berbicara dengan diri kita, berdoa pada Tuhan dan berdialog dengan orang atau beberapa orang merupakan bentuk komunikasi yang paling sederhana, walaupun hal itu tidak sesederhana seperti kelihatannya. Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang terjadi diantara dua orang yang mempunyai suatu hubungan dan pihak-pihak yang dipengaruhi oleh pesan-pesan komunikasidiantara satu dengan yang lainya (Devito, 2008:130). Komunikasi antarpribadi ini dapat berkembang dari komunikasi antara dua orang menjadi komunikasi yang melibatkan sekelompok kecil orang, seperti anggota keluarga, hubungan antara tiga dan empat teman, pekerja atau kenalan. Hal ini diuraikan oleh Devito(1985)yang mendefinisikan komunikasi antarpribadi berdasarkan 3 sudut pandang definisi utama: 1. Berdasarkan Komponen Komunikasi antarpribadi didefinisikan dengan mengamati komponenkomponen utamanya,yaitu mulai dari penyampaian pesan oleh satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampak hingga peluang untuk memberikan umpan balik. 2. Berdasarkan Hubungan Diadik Universitas Sumatera Utara Komunikasi antarpribadi adalah komunikasi yang berlangsung diantara dua orang yang mempunyai hubungan yang mantap dan jelas.Sebagai contoh dapat dilihat pada contoh hubungan komunikasi antarpribadi antara ibu dengan anak, pramuniaga dengan pelanggan, guru dengan murid, dan lain-lain.Definisi ini disebut juga definisi diadik, yang menjelaskan bahwa selalu ada hubungan tertentu yang terjadi antara dua orang tertentu, bahkan pada hubungan persahabatan juga dapat dilihat hubungan antarpribadi yang terjalin antara dua sahabat. 3. Berdasarkan Pengembangan Komunikasi antarpribadi dilihat sebagai proses (pengembangan) dari komunikasi yang bersifattidak pribadi menjadi komunikasi pribadi atau yang lebih intim.Ketiga definisi diatas membantu dalam menjelaskan yang dimaksud dengankomunikasi antarpribadi dan bagaimana komunikasi tersebut berkembang, sertabahwakomunikasi antarpribadi dapat berubah apabila mengalami suatu pengembangan(Devito, 1985:169-197). Dalam komunikasi antarpribadi tidak hanya tertuju pada pengertian melainkanada fungsi yang dari komunikasi antarpribadi itu sendiri. Fungsi komunikasi antarpribadi adalahberusaha meningkatkan hubungan insani, menghindari dan mengatasi konflik pribadi,mengurangi ketidakpastian sesuatu, serta berbagi pengetahuan dan pengalaman denganorang lain (Cangara, 2007: 60). Selain itu, komunikasi antarpribadi memiliki berbagai tujuan. Adapun tujuantujuan dari komunikasi antarpribadi adalah sebagai berikut: 1. Mengenal diri sendiri dan orang lain Salah satu caramengenal diri sendiri adalah melelui komunikasi antarpribadi. Komunikasi antarpribadi memberikan kesempatan bagi kita untuk memperbincangkan diri kita sendiri, dengan membicarakan tentang diri kita sendiri pada orang lain. Kita akan mendapatkan perspektif baru tentang diri kita sendiri dan memahami lebih mendalam tentang sikap dan perilaku lain. Pada kenyataannya, persepsi-persepsi diri kita sebagian besar merupakan hasil yang dari apa yang kita pelajari tetntang diri kita sendiri dari orang lain melalui komunikasi antarpribadi. 2. Mengetahui dunia luar Universitas Sumatera Utara Komunikasi antar pribadi juga memungkinkan kita untuk memahami lingkungan kita secara baik yakni tentang objek, kejadian-kejadian, dan orang lain. Banyak hal yang sering kita bicarakan melalui komunikasi antarpribadi mengenai hal-hal yang disajikan di media massa. 3. Menciptakan dan memelihara hubungan Manusia diciptakan sebagai makhluk sosial, hingga dalam kehidupan sehari-dari orang ingin menciptakan dan memelihara hubungan dekat dengan orang lain. Dengan demikian banyak waktu yang digunakan dalam komunikasi antarpribadi bertujuan untuk menciptakan dan memelihara hubungan sosial dengan orang lain. Hubungan demikian membantu mengurangi kesepian dan ketegangan serta membuat kita merasa lebih positif tentang diri kita sendiri. 4. Mengubah sikap dan perilaku Dalam komunikasi antarpribadi sering kita berupaya mengubah sikap dan perilaku orang lain. Singkatnya banyak yang kita gunakan untuk mempersuasikan orang lain melalui komunikasi antarpribadi. 5. Bermain dan mencari hiburan Bermain mencakup semua kegiatan untuk memperoleh kesenangan. Bercanda dan pembicaraan-pembicaraan lain yang hampir sama merupakan kegiatan yang bertujuan untuk memperoleh hiburan. Seringkali hal tersebut tidak dianggap penting, tapi sebenarnya komunikasi yang demikian perlu dilakukan, karena memberi suasana lepas dari keseriusan, ketegangan, kejenuhan, dan sebagainya. 6. Membantu orang lain Kita sering memberikan berbagai nasihat dan saran pada teman-teman yang sedang menghadapi masalah atau suatu persoalan dan berusaha untuk menyelesaikannya. Psikiater, psikolog klinik dan ahli terapi adalah contoh profesi yang mempunyai fungsi menolong orang lain. Tugas-tugas tersebut sebagian besar dilakukan melalui komunikasi antar pribadi (Fajar, 2002:78-80). Self-Disclosure Komunikasi yang dilakukan tanpa mengena sasaran, maka yang akan disalahkan adalah komunikatornya. Komunikator adalah pengambil inisatif Universitas Sumatera Utara terjadinya suatu proses komunikasi. Dia yang harus mengetahui lebih awal tentang kesiapan dirinya, pesan yang ingin disampaikan, media yang digunakan, hambatan yang mungkin ditemui, serta khalayak yang akan menerima pesan (Cangara, 2007:85). Hal tersebut hanya akan tercapai dengan cara membuka diri. Membuka diri berarti mengkomunikasikan informasi tentang diri sendiri kepada orang lain (Devito, 2010:65). Salah satu model inovatif untuk memahami tingkat kesadaran dan penyingkapan diri dalam komunikasi insani adalah Jendela Johari oleh Joseph Luft (1969) yang menekankan bahwa setiap orang bisa mengetahui dan tidak mengetahui tentang dirinya, maupun orang lain. Untuk hal seperti itu dapat dikelompokkan ke dalam empat macam bidang pengenalan yang ditunjukkan dalam suatu gambar yang disebut dengan jendela johari (Johari Window). Gambar 2.1. Jendela Johari Diketahui diri Tidak diketahui Sendiri diri sendiri Diketahui orang lain Tidak diketahui orang lain 1 2 Terbuka Gelap 3 4 Tersembunyi Tidak Diketahui Sumber: (Bebe, 2008:56) Asumsi Johari bahwa kalau setiap individu bisa memahami diri sendiri maka dia bisa mengendalikan sikap dan tingkah lakunya di saat berhubungan dengan orang lain. Universitas Sumatera Utara Kuadran 1, melukiskan suatu kondisi dimana antara seorang dengan yang lain mengembangkan suatu hubungan terbuka sehingga dua pihak saling mengetahui masalah tentang hubungan mereka. Kuadran 2, melukiskan bidang buta, masalah hubungan antara kedua pihak hanya diketahui orang lain namun tidak diketahui oleh diri sendiri. Kuadran 3, disebut bidang tersembunyi, yakni masalah hubungan antara kedua pihak diketahui diri sendiri namun tidak diketahui orang lain. Kuadran 4, bidang tidak dikenal, dimana kedua pihak sama-sama tidak mengetahui masalah hubungan di antara mereka. Ada berbagai keuntungan dalam melakukan sel-disclosure. Keuntungan dari Self-Disclosureadalah: 1. Pemahaman tentang diri, salah satu keuntungan dari self-disclosure adalah mendapatkan perspektif yang baru tentang diri, sebuah pemahaman yang dalam tentang diri. 2. Komunikasi dan Hubungan yang efektif, memahami pesan orang lain secara lebih luas dapat melebarkan pemahaman tentang orang lain, selfdisclosure adalah suatu keadaan untuk saling memahami. 3. Kesehatan Psikologi, dengan melakukan self-disclosureberarti belajar bagaimana berbagi informasi dengan orang lain tentang berbagai permasalahan dan bagaimana untuk mengatasi masalah tersebut (Devito, 2007:68). 2.2.3 Komunikasi efektif Semua orang tentu saja mengharapkan komunikasi yang dilakukannya efektif.Komunikasi yang efektif menurut Stewart L. Tubbs dan Sylvia Moss paling tidak menimbulkan lima hal yaitu: 1. Pengertian, pengertian artinya penerimaan yang cermat dari isi stimuli seperti yang dimaksudkan oleh komunikator. 2. Kesenangan, komunikasi dimaksudkan untuk menjadikan hubungan kita hangat, akrab dan menyenangkan. 3. Pengaruh pada sikap, komuikasi dilakukan agar komunikan bertindak sesuai harapan komunikator berdasarkan atas kehendaknya sendiri Universitas Sumatera Utara 4. Hubungan yang semakin baik, dengan berkomunikasi maka akan tercipta hubungan yang positif dan mempertahankan hubungan yang saling memuaskan. 5. Tindakan, menimbulkan tindakan adalah indiator efektivitas dari komunikasi. Tindakan adalah hasil akumilasi dari seluruh proses komunikasi. (Rahkmat, 2007:13-16). Tidaklah mudah untuk melakukan komunikasi efektif.Bahkan beberapa ahli komunikasi menyatakan bahwa tidak mungkinlah seseorang melakukan komunikasi yang sebenar-benarnya efektif.Ada banyak hambatan yang bisa merusak komunikasi berikut ini adalah beberapa hal yang merupakan hambatan komunikasi yang harus menjadi perhatian bagi komunikator kalau ingin sukses komunikasinya (Efendy, 2003:45-49). 1. Ganguan a. Ganguan mekanik (mechanical, channel noise) b. Gangguan semantik (semantik noise) 2. Kepentingan 3. Motivasi terpendam 4. Prasangka Komunikasi disebut efektif apabila penerima menginterpestasikan pesan yang diterimanya sebagaimana yang dimaksudkan oleh pengirim.Kenyataannya, sering kita gagal saling memahami. Sumber utama kesalahfahaman dalam komunikasi adalah cara penerima menangkap makna suatu pesan berbeda yang dimaksud oleh pengirim, karena pengirim gagal mengkomunikasikan maksudnya dengan tepat (Supratiknya, 2009:34). Kegagalan dalam komunkasi yang timbul karena adanya kesenjangan antara apa yang sebenarnya dimaksud pengirim dengan apa yang oleh penerima diduga dimaksud oleh pengirim, bersumber pada sejumlah faktor berikut (Johnson, 1981): 1. Sumber-sumber hambatan yang bersifat emosional dan social atau cultural. 2. Sering kita mendengarkan dengan maksud sadar maupun tidak sadar untuk memberikan penilaian dan menghakmi si pembicara. Universitas Sumatera Utara 3. Sering kita gagal menangkap maksud konotatif di balik ucapannya kendatikita sepenuhnya tahu arti denotative kata-kata yang digunakan oleh pembicara. 4. Kesalahfahaman atau distorsi dalam berkomunikasi sering terjadi karena kita tidak saling mempercayai (Supratiknya, 2009:34). Wilbur Schramm menampilkan apa yang disebut “The condition of success in communication”, yakni kondisi yang harus dipenuhi jika kita menginginkan agar pesan membangkitkan tanggapan yang kita kehendaki. Kondisi berikut sebagai berikut: 1. Pesan harus dirancang dan disampaikan sedemikian rupa, sehingga dapat menarik perhatian komunikan. 2. Pesan harus menggunakan lambang-lambang tertuju kepada pengalaman yang sama antara komunikator dan komunikan, sehingga sama-sama mengerti. 3. Pesan harus membangkitkan kebutuhan pribadi komunikan dan menyarankan beberapa cara untuk memperoleh kebutuhan tersebut. 4. Pesan harus menyarankan suatu jalan untuk memperoleh kebutuhan yang tadi yang layak bagi situasi kelompok di mana komunikan berada pada saat ia digerakkan untuk memberkan tanggapan yang dikehendaki(Efendy, 2003:41). Bagaimana mengirimkan pesan secara efektif? Menurut Johnson (1981), ada tiga syarat yang harus dipenuhi yaitu: Pertama, kita harus mengusahakan agar pesan-pesan yang kita kirimkan mudah dipahami. Kedua, sebagai pengirim kita harus memiliki kredibilitas di mata penerima. Ketiga, kita harus berusaha mendapatkan umpan balik secara optimal tentang pengaruh pesan kita itu dalam diri penerima.Dengan kata lain, kita harus memiliki kredibilitas dan terampil mengirimkan pesan (Supratiknya, 2009:35). Menurut teori penilaian sosial terdapat tiga faktor yang sangat berperan menentukan apakah suatu idea atau pernyataan akan masuk kedalam wilayah penerimaan atau penolakan yaitu sebagai berikut. 1) Krediblitas narasumber. 2) Ambiguitas pesan. 3) Pemikiran Dogmatis (Morrisan, 2010:28). Universitas Sumatera Utara Berdasarkan uraian yang telah dipaparkan sebelumnya terdapat dua faktor penting untuk diperhatikan dalam merumuskan pesan dengan baik, yaitu: 1. Faktor pada komponen komunikan Dengan memperhatikan syarat tersebut jelaslah, mengapa expert komunikator memulai dengan meneliti sedalam-dalamnya tujuan komunikan dan mengapa “know your audience” merupakan ketentuan utama dalam komunikasi. Sebabnya ialah karena penting sekali mengetahui: 1. Timing yang tepat untuk suatu pesan 2. Bahasa yang harus dipergunakan agar pesan dapat dimengerti 3. Sikap dan nilai yang harus ditampilkan agar efektif 4. Jenis kelompok di mana komunikan akan dilaksanakan 2. Faktor pada komponen komunikator Ditinjau dari komponen komunikator, untuk melaksanakan komunikasi efektif, terdapat dua faktor penting pada diri komunikator, yakni kepercayaan terhadap komunikator (source credibility) dan daya tarik komunikator (source attractiveness) (Efendy, 2003:42). Media Komunikasi Dikomunikasikannya pesan seperti itu tidaklah cukup dengan memperhatikan timing dan placingseperti disarankan oleh Wilbur Schramm. Tetapi bagaimanapun juga, menurut Ronny Adhikarya dalam karyanya yang berjudul “Communication Planning Strategy”dalam mengidentifikasikan pesan kita harus menentukan pesan apa yang ingin disampaikan. Ini bisa merupakan informational message, atau instructional message, atau motivational message.Bagi seorang komunikator, pemahaman mengenai sifat-sifat komunikan dan pesan komunikasi sebagaimana diutarakan diatas, akan dapat menentukan jenis media apa yang akan diambil, dan teknik komunikasi mana yang akan digunakan (Efendy, 2004:33). Media komunikasi banyak jumlahnya, mulai dari yang tradisional sampai yang modern yang dewasa ini banyak dipergunakan. Untuk mencapai sasaran komunikasi kita dapat memilih salah satu atau gabungan dari beberapa media, bergantung pada tujuan yang akan dicapai, pesan apa yang akan disampaikan dan Universitas Sumatera Utara teknik yang akan dipergunakan. Media mana yang terbaik dari sekian banyak media komunikasi itu tidak dapat ditegaskan dengan pasti sebab masing-masing mempunyai kelebihan dan kekurangan. Sebagai contoh, pesan melalui media tulisan atau cetakan dan media visual dapat dikaji berulang-ulang dan disimpan sebagai dokumentasi. Pesan melalui media aural dapat didengarkan pada saat mata dan tangan dipergunakan untuk mengindera hal-hal lain, umpamanya mendengarkan radio ketika sedang mengendarai mobil. Pesan melalui media audio visual dapat ditangkap secara lengkap, dapat dilihat dan didengarkan (Efendy, 2007:37). Secara umum media pendidikan pada proses belajar mempunyai kegunaaan kegunaa sebagai berikut : 1. Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu verbalilstis (dalam bentuk kata-kata atau tulisan belaka). 2. Mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. 3. Penggunaan media pendididkan secara tepat dan bervariasi dapat mengatasi sikap pasif anak didik. 4. Menyamakan rangsangan, menyamakan pengalaman dan menimbulkan persepsi yang sama antara guru dengan siswa yang mempunyai latar belakang yang berbeda (Sadiman dkk, 2008 :18). 2.2.4 Proses Belajar Proses belajar mengajar pada hakikatnya adalah proses komunikasi, yaitu proses penyampaian pesan dari sumber pesan yakni yang berasal dari guru melalui saluran atau media tertentu ke penerima pesan yaitu para siswa-siswi. Setiap orang pasti pernah belajar sesuatu dalam hidupnya sejak dari pertama sekali dilahirkan. Namun apakah belajar itu? Belajar pada manusia boleh dirumuskan sebagai berikut: “Suatu aktivitas mental/psikis, yang berlangsung dalam interaksi aktif dengan lingkungan, yang menghasilkan perubahan dalam pengetahuan, keterampilan dan nilai sikap. Perubahan itu bersifat secara relative konstan dan berbekas.” (Winkel, 1996:53). Biggs dalam pendahuluan Teaching for Learning mendefinisikan belajar dalam tiga rumusan, yaitu:Secara kuantitatif (ditinjau dari sudut jumlahnya), Universitas Sumatera Utara belajar berarti kegiatan pengisian atau pengembangan kemampuan kognitif dengan fakta sebanyak-banyaknya. Belajar dalam hal ini dipandang dari sudut banyaknya materi yang dikuasai siswa.Secara institusional (tinjauan kelembagaan), belajar dipandang sebagai proses validasi atau pengabsahan terhadap penguasaan siswa atas materi-materi yang telah ia pelajari. Bukti institusional yang menunjukkan siswa telah belajar dapat diketahui sesuai proses belajar. Pengertian belajar secara kualitatif (tinjauan mutu) ialah proses memeroleh arti-arti dan pemahaman-pemahaman serta cara-cara menafsirkan dunia di sekeliling siswa. Belajar dalam pengertian ini difokuskan pada tercapainya daya fikir dan tindakan yang berkualitas untuk memecahkan masalah-masalah yang kini dihadapi siswa (Syah, 2010:90). Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus’ yang berarti “berjalan ke depan”. Reber dalam psikologi belajar memaparkan, proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang dengannya beberapa perubahan ditimbulkan hingga tercapai hasil-hasil tertentu. Proses belajar dapat diartikan sebagai tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif dan psikomotor yang terjadi dalam diri siswa. Karena belajar itu merupakan aktivitas yang berproses, sudah tentu di dalamnya terjadi perubahan-perubahan yang bertahap.Menurut Jerome S. Bruner, salah seorang penentang teori S-R Bond (Barlow 1985), dalam proses belajar siswa menempuh tiga episode atau fase, yakni: 1. Faseinformasi (tahap penerimaan materi). 2. Fase transformasi (tahap pengubahan materi). 3. Fase evaluasi (tahap penilaian materi) (Syah, 2010:110-111). Dalam bukunya “Essensial of Learning for Instruction” yang terbit pada tahun 1988, Gagne membagi secara konkret fase dalam proses belajar siswa menjadi: Universitas Sumatera Utara Tabel2.1. Fase Belajar : Siswa khusus memperhatikan hal yang akan dipelajari, sehingga konsentrasi terjamin. Menyadari tujuan belajar : Siswa sadar akan tujuan instruksional (Motivation, expectancy) dan bersedia melibatkan diri. Menggali dari LTM : Siswa mengingat kembali dari ingatan (Retrieval to working jangka panjang apa yang memory) sudahdiketahui/dipahami/dikuasai tentang pokok-pokok bahasan yang sedang dipelajari. Berpersepsi selektif : Siswa mengamati unsur-unsur dalam (Selective perception) perangsang yang relevan bagi pokok bahasan. Siswa memperoleh pola perceptual. Mengolah informasi di STM : Siswa memberikan makna pada pola (Encoding; entry to LTM perceptual dengan membuat informasi storage) sungguh berarti, antara lain menghubungkan dengan informasi lama yang sudah digali dari LTM. Hasil pengolahan dimasukkan ke LTM. Menggali informasi dari LTM : Siswa membuktikan melalui suatu (Responding to question to prestasi kepada guru dan diri sendiri task) bahwa pokok bahasan telah dikuasai; memberikan indikasi bahwa tujuan instruksional khusus pada dasarnya telah tercapai. Mendapatkan umpan balik : Siswa mendapat penguatan dari guru (Feedback; reinforcement) kalau prestasinya tepat; mendapat koreksi kalau prestasinya salah. Memantapkan hasil belajar : Siswa mengerjakan berbagai tugas untuk mengakarkan hasil belajar. Siswa mengadakan transfer belajar. Siswa mengulang-ulang kembali. 1. Menaruh perhatian (Attention, alertness) 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Sumber: (Winkle, 1996:317) STM (Short Term Memory) LTM (Long Term Memory) Pada umumnya para ahli sependapat bahwa yang disebut proses belajar mengajar ialah sebuah kegiatan yang integral (utuh terpadu) antara siswa sebagai pelajar yang sedang belajar dengan guru sebagai pengajar yang sedang mengajar. Dalam kesatuan kegiatan ini terjadi interaksi resiprokal yakni hubungan antara guru dengan para siswa dalam situasi instruksional, yaitu suasana yang bersifat pengajaran (Syah, 2010:237). Namun sering sekali muncul berbagai macam Universitas Sumatera Utara masalah belajar pada proses tersebut yang diakibatkan oleh berbagai faktor internal dan eksternal: Menurut W.H. Burton faktor internal yang mengakibatkan kesulitan belajar adalah sebagai berikut: 1. Ketidakseimbangan mental atau ganggauan fungsi mental: (a) kurangnya kemampuan mental yang bersifat potensial (kecerdasan); (b) kurangnya kemampuan mental, seperti kurangnya perhatian, adanya kelainan, lemah dalam berusaha, menunjukkan kegiatan yang berlawanan, kurangnya energy untuk bekerja atau belajar karena kurangnya makanan yang bergizi, kurangnya penguasaan terhadap kebiasaan belajar dan hal-hal fundamental; dan(c) kesiapan diri yang kurang matang. 2. Gangguan fisik: (a) kurang berfungsinya organ-organ perasaan, alat-alat bicara; dan (b) gangguan kesehatan (sakit-sakitan). 3. Gangguan emosi: (a) merasa tidak aman, (b) kurang bisa menyesuaikan diri, baik dengan orang, situasi, maupun kebutuhan; (c) adanya perasaan yang kompleks (tidak karuan), perasaan takut yang berlebihan (phobi), perasaan ingin melarikan diri atau menghindar dari masalah yang dialami; dan (d) ketidakmatangan emosi (Yusuf dan Nurihsan, 2005:223). Faktor eksternal siswa meliputi semua situasi dan kondisi lingkungan sekitar yang tidak mendukung aktivitas belajar siswa. Faktor ini dibagi menjadi tiga macam. 1. Lingkungan Keluarga, contohnya: ketidakharmonisan hubungan antara ayah dan ibu, dan rendahnya kehidupan ekonomi keluarga. 2. Lingkungan perkampungan/masyarakat, contohnya: wilayah perkampungan kumuh (slum area), teman sepermainan (peer group) yang nakal. 3. Lingkungan sekolah, contohnya: kondisi dan letak gedung sekolah yang buruk seperti dekat pasar, kondisi guru serta alat-alat belajar yang berkualitas rendah (Syah, 2010:171). Berdasarkan faktor-faktor yang telah disebutkan di atas peran guru profesional dan berkompetensi tinggi sangat penting dalam melakukan langkah- Universitas Sumatera Utara langkah komunikasi sebelum menetapkan altenatif pemecahan bagi siswa/i yang mengalami permasalahan pada proses belajar. 2.2.5Konseling Selama ini kita mendapati atau terlibat langsung dalam berbagai bentuk kegiatan konseling misalnya antara dokter dan pasien, psikolog dan kliennya baik di rumah sakit,tempat praktek, dan lembaga rehabilitasi. Selain itu konseling juga dilakukan oleh guru kepada muridnya yang bermasalah dan berprilaku menyimpang dari proses belajar.Dalam hal ini konseling sering disebut sebagai bimbingan.Dalam berbagai literatur konseling diartikan dalam bermacam-macam pengertian. Kata konseling (counceling) berasal dari Bahasa Latin yaitu counselium, artinya “bersama” atau “bicara bersama”. Pengertian “berbicara bersama-sama” dalam hal ini adalah pembicaraan konselor (counselor) dengan seorang atau beberapa klien (counselee).Dengan demikian counselium berarti “ people coming together to gain an understanding of problem that beset them were evident”, demikian ditulis Baruth dan Robinson (latipun, 2008:4). Rochman Natawidjaja mengartikan bimbingan bimbingan sebagai suatu proses pemberian bantuan kepada individu yang dilakukan secara berkesinambungan, supaya individu tersebut dapat memahami dirinya, sehingga dia mampu mengarahkan dirinya dan dapat bertindak wajar, sesuai dengan tuntutan dan keadaan lingkungan sekolah, keluarga, masyarakat dan kehidupan pada umumnya (Yusuf dan Nurihsan, 2005:6). Perilaku bermasalah dalam pandangan behaviouris dapat dimaknakan sebagai perilaku atau kebiasaan-kebiasaan negatif atau perilaku tidak tepat, yaitu perilaku yang tidak sesuai dengan yang diharapkan. Misalnya tentang perilaku destruktif di kelas Wolpe mengemukakan peran yang harus dilakukan konselor yaitu bersikap, menerima, mencoba memaham klien dan apa yang dikemukakan tanpa menilai dan mengkritiknya (Latipun, 2008:140). Secara umum, siswa-siswa yang melakukan atau mengatakan sesuatu yang pada pokoknya mengganggu atau merugikan orang lain maupun dirinya sendiri sering dideskripsikan sebagai manifestasi dari penyimpangan perilaku. Istilah penyimpangan perilaku sering digunakan digunakan secara bergantian merujuk pada istilah gangguan emosional Universitas Sumatera Utara (emotional disturbance) dan ketidakmampuan penyesuaian diri (maladjustment) dengan berbagai bentuk variasinya. Hal ini dapat dicermati melalui gejala perilaku atau partisipasi siswa di kelas, situasi bermain, kemampuan berkomunikasi atau berinteraksi sosial; agresi fisik, ancaman, perilaku destruktif, tindakan-tindakan yang tidak sesuai dengan norma-norma; kelambatan dalam prestasi dan keterampilan akademik; perasaan takut, rasa bersalah dan ekspresi verbal lainya (Thalib, 2010:251). Menurut Williamson (1961) Hubungan konseling secara umum adalah untuk membantu klien mencapai perkembangan secara optimal dalam batas-batas potensinya (Latipun, 2008:45). Dalam aspek tugas perkembangan belajar, layanan bimbingan dan konseling membantu siswa agar: 1) Dapat melaksanakan keterampilan atau teknik belajar secara efektif. 2) Dapat menetapkan tujuan dan perencanaan pendidikan. 3) Mampu belajar secara efektif. 4) Memiliki keterampilan dan kemampuan dalam menghadapi evaluasi/ujian (Sukardi, 2008:45). 2.3 Model Teoretik Uma Sekaran dalam bukunya Business Research (1992) mengemukakan bahwa, kerangka berfikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifkasikan sebaga masalah penting (Sugiono, 2010:60). Kerangka berfikir penelitian ditunjukkan pada gambar berikut: Gambar 2.2. Sketsa Kerangka Berfikir Komunikasi Proses Belajar Masalah belajar Komunikasi Antar Pribadi - Self Disclosure - Konseling Pola Komunikasi Efektif (Sumber: Peneliti) Universitas Sumatera Utara Dari kerangka berpikir diatas peneliti ingin mengungkapkan bagaimana para guru mengunakan kompetensi mereka dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan siswa mereka dalam proses belajar. Kecakapan berkomunikasi tersebut digunakan dalam mengatasi masalah belajar dan penyelesaiannya melalui kegiatan konseling. Dalam melakukan mengatasi belajarguru melakukan komunikasi antar pribadidan melakukan self disclosure untuk saling memahami masalah belajar yang dialami siswa-siswi dan melakukan pendekatan untuk mencari tahu penyebab dan mencari solusi yang terbaik. Sehingga melalui proses tersebut mendapat gambaran tentang pola komunikasi yang efektif dalam menyelesaikan masalah belajar melalui kegiatan konseling dalam menyusun pesan dan menentukan media yang digunakan terhadap siswa-siswi yang mengalami permasalahan pada proses belajar. Universitas Sumatera Utara