RESTORATIVE JUSTICE

advertisement
Disampaikan pada Pelatihan Hakim “Pemerkuatan
Pemahaman Hak Asasi Manusia untuk Hakim Seluruh
Indonesia” pada 5 May 2011, di Medan.
Diselenggarakan oleh Pusham UII bekerjasama
dengan Komisi Yudisial RI dan Noorwegian Centre for
Human Rights.
Keadilan normatif dalam hukum
pidana, dalam kaitannya dengan
HAM :
Teori tentang Kepentingan Hukum =
de schutznorm theorie
= melindungi kepentingan hukum
terhadap :Nyawa, Badan, Harta benda,
Kehormatan.
MENGAPA “RESTORATIVE JUSTICE”
HARUS MERUPAKAN KONSEP BARU
MENCIPTAKAN PERADILAN DALAM
PERSPEKTIF HAM?
* Ciri hukum pidana : memberikan sanksi
istimewa = dapat dipaksakan oleh negara;
* Hukum pidana adalah hukum publik;
* Alasan sosiologis:
Dalam perkara pidana: Hakim masih
berorientasi untuk menghukum pelaku, terlalu menyederhanakan masalah hak, martabat, & kepentingan
tidak mengakomodasi kepentingan
korban = belum victims oriented;
Dalam perkara perdata:
Proses di pengadilan berlarut-larut.
Alasan yuridis :
- KUHAP dan
KUHAPerdata tidak
mengatur mekanisme
“restorative justice”
Alasan filosofis:
* Indonesia adalah negara hukum dan
negara kesejahteraan (UUD 1945
alinea 5);
* Hukum adat Indonesia yang
berlandaskan pada pulihnya
keseimbangan kosmis meniadakan
penghukuman;
* Hukum sbg sarana pembaharuan.
APAKAH
“RESTORATIVE JUSTICE”?
(KEADILAN PEMULIHAN?)
Prinsip dasar :
- Keadilan yg dituntut adalah adanya upaya
pemulihan bagi pihak yang dirugikan;
- Siapapun yg terlibat dan terkena dampak
tindak pidana hrs mendapat kesempatan
untuk berpartisipasi penuh dalam
menindaklanjutinya;
- Pemerintah berperan dalam menciptakan
ketertiban umum, sementara masyarakat
membangun dan memelihara perdamaian.
Nilai utama dalam‘restorative justice’:
Encounter = bertemu satu sama lain, yaitu
menciptakan kesempatan kepada pihak-pihak yang
terlibat dan memiliki niat dalam melakukan
pertemuan untuk membahas masalah yang telah
terjadi dan pasca kejadian;
Amends =perbaikan, dimana sangat diperlukan pelaku
mengambil langkah-langkah dalam memperbaiki
kerugian yang terjadi akibat perbuatannya;
Reintegration = bergabung kembali dalam
masyarakat, yaitu mencari langkah
pemulihan para pihak secara keseluruhan
untuk memberikan kontribusi kepada
masyarakat;
Inclusion = terbuka, dimana memberikan
kesempatan kepada semua pihak yang
terkait untuk berpatisipasi dalam
penanganannya
(www. Restotative justice)
Model yang paling disukai:
=Mediasi =
* Perdata :
PERMA No. 1 tahun 2010;
* Pidana :
Mediasi penal.
Pelaksanaan ‘restorative justice’ :
- Melakukan identifikasi & mengambil
langkah untuk memperbaiki kerugian
yang diciptakan;
- Melibatkan seluruh pihak yang terkait
(stake holder);
- Adanya upaya utk melakukan transformasi hubungan yg ada selama ini
antara masyarakat dengan pemerintah
dalam merespon tindak pidana.
Ketiga :
Konsep ‘restorative justice’ akan
mengubah sifat pidana sebagai
‘geslotenrecht’ menjadi seperti
hukum perdata yang bersifat terbuka.
Hubungan dan akibat hukum
terutama ditentukan oleh kehendak
pihak-pihak
( Bagir Manan, Varia Peradilan
No.247, Juni 2006)
Kata-kata mutiara yang dapat memperkaya
pengalaman batin seorang Hakim:
“ Dapat jadi, Pimpinan tidak akan pernah berhasil
menemukan kesalahan kita. Tetapi masyarakat yang
terbuka akan menemukannya.
Di atas itu semua, pada saatnya kita
mempertanggungjawabkan segala perbuatan kita
dihadapan Maha Pencipta, Maha Besar dan Maha Adil
untuk membeberkan baris demi baris, lembar demi
lembar catatan perbuatan kita dalam satu kebenaran
yang tidak terbantahkan”
( Bagir Manan, dalam Pidato Pembukaan Rakernas
MA, Yogyakarta, 2001)
“ KALAU PENERAPAN HUKUM
DILAKUKAN OLEH HAKIM YANG
BERPANDANGAN LEGALISTIK,
MAKA KEADILAN YANG
DIHASILKANNYA BERSIFAT KAKU “
(HARIFIN A.TUMPA: DALAM PIDATO
PENGANUGERAHAN DR.HONORIS
CAUSA, MAKASSAR 14 APRIL 2011)
Download