PENGARUH MEKANISME INTERNAL CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP KINERJA PERBANKAN PADA BANK UMUM YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011 Clarissa Budihardjo Umanto Eko Prasetyo Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Abstract. This research aims to analyze the effect of corporate governance mechanisms presented by the board of commissioner size (BOC), the ratio of non-executive managers (NEDRATIO), capital adequancy ratio (CAR), block holder (BH), the largest share holder (LSH), firm size (SIZE) and leverage (LEV) on the banking performance as measured by Tobin’s Q. This research uses a panel data of 110 observations of banking sector for the period 2007-2011 by using the multiple regression technique. The result shows : (1) Overall, corporate governance mechanisms had statistically significant on banking performance, (2) Capital adequancy ratio (CAR) and firm size (SIZE) had statistically positive effect on banking performance, (3) The board of commissioner size (BOC) and the ratio of nonexecutive managers (NEDRATIO) had statistically negative effect on banking performance, (4) Block holder (BH), the largest share holder (LSH) and leverage (LEV) had no statistically significant on banking performance. Keywords : Corporate governance, corporate governance performance, tobin’s q, commercial bank mechanisms, banking 1. Pendahuluan Tema corporate governance kini menjadi salah satu isu yang penting dalam lingkungan bisnis di seluruh dunia, baik dari sisi akademik maupun praktik. Hal yang membedakan adalah proses perkembangan yang terjadi antar wilayah. Dalam konteks global, kesadaran akan perlunya corporate governance muncul sejak terjadinya serangkaian skandal bisnis yang diakibatkan adanya praktik kecurangan manajemen di perusahaan-perusahaan Inggris pada sekitar tahun 1950an dan berlanjut hingga menimbulkan resesi pada tahun 1980an. Hal ini memicu dibentuknya komite yang bertugas untuk membuat Code of Best Practice yaitu The Cadburry Committee pada tahun 1991. Seperti pengalaman di Inggris, isu tentang corporate governance menjadi topik utama yang diperbincangkan berkaitan dengan adanya berbagai macam skandal bisnis di negara tersebut (Prasetyantoko, 2008). Di Indonesia, isu tentang corporate governance mulai dibicarakan ketika terjadi krisis finansial pada tahun 1997 yang mengguncang perusahaan-perusahaan di kawasan Asia. Dalam hal ini perlu dipahami bahwa kompetisi global tidak hanya dipandang sebagai kompetisi antarnegara, melainkan antar korporat di negara-negara tersebut. Akibatnya, manakala terjadi gejolak pada 1 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 sistem finansial, perusahaan mengalami kebangkrutan dan menimbulkan efek berantai yang masif sehingga stabilitas ekonomi ikut terguncang (Prasetyantoko, 2008). Oleh karena itu, salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari krisis ini harus bisa menjadi evaluasi untuk menghasilkan sistem corporate governance yang lebih baik (Iskander dkk, 1999). Pemahaman standar tentang corporate governance berbasis pada pemisahan kepemilikan serta pengelolaan perusahaan yang terus berkembang pesat (Tirole, 2001). Shleifer dan Vishny (1997) berpendapat bahwa corporate governance berorientasi pada pemahaman tentang bagaimana investor (pemilik modal) mendapatkan kembali uang yang mereka tanamkan dengan cara mengendalikan para manajer atau biasa disebut sebagai pengelola. Mardjana (2001) dalam Arafat (2008) menyatakan bahwa corporate governance mengandung dua aspek keseimbangan utama yaitu keseimbangan internal, yang mengatur hubungan antara organ-organ perusahaan dan keseimbangan eksternal, yang menekankan bahwa perusahaan sebagai entitas bisnis yang berada di tengah masyarakat. Krisis finansial yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah menghancurkan berbagai sendi perekonomian salah satunya dunia perbankan yang menyebabkan penurunan kinerja perbankan di Indonesia. Dapat disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja perbankan antara lain (1) Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, (2) Dampak likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara besar-besaran, (3) Semakin turunnya permodalan bank-bank dan bahkan diantaranya negative net worth, karena adanya kebutuhan pembentukan cadangan, negative spread, unprofitable, dan lain-lain, (4) Banyak bank tidak mampu menutup kewajibannya terutama karena menurunnya nilai tukar rupiah, (5) Pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit), (6) Manajemen tidak professional, dan (7) Moral hazard (Etty, 2003). Hal tersebut menyebabkan penerapan corporate governance pada industri perbankan di negara berkembang, terutama Indonesia, menjadi semakin penting karena mengingat beberapa hal. Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin pertumbuhan ekonomi. Kedua, bank berperan utama sebagai sumber pembiayaan perusahaan. Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional. Keempat, liberalisasi sistem perbankan baik melalui privatisasi maupun deregulasi ekonomi menyebabkan manajer bank memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam menjalankan operasi bank (King dan Levine, 1993). Penerapan corporate governance pada sektor perbankan ini didukung oleh pemerintah pada tahun 2004 melalui kebijakan reformasi perbankan oleh Bank Indonesia dengan 2 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 membentuk Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh ke arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia di masa depan. Untuk itu diharapkan penerapan corporate governance di dunia perbankan harus mengikuti prinsip corporate governance secara total dan mutlak yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran Kepada Semua Bank Umum di Indonesia, perihal Pelaksanaan Corporate Governance bagi Bank Umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang menetapkan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Corporate Governance bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal 5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanan Corporate Governance bagi Bank Umum. Hasilnya pada tahun 2007 untuk pertama kalinya seluruh bank diminta untuk menyampaikan laporan pelaksanaan corporate governance yang berisi self assessment pelaksanaan corporate governance serta aspek-aspek pelaksanaan corporate governance lainnya. Bank Indonesia mulai melakukan evaluasi atas pelaksanaan GCG dengan melakukan pemeriksaan atas 11 Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu (1) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Dewan Komisaris; (2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi; (3) Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite; (4) Penanganan Benturan Kepentingan; (5) Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank; (6) Penerapan Fungsi Audit Intern; (7) Penerapan Fungsi Audit Ekstern; (8) Fungsi Manajemen Risiko termasuk sistem Pengendalian Intern; (9) Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (related party) dan Debitur Besar (large exposures); (10) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan pelaksanaan GCG dan pelaporan Internal; (11) Rencana Strategis Bank, dengan klasifikasi nilai peringkat komposit 1 sampai 5 yaitu : sangat baik; baik; cukup baik; kurang baik; dan tidak baik (Laporan Pengawasan Bank, BI, 2007). Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size) ukuran komisaris independen (the ratio of non-executive managers), rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), terhadap kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada bank umum yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011? Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perbankan. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Hawary (2011), mekanisme corporate governance yang akan diteliti dalam 3 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 penelitian ini adalah mekanisme internal yaitu ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size), ukuran komisaris independen (the ratio of non-executive managers), rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel ukuran perusahaan (firm size) dan leverage. 2. Studi Literatur dan Kerangka Teori 2.1 Penelitian Terdahulu Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja perbankan, peneliti melakukan peinjauan kembali terhadap penelitian-penelitian terkait yang pernah dilakukan sebelumnya. Aljifri dan Moustafa (2007) melakukan penelitian yang berjudul “The Impact of Corporate Governance Mechanisms on the Performance of UAE Fi rms”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh dari beberapa mekanisme internal dan eksternal corporate governance pada kinerja perusahaan di Uni Emirat Arab (UAE). Hasil analisis menunjukkan bahwa governmental ownership, the debt ratio dan pay-out ratio memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja perusahaan. Sedangkan institutional inestors, the board size, the firm size dan the audit type memberikan hasil yang tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaled Aljifri dan Mohamed Moustafa (2007) dengan judul The Impact of Corporate Governance Mechanisms on the Performance of UAE Firms : An Empirical Analysis yang terlihat dari variabel independen yang memiliki perbedaan dengan yang dilakukan oleh Khaled Aljifri dan Mohamed Moustafa (2007) yaitu dengan adanya penambahan variabel ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size) karena menyesuaikan dengan penerapan di Indonesia yang mengacu pada model corporate governance yaitu model Eropa yang memisahkan antara dewan direksi dan dewan komisaris tidak seperti model corporate governance yang diterapkan di UEA (Uni Emirat Arab) yang mengacu pada model Anglo-Saxon yaitu tidak ada pemisahan antara dewan direksi dan dewan komisaris. Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Al-Hawary (2011) yang meneliti corporate governance pada sektor perbankan atau lebih dikenal dengan sebutan Bank Governance. Penelitian ini bertempat di Yordania dengan periode tahun 2002-2009 yang mengambil sampel berjumlah 13 bank untuk diukur pengaruh mekanisme corporate governance yang di proxy kan dengan variabel independen berupa board of director size, CEO duality, 4 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 percentage of non-executive directors, capital adequancy, the ownership percentage of large shareholders dan the ownership percentage of the largest shareholders terhadap kinerja perbankan yang diukur dengan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel firm size dan leverage. Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CEO duality dan percentage of non-executive directors memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Tobin’s Q, sedangkan variabel leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Tobin’s Q. Sedangkan variabel lain seperti board of director size, capital adequancy, the ownership percentage of large shareholders dan the ownership percentage of the largest shareholders tidak memiliki hubungan yang signifikan terhadap Tobin’s Q. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian milik AlHawary (2011) terletak pada tidak dimasukkannya variabel CEO duality dikarenakan di Indonesia terjadi pemisahan secara jelas antara peran dan tanggung jawab direksi dan komisaris. Oleh karena itu, dimasukkan satu variabel tambahan berupa board of commissioner (ukuran dewan komisaris). 2.2 Kerangka Teori Dalam mengaitkan antara corporate governance dengan kinerja bank, terdapat satu hal yang tidak dapat dipisahkan dari pencapaian sasaran organisasi bank serta kinerjanya, yaitu manajemen atau pengurus bank. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan antara manajemen suatu bank dengan pemilik bank akan dituangkan dalam suatu kontrak (performance contract). Hubungan kontrak antara pemilik dan manajemen tersebut sejalan dengan teori keagenan (agency theory) (Jensen dan Meckling, 1976). Jensen dan Meckling (1976) juga mengidentifikasi tiga tipe konflik. Pertama, konflik antara pemegang saham dan pengelola. Hal ini kondisi konfliktual klasik karena pemilik modal tidak lagi mengelola investasinya sendiri, melainkan menyerahkannya kepada eksekutif profesional. Mereka secara alamiah memiliki kepentingan berbeda dengan pemilik modal. Dalam kasus yang sangat sederhana, ketika perusahaan memiliki tingkat keuntungan tinggi, ada dua pilihan: apakah akan membagikannya sebagai dividen kepada pemegang saham atau menanamkannya kembai untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dalam kasus para manajer memilih menginvestasikannya kembali, keuntungan yang didapat oleh para pemegang saham akan minimal, sementara mungkin sekali kebijakan tersebut diikuti dengan kebijakan menaikkan gaji, tunjangan dan bonus bagi karyawan. Kedua, konflik antara kreditur (debtholder) dan pemegang saham (equity holder). Untuk melakukan investasi, perusahaan umumnya menggunakan pinjaman (kredit) sebagai modal. Jika investasi berhasil dengan baik, yang pertama mendapatkan keuntungan adalah para 5 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 pemegang ekuitas atau pemilik modal. Namun, saat investasi gagal, yang paling dulu menanggung kerugian adalah pemberi utang, bukan pemilik modal. Kondisi inilah yang secara alamiah juga akan menimbulkan konflik kepentingan. Ketiga, konflik antara pemegang saham pengendali atau mayoritas dan pemegang saham minoritas. Kondisi ini sangat lazim terjadi dalam kasus perusahaan-perusahaan di negara sedang berkembang, dimana kepemilikan umumnya bersifat terkonsentrasi sehingga pihak pemegang saham mayoritaslah yang menentukkan kebijakan strategik perusahaan, sementara pemegang saham minoritas tidak memiliki hak suara. 3. Metode Penelitian 3.1 Model Penelitian Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme corporate governance terhadap kinerja perbankan. Sampel diambil dari bank umum yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam jangka waktu 5 tahun dimulai dari 2007 sampai dengan 2011. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Hawary (2011), mekanisme corporate governance yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mekanisme internal yaitu ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size), rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel ukuran perusahaan (firm size) dan leverage. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut : Tobin’s Q = a + b1 BOC + b2 NEDRATIO + b3 CAR + b4 Block + b5 LSH + b6 Size + b7 LV + e Sumber : Al-Hawary, 2011 (disesuaikan) 6 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 Keterangan : Tobin’s Q = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) a = Konstanta (nilai Tobin’s Q apabila varabel dependen = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) BOC = The Board of Commissioner Size NEDRATIO = Non-executive Managers Board Members CAR = Capital Adequency Ratio Block = Block Holder LSH = Largest Share Holders Size = The firm size (ukuran perusahaan) LV = Leverage e = Error 3.2 Pembangunan Hipotesis Penelitian 3.2.1 Pengaruh Board of Commissioner terhadap Kinerja Bank Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan direksi. Yermack (1996) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, hasil yang diharapkan dari hubungan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perbankan adalah negatif sehingga hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H1 : Ada hubungan signifikan yang negatif antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja perbankan 3.2.2 Pengaruh The Ratio of Non-Executive Managers terhadap Kinerja Bank Komisaris Independen adalah anggota dewan Komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali. Hasil temuan Abu-Tapanjeh (2006) menunjukkan bahwa pasar memberikan penilaian yang tinggi terhadap bank yang memiliki persentase komisaris independennya tinggi. Dalam penelitian ini, hasil yang diharapkan dari hubungan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : H2 : Ada hubungan signifikan yang positif antara NEDRATIO dengan kinerja perbankan 7 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 3.2.3 Pengaruh Capital Adequency terhadap Kinerja Bank CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang berisiko. Konishi dan Yasuda (2004) menemukan bahwa implementasi CAR dapat mengurangi risiko pada bank komersial. Hasil yang diharapkan dari hubungan CAR terhadap kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesisnya adalah : H3 : Ada hubungan signifikan yang positif antara CAR dengan kinerja perbankan 3.2.4 Pengaruh Block Holder terhadap Kinerja Bank Kepemilikan saham oleh block holder minimal 5% dari keseluruhan saham suatu perusahaan. La Porta et al (2002) berpendapat bahwa pemegang saham pemegang blok saham mampu mengurangi masalah agensi antara manajemen perusahaan dengan investor eksternal. Hasil yang diharapkan dari hubungan Block Holders terhadap kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesisnya adalah : H4 : Ada hubungan signifikan yang positif antara Block Holders dengan kinerja perbankan 3.2.5 Pengaruh The Largest Share Holders terhadap Kinerja Bank Konsentrasi kepemilikan pada segelintir pemegang saham (pemegang saham pengendali) membuat pelaksanaan monitoring terhadap pihak manajemen menjadi lebih mudah. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shleifer dan Vishny (1986) menunjukan bahwa larger shareholders (pemegang saham pengendali) dapat lebih banyak melakukan monitoring terhadap pihak manajemen perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil yang diharapkan dari hubungan The Largest Share Holders terhadap kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesisnya adalah : H5 : Ada hubungan signifikan yang positif antara the largest share holders dengan kinerja perbankan 3.2.6 Pengaruh Firm Size terhadap Kinerja Bank Firm size atau ukuran perusahaan dijadikan variabel kontrol karena memiliki efek pada kinerja perusahaan dan sudah digunakan di berbagai macam studi literatur. Secara umum perusahaan yang mempunyai total aset yang relatif besar dapat beroperasi dengan tingkat efisiensi yang lebih tinggi pula. Durnev dan Kim (2003) berargumen bahwa perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan sorotan dari publik, sehingga akan 8 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 mendorong perusahaan tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik. Hasil yang diharapkan dari hubungan Firm Size terhadap kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesisnya adalah : H6 : Ada hubungan yang positif antara firm size dengan kinerja perbankan 3.2.7 Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Bank Leverage adalah hutang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas. Aljifri dan Moustafa (2007) berhasil menemukan adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance. Hasil yang diharapkan dari hubungan Leverage terhadap kinerja perbankan adalah negatif sehingga hipotesisnya adalah : H7 : Ada hubungan signifikan yang negatif antara leverage dengan kinerja perbankan 3.3 Teknik Analisis Data Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pooled data atau data panel. Data panel menurut Gujarati (2003) merupakan suatu data cross-section (individu atau sektor) yang disusun berdasarkan time series (runtun waktu). Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data time series tahunan (annual) selama 5 tahun yaitu dari periode 2007-2011 dan data cross sectional yaitu sebanyak 22 data dari sampel bank umum yang terdaftar di BEI periode 2007-2011.Data yang diambil berkaitan dengan ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size), rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel ukuran perusahaan (firm size) dan leverage. Teknik penarikan sampel menggunakan teknik non-probabilita, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu. 9 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 4. Hasil dan Pembahasan Tabel 4.1 Statistik Deskriptif BOC NEDRATIO CAR BH LSH SIZE LEV TOBIN_S_Q Observations Mean Maximum Minimum Std. Dev. 5 0.590 0.170 0.766 0.583 30.656 0.893 1.096 110 9 1 0.465 0.987 0.970 33.944 1.033 1.608 110 3 0.500 0.080 0.472 0.253 20.099 0.752 0.875 110 1.822 0.088 0.064 0.147 0.165 2.135 0.041 0.137 110 Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013) Keterangan : Tobin’s Q = Variabel dependen (nilai yang diprediksikan) a = Konstanta (nilai Tobin’s Q apabila varabel dependen = 0) b = Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan) BOC = The Board of Commissioner Size NEDRATIO = Non-executive Managers Board Members CAR = Capital Adequency Ratio Block = Block Holder LSH = Largest Share Holders Size = The firm size (ukuran perusahaan) LV = Leverage e = Error 4.1 Statistik Deskriptif Variabel BOC menunjukkan jumlah dewan komisaris yang ada pada suatu bank, memiliki rentang antara 3 sampai 9 dengan rata-rata sebesar 5 orang. Variabel NEDRATIO menunjukkan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah keseluruhan anggota dewan komisaris, memiliki rentang antara 0,500 sampai 1 dengan ratarata sebesar 0,590. Variabel CAR menunjukkan kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu bank yang diukur dengan membagi modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko, 10 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 memiliki rentang antara 0,080 sampai 0,465 dengan rata-rata sebesar 0,170. Variabel BH menunjukkan total persentase kepemilikan saham sebesar 5% atau lebih, memiliki rentang antara 0,472 sampai 0,987 dengan rata-rata sebesar 0,766. Variabel LSH menunjukkan rasio pemegang saham pengendali terhadap seluruh pemegang saham, memiliki rentang antara 0,253 sampai 0,970 dengan rata-rata sebesar 0,583. Variabel SIZE menunjukkan variabel kontrol yang diukur berdasarkan logaritma natural dari total aset, memiliki rentang antara 20,099 sampai 33,944 dengan rata-rata sebesar 30,656. Variabel LEV menunjukkan sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang yang diukur dengan menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva (Black dkk., 2003), memiliki rentang antara 0,752 sampai 1,033 dengan rata-rata sebesar 0,893. Variabel TOBIN_S_Q menunjukkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, et al 1989) atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin, 1969), memiliki rentang antara 0,875 sampai 1,608 dengan rata-rata sebesar 1,096. Tabel 4.2 Hasil R , Adjusted R2 dan Uji F 2 R-squared 0.300426 Mean dependent var 0.351435 Adjusted R-squared 0.252416 S.D. Dependent var 0.092921 S.E. Of regression 0.080342 Sum squared resid 0.658396 F-statistic 6.257585 Durbin-Watson stat 1.815299 Prob(F-statistic) 0.000004 Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013) 4.2 Koefisien Determinasi (R2 dan Adjusted R2) Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel dependen (Gujarati, 2003). Nilai koefisien determinasi adalah 0 < R2 < 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2009). Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Penggunaan adjusted R2 mampu memperkuat daya prediksi suatu model. Berdasarkan hasil koefisien determinasi yang terlihat pada Tabel 4.2 menunjukkan nilai R2 sebesar 30,04% yang berarti bahwa kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, sebagai variabel terikat atau 11 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 dependen dalam model ini, dapat dijelaskan 30,04% oleh model, sedangkan 69,96% dijelaskan oleh faktor lain di luar model. 4.3 Signifikansi Linear Berganda (Uji F) Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang terdapat pada model regresi memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel tidak bebas. Berdasarkan hasil uji F yang terlihat pada Tabel 4.2, nilai F-stat menunjukkan angka sebesar 6.257585 dengan probabilitas sebesar 0,000004. Dengan menggunakan tingkat α (alfa) 0,05 atau 5%, maka H0 ditolak karena nilai sig (0,000004) < dari α (alfa) = 0,05. Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q secara signifikan. Tabel 4.3 Hasil Uji t Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob. C 1,042125 0,547785 1,902437 0,0599 *** BOC -0,011538 0,004655 -2,478549 0,0148 ** NEDRATIO -0,164084 0,074014 -2,216950 0,0288 ** CAR 0,704982 0,226746 3,109121 0,0024 * BH 0,072547 0,145271 0,499393 0,6186 LSH -0,003880 0,104886 -0,036996 0,9706 SIZE 0,014332 0,007895 1,815286 0,0724 *** LEV -0,449944 0,515631 -0,872607 0,3849 Signifikan pada level 1% (*), 5% (**), 10% (***) Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013) 4.4 Signifikansi Parsial (Uji t) Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah satu variabel bebas secara individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003). Berdasarkan hasil uji t yang terlihat pada Tabel 4, dapat diinterpretasikan bahwa: Variabel ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,011538. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran dewan komisaris (BOC) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan 12 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 (Tobin’s Q) sebesar 0,011538. Variabel ini signifikan pada level 5% (0,0148 < 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -2,478549). Variabel komisaris independen (NEDRATIO) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,164084. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel komisaris independen (NEDRATIO) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,164084. Variabel ini signifikan pada level 5% (0,0288 < 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 2,216950). Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,704982. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio kecukupan modal (CAR) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,704982. Variabel ini signifikan pada level 1% (0,0024 < 0,01) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 3,109121). Variabel pemegang saham di atas 5% (BH) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,072547. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel pemegang saham di atas 5% (BH) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,072547. Variabel ini tidak signifikan pada level 5% (0,6186 > 0,05) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 0,499393). Variabel pemegang saham terbesar (LSH) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,003880. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel pemegang saham terbesar (LSH) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,003880. Variabel ini tidak signifikan pada level 5% (0,9706 > 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -0,036996). Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar 0,014332. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,014332. Variabel ini signifikan pada level 10% (0,0724 < 0,10) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 1,815286). Variabel leverage (LEV) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,449944. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel leverage (LEV) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,449944. Variabel ini tidak signifikan pada level 5% (0,3849 > 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -0,872607). 13 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 4.5 Pembahasan Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan perseroan. Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang saling memiliki hubungan keluarga sampai dengan derajat kedua dengan anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi. Komposisi dewan komisaris diatur dalam Pasal 4 dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, jumlah anggota dewan paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota dewan direksi. Variabel ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran dewan komisaris (BOC) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Lipton dan Lorch (1992) serta Jensen (1993) di mana koefisien ukuran dewan komisaris/BOC bernilai negatif dan signifikan. Lipton dan Lorch (1992) serta Jensen (1993) menyatakan bahwa semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin banyaknya anggota dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya, diantaranya kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris. Menurut Lipton dan Lorch (1992), dewan komisaris yang besar dapat menghasilkan diskusi yang tak berarti karena memberikan pendapat dalam kuorum yang besar akan memakan waktu yang banyak dan hasilnya dinilai kurang efisien. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Komposisi komisaris independen diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, adalah berjumlah paling kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris. Variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Abu-Tapanjeh (2006) di mana koefisien ukuran komisaris independen/NEDRATIO signifikan namun bernilai positif. 14 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar bank. Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio kecukupan modal (CAR) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Konishi dan Yasuda (2004) di mana koefisien ukuran rasio kecukupan modal/CAR bernilai positif dan signifikan. Artinya, semakin besar nilai CAR maka akan semakin pula berpengaruh signifikan terhadap kinerja bank yang diproksikan oleh Tobin’s Q. Konishi dan Yasuda (2004) menemukan bahwa implementasi CAR dapat mengurangi risiko pada bank komersial. Kepemilikan saham blok adalah kepemilikan saham dalam jumlah yang besar pada suatu perusahaan, dimana pemilik saham seringkali dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan melalui hak suara yang didapat dari besarnya jumlah saham yang dimiliki. Kepemilikan saham oleh block holder minimal 5% dari keseluruhan saham suatu perusahaan. Variabel kepemilikan saham blok (BH) memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum dan atau perorangan dan atau kelompok usaha yang: (a) memiliki saham Bank sebesar 25% (dua puluh lima perseratus) atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara; (b) memiliki saham Bank kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan pengendalian Bank baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel pemegang saham pengendali (LSH) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Variabel ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel kontrol digunakan secara luas dalam literatur empiris corporate governance karena memiliki efek langsung pada kinerja perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi jika dilihat dari pemanfaatan skala ekonomi, perekrutan karyawan yang lebih bagus kualitasnya dan memiliki kekuatan pasar yang besar (Kumar, 2004). Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Durnev dan Kim (2003) di mana koefisien ukuran perusahaan /SIZE 15 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 bernilai positif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Durnev dan Kim (2003) menjelaskan hubungan ukuran perusahaan dan corporate governance dari sudut pandang yang berbeda. Durnev dan Kim (2003) berargumen bahwa perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan sorotan dari publik, sehingga akan mendorong perusahaan tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik. Rasio leverage (leverage ratios) mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang. Tingginya rasio leverage terhadap aset menunjukkan semakin banyak aktiva yang didanai hutang pada pihak luar, dan menunjukkan resiko perusahaan dalam pelunasannya, sehingga menyebabkan insentif manajemen untuk merekayasa kinerja untuk menjaga kepercayaan dari pihak eksternal. Variabel rasio leverage (LEV) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. 5. Kesimpulan dan Saran 5.1 Kesimpulan Pada penelitian ini didapatkan hasil, yaitu : 1. Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini, secara keseluruhan, seluruh variabel secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q secara signifikan. 2. Variabel ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran dewan komisaris (BOC) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 3. Variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 4. Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio kecukupan modal (CAR) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja perbankan. 5. Variabel kepemilikan saham blok (BH) memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel kepemilikan saham blok (BH) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 16 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 6. Variabel pemegang saham pengendali (LSH) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel pemegang saham pengendali (LSH) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 7. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 8. Variabel rasio leverage (LEV) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio leverage (LEV) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. 5.2 Saran Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Dengan demikian, hasil ini diharapkan dapat memberikan kontribusi mengenai pentingnya corporate governance terhadap kinerja perbankan. Namun, penelitian ini sebagaimana penelitian lainnya tentu memiliki sejumlah keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini meliputi : 1. Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan yang berada dalam sektor perbankan sehingga jumlah sampel menjadi terbatas. Selain itu, hasil penelitian ini tentunya hanya berlaku pada sektor perbankan sehingga hasil bisa saja akan berbeda apabila sampel penlitian ditambah dari sektor lainnya. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya, maka sebaiknya menambah jumlah sampel dengan memasukkan perusahaanperusahaan di sektor lain (Al-Hawary, 2011). 2. Penelitian ini hanya mengkaji mekanisme internal corporate governance terhadap kinerja perusahaan, tidak mengkaji mekanisme eksternal corporate governance terhadap kinerja perbankan. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya, maka sebaiknya menambahkan mekanisme eksternal corporate governance (Alfijri dan Moustafa, 2007). 17 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 DAFTAR PUSTAKA Abu-Tapanjeh, A. M. 2006. Corporate Governance Mechanism and Firms' Operating and Financial Performance: Insight from the Perspective of Jordanian Industrial Companies. Alfijri, Khaled dan Mohamed Moustafa. 2007. The Impact of Corporate Governance Mechanism on the Performance of UAE Firms : An Empirical Analysis. Journal of Economic and Administrative Sciences. Al-Hawary, Sulieman Ibraheem Shelash. 2011. The Effect of Banks Governance on Banking Performance of The Jordanian Commercial Banks : Tobin’s Q Model An Applied Study. Yordania : Euro Journal Publishing. Arafat, Wilson. 2008. How to Implement GCG (Good Coprporate Governance) Effectively. Jakarta : Skyrocketing Publisher Bank Indonesia. 2007. Laporan Pengawasan Perbankan. Jakarta : Bank Indonesia. Durnev, A. dan E. H. Kim. 2003. To steal or Not to Steal: Firm Attributes, Legal Environment, and Valuation. Etty, M. Nasser. 2003. Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta Dengan Rasio CAMEL Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Media Riset Akuntansi, Auditing dan Informasi. Vol.3. No.3. Desember 2003: 217-236. Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang : Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga. Iskander, Magdi, et.al. 1999. Corporate Restructuring and Governance. Finance and Development.36(1);42-45. Jensen, M. 1993. The modem industrial revolution, exit and the failure of internal control systems. Journal of Finance 48, 831-880. Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360. King, R. G. dan Levine, R. 1993. Finance and Growth: Schumpter Might be Right, Quarterly Journal of Economics, 108, 717-737. 18 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013 Konishi, M. dan Yasuda, Y. 2004. Factors Affecting Bank Risk Taking : Evidence from Japan. Journal of Banking and Finance. Kumar, J. 2004. Does ownership structure influence firm value? Evidence from India. EFMA 2004 Basel Meetings. La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R. Vishny. 2002. Investor Protection and Corporate Valuation. Journal of Finance 57, 1147-1170. Lang, L.H.P., Stulz, R.M, dan Walkling, 1989. Managerial Performance, Tobin’s q, and the Gains from Successful Tender Offers. Journal of Financial Economics (September), 137154. Levine, R. 1997. Financial Development and Economic Growth: Views and Agenda. Journal of Economic Literature, 35, 688-726. Lipton, M., Lorsch, J. 1992. A Modest Proposal for Improved Corporate Governance. Business Lawyer. Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78. Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance Pendekatan Institusional. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama Shleifer , A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance. Vol. 52. pp. 737-783. Shleifer, A. Dan Vishny, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal of Political Economy. Tirole, Jean. 2001. Corporate Governance. Econometrica, Vol. 69, No.1, hlm. 1-35. Tobin’s, James, 1969. A General Equilibrium Approach to Monetary Theory. Journal of Money, Credit and Banking (February), 12- 29. Yermarck, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-233. 19 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013