pengaruh mekanisme internal corporate governance terhadap

advertisement
PENGARUH MEKANISME INTERNAL CORPORATE GOVERNANCE
TERHADAP KINERJA PERBANKAN PADA BANK UMUM YANG
TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA PERIODE 2007-2011
Clarissa Budihardjo
Umanto Eko Prasetyo
Ilmu Administrasi Niaga, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Abstract. This research aims to analyze the effect of corporate governance mechanisms
presented by the board of commissioner size (BOC), the ratio of non-executive managers
(NEDRATIO), capital adequancy ratio (CAR), block holder (BH), the largest share holder
(LSH), firm size (SIZE) and leverage (LEV) on the banking performance as measured by
Tobin’s Q. This research uses a panel data of 110 observations of banking sector for the
period 2007-2011 by using the multiple regression technique. The result shows : (1) Overall,
corporate governance mechanisms had statistically significant on banking performance, (2)
Capital adequancy ratio (CAR) and firm size (SIZE) had statistically positive effect on
banking performance, (3) The board of commissioner size (BOC) and the ratio of nonexecutive managers (NEDRATIO) had statistically negative effect on banking performance,
(4) Block holder (BH), the largest share holder (LSH) and leverage (LEV) had no statistically
significant on banking performance.
Keywords
: Corporate governance, corporate governance
performance, tobin’s q, commercial bank
mechanisms,
banking
1. Pendahuluan
Tema corporate governance kini menjadi salah satu isu yang penting dalam lingkungan
bisnis di seluruh dunia, baik dari sisi akademik maupun praktik. Hal yang membedakan
adalah proses perkembangan yang terjadi antar wilayah. Dalam konteks global, kesadaran
akan perlunya corporate governance muncul sejak terjadinya serangkaian skandal bisnis
yang diakibatkan adanya praktik kecurangan manajemen di perusahaan-perusahaan Inggris
pada sekitar tahun 1950an dan berlanjut hingga menimbulkan resesi pada tahun 1980an. Hal
ini memicu dibentuknya komite yang bertugas untuk membuat Code of Best Practice yaitu
The Cadburry Committee pada tahun 1991. Seperti pengalaman di Inggris, isu tentang
corporate governance menjadi topik utama yang diperbincangkan berkaitan dengan adanya
berbagai macam skandal bisnis di negara tersebut (Prasetyantoko, 2008). Di Indonesia, isu
tentang corporate governance mulai dibicarakan ketika terjadi krisis finansial pada tahun
1997 yang mengguncang perusahaan-perusahaan di kawasan Asia. Dalam hal ini perlu
dipahami bahwa kompetisi global tidak hanya dipandang sebagai kompetisi antarnegara,
melainkan antar korporat di negara-negara tersebut. Akibatnya, manakala terjadi gejolak pada
1 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
sistem finansial, perusahaan mengalami kebangkrutan dan menimbulkan efek berantai yang
masif sehingga stabilitas ekonomi ikut terguncang (Prasetyantoko, 2008). Oleh karena itu,
salah satu pelajaran yang dapat dipetik dari krisis ini harus bisa menjadi evaluasi untuk
menghasilkan sistem corporate governance yang lebih baik (Iskander dkk, 1999).
Pemahaman standar tentang corporate governance berbasis pada pemisahan kepemilikan
serta pengelolaan perusahaan yang terus berkembang pesat (Tirole, 2001). Shleifer dan
Vishny (1997) berpendapat bahwa corporate governance berorientasi pada pemahaman
tentang bagaimana investor (pemilik modal) mendapatkan kembali uang yang mereka
tanamkan dengan cara mengendalikan para manajer atau biasa disebut sebagai pengelola.
Mardjana (2001) dalam Arafat (2008) menyatakan bahwa corporate governance
mengandung dua aspek keseimbangan utama yaitu keseimbangan internal, yang mengatur
hubungan antara organ-organ perusahaan dan keseimbangan eksternal, yang menekankan
bahwa perusahaan sebagai entitas bisnis yang berada di tengah masyarakat.
Krisis finansial yang melanda Indonesia pada tahun 1997 telah menghancurkan
berbagai sendi perekonomian salah satunya dunia perbankan yang menyebabkan penurunan
kinerja perbankan di Indonesia. Dapat disimpulkan beberapa penyebab menurunnya kinerja
perbankan antara lain (1) Semakin meningkatnya kredit bermasalah perbankan, (2) Dampak
likuidasi bank-bank 1 November 1997 yang mengakibatkan turunnya kepercayaan
masyarakat terhadap perbankan dan pemerintah, sehingga memicu penarikan dana secara
besar-besaran, (3) Semakin turunnya permodalan bank-bank dan bahkan diantaranya negative
net worth, karena adanya kebutuhan pembentukan cadangan, negative spread, unprofitable,
dan lain-lain, (4) Banyak bank tidak mampu menutup kewajibannya terutama karena
menurunnya nilai tukar rupiah, (5) Pelanggaran BMPK (Batas Maksimum Pemberian Kredit),
(6) Manajemen tidak professional, dan (7) Moral hazard (Etty, 2003). Hal tersebut
menyebabkan penerapan corporate governance pada industri perbankan di negara
berkembang, terutama Indonesia, menjadi semakin penting karena mengingat beberapa hal.
Pertama, bank menduduki posisi dominan dalam sistem ekonomi, khususnya sebagai mesin
pertumbuhan ekonomi. Kedua, bank berperan utama sebagai sumber pembiayaan perusahaan.
Ketiga, bank merupakan lembaga pokok dalam mobilisasi simpanan nasional. Keempat,
liberalisasi sistem perbankan baik melalui privatisasi maupun deregulasi ekonomi
menyebabkan manajer bank memiliki keleluasaan yang lebih besar dalam menjalankan
operasi bank (King dan Levine, 1993).
Penerapan corporate governance pada sektor perbankan ini didukung oleh pemerintah
pada tahun 2004 melalui kebijakan reformasi perbankan oleh Bank Indonesia dengan
2 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
membentuk Arsitektur Perbankan Indonesia (API) sebagai suatu kerangka menyeluruh ke
arah kebijakan pengembangan industri perbankan Indonesia di masa depan. Untuk itu
diharapkan penerapan corporate governance di dunia perbankan harus mengikuti prinsip
corporate governance secara total dan mutlak yang telah ditetapkan dalam Surat Edaran
Kepada Semua Bank Umum di Indonesia, perihal Pelaksanaan Corporate Governance bagi
Bank Umum No. 9/12/DPNP tanggal 30 Mei 2007 yang menetapkan Peraturan Bank
Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006 tanggal 30 Januari 2006 tentang Pelaksanaan Corporate
Governance bagi Bank Umum dan Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/14/PBI/2006 tanggal
5 Oktober 2006 tentang Perubahan atas Peraturan Bank Indonesia Nomor 8/4/PBI/2006
tentang Pelaksanan Corporate Governance bagi Bank Umum.
Hasilnya pada tahun 2007 untuk pertama kalinya seluruh bank diminta untuk
menyampaikan laporan pelaksanaan corporate governance
yang berisi self assessment
pelaksanaan corporate governance serta aspek-aspek pelaksanaan corporate governance
lainnya. Bank Indonesia mulai melakukan evaluasi atas pelaksanaan GCG dengan melakukan
pemeriksaan atas 11 Faktor Penilaian Pelaksanaan GCG yaitu (1) Pelaksanaan Tugas dan
Tanggung Jawab Dewan Komisaris; (2) Pelaksanaan Tugas dan Tanggung Jawab Direksi; (3)
Kelengkapan dan Pelaksanaan Tugas Komite; (4) Penanganan Benturan Kepentingan; (5)
Penerapan Fungsi Kepatuhan Bank; (6) Penerapan Fungsi Audit Intern; (7) Penerapan Fungsi
Audit Ekstern; (8) Fungsi Manajemen Risiko termasuk sistem Pengendalian Intern; (9)
Penyediaan Dana Kepada Pihak Terkait (related party) dan Debitur Besar (large exposures);
(10) Transparansi Kondisi Keuangan dan Non Keuangan, Laporan pelaksanaan GCG dan
pelaporan Internal; (11) Rencana Strategis Bank, dengan klasifikasi nilai peringkat komposit
1 sampai 5 yaitu : sangat baik; baik; cukup baik; kurang baik; dan tidak baik (Laporan
Pengawasan Bank, BI, 2007).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka pokok permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini adalah Apakah terdapat pengaruh mekanisme corporate governance
yang diproksikan dengan ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size) ukuran
komisaris independen (the ratio of non-executive managers), rasio kecukupan modal (capital
adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the
largest share holder), terhadap kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q pada
bank umum yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia pada periode 2007-2011?
Tujuan utama dari penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap kinerja perbankan. Mengacu pada penelitian yang dilakukan
oleh Al-Hawary (2011), mekanisme corporate governance yang akan diteliti dalam
3 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
penelitian ini adalah mekanisme internal yaitu ukuran dewan komisaris (the board of
commissioner size), ukuran komisaris independen (the ratio of non-executive managers),
rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block
holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur pengaruhnya
terhadap kinerja perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel
ukuran perusahaan (firm size) dan leverage.
2. Studi Literatur dan Kerangka Teori
2.1 Penelitian Terdahulu
Dalam melakukan penelitian mengenai pengaruh corporate governance terhadap kinerja
perbankan, peneliti melakukan peinjauan kembali terhadap penelitian-penelitian terkait yang
pernah dilakukan sebelumnya. Aljifri dan Moustafa (2007) melakukan penelitian yang
berjudul “The Impact of Corporate Governance Mechanisms on the Performance of UAE Fi
rms”. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan bukti empiris mengenai pengaruh
dari beberapa mekanisme internal dan eksternal corporate governance pada kinerja
perusahaan di Uni Emirat Arab (UAE). Hasil analisis menunjukkan bahwa governmental
ownership, the debt ratio dan pay-out ratio memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja
perusahaan. Sedangkan institutional inestors, the board size, the firm size dan the audit type
memberikan hasil yang tidak signifikan. Penelitian yang dilakukan ini memiliki perbedaan
dengan penelitian yang dilakukan oleh Khaled Aljifri dan Mohamed Moustafa (2007) dengan
judul The Impact of Corporate Governance Mechanisms on the Performance of UAE Firms :
An Empirical Analysis yang terlihat dari variabel independen yang memiliki perbedaan
dengan yang dilakukan oleh Khaled Aljifri dan Mohamed Moustafa (2007) yaitu dengan
adanya penambahan variabel ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size)
karena menyesuaikan dengan penerapan di Indonesia yang mengacu pada model corporate
governance yaitu model Eropa yang memisahkan antara dewan direksi dan dewan komisaris
tidak seperti model corporate governance yang diterapkan di UEA (Uni Emirat Arab) yang
mengacu pada model Anglo-Saxon yaitu tidak ada pemisahan antara dewan direksi dan
dewan komisaris.
Penelitian selanjutnya dilakukan oleh Al-Hawary (2011) yang meneliti corporate
governance pada sektor perbankan atau lebih dikenal dengan sebutan Bank Governance.
Penelitian ini bertempat di Yordania dengan periode tahun 2002-2009 yang mengambil
sampel berjumlah 13 bank untuk diukur pengaruh mekanisme corporate governance yang di
proxy kan dengan variabel independen berupa board of director size, CEO duality,
4 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
percentage of non-executive directors, capital adequancy, the ownership percentage of large
shareholders dan the ownership percentage of the largest shareholders terhadap kinerja
perbankan yang diukur dengan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel firm size dan leverage.
Hasil dari penelitian ini menunjukkan bahwa CEO duality dan percentage of non-executive
directors memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap Tobin’s Q, sedangkan variabel
leverage memiliki pengaruh negatif terhadap Tobin’s Q. Sedangkan variabel lain seperti
board of director size, capital adequancy, the ownership percentage of large shareholders
dan the ownership percentage of the largest shareholders tidak memiliki hubungan yang
signifikan terhadap Tobin’s Q. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian milik AlHawary (2011) terletak pada tidak dimasukkannya variabel CEO duality dikarenakan di
Indonesia terjadi pemisahan secara jelas antara peran dan tanggung jawab direksi dan
komisaris. Oleh karena itu, dimasukkan satu variabel tambahan berupa board of
commissioner (ukuran dewan komisaris).
2.2 Kerangka Teori
Dalam mengaitkan antara corporate governance dengan kinerja bank, terdapat satu hal
yang tidak dapat dipisahkan dari pencapaian sasaran organisasi bank serta kinerjanya, yaitu
manajemen atau pengurus bank. Sehubungan dengan hal tersebut, hubungan antara
manajemen suatu bank dengan pemilik bank akan dituangkan dalam suatu kontrak
(performance contract). Hubungan kontrak antara pemilik dan manajemen tersebut sejalan
dengan teori keagenan (agency theory) (Jensen dan Meckling, 1976).
Jensen dan Meckling (1976) juga mengidentifikasi tiga tipe konflik. Pertama, konflik
antara pemegang saham dan pengelola. Hal ini kondisi konfliktual klasik karena pemilik
modal tidak lagi mengelola investasinya sendiri, melainkan menyerahkannya kepada
eksekutif profesional. Mereka secara alamiah memiliki kepentingan berbeda dengan pemilik
modal. Dalam kasus yang sangat sederhana, ketika perusahaan memiliki tingkat keuntungan
tinggi, ada dua pilihan: apakah akan membagikannya sebagai dividen kepada pemegang
saham atau menanamkannya kembai untuk meningkatkan kapasitas produksi. Dalam kasus
para manajer memilih menginvestasikannya kembali, keuntungan yang didapat oleh para
pemegang saham akan minimal, sementara mungkin sekali kebijakan tersebut diikuti dengan
kebijakan menaikkan gaji, tunjangan dan bonus bagi karyawan.
Kedua, konflik antara kreditur (debtholder) dan pemegang saham (equity holder). Untuk
melakukan investasi, perusahaan umumnya menggunakan pinjaman (kredit) sebagai modal.
Jika investasi berhasil dengan baik, yang pertama mendapatkan keuntungan adalah para
5 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
pemegang ekuitas atau pemilik modal. Namun, saat investasi gagal, yang paling dulu
menanggung kerugian adalah pemberi utang, bukan pemilik modal. Kondisi inilah yang
secara alamiah juga akan menimbulkan konflik kepentingan.
Ketiga, konflik antara pemegang saham pengendali atau mayoritas dan pemegang saham
minoritas. Kondisi ini sangat lazim terjadi dalam kasus perusahaan-perusahaan di negara
sedang berkembang, dimana kepemilikan umumnya bersifat terkonsentrasi sehingga pihak
pemegang saham mayoritaslah yang menentukkan kebijakan strategik perusahaan, sementara
pemegang saham minoritas tidak memiliki hak suara.
3. Metode Penelitian
3.1 Model Penelitian
Penelitian yang akan dilakukan ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh mekanisme
corporate governance terhadap kinerja perbankan. Sampel diambil dari bank umum yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dalam jangka waktu 5 tahun dimulai dari 2007
sampai dengan 2011. Mengacu pada penelitian yang dilakukan oleh Al-Hawary (2011),
mekanisme corporate governance yang akan diteliti dalam penelitian ini adalah mekanisme
internal yaitu ukuran dewan komisaris (the board of commissioner size), rasio kecukupan
modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di atas 5% (block holder), pemegang
saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur pengaruhnya terhadap kinerja
perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh variabel ukuran perusahaan
(firm size) dan leverage. Persamaan regresi linier berganda sebagai berikut :
Tobin’s Q = a + b1 BOC + b2 NEDRATIO + b3 CAR + b4 Block +
b5 LSH + b6 Size + b7 LV + e
Sumber : Al-Hawary, 2011 (disesuaikan)
6 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
Keterangan :
Tobin’s Q
= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
a
= Konstanta (nilai Tobin’s Q apabila varabel dependen = 0)
b
= Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
BOC
= The Board of Commissioner Size
NEDRATIO = Non-executive Managers Board Members
CAR
= Capital Adequency Ratio
Block
= Block Holder
LSH
= Largest Share Holders
Size
= The firm size (ukuran perusahaan)
LV
= Leverage
e
= Error
3.2 Pembangunan Hipotesis Penelitian
3.2.1 Pengaruh Board of Commissioner terhadap Kinerja Bank
Struktur governance di Indonesia memisahkan antara dewan komisaris dengan dewan
direksi. Yermack (1996) dan Jensen (1993), menyatakan bahwa semakin banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja yang dimiliki perusahaan. Dalam penelitian ini, hasil yang diharapkan dari hubungan ukuran
dewan komisaris terhadap kinerja perbankan adalah negatif sehingga hipotesis yang terbentuk
adalah sebagai berikut :
H1 : Ada hubungan signifikan yang negatif antara ukuran dewan komisaris dengan kinerja
perbankan
3.2.2 Pengaruh The Ratio of Non-Executive Managers terhadap Kinerja Bank
Komisaris Independen adalah anggota dewan Komisaris yang tidak memiliki
hubungan keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan
anggota dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali. Hasil
temuan Abu-Tapanjeh (2006) menunjukkan bahwa pasar memberikan penilaian yang tinggi
terhadap bank yang memiliki persentase komisaris independennya tinggi. Dalam penelitian
ini, hasil yang diharapkan dari hubungan ukuran dewan komisaris terhadap kinerja perbankan
adalah positif sehingga hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut :
H2 : Ada hubungan signifikan yang positif antara NEDRATIO dengan kinerja perbankan
7 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
3.2.3 Pengaruh Capital Adequency terhadap Kinerja Bank
CAR merupakan indikator terhadap kemampuan bank untuk menutupi penurunan
aktivanya sebagai akibat dari kerugian-kerugian bank yang disebabkan oleh aktiva yang
berisiko. Konishi dan Yasuda (2004) menemukan bahwa implementasi CAR dapat
mengurangi risiko pada bank komersial. Hasil yang diharapkan dari hubungan CAR terhadap
kinerja perbankan adalah positif sehingga hipotesisnya adalah :
H3 : Ada hubungan signifikan yang positif antara CAR dengan kinerja perbankan
3.2.4 Pengaruh Block Holder terhadap Kinerja Bank
Kepemilikan saham oleh block holder minimal 5% dari keseluruhan saham suatu
perusahaan. La Porta et al (2002) berpendapat bahwa pemegang saham pemegang blok
saham mampu mengurangi masalah agensi antara manajemen perusahaan dengan investor
eksternal. Hasil yang diharapkan dari hubungan Block Holders terhadap kinerja perbankan
adalah positif sehingga hipotesisnya adalah :
H4 : Ada hubungan signifikan yang positif antara Block Holders dengan kinerja perbankan
3.2.5 Pengaruh The Largest Share Holders terhadap Kinerja Bank
Konsentrasi kepemilikan pada segelintir pemegang saham (pemegang saham pengendali)
membuat pelaksanaan monitoring terhadap pihak manajemen menjadi lebih mudah. Hal ini
didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Shleifer dan Vishny (1986) menunjukan bahwa
larger shareholders (pemegang saham pengendali) dapat lebih banyak melakukan monitoring
terhadap pihak manajemen perusahaan dan meningkatkan nilai perusahaan. Hasil yang
diharapkan dari hubungan The Largest Share Holders terhadap kinerja perbankan adalah
positif sehingga hipotesisnya adalah :
H5 : Ada hubungan signifikan yang positif antara the largest share holders dengan kinerja
perbankan
3.2.6 Pengaruh Firm Size terhadap Kinerja Bank
Firm size atau ukuran perusahaan dijadikan variabel kontrol karena memiliki efek
pada kinerja perusahaan dan sudah digunakan di berbagai macam studi literatur. Secara
umum perusahaan yang mempunyai total aset yang relatif besar dapat beroperasi dengan
tingkat efisiensi yang lebih tinggi pula. Durnev dan Kim (2003) berargumen bahwa
perusahaan besar cenderung menarik perhatian dan sorotan dari publik, sehingga akan
8 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
mendorong perusahaan tersebut untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih
baik. Hasil yang diharapkan dari hubungan Firm Size terhadap kinerja perbankan adalah
positif sehingga hipotesisnya adalah :
H6 : Ada hubungan yang positif antara firm size dengan kinerja perbankan
3.2.7 Pengaruh Leverage terhadap Kinerja Bank
Leverage adalah hutang sumber dana yang digunakan perusahaan untuk membiayai
asetnya diluar sumber dana modal atau ekuitas. Aljifri dan Moustafa (2007) berhasil
menemukan adanya hubungan negatif antara leverage dan kualitas corporate governance.
Hasil yang diharapkan dari hubungan Leverage terhadap kinerja perbankan adalah negatif
sehingga hipotesisnya adalah :
H7 : Ada hubungan signifikan yang negatif antara leverage dengan kinerja perbankan
3.3 Teknik Analisis Data
Penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian pooled data atau data panel. Data panel
menurut Gujarati (2003) merupakan suatu data cross-section (individu atau sektor) yang
disusun berdasarkan time series (runtun waktu). Data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah data time series tahunan (annual) selama 5 tahun yaitu dari periode 2007-2011 dan
data cross sectional yaitu sebanyak 22 data dari sampel bank umum yang terdaftar di BEI
periode 2007-2011.Data yang diambil berkaitan dengan ukuran dewan komisaris (the board of
commissioner size), rasio kecukupan modal (capital adequancy ratio), pemegang saham di
atas 5% (block holder), pemegang saham terbesar (the largest share holder), yang akan diukur
pengaruhnya terhadap kinerja perbankan dengan menggunakan Tobin’s Q dan dikontrol oleh
variabel ukuran perusahaan (firm size) dan leverage. Teknik penarikan sampel menggunakan
teknik non-probabilita, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu.
9 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
4. Hasil dan Pembahasan
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
BOC
NEDRATIO
CAR
BH
LSH
SIZE
LEV
TOBIN_S_Q
Observations
Mean
Maximum
Minimum
Std. Dev.
5
0.590
0.170
0.766
0.583
30.656
0.893
1.096
110
9
1
0.465
0.987
0.970
33.944
1.033
1.608
110
3
0.500
0.080
0.472
0.253
20.099
0.752
0.875
110
1.822
0.088
0.064
0.147
0.165
2.135
0.041
0.137
110
Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013)
Keterangan :
Tobin’s Q
= Variabel dependen (nilai yang diprediksikan)
a
= Konstanta (nilai Tobin’s Q apabila varabel dependen = 0)
b
= Koefisien regresi (nilai peningkatan ataupun penurunan)
BOC
= The Board of Commissioner Size
NEDRATIO = Non-executive Managers Board Members
CAR
= Capital Adequency Ratio
Block
= Block Holder
LSH
= Largest Share Holders
Size
= The firm size (ukuran perusahaan)
LV
= Leverage
e
= Error
4.1 Statistik Deskriptif
Variabel BOC menunjukkan jumlah dewan komisaris yang ada pada suatu bank,
memiliki rentang antara 3 sampai 9 dengan rata-rata sebesar 5 orang. Variabel NEDRATIO
menunjukkan perbandingan jumlah anggota dewan komisaris independen terhadap jumlah
keseluruhan anggota dewan komisaris, memiliki rentang antara 0,500 sampai 1 dengan ratarata sebesar 0,590. Variabel CAR menunjukkan kecukupan modal yang dimiliki oleh suatu
bank yang diukur dengan membagi modal bank dengan aktiva tertimbang menurut resiko,
10 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
memiliki rentang antara 0,080 sampai 0,465 dengan rata-rata sebesar 0,170. Variabel BH
menunjukkan total persentase kepemilikan saham sebesar 5% atau lebih, memiliki rentang
antara 0,472 sampai 0,987 dengan rata-rata sebesar 0,766. Variabel LSH menunjukkan rasio
pemegang saham pengendali terhadap seluruh pemegang saham, memiliki rentang antara
0,253 sampai 0,970 dengan rata-rata sebesar 0,583. Variabel SIZE menunjukkan variabel
kontrol yang diukur berdasarkan logaritma natural dari total aset, memiliki rentang antara
20,099 sampai 33,944 dengan rata-rata sebesar 30,656. Variabel LEV menunjukkan sejauh
mana aktiva perusahaan telah dibiayai oleh penggunaan hutang yang diukur dengan
menggunakan rasio total hutang terhadap total aktiva (Black dkk., 2003), memiliki rentang
antara 0,752 sampai 1,033 dengan rata-rata sebesar 0,893. Variabel TOBIN_S_Q
menunjukkan suatu kondisi peluang investasi yang dimiliki perusahaan (Lang, et al 1989)
atau potensi pertumbuhan perusahaan (Tobin, 1969), memiliki rentang antara 0,875 sampai
1,608 dengan rata-rata sebesar 1,096.
Tabel 4.2
Hasil R , Adjusted R2 dan Uji F
2
R-squared
0.300426
Mean dependent var
0.351435
Adjusted R-squared
0.252416
S.D. Dependent var
0.092921
S.E. Of regression
0.080342
Sum squared resid
0.658396
F-statistic
6.257585
Durbin-Watson stat
1.815299
Prob(F-statistic)
0.000004
Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013)
4.2 Koefisien Determinasi (R2 dan Adjusted R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model
dalam menerangkan variasi variabel dependen (Gujarati, 2003). Nilai koefisien determinasi
adalah 0 < R2 < 1. Nilai R2 yang kecil berarti kemampuan variabel-variabel independen
dalam menjelaskan variasi variabel dependen amat terbatas (Ghozali, 2009).
Nilai yang mendekati 1 (satu) berarti variabel-variabel independen memberikan hampir
semua informasi yang dibutuhkan untuk memprediksi variasi variabel dependen. Penggunaan
adjusted R2 mampu memperkuat daya prediksi suatu model. Berdasarkan hasil koefisien
determinasi yang terlihat pada Tabel 4.2 menunjukkan nilai R2 sebesar 30,04% yang berarti
bahwa kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q, sebagai variabel terikat atau
11 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
dependen dalam model ini, dapat dijelaskan 30,04% oleh model, sedangkan 69,96%
dijelaskan oleh faktor lain di luar model.
4.3 Signifikansi Linear Berganda (Uji F)
Uji F dilakukan untuk menunjukkan apakah semua variabel bebas yang terdapat pada
model regresi memiliki pengaruh yang signifikan secara bersama-sama terhadap variabel
tidak bebas. Berdasarkan hasil uji F yang terlihat pada Tabel 4.2, nilai F-stat menunjukkan
angka sebesar 6.257585 dengan probabilitas sebesar 0,000004. Dengan menggunakan tingkat
α (alfa) 0,05 atau 5%, maka H0 ditolak karena nilai sig (0,000004) < dari α (alfa) = 0,05. Oleh
karena itu dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel secara bersama-sama mempengaruhi
kinerja perbankan yang diproksikan dengan Tobin’s Q secara signifikan.
Tabel 4.3
Hasil Uji t
Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C
1,042125
0,547785
1,902437
0,0599 ***
BOC
-0,011538
0,004655
-2,478549
0,0148 **
NEDRATIO
-0,164084
0,074014
-2,216950
0,0288 **
CAR
0,704982
0,226746
3,109121
0,0024 *
BH
0,072547
0,145271
0,499393
0,6186
LSH
-0,003880
0,104886
-0,036996
0,9706
SIZE
0,014332
0,007895
1,815286
0,0724 ***
LEV
-0,449944
0,515631
-0,872607
0,3849
Signifikan pada level 1% (*), 5% (**), 10% (***)
Sumber : Hasil pengolahan penulis dengan menggunakan Eview 6.0 (2013)
4.4 Signifikansi Parsial (Uji t)
Uji t pada dasarnya digunakan untuk menunjukkan apakah satu variabel bebas secara
individu memiliki pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat (Kuncoro, 2003).
Berdasarkan hasil uji t yang terlihat pada Tabel 4, dapat diinterpretasikan bahwa: Variabel
ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,011538.
Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran dewan komisaris (BOC) naik sebesar
satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan
12 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
(Tobin’s Q) sebesar 0,011538. Variabel ini signifikan pada level 5% (0,0148 < 0,05) dan
berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -2,478549).
Variabel komisaris independen (NEDRATIO) memiliki nilai koefisien regresi negatif
sebesar -0,164084. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel komisaris independen
(NEDRATIO) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan
menurunkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,164084. Variabel ini signifikan pada
level 5% (0,0288 < 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 2,216950).
Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar
0,704982. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio kecukupan modal (CAR) naik
sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja
perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,704982. Variabel ini signifikan pada level 1% (0,0024 <
0,01) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 3,109121).
Variabel pemegang saham di atas 5% (BH) memiliki nilai koefisien regresi positif
sebesar 0,072547. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel pemegang saham di atas 5%
(BH) naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan
kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,072547. Variabel ini tidak signifikan pada level 5%
(0,6186 > 0,05) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 0,499393).
Variabel pemegang saham terbesar (LSH) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar
-0,003880. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel pemegang saham terbesar (LSH)
naik sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja
perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,003880. Variabel ini tidak signifikan pada level 5%
(0,9706 > 0,05) dan berhubungan negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -0,036996).
Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki nilai koefisien regresi positif sebesar
0,014332. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik
sebesar satu satuan, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja
perbankan (Tobin’s Q) sebesar 0,014332. Variabel ini signifikan pada level 10% (0,0724 <
0,10) dan berhubungan positif terhadap kinerja perbankan (t-stat = 1,815286).
Variabel leverage (LEV) memiliki nilai koefisien regresi negatif sebesar -0,449944. Hal
ini menggambarkan bahwa jika variabel leverage (LEV) naik sebesar satu satuan, dengan
asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan (Tobin’s Q) sebesar
0,449944. Variabel ini tidak signifikan pada level 5% (0,3849 > 0,05) dan berhubungan
negatif terhadap kinerja perbankan (t-stat = -0,872607).
13 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
4.5 Pembahasan
Dewan komisaris adalah organ perseroan yang bertugas melakukan pengawasan secara
umum dan atau khusus serta memberikan nasihat kepada direksi dalam menjalankan
perseroan. Mayoritas anggota dewan komisaris dilarang saling memiliki hubungan keluarga
sampai dengan derajat kedua dengan anggota dewan komisaris dan/atau anggota direksi.
Komposisi dewan komisaris diatur dalam Pasal 4 dalam Peraturan Bank Indonesia No.
8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate Governance Bagi Bank Umum, jumlah
anggota dewan paling kurang 3 orang dan paling banyak sama dengan jumlah anggota
dewan direksi. Variabel ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran
dewan komisaris (BOC) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan
kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Lipton dan Lorch
(1992) serta Jensen (1993) di mana koefisien ukuran dewan komisaris/BOC bernilai negatif
dan signifikan. Lipton dan Lorch (1992) serta Jensen (1993) menyatakan bahwa semakin
banyak personil yang menjadi dewan komisaris dapat berakibat pada makin buruk kinerja
yang dimiliki perusahaan. Hal tersebut dikarenakan dengan semakin banyaknya anggota
dewan komisaris maka badan ini akan mengalami kesulitan dalam menjalankan perannya,
diantaranya kesulitan dalam komunikasi dan koordinasi antar anggota dewan komisaris.
Menurut Lipton dan Lorch (1992), dewan komisaris yang besar dapat menghasilkan diskusi
yang tak berarti karena memberikan pendapat dalam kuorum yang besar akan memakan
waktu yang banyak dan hasilnya dinilai kurang efisien.
Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak memiliki hubungan
keuangan, kepengurusan, kepemilikan saham dan/atau hubungan keluarga dengan anggota
dewan Komisaris lainnya, Direksi dan/atau pemegang saham pengendali atau hubungan lain
yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen. Komposisi
komisaris independen diatur dalam Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang
Pelaksanaan Good Corporate Governance bagi Bank Umum, adalah berjumlah paling
kurang 50% dari jumlah anggota dewan komisaris. Variabel rasio komisaris independen
(NEDRATIO) memiliki pengaruh negatif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal
ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) naik,
dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. Hasil ini
sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Abu-Tapanjeh (2006) di mana koefisien ukuran
komisaris independen/NEDRATIO signifikan namun bernilai positif.
14 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
CAR merupakan rasio yang memperlihatkan seberapa jauh seluruh aktiva bank yang
mengandung risiko (kredit, penyertaan, surat berharga, tagihan pada bank lain) ikut dibiayai
dari dana modal sendiri bank, di samping memperoleh dana-dana dari sumber-sumber di luar
bank. Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio kecukupan
modal (CAR) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menaikkan kinerja
perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil yang ditemukan oleh Konishi dan Yasuda (2004) di
mana koefisien ukuran rasio kecukupan modal/CAR bernilai positif dan signifikan. Artinya,
semakin besar nilai CAR maka akan semakin pula berpengaruh signifikan terhadap kinerja
bank yang diproksikan oleh Tobin’s Q. Konishi dan Yasuda (2004) menemukan bahwa
implementasi CAR dapat mengurangi risiko pada bank komersial.
Kepemilikan saham blok adalah kepemilikan saham dalam jumlah yang besar pada suatu
perusahaan, dimana pemilik saham seringkali dapat mempengaruhi kebijakan perusahaan
melalui hak suara yang didapat dari besarnya jumlah saham yang dimiliki. Kepemilikan
saham oleh block holder minimal 5% dari keseluruhan saham suatu perusahaan. Variabel
kepemilikan saham blok (BH) memiliki pengaruh positif yang tidak signifikan terhadap
kinerja perbankan.
Pemegang Saham Pengendali adalah badan hukum dan atau perorangan dan atau
kelompok usaha yang: (a) memiliki saham Bank sebesar 25% (dua puluh lima perseratus)
atau lebih dari jumlah saham yang dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara; (b)
memiliki saham Bank kurang dari 25% (dua puluh lima perseratus) dari jumlah saham yang
dikeluarkan Bank dan mempunyai hak suara namun dapat dibuktikan telah melakukan
pengendalian Bank baik secara langsung maupun tidak langsung. Variabel pemegang saham
pengendali (LSH) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja
perbankan.
Variabel ukuran perusahaan (firm size) merupakan variabel kontrol digunakan secara
luas dalam literatur empiris corporate governance karena memiliki efek langsung pada
kinerja perusahaan. Perusahaan yang besar memiliki tingkat efisiensi yang lebih tinggi jika
dilihat dari pemanfaatan skala ekonomi, perekrutan karyawan yang lebih bagus kualitasnya
dan memiliki kekuatan pasar yang besar (Kumar, 2004). Variabel ukuran perusahaan (SIZE)
memiliki pengaruh positif yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini
menggambarkan bahwa jika variabel ukuran perusahaan (SIZE) naik, dengan asumsi
variabel lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan. Hasil ini sesuai dengan hasil
yang ditemukan oleh Durnev dan Kim (2003) di mana koefisien ukuran perusahaan /SIZE
15 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
bernilai positif dan signifikan. Penelitian yang dilakukan oleh Durnev dan Kim (2003)
menjelaskan hubungan ukuran perusahaan dan corporate governance dari sudut pandang
yang berbeda. Durnev dan Kim (2003) berargumen bahwa perusahaan besar cenderung
menarik perhatian dan sorotan dari publik, sehingga akan mendorong perusahaan tersebut
untuk menerapkan struktur corporate governance yang lebih baik.
Rasio leverage (leverage ratios) mengukur sejauh mana aktiva perusahaan telah dibiayai
oleh penggunaan hutang. Tingginya rasio leverage terhadap aset menunjukkan semakin
banyak aktiva yang didanai hutang pada pihak luar, dan menunjukkan resiko perusahaan
dalam pelunasannya, sehingga menyebabkan insentif manajemen untuk merekayasa kinerja
untuk menjaga kepercayaan dari pihak eksternal. Variabel rasio leverage (LEV) memiliki
pengaruh negatif yang tidak signifikan terhadap kinerja perbankan.
5. Kesimpulan dan Saran
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini didapatkan hasil, yaitu :
1. Berdasarkan hasil regresi yang dilakukan dalam penelitian ini, secara keseluruhan,
seluruh variabel secara bersama-sama mempengaruhi kinerja perbankan yang
diproksikan dengan Tobin’s Q secara signifikan.
2. Variabel ukuran dewan komisaris (BOC) memiliki pengaruh negatif yang
signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel
ukuran dewan komisaris (BOC) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan
menurunkan kinerja perbankan.
3. Variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) memiliki pengaruh negatif
yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika
variabel rasio komisaris independen (NEDRATIO) naik, dengan asumsi variabel
lain tetap, maka akan menurunkan kinerja perbankan.
4. Variabel rasio kecukupan modal (CAR) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio
kecukupan modal (CAR) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan
menaikkan kinerja perbankan.
5. Variabel kepemilikan saham blok (BH) memiliki pengaruh positif yang tidak
signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel
kepemilikan saham blok (BH) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan
menurunkan kinerja perbankan.
16 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
6. Variabel pemegang saham pengendali (LSH) memiliki pengaruh negatif yang tidak
signifikan terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel
pemegang saham pengendali (LSH) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka
akan menurunkan kinerja perbankan.
7. Variabel ukuran perusahaan (SIZE) memiliki pengaruh positif yang signifikan
terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel ukuran
perusahaan (SIZE) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan
kinerja perbankan.
8. Variabel rasio leverage (LEV) memiliki pengaruh negatif yang tidak signifikan
terhadap kinerja perbankan. Hal ini menggambarkan bahwa jika variabel rasio
leverage (LEV) naik, dengan asumsi variabel lain tetap, maka akan menurunkan
kinerja perbankan.
5.2 Saran
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa mekanisme corporate governance memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap kinerja perbankan. Dengan demikian, hasil ini diharapkan
dapat memberikan kontribusi mengenai pentingnya corporate governance terhadap kinerja
perbankan. Namun, penelitian ini sebagaimana penelitian lainnya tentu memiliki sejumlah
keterbatasan. Keterbatasan penelitian ini meliputi :
1.
Penelitian ini hanya menggunakan perusahaan-perusahaan yang berada dalam sektor
perbankan sehingga jumlah sampel menjadi terbatas. Selain itu, hasil penelitian ini
tentunya hanya berlaku pada sektor perbankan sehingga hasil bisa saja akan berbeda
apabila sampel penlitian ditambah dari sektor lainnya. Oleh karena itu, untuk penelitian
selanjutnya, maka sebaiknya menambah jumlah sampel dengan memasukkan perusahaanperusahaan di sektor lain (Al-Hawary, 2011).
2.
Penelitian ini hanya mengkaji mekanisme internal corporate governance terhadap kinerja
perusahaan, tidak mengkaji mekanisme eksternal corporate governance terhadap kinerja
perbankan. Oleh karena itu, untuk penelitian selanjutnya, maka sebaiknya menambahkan
mekanisme eksternal corporate governance (Alfijri dan Moustafa, 2007).
17 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
DAFTAR PUSTAKA
Abu-Tapanjeh, A. M. 2006. Corporate Governance Mechanism and Firms' Operating and
Financial Performance: Insight from the Perspective of Jordanian Industrial Companies.
Alfijri, Khaled dan Mohamed Moustafa. 2007. The Impact of Corporate Governance
Mechanism on the Performance of UAE Firms : An Empirical Analysis. Journal of
Economic and Administrative Sciences.
Al-Hawary, Sulieman Ibraheem Shelash. 2011. The Effect of Banks Governance on Banking
Performance of The Jordanian Commercial Banks : Tobin’s Q Model An Applied Study.
Yordania : Euro Journal Publishing.
Arafat, Wilson. 2008. How to Implement GCG (Good Coprporate Governance) Effectively.
Jakarta : Skyrocketing Publisher
Bank Indonesia. 2007. Laporan Pengawasan Perbankan. Jakarta : Bank Indonesia.
Durnev, A. dan E. H. Kim. 2003. To steal or Not to Steal: Firm Attributes, Legal
Environment, and Valuation.
Etty, M. Nasser. 2003. Perbandingan Kinerja Bank Pemerintah dan Bank Swasta Dengan
Rasio CAMEL Serta Pengaruhnya Terhadap Harga Saham. Media Riset Akuntansi,
Auditing dan Informasi. Vol.3. No.3. Desember 2003: 217-236.
Ghozali, Imam. 2009. Aplikasi Analisis Multivariate dengan program SPSS. Semarang :
Badan Penerbit Universitas Diponegoro.
Gujarati, Damodar. 2003. Ekonometrika Dasar. Jakarta: Erlangga.
Iskander, Magdi, et.al. 1999. Corporate Restructuring and Governance. Finance and
Development.36(1);42-45.
Jensen, M. 1993. The modem industrial revolution, exit and the failure of internal control
systems. Journal of Finance 48, 831-880.
Jensen, M. C. dan W. H. Meckling. 1976. Theory of the Firm: Managerial Behavior, Agency
Costs and Ownership Structure. Journal of Financial Economics 3: 305-360.
King, R. G. dan Levine, R. 1993. Finance and Growth: Schumpter Might be Right, Quarterly
Journal of Economics, 108, 717-737.
18 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
Konishi, M. dan Yasuda, Y. 2004. Factors Affecting Bank Risk Taking : Evidence from
Japan. Journal of Banking and Finance.
Kumar, J. 2004. Does ownership structure influence firm value? Evidence from India. EFMA
2004 Basel Meetings.
La Porta, R., F. Lopez-de-Silanes, A. Shleifer, dan R. Vishny. 2002. Investor Protection and
Corporate Valuation. Journal of Finance 57, 1147-1170.
Lang, L.H.P., Stulz, R.M, dan Walkling, 1989. Managerial Performance, Tobin’s q, and the
Gains from Successful Tender Offers. Journal of Financial Economics (September), 137154.
Levine, R. 1997. Financial Development and Economic Growth: Views and Agenda. Journal
of Economic Literature, 35, 688-726.
Lipton, M., Lorsch, J. 1992. A Modest Proposal for Improved Corporate Governance.
Business Lawyer. Vol. 48, Issue 1, Nov92, pp. 59-78.
Peraturan Bank Indonesia No. 8/4/PBI/2006 tentang Pelaksanaan Good Corporate
Governance bagi Bank Umum
Prasetyantoko. 2008. Corporate Governance Pendekatan Institusional. Jakarta: PT.
Gramedia Pustaka Utama
Shleifer , A. dan R.W. Vishny. 1997. A Survey of Corporate Governance. Journal of Finance.
Vol. 52. pp. 737-783.
Shleifer, A. Dan Vishny, R. 1986. Large Shareholders and Corporate Control. Journal of
Political Economy.
Tirole, Jean. 2001. Corporate Governance. Econometrica, Vol. 69, No.1, hlm. 1-35.
Tobin’s, James, 1969. A General Equilibrium Approach to Monetary Theory. Journal of
Money, Credit and Banking (February), 12- 29.
Yermarck, D., 1996. Higher Market Valuation of Companies with a Small Board of
Directors. Journal of Financial Economics 40, 185-233.
19 Pengaruh mekanisme…, Clarissa Budihardjo, FISIP UI, 2013
Download