BAB I Pendahuluan

advertisement
 BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia sebagai negara agraris, memiliki kekayaan alam yang sangat
beragam, baik kekayaan hayati maupun non hayati, yang apabila dikelola dengan
tepat, kekayaan tersebut mampu menjadi andalan perekonomian nasional.
Menurut BPS (2010)1, pada tahun 2009 sektor pertanian mampu menyumbang
15,3 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB).
Sub sektor yang tercakup dalam sektor pertanian meliputi sub-sub sektor
tanaman perkebunan, peternakan, kehutanan, perikanan dan hasil-hasilnya. Salah
satu sub sektor yang memiliki potensi yang besar adalah sub sektor perkebunan
yang memberikan keunggulan komparatif dan kompetitif perekonomian Indonesia
lebih banyak terdapat pada kegiatan produksi yang berbasis semberdaya alam
dibandingkan dengan kegiatan produksi yang berbasis teknologi maupun modal
(Hollilucia, 2008).
Komoditas hasil perkebunan yang menghasilkan devisa negara diantaranya
adalah teh dan kelapa sawit. Teh memiliki banyak manfaat karena kandungan
tanin dan anti oksidan yang terdapat pada teh. Selain sebagai penghilang dahaga,
juga memberikan manfaat yang baik bagi kesehatan yakni mencegah penyakit
ringan sejenis influenza hingga yang berat seperti kanker, sedangkan kelapa sawit
merupakan salah satu komoditas perkebunan unggulan karena penggunaanya yang
luas sebagai penghasil utama minyak makan (olein, margarine, mentega), bahan
baku industri (stearine) dan sumber energi terbarukan (biodiesel) dan
dibandingkan tanaman penghasil minyak lain. (Mangoensoekarjo, 2003).
Produktivitas kelapa sawit adalah yang tertinggi yang dapat dilihat pada Tabel 1.
1
Berita Resmi Statistik No. 12/02/Th. XIII, 10 Februari 2010
Tabel 1. Produktivitas Minyak Beberapa Jenis Tanaman
No
Tanaman
Produktivitas (Ton/Ha/Tahun)
1
Kelapa Sawit
3,88
2
Rapeseed
0,67
3
Bunga Matahari
0,48
4
Kedele
0,38
5
Kelapa
0,33
6
Kacang Tanah
0,21
7
Kapas
0,14
Sumber diolah dari: Oil World 2007, Unithan (Ethanol Biofuels Asia 2008) dalam NSPV
Workshop 2009
Hasil pertanian teh dan kelapa sawit di Indonesia sebagian besar dikelola
oleh perkebunan. Sub sektor perkebunan Indonesia berdasarkan status
kepemilikan dibedakan menjadi tiga kelompok, yaitu: (1) Perkebunan Pemerintah
yaitu PT. Perkebunan Nusantara (PTPN), (2) Perkebunan besar milik swasta, dan
(3) Areal perkebunan rakyat. Ketiga kelompok perkebunan tersebut memiliki
peran penting dalam pemenuhan ekspor teh (Mangoensoekarjo, 2003)
PT. Perkebunan Nusantara IV yang terletak di propinsi Sumatera Utara
adalah merupakan salah satu dari Badan Usaha Milik Negara yang memproduksi
berbagai hasil pertanian yaitu kelapa sawit dan teh. PT. Perkebunan Nusantara IV
merupakan satu-satunya perkebunan penghasil teh yang ada di Sumatera Utara,
sedangkan untuk komoditas kelapa sawit, PT. Perkebunan Nusantara IV
merupakan salah satu penghasil kelapa sawit terbesar di Indonesia, sedangkan
Propinsi Sumatera Utara sendiri adalah propinsi dengan areal perkebunan terluas
kedua di Indonesia setelah Propinsi Riau, yakni seluas 14,77 persen dari seluruh
luas wilayah perkebunan kelapa sawit. (Ghani, 2010)
Tabel 2. Luas Areal Kelapa Sawit Per Provinsi 2007-2009 di Indonesia
Luas Areal (Ha)
Provinsi
2007
2008*
2009**
Aceh
274.822
274.135
293.135
Sumut
998.966
1.026.644
1.081.644
Sumbar
291.734
305.871
321.471
1.620.882
1.623.458
1.680.593
Sumsel
682.730
718.068
748.118
Jambi
448.890
454.771
498.537
Kalbar
451.400
476.891
498.537
Kalteng
616.331
709.206
726.896
Kaltim
339.294
368.504
384.604
1.041.787
1.050.348
1.102.228
Riau
Provinsi Lainnya
Total
6.766.836
7.007.896
7.321.897
Sumber: Sekditjenbun (2008); * angka sementara; ** estimasi dalam NSPV Workshop 2009
Permasalahan yang dihadapi oleh perusahaan ini adalah adanya
permintaan pasar yang timpang antara kedua komoditas tersebut. Ketimpangan ini
dilihat dari tingginya permintaan akan komoditas kelapa sawit dan rendahnya
permintaan akan komoditas teh. Berapa pun jumlah komoditas kelapa sawit yang
dipasarkan pasti akan diserap oleh pasar. Perusahaan mengalami kesulitan dalam
memasarkan komoditas teh dibandingkan dengan komoditas kelapa sawit yang
juga dipasarkan oleh perusahaan tersebut, meskipun prospek pasar teh masih
mempunyai peluang yang besar. Harga teh Indonesia dibandingkan dengan harga
teh dunia dapat dilihat pada Gambar 1.
5,700,000
3
3,000
2,500
2
5,300,000
2,000
2
5,100,000
1
1,500
4,900,000
1
1,000
4,700,000
4,500,000
500
5
2003 20
004 2005 2006
2
2007 2008 200
09 2010
Tahun
PDTE
PXTE
PWT
TEL
Gambar 1. Prospek
P
Hargaa Teh Dunia, Harga Ekspo
or dan Harga Lokal
L
Teh Inddonesia dalam
m Studi
Kelayakan Replanting
R
Keebun Teh PT. Perkebunan Nusantara
N
IV (2008)
(
Keterangaan:
PWTEL
: world tea price in London
L
atau haarga teh di pasar dunia
PXTE
: exportt price of Indoonesian tea ataau ekspor teh Indonesia
PDTE
: domesstic price of Inndonesian tea harga teh lokal di pasar dom
mestik Indon
nesia
Inddonesia sebbagai negarra penghasill teh menggalami pertuumbuhan neegatif
dalam perrtumbuhan ekspor
e
teh. Diantara negara-negarra produsenn teh dunia, daya
saing teh Indonesia selalu
s
lebih rendah, kecuali apabilla dibandingkan dengaan teh
asal Banggladesh2. Seelain itu dayya saing teh
h Indonesia lebih rendah dibandin
ngkan
dengan daaya saing teeh yang beerasal dari Cina
C
dan Kenya.
K
Padaa komoditas teh,
pasar mennginginkan komoditass dengan kualitas
k
terrbaik sehingga teh deengan
kualitas biiasa sulit unntuk diterim
ma di pasar.
Beertolak belakkang dengaan komoditaas teh, prodduksi kelapaa sawit Indo
onesia
mengalam
mi pengingkkatan dalam
m produksi bahkan tellah mengallahkan Mallaysia
yang sebeelumnya sebbagai negarra penghasill minyak mentah
m
kelappa sawit terrbesar
2
http://www
w.ipard.com/arrt_perkebun/ddes20-04_oha--I.asp diakses pada tanggal 5 Pebruari 20
010
US$/ton
Rp/ton
5,500,000
di dunia. Bagi perusahaan, kelapa sawit dimana komoditas ini memiliki pangsa
pasar yang besar sehingga dalam kondisi apapun komoditas ini tetap laris di pasar
karena terdapat peluang yang besar untuk mengembangkan produksi terlihat dari
permintaannya yang selalu diatas hasil produksinya (Hansen, 2008).
Tersendatnya pemasaran komoditas teh disebabkan oleh penentuan harga
jual teh yang pada kenyataannya sangat dipengaruhi oleh pembeli. Hal ini
disebabkan pembeli komoditas teh tersebut yang kurang bervariatif. Pada
komoditas kelapa sawit, harga jual minyak kelapa sawit kasar atau crude palm oil
(CPO) juga dipengaruhi oleh pembeli, akan tetapi karena tingginya minat pembeli
akan CPO tersebut, maka perusahaan dapat mencari alternatif pembeli yang lain,
karena tingginya jumlah alternatif pembeli lain yang berminat akan komoditas ini.
Atas dasar inilah perusahaan lebih menitikberatkan kepada upaya komunikasi
dalam memasarkan komoditas teh dibandingkan dengan komoditas kelapa sawit.
Sebelum melakukan proses pembelian, pelanggan memiliki motivasi tersendiri
sebelum melakukan pembelian yang kemudian memiliki hubungan terhadap
proses pembelian apakah akan dilakukan atau tidak. Perusahaan perlu untuk
melihat motivasi yang dimiliki oleh pelanggan untuk melakukan pembelian
terhadap komoditas teh perusahaan sehingga motivasi tersebut dapat menjadi
tolak
ukur
terhadap
perusahaan
dalam
melakukan
upaya
pemasaran
komoditasnya.
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang dipaparkan di atas maka dapat perumusan
masalah terkait dengan penelitian ini, yakni:
1. Apakah faktor-faktor internal dan eksternal memiliki hubungan dengan
motivasi pelanggan dalam pembelian teh dan kelapa sawit PT. Perkebunan
Nusantara IV?
2. Bagaimana motivasi pelanggan dalam pembelian teh dan kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan dari diadakannya
penelitian ini adalah:
1. Menganalisis faktor-faktor internal dan eksternal yang memiliki hubungan
dengan motivasi pelanggan dalam pembelian teh dan kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV.
2. Mengetahui motivasi pelanggan dalam pembelian teh dan kelapa sawit PT.
Perkebunan Nusantara IV.
1.4 Kegunaan Penelitian
Pelaksanaan penelitian ini diharapkan memberikan kegunaan bagi peneliti
dan pihak lain, yaitu:
a. Bagi Perusahaan
Sebagai masukan bagi PT. Perkebunan Nusantara IV teruatama bagian
pemasaran dalam melakukan komunikasi pemasaran komoditas teh dan kelapa
sawit menurut pandangan pelanggan perusahaan.
b. Bagi Akademisi
Penelitian ini diharapkan dapat menjelaskan bagaimana strategi yang
diterapkan
oleh
perusahaan
dalam
melakukan
komunikasi
pemasaran
komoditas perkebunan terutama teh dan kelapa sawit sehingga dapat dijadikan
topik penulisan penelitian selanjutnya dan dapat dijadikan literatur bagi
penulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik ini.
c. Bagi Masyarakat
Masyarakat dapat mengetahui manfaat dari motivasi pelanggan terhadap
perusahaan perkebunan. Selain itu, masyarakat juga dapat mengetahui
bagaimana perusahaan melakukan komunikasi pemasaran terhadap komoditas
perkebunan terutama teh dan kelapa sawit.
Download