menikah merupakan hubungan yang

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Landasan Teori
1. Pernikahan Dini
a. Pengertian
Menurut Dariyo (2003) menikah merupakan hubungan yang
bersifat suci/sakral antara pasangan dari seorang pria dan seorang
wanita yang telah menginjak atau di anggap telah memiliki umur
cukup dewasa dan hubungan tersebut telah di akui secara sah dalam
hukum dan secara agama. Menurutnya, kesiapan mental untuk
menikah mengandung pengertian kondisi psikologis emosional untuk
siap menanggung berbagai resiko yang timbul selama hidup dalam
pernikahan, misalnya pembiayaan ekonomi keluarga, memelihara dan
mendidik anak-anak, dan membiayai kesehatan keluarga.
Undang-Undang Perkawinan nomor 1 tahun 1974 yang
meyebutkan pasangan siap secara fisik maupun psikososial dalam
membentuk rumah tangga dan menjadi orang tua yaitu usia minimal
16 tahun untuk wanita dan 19 tahun untuk laki-laki. Selain itu
berdasarkan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata menyatakan
seorang anak di anggap dewasa bila mencapai umur 20 tahun
(Hukumonline, 2012).
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Pernikahan yang ideal untuk perempuan adalah 21–25 tahun
sementara laki-laki 25–28 tahun. Karena di usia itu organ reproduksi
perempuan secara psikologis sudah berkembang dengan baik dan kuat
serta siap untuk melahirkan keturunan secara fisik pun mulai matang.
Sementara laki-laki pada usia itu kondisi psikis dan fisiknya sangat
kuat, hingga mampu menopang kehidupan keluarga untuk melindungi
baik secara psikis emosional, ekonomi dan sosial. Melakukan
pernikahan tanpa kesiapan dan pertimbangan yang matang dari satu
sisi dapat mengindikasikan sikap tidak affresiatif terhadap makna
nikah dan bahkan lebih jauh bisa merupakan pelecehan terhadap
kesakralan
sebuah
pernikahan.
Sebagian
masyarakat
yang
melangsungkan perkawinan usia muda ini dipengaruhi karena adanya
beberapa faktor-faktor yang mendorong mereka untuk melangsungkan
perkawinan usia muda atau di bawah umur (Mohammad, 2005).
Teori Benokraitis dalam Ekasari (2013) yang menyatakan
bahwa bertambahnya usia seseorang menyebabkan emosinya akan
semakin terkontrol dan matang, sehingga diharapkan dengan
bertambahnya usia seseorang dapat mengatasi perubahan normatif
yang terjadi dalam kehidupan diantaranya adalah adanya perubahan
peran sebagai orang tua. Semakin muda usia ibu maka semakin tinggi
resiko terjadinya gangguan karena tidak bisa menerima perubahan
peran sebagai orang tua. Pada fase dependen-mandiri, kemampuan ibu
untuk menguasi tugas-tugas sebagai orang tua merupakan hal yang
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
penting. Bila ibu sulit menyesuaikan diri, secara psikologis ibu akan
merasakan perasaan mudah tersinggung, jenuh, menyesal, kecewa,
menarik diri, menangis, dan kehilangan perhatian terhadap sekeliling
(Ekasari, 2013).
Mewujudkan perkawinan yang bahagia hidup lahir batin, maka
diperlukan persiapan yang matang baik persiapan moral maupun
materiil. Islam memberikan ancara-ancara dengan kemampuan, yakni
kemampuan dalam segala hal baik kemampuan memberi nafkah lahir
batin kepada istri dan anaknya maupun kemampuan mengendalikan
gejolak emosi yang menguasai dirinya. Pernikahan diusia muda atau
dini dimana setiap orang belum matang mental maupun fisik, sering
menimbulkan masalah di belakang hari bahkan tidak sedikit
berantakan di tengah jalan (Muhdholot, 1995).
Sabda Rasulullah memberikan petunjuk, bahwa baik pria
maupun wanita apabila belum mampu, dianjurkan untuk menunda
perkawinan sampai mempunyai kemampuan mental fisik, terutama
bagi calon istri yang akan menghadapi kehamilan dan kelahiran.
Faktor usia ibu yang hamil akan berpengaruh besar terhadap kualitas
janin dan perkembangan anak selanjutnya. Resiko penderitaan yang
mengandung bahaya ini harus selalu diperhatikan dan selanjutnya
dihindarkan agar tidak merusak keturunan atau generasi berikutnya
(Malehah, 2010).
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b. Ciri perkembangan remaja saat menikah
Remaja yang menikah baik itu remaja putra maupun remaja
putri akan mengalami masa remaja yang diperpendek, sehingga ciri
dan tugas perkembangan mereka juga ikut diperpendek dan masuk
pada masa dewasa (Monks, 2001).
1) Remaja yang telah menikah akan mengalami suatu periode
peralihan yang cukup signifikan. Peralihan yang terjadi adalah
beralih dari masa anak-anak menuju masa dewasa, dimana remaja
harus meninggalkan segala sesuatu yang bersifat kekanak-kanakan
dan harus mempelajari pola dan sikap baru terutama dalam
pernikahan.
2) Remaja yang telah menikah akan mengalami periode perubahan,
yaitu meliputi perubahan fisik, emosional, perubahan pola dan
minat, perubahan nilai-nilai yang berlaku, dan sikap ambivalen
terhadap setiap perubahan.
3) Remaja yang telah menikah, mereka di haruskan masuk pada masa
dewasa, tidak lagi pada ambang masa dewasa. Masa remaja mereka
menjadi di perpendek dan mereka harus meninggalkan stereotip
belasan tahun dan menjadi dewasa.
c. Dampak pernikahan dini
Perubahan peilaku remaja yang makin dapat menerima
hubungan seksual pranikah sebagai cerminan fungsi rekreasi, ketika
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
hubungan seksual telah menghasilkan janin dapat mempemgaruhi
psikologis dan fisik (Manuaba, 2008).
1) Dampak Psikologis
Pada usia pernikahan dini yang terjadi di bawah usia 20
tahun dalam keadaan belum matangnya mental seseorang remaja
akan mempengaruhi penerimaan kehamilannya, dimana alat
reproduksi remaja yang belum siap menerima kehamilan, merasa
tersisih dari pergaulan karena dianggap belum mampu membawa
diri, terkadang perasaan tertekan karena mendapat cercaan dari
keluarga, teman atau lingkungan masyarakat (Sarwono, 2006).
Sejatinya, anak beusia di bawah umur belum paham benar
mengenai hubungan seks dan apa tujuannya. Mereka hanya
melakukan apa yang di haruskan pasangan terhadapnya tanpa
memikirkan
hal
yang
melatarbelakanginya
melakukan
itu.
Demkian anak akan merasakan penyesalan mendalam dalam
hidupnya (Sarwono, 2006).
Akibatnya, remaja sering murung dan tidak bersemangat.
Bahkan remaja akan merasakan minder untuk bergaul dengan
anak-anak seusianya mengingat setatusnya sebagai istri. Hal ini
biasa disebut depesi berat atau neoritis depresi akibat pernikahan
dini. Dimana terdapat dua jenis depresi kepribadian yaitu pribadi
introvert dan ekstrovert (Manuaba, 2008).
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Pada pribadi introvert (tertutup) akan membuat remaja
menarik diri dari pergaulan. Remaja menjadi pendiam, tidak mau
bergaul, bahkan menjadi seorang yang schizofrenia atau dalam
bahasa awam yang di kenal orang adalah gila. Sedang depresi berat
pada pribadi ekstrovert (terbuka) sejak kecil, remaja terdorong
melakukan hal-hal aneh untuk melampiaskan amarahnya, seperti
perang piring, anak dicekik dan sebagainya. Psikologis kedua
bentuk depresi sama-sama berbahaya khususnya dalam kasus
pernikahan dini tersebut (Manuaba, 2008).
Pada sisi lain, pernikahan dini juga berdampak negatif pada
keharmonisan keluarga. Hal ini disebabkan oleh kondisi psikologis
yang belum matang, sehingga cenderung labil dan emosional. Pada
usia yang belum matang ini biasanya remaja masih kurang mampu
untuk bersosialisasi dan adaptasi, dikarenakan ego remaja yang
masih tinggi serta belum matangnya sisi kedewasaan untuk
berkeluarga sehingga banyak ditemukannya kasus perceraian yang
merupakan dampak dari mudanya usia untuk menikah (Sarwono,
2006).
2) Dampak Fisik
Fisik atau dalam bahasa Inggris “Body”’ adalah sebuah kata
yang berarti badan/benda dan dapat terlihat oleh mata juga
terdefinisi oleh pikiran. Kata fisik biasanya digunakan untuk suatu
benda/badan yang terlihat oleh mata.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Dampak fisik dalam pernikahan dini memang sangatlah
besar baik dalam melakukan hubungan seksual ataupun dalam
persalinan. Perkawinan dini yang berlanjut menjadi kehamilan
sangat berdampak negatif pada status kesehatan reproduksinya.
Proses kehamilan yang dapat terjadi anemia yang berdampak berat
badan bayi lahir rendah, intra uteri fetal death, premature, abortus
berulang, perdarahan, untuk proses bersalin terkadang belum
matangnya alat reproduksi membuat keadaan panggul masih
sempit dan sebagainya untuk itu perlu pemantauan dan
pemeriksaan ekstra yang lebih lengkap (Manuaba, 2008).
Selain itu dampak pernikahan dini apabila dilihat dari sisi
fisik dan biologis, juga ditemukan berbagai efek negatif yang bisa
dikatakan berbahaya seperti banyaknya seorang ibu yang
menderita anemia selagi hamil dan melahirkan, sehingga
menyebabkan tingginya angka kematian ibu dan bayi akibat
pernikahan dini (Manuaba, 2008).
Secara medis usia bagus untuk hamil yaitu pada usia 21-35
tahun, maka bila usia kurang meski secara fisik telah menstruasi
dan bisa di buahi, namun bukan berarti siap untuk hamil dan
melahirkan serta memiliki kematangan mental, yakni berpikir dan
dapat menanggulangi resiko-resiko yang akan terjadi pada saat
kehamilan dan persalinan. Seperti misalnya terlambat memutuskan
mencari pertolongan jika terjadi kegawatdaruratan pada saat
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
persalinan
karena
minimnya
informasi
sehingga
terlambat
mendapat perawatan yang semestinya (Manuaba, 2008).
Menurut Manuaba (2008), dampak fisik dari pernikahan
diusia muda dapat digolongkan menjadi 2, yaitu:
a) Dampak bagi ibu
(1) Intra uterin fetal death
Intra uterin fetal death atau kematian janin dalam
kandungan adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda
kehidupan janin dalam kandungan. Keadaan ini sering di
jumpai pada kehamilan di bawah 20 minggu dan sesudah
20 minggu, yaitu ditandai kematian janin bila ibu tidak
merasakan gerakan janin, biasanya berakhir dengan
abortus.
(2) Premature
Persalinan prematur adalah suatu proses kelahiran bayi
sebelum usia kehamilan 37 minggu atau sebelum 3 minggu
dari
waktu
perkiraan
persalinan.
Resiko
terjadinya
kehamilan premature, antara lain:
(a) Usia ibu saat hamil kurang dari 20 tahun
(b) Wanita dengan gizi yang kurang atau anemia
(c) Lemahnya servik
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(3) Perdarahan
Perdarahan pada saat melahirkan antara lain disebabkan
karena otot rahim yang terlalu lemah dalam proses
involusi.
(4) Kematian ibu
Kematian ibu saat melahirkan disebabkan oleh perdarahan
dan infeksi.
b) Dampak bagi bayi
(1) Kemungkinan janin lahir belum cukup usia kehamilan atau
kurang dari 37 minggu, pada umur kehamilan tersebut
pertumbuhan janin belum sempurna.
(2) BBLR (Berat Badan Lahir Rendah) yaitu, bayi yang lahir
dengan berat badan kurang dari 2.500 gram. Kebanyakan
hal ini dipengaruhi oleh umur ibu saat hamil kurang dari 20
tahun dan ibu kurang gizi (Manuaba, 2008).
2. Kesiapan Psikologis
Kesiapan psikologis adalah tingkat perkembangan kematangan atau
kedewasaan individu, sehingga akan menguntungkan yang bersangkutan
untuk mempraktekan sesuatu (Chaplin 2006).
Kesiapan menikah merupakan hal yang sangat penting, agar tugastugas perkembangan dalam pernikahan dapat terpenuhi (Dewi 2006).
Menurut Rapaport (1963) diacu dalam Duvall dan Miller (1985),
seseorang dinyatakan siap untuk menikah apabila memenuhi kriteria:
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
a. Memiliki kemampuan mengendalikan perasaan diri sendiri.
b. Memiliki kemampuan untuk berhubungan baik dengan orang banyak.
c. Bersedia dan mampu menjadi pasangan istimewa dalam hubungan
seksual.
d. Bersedia untuk membina hubungan seksual yang intim.
e. Memiliki kelambutan dan kasih sayang kepada orang lain.
f.
Sensitif terhadap kebutuhan dan perkembangan orang lain.
g. Dapat berkomunikasi secara bebas mengenai pemikiran, perasaan dan
harapan.
h. Bersedia berbagi rencana dengan orang lain.
i.
Bersedia menerima keterbatasan orang lain.
j.
Realistik terhadap karakteristik orang lain.
k. Memiliki kapasitas yang baik dalam menghadapi masalah-masalah
yang berhubungan dengan ekonomi.
l.
Bersedia menjadi suami atau istri yang bertanggung jawab.
Aspek kesiapan yang dikemukakan oleh Blood (1978) membagi
kesiapan menikah menjadi dua bagian yaitu kesiapan pribadi (personal)
dan kesiapan situasi (ciscumstantial). Aspek-aspek tersebut adalah :
a. Kesiapan pribadi (personal)
1) Kematangan Emosi
Konsep penting dalam kesiapan pribadi adalah kematangan
emosi. Konsep kematangan emosi adalah konsep normatif dalam
psikologi perkembangan yang berarti bahwa seorang individu telah
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menjadi seorang yang dewasa. Individu yang telah matang secara
emosi maka sudah dapat dikatakan dewasa. Orang dewasa adalah
orang
yang
telah
mengembangkan
kemampuannya
untuk
membangun dan memelihara hubungan pribadi. Kematangan
melibatkan dua kemampuan yaitu kemampuan untuk memberi dan
menerima. Kematangan orang dewasa dapat dilihat dalam hal
empati (kemampuan untuk merasakan perasaan orang lain),
tanggung jawab, dan stabilitas. Orang dewasa yang memutuskan
untuk menikah berarti telah sanggup untuk membangun suatu
tanggung jawab dan memasuki suatu komitmen. Komitmen jangka
panjang merupakan salah satu bentuk tanggun jawab dalam suatu
pernikahan, yang dikaitkan dengan stabilitas kematangan.
Anak laki-laki dan perempuan dikatakan sudah mencapai
kematangan emosi bila pada akhir masa remaja tidak “meledakkan”
emosinya dihadapan orang lain melainkan menunggu saat dan
tempat yang lebih tepat untuk mengungkapkan emosinya dengan
cara-cara yang lebih dapat diterima. Petunjuk kematangan emosi
yang lain adalah bahwa individu menilai situasi secara kritis terlebih
dulu sebelum bereaksi secara emosional, tidak lagi bereaksi tanpa
berpikir sebelumnya seperti anak-anak atau orang yang tidak
matang. Remaja yang emosinya matang memberikan reaksi
emosional yang stabil, tidak berubah-ubah dari satu emosi atau
suasana hati ke suasana hati yang lain. Adapun cara yang dapat
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dilakukan adalah latihan fisik yang berat, bermain atau bekerja,
tertawa atau menangis (Hurlock, 1999).
2) Kesiapan Usia
Kesiapan usia sama halnya melihat berapakah usia yang
cukup untuk menikah. Pada dasarnya usia dikaitkan dengan
kedewasaan atau kematangan, karena proses untuk menjadi individu
yang matang atau dewasa membutuhkan waktu sampai individu
tersebut menjadi dewasa secara emosi atau pribadi. Individu yang
telah dewasa dari segi usia tentunya akan memutuskan untuk
menikah. Kematangan individu merupakan faktor keberhasilan
dalam perkawinan. Usia bukan satu-satunya penentu untuk
keberhasilan atau kegagalan dalam suatu pernikahan (Duvall 1971).
3) Kematangan sosial
Kematangan sosial dapat dilihat dari:
a) Pengalaman berkencan (enough dating), merupakan salah satu
sumber kematangan sosial. Pengalaman berkencan yang dilihat
dengan adanya keinginan untuk mengabaikan lawan jenis yang
tidak di kenal secara dekat, namun membuat komitmen dalam
membangun hubungan hanya dengan seseorang yang khusus
yang telah di kenal. Saat seseorang merasakan ketidakamanan
selama berkencan, maka seseorang tersebut telah siap untuk
menikah, sehingga dalam proses berkencannya akan merasa
lebih aman.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
b) Pengalaman hidup sendiri (enough single life), selain seseorang
telah cukup melakukan kencan, seseorang juga memerlukan
waktu untuk hidup mandiri sementara waktu tanpa harus
bergantung kepada orang tua. Seorang individu, khususnya
wanita merasa perlu untuk membuktikan pada diri mereka
sendiri, orang tua, dan pasangan bahwa mereka mampu untuk
mengambil keputusan dan mengatur takdirnya sendiri.
Salah satu tugas perkembanganmas remaja yang tersulit
adalah yang berhubungan dengan penyesuaian sosial. Remaja harus
menyesuaikan diri dengan lawan jenis dalam hubungan yang
sebelumnya belum pernah ada dan harus menyesuaikan dengan
orang dewasa diluar lingkungan keluarga dan sekolah. Untuk
mencapai tujuan dari pola sosialisasi dewasa, remaja harus
membuat banyak penyesuaian baru. Yang terpenting dan tersulit
adalah penyesuaian diri dengan meningkatnya pengaruh kelompok
sebaya, perubahan dalam perilaku sosial, pengelompokan sosial
yang baru, nilai-nilai baru dalam seleksi persahabatan, nilai-nilai
baru dalam dukungan dan penolakan sosial, dan nilai-nilai baru
dalam seleksi pemimpin (Hurlock, 1999).
4) Kesiapan Model Peran
Banyak orang belajar bagaimana menjadi suami dan istri
yang baik. Dalam prosesnya seseorang belajar menjadi suami atau
istri yang baik dengan melihat dari figur ayah dan ibu mereka.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Orang tua yang memiliki figur suami dan istri yang baik dapat
mempengaruhi kesiapan menikah anak-anak mereka. Setiap
pasangan perlu mengetahui apa saja peran mereka setelah menikah.
Peran yang ditampilkan harus sesuai dengan tugas-tugas mereka
sebagai suami ataupun istri.
b. Kesiapan Situasi
1) Kesiapan Sumber finansial
Kesiapan finansial tergantung dari nilai-nilai yang dimiliki
masing-masing pasangan. Pasangan yang menikah di usia muda
yang masih memiliki penghasilan yang rendah, maka sedikit banyak
masih memerlukan bantuan materi dari orang tua. Pasangan seperti
ini dikatakan belum mampu mandiri sepenuhnya dalam mengurus
rumah tangga yang memungkinkan akan menghadapi masalah yang
lebih besar nantinya.
2) Kesiapan Sumber Waktu
Masing-masing pasangan perlu mempersiapkan rencanarencana untuk pernikahan, bulan madu, dan tahun-tahun pertama
pernikahan. Persiapan rencana yang tergesa-tergesa akan mengarah
pada persiapan pernikahan yang buruk dan memberi dampak yang
buruk pada awal-awal pernikahan.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
3. Perkembangan
a.
Pengertian
Perkembangan
(development)
adalah
bertambahnya
kemampuan (skill) dalam struktur dan fungsi tubuh yang lebih
kompleks dalam pola yang teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil
dari proses pematangan. Disini menyangkut danya proses diferensiasi
dari sel-sel tubuh, jaringan tubuh, organ-organ dan sistem organ yang
berkmbang sedemikian rupa sehingga masing-masing dapat memeuhi
fungsinya. Termasuk juga perkembangan emosi, intelektual dan
tingkah
laku
sebagai
hasil
interaksi
dengan
lingkungannya
(Soetjiningsih, 1998).
Perkembangan adalah proses perubahan kualitatif yang
mengacu pada kualitas fungsi organ-organ jasmaniah, sehingga
penekanan arti perkembangan terletak pada penyempurnaan fungsi
psikologis yang termanifestasi pada kemampuan organ fisiologis
(Purwanti, 2000).
Perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami
individu atau organisme menujuu ke tingkat kedewasaannya atau
kematangannya (maturation) yang berlangsung secara sistematis,
progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik (jasmaniah)
maupun psikis (rohaniah) (Mansur, 2011).
Perkembangan adalah suatu proses pematangan majemuk
yang berhubungan dengan aspek diferensiasi bentuk atau fungsi
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
termasuk perubahan sosial dan emosi. Proses perkembangan
berhubungan dengan aspek nonfisik seperti kecerdasan, tingkah laku
dan lain-lain (Suryana, 1996)
Perkembangan adalah bertambahnya kemampuan dan fungsi
tubuh dari yang sederhana ke yang lebih kompleks dalam pola yang
teratur dan dapat diramalkan, sebagai hasil dari proses pematangan.
Dalam perkembangan terdapat proses pematangan sel-sel tubuh,
jaringan tubuh, organ-organ, dan sistem organ yang berkembang
sehingga masing-masing dapat melakukan fungsinya. Perkembangan
berkaitan
dengan
pematangan
fungsi
organ/individu,
seperti
perkembangan emosi, intelektual, kemampuan motorik halus, motorik
kasar, bahasa, dan personal sosial sebagai hasil interaksi dengan
lingkungannya (Adriana, 2011).
b.
Ciri-ciri Perkembangan
Menurut Mansur (2011) ciri-ciri perkembangan secara umum yaitu :
1) Terjadi perubahan dalam :
a) Aspek fisik
Perubahan tinggi dan berat badan serta organ-organ tubuh
lainnya.
b) Aspek psikis
Semakin bertambahnya perbendaharaan kata dan matangnya
kemampuan
berpikir,
mengingat,
serta
menggunakan
imajinasi kreatifnya.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
2) Terjadi perubahan dalam proporsi :
a) Aspek fisik
Proporsi
tubuh
anak
berubah
sesuai
dengan
fase
perkembangannya dan pada usia remaja proporsi tubuh anak
mendekati proporsi tubuh usia dewasa.
b) Aspek psikis
Perubahan imajinasi dari yang fantasi ke realitas, dengan
perubahan perhatiannya dari yang tertuju kepada dirinya
sendiri lalu perlahan-lahan beralih kepada orang lain
(kelompok teman sebaya).
3) Lenyapnya tanda-tanda yang lama :
a) Tanda-tanda fisik
Lenyapnya kelenjar thymus (kelenjar kanak-kanak) yang
terletak pada bagian dada, kelenjar pineal pada bagian bawah
otak, rambut-rambut halus, dan gigi susu.
b) Tanda-tanda psikis
Lenyapnya masa mengoceh (meraban), bentuk gerak-gerik
kanak-kanak (seperti merangkak), dan perilaku impulsif
(dorongan untuk bertindak sebelum berpikir).
4) Diperolehnya tanda-tanda yang baru :
a) Tanda-tanda fisik
Pergantian gigi dan karakteristik seks pada usia remaja, baik
primer (menstruasi pada anak perempuan, dan “mimpi basah”
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
pada anak laki-laki), maupun sekunder (perubahan pada
anggota tubuh: pinggul dan buah dada pada wanita serta
kumis, jakun, suara pada anak pria)
b) Tanda-tanda psikis
Seperti berkembangnya rasa ingin tahu terutama yang
berhubungan dengan seks, ilmu pengetahuan, nilai-nilai
moral, dan keyakinan beragama.
c.
Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan
Menurut Soetjiningsih (1998) secara umum terdapat dua faktor
utama yang berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak, yaitu:
1) Faktor Genetik
Faktor genetik merupakan modal dasar dalam mencapai
hasil akhir proses tumbuh kembang anak. Melalui instruksi
genetik yang terkandung di dalam sel telur yang telah dibuahi,
dapat ditentukan kualitas dan kuantitas pertumbuhan. Ditandai
dengan intensitas dan kecepatan pembelahan, derajat sensitivitas
jaringan terhadap rangsangan, umur pubertas dan berhentinya
pertumbuhan tulang. Termasuk faktor genetik antara lain adalah
berbagai faktor bawaan yang normal dan patologik, jenis kelamin,
suku bangsa atau bangsa. Potensi genetik yang bermutu
hendaknya dapat berinteraksi degan lingkungan secara positif
sehingga
diperoleh
hasil
akhir
yang
optimal.
Gangguan
pertumbuhan di negara maju lebih sering diakibatkan oleh faktor
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
genetik ini. Sedangkan di negara yang sedang berkembang,
gangguan pertumbuhan selain diakibatkan oleh faktor genetik,
juga faktor lingkungan yang kurang memadai untuk tumbuh
kembang anak yang optimal, bahkan kedua faktor ini dapat
menyebabkan kematian anak-anak sebelum mencapai usia balita.
Disamping itu, banyak penyakit keturunan yang disebabkan
oleh kelainan kromosom, seperti sindrom Down, sindrom Turner,
dan lain-lain.
2) Faktor lingkungan
Lingkungan merupakan faktor yang sangat menentukan
tercapai atau tidaknya potensi bawaan. Lingkungan yang cukup
baik akan memungkinkan tercapainya potensi bawaan, sedangkan
yang kurang baik akan menghambatnya. Lingkungan ini
merupakan
lingkungan
“bio-fisiko-psiko-sosial”
yang
mempengaruhi individu setiap hari, mulai dari konsepsi sampai
akhir hayatnya.
Faktor lingkungan ini secara garis besar dibagi menjadi:
a) Faktor lingkungan pranatal
Faktor lingkungan pranatal yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembang janin mulai dari konsepsi sampai lahir,
antara lain adalah:
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(1) Gizi ibu pada waktu hamil
Gizi ibu yang jelek sebelum terjadinya kehamilan
maupun
pada
waktu
sedang
hamil,
lebih
sering
menghasilkan bayi BBLR (Berat Badan Lahir Rendah)
atau lahir mati dan jarang menyebabkan cacat bawaan.
Disamping itu dapat pula menyebabkan hambatan
pertumbuhan otak janin, anemia pada bayi baru lahir, bayi
baru lahir mudah terkena infeksi, abortus, dan sebagainya.
Anak yang lahir dari ibu yang gizinya kurang dan
hidup dilingkungan miskin maka akan mengalami kurang
gizi juga dan mudah terkena infeksi dan selanjutnya akan
menghasilkan wanita dewasa yang berat dan tinggi
badannya kurang pula. Keadaan ini merupakan lingkaran
setan yang akan berulang dari generasi ke generasi selama
kemiskinan tersebut tidak ditanggulangi.
(2) Mekanis
Trauma dan cairan ketuban yang kurang dapat
menyebabkan kelainan bawaan pada bayi yang dilahirkan.
Demikian pula dengan posisi janin pada uterus dapat
mengakibatkan talipes,
dislokasi panggul,
tortikolis
kongenital, palsi fasialis, atau kranio tabes.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(3) Toksin/zat kimia
Masa organogenesis adalah masa yang sangat peka
terhadap zat-zat teratogen. Misalnya obat-obatan seperti
thalidomide, phenitoin, methadion, obat-obat anti kanker,
dan lain sebagainya dapat menyebabkan kelainan bawaan.
Demikian
pula
dengan
ibu
hamil
yang
perokok
berat/peminum alkohol kronis sering melahirkan bayi
berat badan lahir rendah, lahir mati, cacat, atau retardasi
mental.
Keracunan logam berat pada ibu hamil, misalnya
karena makan ikan yang terkontaminasi merkuri dapat
menyebabkan mikrosefali dan palsi serebralis, seperti di
Jepang yang dikenal dengan penyakit Minamata.
(4) Endokrin
Hormon-hormon yang mungkin berperan pada
pertumbuhan janin, adalah somatotropin, hormon plasenta,
hormon tiroid, insulin dan peptida-peptida lain dengan
aktivitas mirip insulin (Insulin-like growth factors/IGFs).
Somatotropin (growth hormone) disekresi oleh
kelenjar hipofisi janin sekitar minggu ke-9. Produksinya
terus meningkat sampai minggu ke-20, selanjutnya
menetap sampai lahir. Perannya belum jelas pada
pertumbuhan janin.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Hormon plasenta (human placental lactogen =
hormon chorionic somatromammotropie), disekresi oleh
plasenta di pihak ibu dan tidak dapat masuk ke janin.
Kegunaannya mungkin dalam fungsi nutrisi plasenta.
Hormon-hormon
tiroid
seperti
TRH
(Thyroid
Releasing Hormon), TSH (Thyroid Stimulating Hormo),
T3 dan T4 sudah diproduksi oleh janin sejak minggu ke12. Pengaturan oleh hipofisis sudah terjadi pada minggu
ke-13. Kadar hormon ini makin meningkat sampai minggu
ke-24, lalu konstan. Perannya belum jelas, tetapi jika
terdapat
defisiensi
hormon
tersebut,
dapat
terjadi
gangguan pada pertumbuhan susunan saraf pusat yang
dapat mengakibatkan retardasi mental.
Insulin mulai diproduksii oleh janin pada minggu
ke-11, lalu meningkat sampai bulan ke-6 dan kemudian
konstan. Berfungsi untuk pertumbuhan janin melalui
pengaturan keseimbangan glukosa darah, sintesis protein
janin, dan pengaruhnya pada pembesaran sel sesudah
minggu ke-30. Sedangkan fungsi IGFs pada janin belum
diketahui dengan jelas.
Cacat bawaan sering terjadi pada ibu diabetes yang
hamil dan tidak mendapat pengobatan pada trimester 1
kehamilan, umur ibu kurang dari 18 tahun/lebih dari 35
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tahun, defisiensi yodium pada waktu hamil, PKU
(phenylketonuria), dan lain-lain.
(5) Radiasi
Radiasi pada janin sebelum umur kehamilan 18
minggu dapat menyebabkan kematian janiin, kerusakan
otak, mikrosefali, atau cacat bawaan lainnya. Misalnya
pada peristiwa di Hiroshima, Nagasaki dan Chernobyl.
Sedangkan efek radiasi pada orang laki-laki, dapat
mengakibatkan cacat bawaan pada anaknya.
(6) Infeksi
Infeksi intrauterin yang sring menyebabkan cacat
bawaan
adalah
TORCH
(Toxoplasmosis,
Rubella,
Cytomegalovirus, Herpes Simplex). Sedangkan infeksi
lainnya yang juga dapat menyebabkan penyakit pada janin
adalah varisela, Coxsackie, Echovirus, malaria, lues, HIV,
polio, campak, listeriosis, leptospira, mikoplasma, virus
influensa, dan virus hepatitis. Diduga setiap hiperpireksia
pada ibu hamil dapat merusak janin.
(7) Stres
Stres yang dialami ibu pada waktu hamil dapat
mempengaruhi tumbuh kembang janin, antara lain cacat
bawaan, kelainan kejiwaan, dan lain-lain.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(8) Imunitas
Rhesus
atau
ABO
inkomtabilitas
sering
menyebabkan abortus, hidrops fetalis, kern ikterus, atau
lahir mati.
(9) Anoksia embrio
Menurunnya oksigenasi janin melalui gangguan
pada plasenta atau tali pusat, menyebabkan berat badan
lahir rendah.
b) Faktor lingkungan post natal
Bayi baru lahir harus berhasil melewati masa transisi,
dari suatu sistem yang tergantung pada kemampuan genetik
dan mekanisme homeostatik bayi itu sendiri.
Masa perinatal yaitu masa antara 28 minggu dalam
kandungan sampai 7 hari setelah dilahirkan, merupakan masa
rawan dalam proses tumbuh kembang anak, khususnya
tumbuh kembang otak. Trauma kepala akibat persalinan akan
berpengaruh besar dan dapat meninggalkan cacat yang
permanen. Risiko palsi serebralis lebih besar pada BBLR
(Berat Badan Lahir Rendah) yang disertai asfiksia berat,
hiperbilirubinemi yang disertai kern ikterus, IRDS (Idiophatic
Respiratory Distress Syndrome, asidosis metabolik, dan
meningitis/ensefalitis.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Lingkungan post natal yang mempengaruhi tumbuh
kembang anak secara umum dapat digolongkan menjadi:
(1) Lingkungan biologis
(a) Ras/suku bangsa
Pertumbuhan somatik juga dipengaruhi oleh ras/suku
bangsa. Bangsa kulit putih/ras Eropa mempunyai
pertumbuhan somatik lebih tinggi daripada bangsa
Asia.
(b) Jenis kelamin
Dikatakan
anak
laki-laki
lebih
sering
sakit
dibandingkan anak perempuan, tetapi belum diketahui
secara pasti mengapa demikian.
(c) Umur
Umur yang paling rawan adalah masa balita, oleh
karena pada masa itu anak mudah sakit dan mudah
terjadi kurang gizi. Disamping itu masa balita
merupakan dasar pembentukan kepribadian anak.
Sehingga diperlukan perhatian khusus.
(d) Gizi
Makanan memegang peranan penting dalam
tumbuh kembang anak, dimana kebutuhan anak
berbeda dengan orang dewasa, karena makanan bagi
anak dibutuhkan juga untuk pertumbuhan, dimana
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dipengaruhi oleh ketahanan makanan (food security)
keluarga. Ketahanan makanan keluarga mencakup
pada ketersediaan makanan dan pembagian yang adil
makanan
dalam
keluarga,
dimana
acapkali
kepentingan budaya bertabrakan dengan kepentingan
biologis anggota-anggota keluarga. Satu aspek yang
penting yang perlu ditambahkan adalah keamanan
pangan (food safety) yang mencakup pembebasan
makanan dari berbagai “racun” fisika, kimia dan
biologis, yang kian mengancam kesehatan manusia.
(e) Perawatan kesehatan
Perawatan kesehatan yang teratur, tidak saja
kalau anak sakit, tetapi pemeriksaan kesehatan dan
menimbang anak secara rutin setiap bulan, akan
menunjang pada tumbuh kembang anak. Oleh karena
itu
pemanfaatan
fasilitas
pelayanan
kesehatan
dianjurkan untuk dilakukan secara komprehensif, yang
mencakup aspek-aspek promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif.
(f) Kepekaan terhadap penyakit
Dengan memberikan imunisasi, maka diharapkan
anak terhindar dari penyakit-penyakit yang sering
menyebabkan
cacat
atau
kematian.
Dianjurkan
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
sebelum anak berumur satu tahun sudah mendapat
imunisasi BCG, Polio 3 kali, DPT 3 kali, Hepatitis-B 3
kali, dan campak.
(g) Penyakit kronis
Anak yang menderita penyakit menahun akan
terganggu tumbuh kembangnya dan pendidikannya,
disamping itu anak juga mengalami stres yang
berkepanjangan akibat dari penyakitnya.
(h) Fungsi metabolisme
Khusus pada anak, karena adanya perbedaan yang
mendasar dalam proses metabolisme pada berbagai
umur, maka kebutuhan akan berbagai nutrien harus
didasarkan atas perhitungan yang tepat atau setidaktidaknya setidak-tidaknya memadai
(i) Hormon
Hormon-hormon yang berpengaruh terhadap
tumbuh kembanga antara lain adalah: “growth
hormon”, tiroid, hormon seks, insulin, IGFs (Insulinlike growth factors), dan hormon yang dihasilkan
kelenjar adrenal.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(2) Faktor fisik
(a) Cuaca, musim, keadaan geografis suatu daerah
Musim kemarau yang panjang/adanya bencana alam
lainnya, dapat berdampak pada tumbuh kembang anak
antara lain sebagai akibat gagalnya panen, sehingga
banyak anak yang kurang gizi. Demikian pula gondok
endemik banyak ditemukan pada daerah pegunungan,
dimana air tanahnya kurang mengandung yodium.
(b) Sanitasi
Sanitasi lingkungan memiliki peran yang cukup
dominan
dalam
penyediaan
lingkungan
yang
mendukung kesehatan anak dan tumbuh kembangnya.
Kebersihan,
baik
kebersihan
perorangan
maupun lingkungan memegang peranan penting dalam
timbulnya penyakit. Akibat dari kebersihan yang
kurang, maka anak akan sering sakit, misalnya diare,
kecacingan, tifus abdominalis, hepatitis, malaria,
demam berdarah, dan sebagainya. Demikian pula
dengan polusi udara baik yang berasal dari pabrik,
asap kendaraan atau asap rokok, dapat berpengaruh
terhadap tingginya angka kejadian ISPA (Infeksi
Saluran
Pernafasan
Akut).
Kalau
anak
sering
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
menderita sakit, maka tumbuh kembangnya pasti
terganggu.
(c) Keadaan rumah: strukttur bangunan, ventilasi, cahaya
dan kepadatan hunian.
Keadaan perumahan yang layak dengan konstruksi
bangunan yang tidak membahayakan penghuninya,
serta tidak penuh sesak akan menjamin kesehatan
penghuninya.
(d) Radiasi
Tumbuh kembang anak dapat terganggu akibat adanya
radiasi yang tinggi.
(3) Faktor psikososial
(a) Stimulasi
Stimulasi merupakan hal yang penting dalam tumbuh
kembang anak. Anak yang mendapat stimulasi yang
terarah dan teratur akan lebih cepat berkembang
dibandingkan
dengan
anak
yang
kurang/tidak
mendapat stimulasi.
(b) Motivasi belajar
Motivasi belajar dapat ditimbulkan sejak dini, dengan
memberikan lingkungan yang kondusif untuk belajar,
misalnya adanya sekolah yang tidak terlalu jauh, bukubuku, suasana yang tenang serta sarana lainnya.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(c) Ganjaran ataupun hukuman yang wajar
Kalau anak berbuat benar, maka wajib kita
memberi ganjaran, misalnyapujian, ciuman, belaian,
tepuk tangan dan sebagainya. Ganjaran tersebut akan
menimbulkan motivasi yang kuat bagi anak untuk
mengulangi tingkah lakunya.
Sedangkan menghukum dengan cara-cara yang
wajar kalau anak berbuat salah, masih dibenarkan.
Yang penting hukuman harus diberikan secara
obyektif,
hukuman
disertai
pengertian
tersebut,
bukan
dan
maksud
hukuman
dari
untuk
melampiaskan kebencian dan kejengkelan terhadap
anak. Sehingga anak tahu mana yang baik dan yang
tidak baik, akibatnya akan menimbulkan rasa percaya
diri pada anak yang penting untuk perkembangan
kepribadian anak kelak kemudian hari.
(d) Kelompok sebaya
Untuk proses sosialisasi dengan lingkungannya anak
memerlukan teman sebaya. Tetapi perhatian dari orang
tua tetap dibutuhkan untuk memantau dengan siapa
anak tersebut bergaul. Khususnya bagi remaja, aspek
lingkungan teman sebaya menjadi sangat penting
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
dengan
makin
meningkatnya
kasus-kasus
penyalahgunaan obat-obat dan narkoba.
(e) Stres
Stres pada anak juga berpengaruh terhadap tumbuh
kembangnya, misalnya anak akan menarik diri,
terlambat
bicara,
nafsu
makan
menurun,
dan
sebagainya.
(f) Sekolah
Dengan adanya wajib belajar 9 tahun sekarang
ini, diharapkan setiap anak mendapat kesempatan
duduk di bangku sekolah minimal 9 tahun. Sehingga
dengan mendapat pendidikan yang baik, maka
diharapkan dapat meningkatkan taraf hidup anak-anak
tersebut. Yang masih menjadi masalah sosial saat ini
adalah masih banyaknya anak-anak yang terpaksa
meninggalkan bangku sekolah karena harus membantu
mencari nafkah untuk keluarganya.
(g) Cinta dan kasih sayang
Salah satu hak anak adalah hak untuk dicintai
dan dilindungi. Anak memerlukan kasih sayang dan
perlakuan yang adil dari orang tuanya. Agar kelak
kemudian hari menjadi anak yang tidak sombong dan
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
bisa memberikan kasih sayangnya pula kepada
sesamanya.
Sebaliknya kasih sayang yang diberikan secara
berlebihan yang menjurus kearah memanjakan, akan
menghambat
bahkan
mematikan
perkembangan
kepribadian anak. Akibatnya anak akan menjadi
manja, kurang mandiri, pemboros, sombong dan
kurang bisa menerima kenyataan.
(h) Kualitas interaksi anak-orang tua
Interaksi timbal balik antara anak dan orang tua,
akan menimbulkan keakraban dalam keluarga. Anak
akan
terbuka
kepada
orang
tuanya,
sehingga
komunikasi bisa dua arah dan segala permasalahan
dapat dipecahkan bersama karena adanya keterdekatan
dan kepercayaan antara orang tua dan anak. Interaksi
tidak ditentukan oleh seberapa lama kita bersama
anak. Tetapi lebih ditentukan oleh kualitas dari
interaksi
tersebut
yaitu
pemahaman
terhadap
kebutuhan masing-masing dan upaya optimal untuk
memenuhi kebutuhan tersebut yang dilandasi oleh rasa
saling menyayangi.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
(4) Faktor keluarga dan adat istiadat
(a) Pekerjaan/pendapatan keluarga
Pendapatan keluarga yang memadai akan menunjang
tumbuh kembang anak, karena orang tua dapat
menyediakan semua kebutuhan anak baik yang primer
maupun yang sekunder.
(b) Pendidikan ayah/ibu
Pendidikan orang tua merupakan salah satu faktor
yang penting dalam tumbuh kembang anak. Karena
dengan pendidikan yang baik, maka orang tua dapat
menerima segala informasi dari luar terutama tentang
cara pengasuhan anak yang baik, bagaimana menjaga
kesehatan anaknya, pendidikannya dan sebagainya.
(c) Jumlah saudara
Jumlah anak yang banyak pada keluarga yang
keadaan
sosial
ekonominya
cukup,
akan
mengakibatkan berkurangnya perhatian dan kasih
sayang yang diterima anak. Lebih-lebih kalau jarak
anak terlalu dekat. Sedangkan pada keluarga dengan
keadaan sosial ekonomi yang kurang, jumlah anak
yang banyak akan mengakibatkan selain kurangnya
kasih sayang dan perhatian pada anak, juga kebutuhan
primer seperti makanan, sandang dan perumahan pun
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
tidak terpenuhi. Oleh karena itu Keluarga Berencana
tetap diperlukan.
(d) Jenis kelamin dalam keluarga
Pada masyarakat tradisional, wanita mempunyai status
yang lebih rendah dibandingkan laki-laki, sehingga
angka kematian bayi dan malnutrisi masih tinggi pada
wanita. Demikian pula dengan pendidikan, masih
banyak ditemukan wanita yang buta huruf.
(e) Stabilitas rumah tangga
Stabilitas
dan
keharmonisan
rumah
tangga
mempengaruhi tumbuh kembang anak. Tumbuh
kembang anak akan berbeda pada keluarga yang
harmonis, dibandingkan dengan mereka yang kurang
harmonis.
(f) Kepribadian ayah/ibu
Kepribadian ayah dan ibu yang terbuka tentu
pengaruhnya berbeda terhadap tumbuh kembang anak,
bila
dibandingkan
dengan
mereka
yang
kepribadiannya tertutup.
(g) Adat-istiadat, norma-norma, tabu-tabu
Adat-istiadat yang berlaku di tiap daerah akan
berpengaruh terhadap tumbuh kembang anak.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Misalnya di Bali karena seringnya upacara
agama yang diadakan oleh suatu keluarga, dimana
harus disediakan berbagai makanan dan buah-buahan,
maka sangat jarang terdapat anak yang gizi buruk
karena makanan maupun buah-buahan tersebut akan
dimakan bersama setelah selesai upacara.
Demiikian pula dengan norma-norrma maupun
tabu-tabu yang berlaku di masyarakat, berpengaruh
pula terhadap tumbuh kembang anak.
(h) Agama
Pengajaran agama harus sudah ditanamkan pada anakanak sedini, karena dengan memahami agama akan
menuntun umatnya untuk berbuat kebaikan dan
kebajikan.
(i) Urbanisasi
Salah satu dampak dar urbanisasi adalah kemiskinan
dengan segala permasalahannya.
(j) Kehidupan
politik
dalam
masyarakat
yang
mempengaruhi prioritas kepentingan anak, anggaran,
dan lain-lain.
d.
Tahap perkembangan sesuai usia
Meadow
perkembangan
dan
Newell
sesuai
usia
(2005)
yang
menyebutkan
meliputi
tahap-tahap
empat
bidang
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
perkembbangan yaitu postur dan pergerakan, penglihatan dan
manipulasi, pendengaran dan kemampuan bicara, serta perilaku sosial.
Tabel 2.1 Tahap Perkembangan (Meadow dan Newell, 2005)
Usia
12
bulan
18
bulan
Postur dan
Pergerakan
a. Berjalan
mengelilingi
perabotan dengan
melangkah di sisi
perabotan.
b. Merangkak dengan
keempat tugkai.
c. Berjalan
dengan
tangan dituntun.
a. Berjalan
sendiri
dan
mengambil
sebuah mainan dari
lantai
tanpa
terjatuh.
Tahap-Tahap Perkembangan
Pendengaran
Penglihatan dan
dan Kemampuan
Manipulasi
Bicara
a. Jari
telunjuk a. Mengoceh
mendekati objek
tanpa terputus
kecil kemudian b. Beberapa kata
mengambilnya
c. Memahami
dengan
beberapa
genggaman
perintah
menjepit.
sederhana.
b. Menjatuhkan
mainan dengan
sengaja kemudian
mengamatinya.
a. Membangun
a. Menggunakan
menara dengan
banyak kata.
tiga kubus.
b. Menyebutkan
b. Menulis
tak
nama beberapa
beraturan.
orang.
c. Sesekali
menggunakan
dua
kata
bersambung.
Perilaku Sosial
a. Bekerjasama
saat
berpakaian,
misalya
berpegangan
pada lengan.
b. Melambaikan
tangan.
a. Minum
dengan gelas
dengan
dua
tangan.
b. Menuntut
perhatian
terus menerus.
a. Berlari.
a. Membangun
a. Menyambung
a. Menggunakan
b. Naik turun tangga
menara dengan
beberapa kata
sendok.
dengan dua kaki
enam kubus.
menjadi frase b. Menyatakan
tiap anak tangga.
sederhana untuk
kebutuhan
2 tahun
menyatakan
toilet
c. Mengompol
sebuah ide.
di siang hari
berkurang.
a. Naik
tangga a. Membangun
a. Berbicara
a. Makan
dengan satu kaki
menara dengan
dalam
satu
dengan
tiap anak tangga.
sembilan kubus
kalimat.
sendok
dan
b. Berdiri dengan satu b. Meniru gambar b. Menyebutkan
garpu.
kaki
selama
O.
b. Dapat
nama
3 tahun
beberapa saat
melepas
lengkapnya.
pakaian tanpa
bantuan.
c. Berhenti
mengompol
malam hari.
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
4. Anak Usia Toddler (1-3 Tahun)
a. Pengertian
Freud dalam Hidayat (2005) anak usia toddler yaitu usia 1-3
tahun yang berada pada fase anal adalah pada pengeluaran tinja, anak
akan menunjukkan keakuannya dan sangat egoistik, mulai mempelajari
struktur tubuhnya. Pada fase ini tugas yang dilaksanakan anak adalah
latihan kebersihan. Masalah yang dapat diperoleh pada tahap adalah
bersifat obsesif atau ganguan pikiran, pandangan sempit, intrivet dan
dapat bersikap ekstrofet implusif yaitu dorongan membuka diri, tidak
rapi, kurang pengendalian diri.
Erikson dalam Hidayat (2005) anak usia toddler adalah anak
berbeda pada fase mandiri dan malu atau ragu-ragu. Hal ini terlihat
dengan berkembangnya kemampuan anak yaitu dengan belajar untuk
makan atau berpakaian sendiri. Apabila anak tidak mendukung upaya
anak untuk belajar mandiri, maka hal ini dapat menimbulkan rasa malu
atau ragu-ragu akan kemampuannya.
Menurut Wong (1999) toddler merupakan periode waktu antara
usia 12 sampai 36 bulan. Keberhasilan menguasai tugas-tugas
perkembangan pada toddler membutuhkan dasar yang kuat selama
masa pertumbuhan dan memerlukan bimbingan dari orang lain.
Menurut Soetjiningsih (1998) tugas perkembangan pada usia 18
sampai 24 bulan meliputi menunjuk mata dan hidungnya, mulai belajar
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
mengontrol buang air besar dan kecil dan menaruh minat kepada apa
yang diajarkan oleh orang-orang yang lebih besar.
Toddler diharapkan pada penguasaan beberapa tugas penting
khususnya meliputi deferensiasi diri dari orang lain, terutama ibunya,
toleransi terhadap perpisahan dengan orang tua, kemampuan untuk
menunda pencapaian kepusan, pengontrolan fungsi tubuh, penguasaan
perilaku yang dapat diterima secara sosial, komunikasi memiliki
makna verbal, dan kemampuan berinteraksi dengan orang lain dengan
cara yang tidak terlalu egosentris. Apabila kebutuhan untuk
membentuk dasar kepercayaan telah terpuaskan mereka siap
meninggalkan ketergantungan menjadi memiliki kontrol, mandiri, dan
otonomi (Wong, 2008).
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
B. Kerangka Teori Penelitian
Kesiapan Fisik
Kesiapan situasi
a. Kesiapan sumber
finansial
b. Kesiapan sumber
waktu
Perkembangan Anak :
1. Motorik Kasar
2. Bahasa
3. Sosial
4. Motorik Halus
Kesiapan
pribadi
(personal)
a. Kematangan
emosi
b. Kesiapan usia
c. Kematangan
sosial
d. Kesiapan model
peran
Sumber : Modifikasi Blood (1978), Hurlock (1999), dan Duvall (1971)
C. Kerangka Konsep Penelitian
Variabel Independen
Kesiapan psikologis
ibu yang menikah usia
dini
Variabel Dependen
Perkembangan
Anak Usia toddler
(1-3 tahun)
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kerangka konsep dan pengertian tersebut di atas, penulis
merumuskan hipotesis penelitian ini dalam bentuk hipotesis statistik (Ho dan
Ha) sebagai berikut:
Ho : Tidak ada pengaruh kesiapan psikologis ibu yang menikah usia dini
terhadap perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).
Ha : Ada pengaruh kesiapan psikologis ibu yang menikah usia dini terhadap
perkembangan anak usia toddler (1-3 tahun).
Pengaruh Kesiapan Psikologis..., Umiiroh Eka Narwanti, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2014
Download