1. BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Salah satu perangkat digital yang menjadi tulang punggung dunia elektronik adalah Analog to Digital Converter (ADC), perangkat ini berfungsi untuk mengkuantisasi sinyal analog yang ia terima menjadi angka – angka representasi digital yang dapat dimanipulasi oleh Central Processing Unit (CPU). ADC banyak digunakan pada berbagai perangkat, salah satu perangkat yang membutuhkan ketelitian tinggi adalah perangkat akuisisi data. Perangkat akuisisi data digunakan untuk mengambil sinyal analog dari satu atau lebih sumber dan mengkonversi sinyal tersebut kedalam bentuk digital untuk analisis atau transmisi oleh terminal equipment seperti komputer, recorder, atau jaringan telekomunikasi. (Texas Instrument, 2015) Dengan proses konversi dari sinyal analog menjadi digital banyak kemajuan yang terjadi dalam hal kecepatan dan kemudahan analisa dan manipulasi sinyal. Akan tetapi konversi kedalam angka digital bukanlah representasi sempurna terhadap sinyal analog masukkannya. Terdapat ralat kuantisasi yang membatasi unjuk kerja dari suatu ADC. Ralat kuantisasi berkorelasi dengan jumlah bit efektif yang terdapat pada ADC tertentu, semakin besar jumlah bit semakin kecil ralat kuantisasi sehingga menghasilkan unjuk kerja konversi suatu sinyal analog ke digital yang semakin baik. Hanya saja semakin besar jumlah bit suatu ADC harganya semakin mahal dengan korelasi eksponensial antara jumlah bit dan harga, yang berarti pertambahan bit sedikit saja, biaya yang dikeluarkan sangat besar. Salah satu contoh aplikasi yang membutuhkan jumlah bit yang besar adalah dalam dunia telekomunikasi. Di sisi lain, banyak aplikasi dalam 1 2 dunia telekomunikasi membutuhkan desain yang kecil dan berdaya rendah, dan menggunakan komponen pasif yang sedikit. Desain perangkat komunikasi ini juga harus murah, andal, dan mudah dibuat (Pandita, 2011). Dengan tren seperti itu maka teknik – teknik tertentu harus dikembangkan untuk tetap dapat menghasilkan perangkat yang memiliki unjuk kerja tinggi tapi berbiaya murah dan mudah dibuat. Untuk mengatasi hal itu perlu dikembangkan teknik – teknik pemprosesan data digital, salah satunya adalah oversampling. Teknik ini dapat meningkatkan unjuk kerja suatu perangkat ADC dengan memanfaatkan frekuensi CPU yang tinggi. Dengan oversampling maka ralat kuantisasi dapat berkurang dan meningkatkan Signal to Noise Ratio (SNR) suatu perangkat digital. Semuanya dapat dilakukan tanpa penambahan perangkat keras, sehingga dapat menghemat biaya dan meningkatkan kemudahan produksi. Kekurangan dari teknik ini adalah berkurangnya aliran data dan waktu CPU yang terpakai banyak. (Silicon Labs, 2013). Secara umum teknik oversampling mengandalkan sebaran statistik data (sebaran Gaussian)untuk dapat memperoleh akurasi pengukuran yang lebih tinggi dari pada seharusnya. Hal yang harus dilakukan dalam oversampling adalah pengumpulan data berkali – kali, karena itulah maka teknik ini menggunakan banyak waktu CPU. Semua data yang telah terkumpul kemudian direrata untuk mendapatkan titik tengah dari sebaran statistik data tersebut. Jika tidak ada sebaran data, maka tidak akan terjadi perbaikan akurasi oleh pererataan. Dalam hal ini, untuk mendapatkan sebaran data tersebut injeksi sinyal periodik kepada sinyal input ADC perlu dilakukan, hal ini dinamakan dithering (Atmel Corporation, 2005). Perangkat akuisisi data dapat dibuat dengan menggunakan mikrokontroler sebagai pusat pemprosesannya. Pada penelitian ini mikrokontroler yang digunakan adalah Atmega8 – 16PU. Mikrokontroler ini memiliki ADC 10 bit dengan frekuensi sampling maksimum 15kHz jika menggunakan osilator kristal 12MHz. Sebagai input dari sistem akuisisi 3 data, digunakan sensor suhu LM35 yang memiliki sensitifitas 10mV/oC. Sistem akuisisi data yang dibuat ini akan di-oversampling hingga 16bit dengan menggunakan dithering sinyal segitiga. Penelitian ini akan mencoba mengumpulkan data karakteristik keluaran sistem akuisisi data yang di-oversampling tersebut, terutama pada perbaikan resolusi yang diberikan dan perubahan kecepatan aliran data yang diakibatkan oleh oversampling. Analisa terhadap karakteristik sinyal dithering juga dilakukan dengan memberikan variasi kepada amplitudo dan frekuensinya untuk menemukan karakteristik sinyal dithering baik yang dapat memberikan sebaran data yang baik (Gaussian). 1.2. Rumusan Masalah Berikut adalah rumusan masalah dalam penelitian ini : 1. Apa saja syarat agar oversampling dapat berfungsi dengan baik meningkatkan akurasi sebuah ADC? 2. Bagaimana karakterisasi sinyal dithering yang tepat agar metode oversampling bekerja dengan baik? 3. Apa saja kelebihan dan kekurangan penggunaan metode oversampling dan dithering ini? 1.3. Batasan Masalah Berikut adalah batasan masalah dalam penelitian ini : 1. Mikrokontroler yang digunakan adalah Atmega8 – 16PU dengan ADC 10 bit, 2. Jumlah bit terbanyak yang dianalisa adalah 16 bit, 3. Penggunaan alat ukur untuk mengukur white noise hanya dibatasi pada amplitudonya saja, 4. Sinyal dithering yang digunakan adalah sinyal segitiga, 5. Sinyal input ADC adalah sinyal dengan dV/dt kurang dari 15mV/s. 4 1.4. Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan dan batasan masalah di atas, maka penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengamati pengaruh oversampling terhadap keluaran ADC 10 bit, 2. Mengumpulkan data karakteristik sistem yang menggunakan metode oversampling dengan berbagai parameter yang berbeda, 3. Mengumpulkan data karakteristik (amplitudo dan frekuensi) sinyal dithering yang dapat digunakan dengan baik dalam proses oversampling. 1.5. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pembaca tentang penggunaan metode oversampling untuk meningkatkan unjuk kerja sebuah ADC, sehingga dapat memberikan pendekatan yang lebih murah untuk mendapatkan akurasi yang lebih baik. Penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan pendekatan – pendekatan awal kepada pembaca untuk merancang sistem akuisisi data yang akurat dan presisi.