2 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Manajemen Manajemen merupakan proses terpadu dimana individu-individu sebagai bagian dari organisasi dilibatkan untuk merencanakan, mengorganisasikan, menjalankan dan mengendalikan aktivitas-aktivitas, yang kesemuanya diarahkan pada sasaran yang telah ditetapkan dan berlangsung terus-menerus seiring dengan berjalannya waktu. Agar proses manajemen berjalan lancar, diperlukan sistem serta struktur organisasi yang solid. Pada organisasi tersebut, seluruh aktivitasnya haruslah berorientasi pada pencapaian sasaran. Organisasi tersebut berfungsi sebagai wadah untuk menuangkan konsep, ide-ide serta pemikiran dari individu-individu yang memikul tanggung jawab manajemen. Jadi, dapat dikatakan bahwa manajemen merupakan suaru rangkaian tanggung jawab yang berhubungan erat satu sama lainnya. Selain itu, dalam pencapaian tujuan, terdapat beberapa fungsi manajerial lainnya yang diemban oleh pihak manajemen yakni sebagai inspirator, motivator, fasilitator, auditor, acsessor, executor dan lain-lain. Penekanan mana yang lebih penting dari fungsi-fungsi tersebut tergantung pada permasalahan yang dihadapi para manajer dalam melaksanakan tugas-tugasnya. Manajemen merupakan sebuah proses, jadi dibutuhkan masukan terhadap proses tersebut. Sebagai masukannya adalah bermacam sumber daya atau 6 7 resources, yakni manusia, material, modal, mesin-mesin dan metode kerja. Pada gambar 2.1 dapat dilihat bagan proses manajemen. Gambar 2.1 Proses Manajemen MASUKAN PROSES MANAJEMEN KELUARAN Selanjutnya, apabila kedalam suatu manajemen diberikan masukanmasukan (input) secukupnya, maka diharapkan manejemen dapat menghasilkan keluaran-keluaran (output), yaitu tercapainya tujuan ataupun sasaran sebagaimana diharapkan. 2.2 Pengertian Proyek Pengertian proyek secara sederhana dan umum adalah suatu rangkaian kegiatan yang terencana dan dilaksanakan secara berurutan dengan logika serta menggunakan banyak jenis sumber daya, yang dibatasi oleh dimensi biaya, mutu dan waktu. Tujuanya adalah untuk mewujudkan gagasan yang timbul dari naluri manusia (seseorang/badan/organisasi). Dengan demikian, suatu proyek mempunyai sifat dan ciri khas yang berbeda dengan aktivitas lainnya. Perkembangan pesat dunia jasa dan konstruksi di indonesia ditandai dengan banyaknya proyek berskala besar (raksasa) yang dibangun oleh pemerintah, swasta ataupun gabungan dari keduanya. Fakta ini merupakan peluang bisnis dan sekaligus tantangan bagi masyarakat dunia usaha, khususnya usaha jasa konstruksi. Pembangunan gedung-gedung bertingkat yang menjulang tinggi, land mark, perumahan, kota satelit, bendungan, fasilitas irigasi, pusat pembangkit listrik, jembatan, jalan layang, jalan raya, subway kereta api dan pabrik. Bukan hanya karena kebutuhan saati ini, tetapi juga sebagai langkah antisipasi terhadap kebutuhan di masa mendatang yang semakin kompleks, serta semakin ketatnya persaingan pada dekade mendatang. Alasan ini sangat realistis dan cukup bisa mengerti karena kemampuan finansial masyarakat dan negara semakin tinggi. 2.2.1 Proses Terjadinya Proyek Secara sederhana proses terjadinya proyek bisa digambarkan seperti bagan seperti berikut ini: 8 ALTERNATIF TERBAIK DESAIN 3 PELANGGAN PELAKSAN AAN PELAKSAN AAN 4 PEMELIHAR AAN 5 CERTIFICAT E OF CMPLATION 6 DAYA GUNA TIM MANAJEMEN PROYEK SHORT LIST SPK/SPMK REKANAN TERPILIH/PEMENANG PELAKSANAAN SUPERVISI EVALUASI PELAKSANAAN PENYERAHAN II SERAH TERIMA PROYEK (Arsitek & Engineer) - Konsultasi Manajemen Konstruksi PENGELOLAAN PROYEK MELIPUTI: - Proses Desain - Proses pelaksanaan Dana atau Operasional Fungsi Sistem Informasi Hasil Akhir Pekerjaan Memuaskan PENYERAHAN I PEKERJAAN - Konsultan Perencana Teknik Pelaksanaan Proyek) PEKERJAAN CHECK EVALUASI HASIL - Pemilik Proyek - Kontraktor (tau dari Segi ALTERNATIF TERBAIK PROSES PENGELOLAAN PRAKUALIFI KASI PELANGGAN EFEKTIF MANFAAT GAGASAN DIOLAH OLEH INPUT / MASUKAN FEASIBLE PROJECT PERENCAN 2 GAGASAN OUTPUT / HASIL PEKERJAAN PENGEMBA NGAN KONSEP 1 Bagan 2.1 Proses Terjadinya Proyek DICAPAI HASIL OPTIMAL PROYEK MEMENUHI: - B = Biaya < Wajar & Efisien - M = Mutu (Memuaskan) - W = Waktu (Sesuai Rencana/Kesepakatan - KU = Lingkungan Terjaga, Sehat dan Aman 9 Dari penjelasan mengenai “Proses Terjadinya Proyek”, secara tidak langsung kita telah diberitahu bahwa proyek yang bersangkutan ada dan proses perwujudannya melibatkan beberapa orang atau badan/organisasi sesuai dengan kepentingan atau disiplin ilmunya agar sesuai dengan tujuan proyek. Beberapa orang atau badan/organisasi yang terlibat dan berkepentingan atas terwujudnya proyek tersebut umumnya terdiri atas: Pemilik Pekerjaan/Proyek (Owner) Konsutan Perencana (Consultant) Konsultan Manajemen Konstruksi (Consultant) Kontraktor Pekerjaan (Contractor) 2.2.1.1 Sifat Proyek Suatu proyek biasanya bersifat, antara lain: Ciri Khasnya Menonjol Siklus Kehidupannya Khas Peranan Manajer Proyek Dominan Adanya Upaya Pendekatan Sistematis yang Menguntungkan atau Positif Setiap pelaksanaan proyek biasanya telah memilki tujuan dan pekerjaan yang jelas seperti tertulis pada papan nama proyek yang bersangkutan dan semuanya secara langsung telah memberitahukan kekhasan proyek tersebut. Setiap proyek mempunyai ciri khas yang menonjol dalam hal yang menonjol, karena pada setiap tujuan, bentuk dan proses. Dengan begitu, wujud fisik yang monumental itu sangat mudah diamati oleh setiap orang. Karena setiap pelaksanaan proyek berbeda tim yang menangani suatu proyek juga tidak pernah seutuhnya sama, maka setiap proyek mempunyai suasana pelaksanaan keseharian atau siklus kehidupan yang khas. Jelas dan bisa kita mengerti bahwa setiap tempat atau lokasi proyek mempunyai nuansa sosial budaya yang berbeda. Suatu proyek itu dikatakan mempunyai siklus kehidupan, sebab sebagai suatu kegiatan 10 proyek mempunyai tujuan yang dinamis. Dan, proyek tersebut ada sebagai sarana untuk berkembang. Bahkan, biasanya proyek itu akan terus ada dan selalu berkembang. 2.2.1.2 Ciri-Ciri Khusus Proyek Mempunyai Tujuan Spesifik Hasil Akhirnya Bisa Diserahkan Menggunakan Banyak Jenis Sumber Daya Unik Merupakan Sarana dan Wahana Perubahan Dibatasi oleh Suatu Nilai Tertentu yang Jelas atas Biaya, Mutu dan Waktunya Memahami sifat dan ciri khusus proyek merupakan pelajaran dan modal yang berharga bagi kita yang melibatkan diri dalam proses perwujudan proyek. Sebab, kedua hal itu akan menjadi bahan masukan dan pertimbangan dalam pengambilan keputusan untuk tindakan manajemen dan administrasi oleh masing-masing tingkatan manajemen proyek atau kontraktor yang bersangkutan. Dengan demikian, setiap keputusan bisa dicapai dengan lebih mudah dengan hasil terbaik, diterima dan memuaskan semua pihak yang terkait dengan proyek tersebut. Untuk kepentingan yang lebih luas, adanya proyek beserta hasil akhir dari proyek tersebut, diharapkan mampu memberikan perubahan positif kepada masyarakat dan lingkungan sekitarnya yang menjadi pemakai atau yang memanfaatkan hasil proyek tersebut hal ini sesuai dengan ciri khusus proyek, yaitu sebagai sarana dan wahana perubahan. 2.2.1.3 Jenis-Jenis Proyek Terdapat berbagai jenis proyek, yakni kegiatan-kegiatan yang terkait dengan pengkajian aspek ekonomi, masalah lingkungan, desain engineering, marketing, manufactur dan lain-lain. Secara realita, kita tidak dapat membagi proyek-proyek kepada satu jenis tertentu saja, karena umumnya merupakan kombinasi dari 11 beberapa jenis kegiatan sekaligus. Namun berdasarkan aktivitas yang paling dominan dilakukan pada sebuah proyek, maka jenis-jenis proyek dapat dikategorikan pada: 1. Proyek engineering-konstruksi, aktivitas utam jenis proyek ini terdiri dari pengkajian kelayakan, desain engineering, pengadaan dan konstruksi. 2. Proyek engineering manufaktur, aktivitas proyek ini adalah untuk menghasilkan produk baru. Jadi proyek manufaktur merupakan proses untuk menghasilkan produk baru. 3. Proyek pelayanan manajemen, aktivitas utamanya antara lain, merancang sistem informasi manajemen, merancang program efisiensi dan penghematan, diversifikasi, penggabungan dan pengambilalihan. 4. Proyek penelitian dan pengembangan, akitivitas utamanya adalah melakukan penelitian dan pengembangan suatu produk tertentu. 5. Proyek kapital, biasanya digunakan oleh sebuah badan usaha atau pemerintah. 2.2.2 Siklus Kehidupan Proyek Kehidupan proyek dari saat ia muncul sebagai ide atau gagasan proyek sampai proyek itu beroperasi dapat dibagi menjadi tiga tahap, yaitu: Tahap pra-investasi (pre-investment phase) Tahap investasi atau pembangunan proyek (investment phase), dan Tahap operasi proyek (operation phase) Tiap tahap siklus kehidupan proyek dibagi lagi menjadi beberapa sub-tahap. Sesuai dengan judulnya dalam buku ini dibahas secara rinci subkegiatan yang bersangkutan dengan tahap pra-investasi, terutama kegiatan studi kelayakan proyek. Sedangkan kegiatan-kegiatan yang bersangkutan dengan tahap investasi dan tahap operasi proyek hanya dibahas sepintas 12 lalu. Dalam melaksanakan kegiatan investasi tiap tahap siklus kehidupan tersebut tidak jarang investor membutuhkan bantuan pihak ketiga seperti kreditur, perusahaan konsultan, manajer proyek dan kontraktor. Gambar 2.2 Siklus Kehidupan Proyek Pra-Investasi Gagasan Proyek, Pra Studi, Pembangunan Proyek Engineering Design, Kelayakan Proyek, Pembangunan Proyek, Studi Kelayakan Proyek, Produksi Percobaan, Studi Pendukung Operasi Proyek Ekspansi, Inovasi, Rehabilitasi Trainning Gagasan tentang proyek (project idea) yang akan dibangun merupakan titik berangkat seluruh siklus kehidupan proyek. Karena melihat adanya peluang bisnis yang menjanjikan atau potensi usaha bisnis yang mendatangkan manfaat tertentu, orang perorangan, perusahaan atau badan usaha pemerintah mempunyai gagasan membangun proyek baru atau memperluas proyek yang sudah berjalan. 2.2.3 Mengukur Keberhasilan Proyek Dua tolak ukur keberhasilan proyek secara tradisional adalah bahwa proyek itu: 1. Tepat Waktu 2. Sesuai Anggaran Akan tetapi, ada tiga tambahan tolak ukur sukses yang perlu dipertimbangkan: 13 1. Apakah Tujuan Proyek Terpenuhi (Cakupan) 2. Apakah kliennya Puas (Mutu/Kuaitas) 3. Apakah Tidak Ada Kerusakan (Sumber Daya) 2.2.4 Fase Pelaksanaan Proyek Untuk mendapatkan kepercayaan dalam pelaksanaan proyek, harus mengikuti tahapan pra-kualifikasi, tender proyek dan pelaksanaan progres fisik proyek, serta penyerahan akhir proyek kepada pemilik proyek. Adapun 3 fase pelaksanaan proyek itu adalah: Fase Persiapan Fase Operasional Fase Menjelang Selesai, Masa Pemeliharaan dan Penyerahan Proyek 2.3 Manajemen Proyek Alasan dasar untuk mengeksplorasi dari penggunaan teknik manajemen proyek standar ketika mengerjakan proyek. Meninjau beberapa kesalahan umum manajemen proyek sekaligus kenyataan-kenyataan yang muncul dilapangan. Teknik manajemen proyek tidak membantu dalam keberhasilan proyek dan dalam kenyataannya, mungkin malah menambah biaya sehingga menyebabkan proyek kurang berhasil. Meskipun teknik penggunaan teknik manajemen proyek mungkin menambah biaya, namu biaya itu tidak besar, khususnya jika dibandingkan dengan manfaat yang diperolehnya. Dengan perkataan lain, manajemen proyek adalah kegiatan merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan dan mengendalikan sumber daya organisasi perusahaan untuk mencapai tujuan tertentu dalam waktu tertentu dengan sumber daya tertentu pula. Manajemen proyek sangat cocok untuk suatu lingkungan bisnis yang menuntut kemampuan akuntansi, fleksibilitas, inovasi, kecepatan dan perbaikan yang berkelanjutan. 14 2.3.1 Realitas Manajemen Proyek Mengikuti teknik manajemen standar dapat secara signifikan memperbesar peluang keberhasilan. Banyak manajer proyek berhasil mendekati persentase 100 persen. Implementasi teknik ini memang memakan waktu, tetapi berbagai studi telah menunjukkan bahwa untuk setiap jam yang dihabiskan dalam perencanaan proyek, sesungguhnya proyek menghemat 20 jam atau lebih dalam pelaksanaan dan pengontrolan, yang berarti juga meningkatkan kemungkinan sukses. Mengenai estimasi, sebenarnya estimasi-estimasi itu adalah memperkirakan berapa lama waktu yang diperlukan dan berapa banyak biayanya. Tetapi beberapa teknik yang teruji akan membantu anda membuat perkiraan secara lebih realistis. Estimasi yang lebih akurat berasal dari proses pembelajaran, bukan bagi manajer proyek saja, tetapi juga untuk tim dan organisasinya. Dalam hal kesesuaian dengan rencana, para manajer proyek memahami bahwa diri mereka adalah manusia biasa. Tugas tidak terlalu didefinisikan secara tepat, estimasi tidak selalu akurat dan peristiwa tak terduga dapat mengubah proyek secara drastis. Tetapi dengan mengaplikasikan teknik pengendalian proyek untuk suatu proyek, khususnya teknik manajemen risiko, proyek dapat lebih sesuai dengan rencana. 2.3.2 Pentingnya Manajemen Proyek Manajemen proyek sekarang merupakan manajemen yang dibutuhkan secara khusus. Masa mendatang menjanjikan satu peningkatan peran manajemen proyek dalam mendukung organisasi-organisasi kearah strategis. Ada beberapa alasan yang menguatkan pentingnya manajemen proyek yakni: 1. Kompresi Daur Hidup Produk Manajemen proyek semakin penting karena daur hidup produk semakin pendek. Pada masa dahulu, siklus kehidupan sebuah produk bisa mencapai 10 hingga 15 tahun. Namun saati ini 15 industri berteknologi tinggi memiliki siklus daur hidup rata-rata 1,5 sampai 3 tahun. Siklus yang semakin pendek ini akan memaksa produsen untuk secepat mungkin memasarkan produk mereka. 2. Kompetisi Global Saat ini, permintaan pasar tidak hanya pada produk dan jasa yang murah tetapi juga pada produk dan jasa yang terbaik. Inilah yang mengakibatkan timbulnya sertifikasi ISO yang merupkan suatu persyaratan dalam menjalankan bisnis. ISO merupakan standar internasional untuk manajemen mutu dan jaminan mutu. Standarstandar ini mencakup perancangan, pembelian, jaminan mutu dan proses pengiriman mulai dari perbankan sampai manufaktur. Manajemen mutu sangat berkaitan dengan manajemen proyek. Kebanyakan, awal dari teknik manajemen proyek berada pada lingkup manajemen mutu. 3. Perkembangan Pengetahuan yang Pesat Perkembangan yang pesat dalam pengetahuan, telah meningkatkan kompleksitas proyek. Pembanguna jalan pada masa terdahulu merupakan sebuah proses yang sederhana. Saat ini, terjadi peningkatan kompleksitas terutama untuk jalan layang, mauun jalan provinsi. Hal ini berpengaruh terhadap spesifikasi, penggunaan bahan, peraturan, nilai estetika, peralatan dan lain sebagainya, yang akhirnya semakin kompleks juga. 4. Perampingan Badan Usaha Pada dekade terakhir dapat dilihat aksi-aksi restrukturisasi pada perusahaan. Perampingan berbasis kompetensi-kompetensi inti menjadi penting untuk keberlangsungan suatu badan usaha. Perampingan badan usaha juga berpengaruh pada cara organisasi dalam menangani proyek-proyek. Perusahaan outsource merupakan bagian penting dari pelaksanaan proyek, sehingga manajer proyek tidak hanya menangani personil-personil yang 16 ada pada perusahaan mereka, tetapi juga harus mampu bersinergi dengan pihak lain. 5. Fokus pada Pelanggan Peningkatan kompetensi harus difokuskan pada kepuasan pelanggan. Pelanggan tidak lagi menginginkan produk dan jasajasa umum. Mereka menginginkan produk dan jasa yang benarbenar memenuhi kebutuhan mereka. Persyaratan ini sangat membutuhkan hubungan kerja sama yang lebih dekat antara produsen dan konsumen. 2.3.3 Struktur Manajemen Proyek Sebuah sistem manajemen proyek menyediakan kerangka kerja untuk pengimplementasian kegiatan-kegiatan proyek didalam organisasi induk. Sebuah sistem yang baik, akan menjamin keseimbangan kebutuhan pada organisasi induk dan proyek, melalui pembatasan yang jelas dalam hal wewenang, pengalokasian sumber-sumber daya dan juga pengintegrasian hasil antara proyek dan organisasi induk. Banyak organisasi bisnis yang menghadapi masalah ketika mencoba membentuk sebuah organisasi proyek yang baru padahal pada saat yang sama organisasi tersebut sedang menjalankan operasi/kegiatan utam perusahaan. Hal ini karena, umumnya organisasi didesain untuk mengefisienkan kegiatan-kegiatan yang akan dilakukan. Efisiensi tersebut diukur dengan pembagian tugas-tugas kedalam bentuk yang sederhana dan aktivitas yang berulang-ulang. Padahal, proyek sering melakukan hal yang tidak bisa, tidak rutin, serta memiliki lingkungan kerja yang berbeda-beda. Permasalahan yang sering timbul karena kebanyakan proyek merupakan multidisiplinari dan dikoordinir oleh berbagai macam tenaga ahli. Sebagai contoh, proyek pengembangan sebuah produk baru, akan melibatkan personalia-personalia dari bidang desain, pemasaran, maufaktur dan finansial. Hal ini karena pada umumnya perusahaan dibagi menurut keahlian-keahlian fungsional dengan spesialisasi pada bidang desain, pemasaran, manufaktur dan finansial dalam unit-unti berbeda. Biasanya permasalahan muncul bukan hanya karena terdapat adanya tembok 17 penghalang antar departemen, tetapi juga karena ada dilema tambahan tentang siapa yang berwenang terhadap proyek. Pada kebanyakan organisasi, wewenang dibuat dengan sistem hierarki antar lini fungsional. 2.4 Teknik Manajemen Proyek Teknik paling penting yang kita pakai dalam manajemen proyek dewasa ini berasal dari karya Henry Gantt pada akhir 1800-an. Gantt mengembangkan sebuah sistem yang dinamakan “The Task and Bonus System” dan diimplementasikan pada Bethlehem Steel, tempat dia bekerja waktu itu. Dalam sistem ini dia memperkenalkan sekaligus memperbaiki beberpa konsep manajemen proyek, seperti membagi-bagi suatu proses menjadi serangkaian tugas, melaksanakan pekerjaan sesuai dengan estimasi standar pada tugas-tugas tersebut dan memeriksa kemajuannya sehingga dapat diverifikasi dengan “sekali pandang,” demikian dia menyebutnya. Diagram Gantt masih merupakan alat pemeriksaan dan penjadwalan yang terpopuler. Pada 1950-an, diperkenalkan dua strategi baru perencanaan proyek. Keduanya dimaksudkan untuk meminimalkan risiko pada jadwl proyek. Yang pertama disebut Program evaluation and Review Technique atau PERT. PERT menggunakan teknik pembuatan diagram jaringan kerja yang disebut aktivitas pada anak panah dan teknik estimasi yang dinamakan rata-rata tertimbang. Sebagian dari teknik ini masih dipakai, meskipun metode jalur kritis (Crtical Path Method) kini telah menggantikan diagram jaringan. 2.4.1 Perencanaan Proyek Perencanaan sangat penting didalam pelaksanaan proyek. Perencanaan yang tidak sesuai akan mengakibatkan kesulitan didalam pelaksanaan. Leh sebab itu, perencanaan proyek harus sesuai dengan batasan yang dimiliki (biaya, jadwal, performansi) dan tujuan yang ingin dicapai. Berikut ini adalah beberapa fungsi perencanaan proyek: Sebagai sarana komunikasi bagi seluruh pihak terkait Merupakan dasar dalam pengalokasian sumber daya Merupakan tolak ukur didalam pengendalian 18 Pada perencanaan proyek, tahapan-tahapan yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Penetapan Tujuan Pada tahap ini ditentukkan tujuan pelaksanaan proyek, yang diinginkan, serta waktu, biaya dan performansi yang ditargetkan. 2. Urutan Kerja Tahpan ini berisi seluruh urutan dan deskripsi pekerjaanpekerjaan yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan proyek. 3. Perancangan Organisasi Proyek Perancanagan organisasi proyek dilakukan untuk menentukkan departemen-departemen yang diperlukan didalam pelaksanaan proyek, subkontraktor yang dibutuhan dan manajer proyek yang bertanggungjawab terhadap aktivitas pekerjaan yang ada. 4. Jadwal Kegiatan Jadwal kegitan berisi waktu pelaksanaan setiap aktivitas, batas selesai dan milestone. 5. Rencana Anggaran dan Sumber Daya Perencanaan ini berisi jumlah anggaran dan sumber daya yang dibutuhkan untuk terlaksananya tujuan proyek. 6. Ramalan Mengenai Performansi Penyelesaian Proyek Tahapan ini berisi performansi yang diharapkan didalam penyelesaian proyek. Pada sebuah perencanaan proyek, juga digunakan alat-alat bantu sebagai berikut: Work Breakdown Structure (WBS) Metode ini digunakan untuk mengidentifikasi pekerjaan- pekerjaan yang ada dalam pelaksanaan proyek. Matriks Tanggungjawab Matriks ini dipakai untuk menentukkan organisasi proyek, personil-personil kunci dan tanggungjawab pekerjaannya. Gantt Chart 19 Peta ini menggambarkan jadwal induk proyek dan jadwal pekerjaan secara detail. Jaringan Kerja (Network) Jaringan kerja digunakan untuk memperlihatkan urutan pelaksanaan pekerjaan dari awal hingga akhir. 2.5 Jaringan Kerja Jaringan kerja adalah suatu alat yang digunakan untuk merencanakan, menjadwalkan dan mengawasi kemajuan dari suatu proyek. Jaringan dikembangkan dari informasi yang diperoleh dari WBS dan gambar diagram alir dari rencana kerja proyek. Jaringan kerja menggambarkan beberapa hal sebagai berikut: Kegiatan-kegiatan proyek yang harus dilaksanakan Urutan kegiatan yang logis Ketergantungan antar kegiatan Waktu kegiatan melalui lintasan kritis Jaringan adalah kerangka dari sistem informasi proyek yang akan digunakan oleh manajer proyek dalam pengambilan keputusan dengan memperthatikan waktu, biaya dan performansi. Jaringan mudah dimengerti oleh setiap individu karena jaringan berisi tampilan grafis dari aliran dan urutan tiap pekerjaan. Pengembangan jaringan dapat dengan mudah dilakukan. Sebagai contoh, jika material untuk suatu kegiatan tertunda, dampak kejadian tersebut dapat dengan cepat ditaksir dan peninjauan kembali terhadap proyek secara utuh hanya membutuhkan beberapa menit dengan menggunakan komputer. Revisi ini dapat dikomunikasikan kepada seluruh partisipan proyek dengan cepat. 2.5.1 Manfaat Jaringan Kerja Manfaat jaringan kerja adalah sebagai berikut: Merupakan dasar pelaksanaan proyek. dalam perhitungan penyelesaian waktu 20 Merupakan dasar dalam penjadwalan tenaga kerja dan peralatan. Alat komunikasi antara seluruh manajer dan kelompok. Alat perhitungan waktu apabila terjadi penundaan proyek. Dasar dalam menganggarkan cash flow dari suatu proyek. Alat untuk mengidentifikasi kegiatan yang „kritis‟ sehingga tidak terjadi keterlambatan dalam penyelesaian. Jaringan kerja dikembangkan dari WBS. Jaringan kerja merupakan visualisasi diagram alir dari urutan, hubungan-hubungan dan ketergantungan dari seluruh kegiatan-kegiatan yang harus dipenuhi untuk melengkapi proyek. Suatu kegiatan merupakan elemen pada proyek yang menghabiskan waktu. Sebagai contoh, bekerja atau menunggu. Paket pekerjaan dari WBS digunakan untuk membangun kegiatan pada jaringan kerja. Suatu kegiatan dapat meliputi satu atau lebih paket pekerjaan. Kegiatan-kegiatan ditempatkan sesuai urutannya didalam penyelesaian proyek. Jaringan dibangun dengan menggunakan node (kotak) dan panah (garis). Node menggambarkan suatu kegiatan, dan panah menunjukkan keterkaitan dan aliran proyek. Pengintegrasian anatara paket kerja dan jaringan menghasilkan ketepatan dalam penyelesaian proyek sesuai dengan waktu, biaya dan performansi yang diharapkan. Kegagalan 2.6 Critical Path Method (CPM) CPM atau jadwal metode lintasan kritis merupakan salah satu jenis jadwal jaringan rencana kerja atau biasa disebut Network Planning. Dalam metode CPM dikenal adanya jalur lintasan kritis, yaitu jalur yang memiliki komponenkomponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan menunjukkan kurun waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Jadi, jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek. Makna jalur kritis penting bagi pelaksana proyek, karena pada jalur ini terletak kegiatan-kegiatan yang bila pelaksanaannya terlambat akan menyebabkan keterlambatan proyek secara keseluruhan. Kadang-kadang dijumpai dari satu jalur kritis. 21 2.6.1 Tahapan dan manfaat CPM Tahapan penyusunan network scheduling: 1. Menginventarisasi kegiatan-kegiatan dari paket WBS berdasar item pekerjaan, lalu diberi kode kegiatan untuk memudahkan identifikasi. 2. Memperkirakan durasi setiap kegiatan dengan mempertimbangkan jenis pekerjaan, volume pekerjaan, jumlah sumber daya, lingkungan kerja, serta produktivitas pekerja. 3. Penentuan logika ketergantungan antar kegiatan dilakukan dengan tiga kemungkinan hubungan, yaitu kegiatan yang mendahului (Predecessor), kegiatan yang didahului (Successor), serta bebas. 4. Perhitungan analisis waktu serta alokasi sumber daya, dilakukan setelah langkah-langkah diatas dilakukan dengan akurat dan teliti. Manfaat penerapan network scheduling: Penggambaran logika hubungan antar kegiatan, membuat perencanaan proyek menjadi lebih rinci dan detail. Dengan memperhitungkan dan mengetahui waktu terjadinya setiap kejadian yang ditimbulkan oleh satu atau beberapa kegiatan, kesukaran-kesukaran yang bakal timbul dapat diketahui jauh sebelum terjadi sehingga tindakan pencegahan yang diperlukan dapat dilakukan. Dalam network planning dapat terlihat jelas waktu penyelesaian yang dapat ditunda atau harus disegerakan. Memebantu mengkomunikasikan hasil network yang ditampilkan. Memungkinkan dicapainya hasil proyek yang lebih ekonomis dari segi biaya langsung (direct cost) serta penggunaan sumber daya. Berguna untuk menyelesaikan klaim yang diakibatkan oelh keterlambatan dalam menentukkan pembayaran kemajuan pekerjaan, menganalisis cash flow dan pengendalian biaya. 22 Menyediakan kemampuan analisis untuk mencoba megubah sebagian dari proses, lalu mengamati efek terhadap proyek secara keseluruhan. Terdiri atas metode Activity On Arow. 2.6.2 Persyaratan dan Simbol Pembuatan CPM Diketahui logika urutan dan ketergantungan pekerjaan atau kegiatannya, sehingga bisa dibuat rangkaian jaringan rencana kerjanya. Diketahui tafsiran atau perkiraan waktu pelaksanaan dari pekerjaan tersebut. Satuan waktu yang dipakai dalam durasinya biasanya hari kerja atau mingguan. Simbol-simbol yang digunakan Kejadian Peristiwa / Event o Aktivitas pekerjaan atau kegiatan. o Path = Lintasan. o Garis lurus ada arah anak panah menuju kejadian atau event berikutnya. o Garis tanpa skala. o Antargaris kejadian tidak boleh saling memotong. o Garis kejadian harus selalu mengarah dari kiri ke kanan, boleh arah serong. o Merupakan penghubung peristiwa. o Atau, disebut garis „Dummy‟. o Garis putus-putus tanpa skala. o Bukan suatu kegiatan atau pekerjaan. o Tidak mempunyai dimensi waktu. 23 o Hanya merupakan garis penghubung peristiwa antara dua kegiatan yang tidak salaing tergantung. A 25 o A menunjukkan kode aktivitas atau nama pekerjaan. o 25 menunjukkan waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan kegiatan atau pekerjaan A. o Kegiatan A dimulai dari peristiwa sebelumnya menuju atau sampai dengan peristiwa berikutnya. A Kejadian 1 Kejadian 2 o Rangkaian 2 kejadian atau peristiwa dari kegiatan atau pekerjaan A. o Kejadian 1 merupakan awal dimulainya kegiatan. o Kejadian 2 merupakan akhir kegiatan A. A B o Rangkaian berurutan. o A dan B (hubungan seri A dan B). A B o Hubungan pararel antara aktivitas A dan B. o Aktivitas A, B dan C selesai bersamaan, tetapi waktu mulainya belum tentu sama. 24 A B C o Contoh, kegiatan A, B dan C selsai sampai dengan kejadian atau peristiwa atau event yang sama. Nomor urut kejadian atau peristiwa atau event (0,1,2,3,4,5,....dst) LET = Latest Event Time <SPL = saat paling lambat suatu kejadian> EET = Earliest Event Time < SPD = saat kejadian paling dini> 2.6.3 Terminologi dan Perhitungan Dalam proses identifikasi jalur kritis, dikenal beberapa terminologi dan rumus-rumus perhitungan sebagai berikut: TE = E Waktu paling awal peristiwa dapat terjadi, yang berarti waktu paling awal suatu kegiatan yang berasal dari node tersebut dapat dimulai, karena menurut aturan dasar jaringan kerja, suatu kegiatan baru dapat dimulaibila kegiatan terdahulu telah selesai. TL = L Waktu paling akhir peristiwa boleh terjadi, yang berarti waktu paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. 25 ES Waktu paling awal suatu kegiatan. Bila waktu kegiatan dinyatakan atau berlangsung dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai. EF Waktu selesai paling awal suatu kegiatan. Bila hanya ada satu kegiatan terdahulu, maka EF suatu kegiatan terdahulu merupakan ES kegiatan berikutnya. LS Waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai, yaiut waktu paling akhir kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek secara keseluruhan. LF Waktu paling akhir kegiatan boleh selesai tanpa memperlambat penyelesaian proyek. D Adalah kurun waktu suatu kegiatan. Umumnyad dengan satuan waktu hari, minggu, bulan dan lain-lain. 2.6.3.1 Perhitungan Maju dan Perhitungan Mundur Ada dua perhitungan yang dilakukan CPM sebelum menentukkan jalur lintasan kritis, adalah: 1. Perhitungan Maju Dalam mengidentifikasi jalur kritis dipakai suatu cara yang disebut hitungan maju. Pertama-tama perlu diingat kaidah dalam menyusun jaringan kerja, yang pertama adalah suatu kegiatan dapat dimulai bila kegiatan yang mendahuluinya (Predecessor) telah selesai, kecuali kegiatan awal. Kedua adalah waktu selesai paling awal suatu kegiatan adalah sama dengan waktu mulai paling awal, ditambah kutun waktukegiatan yang bersangkutan. EF=ES+D. Ketiga adalah bila suatu kegiatan mempunyai dua atau lebih 26 kegiatan-kegiatan terdahuluyang menggabung, maka waktu dimulai paling awal (ES) kegiatan tersebutadalah samadengan waktu selesai paling awal (EF) yang terbesar dari kegiatan terdahulu. 2. Perhitungan Mundur Perhitungan mundur dimaksudkan untuk mengetahui waktu atau tanggal paling akhir kita dapat memulai dan mengakhiri masing-masing kegiatan tanpa menunda kurun waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, yang telah dihasilkan dari hitungan maju. Hitungan mundur dimulai dari ujung kanan (hari terakhir penyelesaina proyek) suatu jaringan kerja. 2.6.3.2 Dummy Agar terlihat adanya hubungan ketergantungan antara dua peristiwa (event) maka diadakan kegiatan fiktif yang disebut dummy. Dummy tidak memerlukan waktu dan digambarkan sebagai garis terputus. Kapan dummy diperlukan, sering merupkan hal yang cukup rumit untuk menentukannya. Gambar 2.3 Hubungan Ketergantungan dengan Memakai Dummy Bila suatu kegiatn mempunyai lebih dari satu kegiatan-kegiatan terdahulu, dan kegiatan terdahulu tersebut juga merupakan kegiatan terdahulu dari kegiatan lain, maka dummy diperlukan memperlihatkan hubungan ketergantungan yang ada diantaranya. untuk 27 2.6.3.3 Jalur Kritis dan Float Jalur kritis merupakan jalur dimana tidak ada kelonggarn waktu yang tersedia dalam pengerjaan suatu proyek. Jalur lintasan kritis merupakan kegiatan yang mempunyai waktu paling lama yang terjadi, maka tidak diperkenankan untuk memperlambat kegiatan dalam jalur lintasan tersebut. Float total adalah menunjukkan jumlah waktu yang diperkenankan suatu kegiatan boleh ditunda, tanpa mempengaruhi jadwal penyelesaian proyek secara keseluruhan. Jumlah waktu tersebut sama dengan waktu yang didapat bila semua kegiatan terdahulu dimulai seawal, sedangkan semua kegiatn berikutnya dimulai selambat mungkin. Float total ini dimiliki bersama oleh semua kegiatan yang ada pada jalur yang bersangkutan. Hal ini berarti bila salah satu kegiatan telah memakainya, maka float total yang tersedia untuk kegiatan-kegiatan lain yang berada pada jalur tersebut adalah sama dengan float total semula, dikurangi bagian yang telah terpakai. 2.7 Duration – Cost Trade Off Penyesuaian durasi proyek (Duration – Cost Trade Off) dimaksudkan untuk mengatasi masalah-masalah seperti proses penjadwalan durasi proyek yang tidak sesuia dengan durasi kontrak, terjadi keterlambatan pada pelaksanaan kegiatan proyek, untuk memperoleh bonus apabila penyelesaian proyek dipercepat. Atau memepercepat jadwal proyek karena menghindari cuaca buruk pada sisa waktu proyek. Sebagai konsekuensi dari penyesuaian durasi proyek lebih cepat, biasanya adalah dengan menambah biaya, berupa biaya: direct cost dan indirect cost. 2.7.1 Project Crashing Project crashing dilakukan agar pekerjaan selesai dengan pertukaran silang waktu dan biaya dan dengan menambah jumlah shift kerja. Jumlah jam kerja, jumlah tenaga kerja, jumlah ketersedian bahan, serta memakai peralatan yang lebih produktif dan metode instalasi yang lebih cepat sebagai komponen biaya direct cost. Project crashing atau crash program dilakukan 28 dengan cara perbaikan jadwal menggunakan networking planning yang berada pada lintasan kritis. Konsekuensi project crashing adalan meningkatnya biaya langsung (direct cost). Di sini sumber daya yang berada di lintasan tidak kritis dapat dioptimalkan dengan memindahkannya ke lintasan kritis. Pemindahan sumber dayanya dibatasi pada titik jenuh, sehingga proses ini dapat memberikan hasil yang efektif. Gambar 2.4 Hubungan Waktu dan Biaya Keterangan: tn : Normal Time tc : Crash Time Cn : Normal Cost Cc : Crash Cost Bila waktu penyelesaian proyek lebih lama dari waktu normal di mana t > tn, maka proyek akan terlambat, yang berarti biaya bertambah dan penggunaan sumber daya menjadi tidak efektif. Bila waktu dipercepat dengan waktu penyelesaian kurang dari waktu normal, di mana t > tn, maka biaya juga akan meningkat karena jumlah sumber daya ditambah sesuai kebutuhan. Untuk mendapatkan keadaan demikian dilakukan project crashing terhadap kegiatan-kegiatan yang berada dalam lintasan kritis. 29 Untuk memperbaiki jadwal pada network planning di lintasan kritis digunakan cost slope terkecil dengan rumusan sebagai berikut; 2.7.2 Least Cost Analysis Least cost analysis adalah suatu analisis untuk memperoleh durasi proyek yang optimal, yaitu durasi biaya total proyek yang minimal. Pada analisis ini, bila durasi proyek dipersingkat biasanya direct cost akan naik dan indirect cost akan turun. Sering pula diperhitungkan adanya bonus bila hal ini dapat mempersingkat waktu penyelesaian proyek, sebagai penghargaan dari pemilik proyek. Untuk melakukan perbaikan jadwal dengan menggunakan metode ini, tambahan biaya sebagai pertukaran antara biaya dengan waktu yang dipercepat adalah biaya totalnya seperti diuraikan pada gambat berikut ini, Gambar 2.5 Total Project Cost 30 Dari gambar 2.5 terlihat bahwa biaya total proyek adalah direct cost + indirect cost – bonus, di mana nilai optimal yang diambil adalah nilai total proyek terkecil sehingga durasi proyek yang lebih singkat didapat sebagai hasil dari proses least cost analysis.