Marilah Kita Merenung

advertisement
6
TABLOID REPUBLIKA
WAWANCARA
JUMAT, 5 NOVEMBER 2010
Ustaz Othman Shihab
'Marilah Kita Merenung'
Bagaimana sesungguhnya bencana dan musibah
dalam pandangan Islam?
Di dalam Alquran, Allah SWT selalu mengingatkan
bahwa hidup ini adalah ujian. Allah SWT dalam surat AlMulk berfirman, "Dialah Allah yang telah menciptakan
kematian dan hidup untuk menguji siapa di antara kalian
yang paling baik amal ibadahnya."
Mengapa Allah SWT menurunkan bencana bagi
hamba-Nya?
Ketika Allah menguji kita, bukan berarti Allah tidak
tahu. Allah Mahatahu segala sesuatu yang tidak kita
tahu. Allah Mahatahu tanpa diberitahu. Allah ingin
memberikan ujian ini kepada orang-orang di sekitar kita
agar orang-orang di sekitar kita mengetahui siapa yang
beriman dan siapa yang tidak beriman. Siapa yang sabar
dan siapa yang tidak sabar.
Jadi, ujian di dalam hidup kita adalah kewajiban yang
kita terima, karena Alquran menegaskan, "Kami akan
menguji kalian dengan keburukan dan kebaikan."
Jadi, yang namanya seorang Mukmin pasti akan diuji
oleh Allah SWT. Para nabi dan rasul pun diuji. Bahkan
kita ketahui, tidak ada satu ujian yang terberat. kecuali
yang dialami Rasulullah SAW, kemudian setelah itu dan
setelahnya.
Jadi, hidup ini adalah ujian?
Benar. Hidup ini adalah darul imtihaan. Dunia adalah
tempat kita diuji. Rasulullah bersabda, "Ajibtu liamril
Mukmin. Wa idzibtuliya shabar, wa idza uthiya syakar."
Aku kagum, kata Rasulullah SAW, dengan keadaan
orang Mukmin. Ketika diuji dia sabar dan ketika diberi
kenikmatan ia bersyukur.
Dalam surah Al-Baqarah [2] ayat 155, Allah SWT
membicarakan tentang ujian. Seperti, ujian rasa ketakutan, ujian rasa kehilangan harta, ujian tidak panen,
ujian khawatir tentang kehidupan, dan ujian kehilangan
nyawa. Tapi, Allah menegaskan, "Beri kabar gembira
kepada orang-orang yang terkena musibah. Karena itu
adalah ujian. Siapa yang perlu mendapatkan
pujian dari Allah SWT? Yaitu, orang-orang yang
apabila mendapat ujian ia berkata,
'Bukankah kami ini milik-Mu dan kami
akan kembali kepada-Mu?"
Apa sesungguhnya hikmah dari
adanya musibah dan bencana bagi
umat manusia?
Bagi seorang Mukmin, mungkin
saja Allah menaikkan derajatnya dengan ujian. Yang kedua, mungkin
saja dengan ujian itu Allah SWT
menghapuskan dosa-dosanya.
Sebagai tazkirah atau 'peringatan',
seperti yang diingatkan dalam
Alquran. Ada satu ayat Alquran
menyebutkan, "Kami timpakan
suatu musibah karena tangan
ndonesia tak henti dilanda bencana dan musibah. Sebulan terakhir ini tak kurang dari tiga
bencana besar melanda
Indonesia. Mulai dari banjir bandang
yang menghantam Wasior, meletusnya Gunung Merapi, serta gempa
dan Tsunami di Mentawai, yang
menewaskan ratusan korban jiwa.
"Marilah kita merenung agar
makhluk-makhluk Allah yang lainnya menjadi sejuk bagi kita, bukan
menjadi garang dan marah kepada
kita. Tunduklah kepada-Nya. Niscaya
Allah akan menundukkan alam semesta ini bagi kalian," ujar Ustaz
Othman Shihab, pengajar Kajian Spiritual Fithrah Jakarta kepada
Damanhuri Zuhri dari Republika,
Senin (1/11).
Berikut petikan wawancaranya
tentang bencana alam dalam pandangan Islam.
I
kalian. Kami timpakan suatu musibah kepada kalian untuk
merasakan sedikit dari apa yang kalian lakukan."
Bahkan, ayat yang lain lebih jelas lagi, "Apa yang
menimpa sekarang ini tidak lain ialah dari hasil perbuatan dosa-dosa kalian. Dan, Allah banyak memaafkan
dosa-dosa kita."
Seandainya Allah tidak memaafkan, mungkin sudah
habis semuanya. Oleh karena itu, seorang Mukmin ia
berderma. Kalau ia orang-orang saleh, Allah naikkan
derajatnya. Tapi, seandainya seperti kita yang berdosa di
hadapan Allah, dengan ujian-ujian itu mudah-mudahan
Allah akan mengampuni dosa-dosa kita.
Lantas, bagaimana seharusnya sikap seorang
Muslim menghadapi bencana ini?
Sikap seorang Muslim itu musibah di atas musibah.
Kalau dia berpangku tangan melihat nasib saudaranya
terkena musibah, Rasulullah SAW mengecamnya.
"Barang siapa yang tidak memerhatikan nasib
saudaranya, dia keluar dari agamaku."
Begitu pula dalam sebuah hadis yang sangat marfu
ditegaskan, "Allah SWT akan senantiasa menolong kita
selama kita menolong hamba Allah yang lain kalau hati
kita condong untuk menolong saudara-saudara kita."
Ada ungkapan dari salah seorang pejabat kita yang
menyebutkan bencana ini sudah dari nenek moyang
kita. Bagaimana komentar Ustaz?
Kalau dikatakan dari dulu kita mendapatkan musibah, itu memang benar. Nabi Adam pun diuji. Semua
nabi Allah sudah mendapatkan ujian. Karena sesungguhnya dunia ini adalah darul bala atau darul imtihan
(Dunia ini adalah tempatnya ujian). Ini hadis nabi. Yang
penting, marilah kita berbuat untuk umat.
Mungkin juga Allah menegur kita karena terlalu
banyak bicara tentang partai. Mungkin juga karena kita
terlalu banyak bicara individual, kelompok-kelompok,
dan kesukuan. Allahnya tidak marah, tapi alamnya yang
marah dan enggan dipijak oleh orang-orang yang tidak
tahu diri.
Marilah kita merenung agar makhluk-makhluk
Allah yang lainnya menjadi sejuk bagi kita, bukan
menjadi garang dan marah kepada kita.
Tunduklah kepada-Nya. Niscaya Allah akan
menundukkan alam semesta ini bagi kalian.
Di saat saudara kita tertimpa musibah,
ada musibah yang lebih besar dari yang
mereka alami, yaitu musibah ketika kita
membiarkan mereka terkena musibah.
Itu adalah musibah yang terbesar.
Rasulullah SAW bersabda, "Kalau kalian
rindu kepadaku, sungguh aku berada di
pintu orang-orang yang terkena musibah." Marilah kita jemput, marilah kita
buka, dan marilah segerakan ampunan
Allah sebelum Allah memberikan
peringatan lainnya bagi kita.
■ ed; heri ruslan
PHOTOBUCKET
Download