PENGARUH DAYA ANTIBAKTERI OBAT KUMUR EKSTRAK ETANOL DAUN CIPLUKAN (Physalis angulata L.) TERHADAP BAKTERI Staphylococcus aureus In Vitro THE EFFECTS OF ANTIBACTERIAL POWER OF ETHANOL EXTRACT MOUTHWASH FROM CIPLUKAN LEAVES (Physalis angulata L.) TOWARD Staphylococcus aureus BACTERIA In Vitro Cahyaning Hannisa Permatasari1, Ana Medawati2 1 Mahasiswi Program Studi Pendidikan Dokter Gigi 2 Departemen Biomedis Program Studi Pendidikan Dokter Gigi Email: [email protected] ABSTRACT Background: Staphylococcus aureus is one of the bacteria that causes absess and swollen roof of mouth. Staphylococcus aureus causes diseases through toxins production or direct invasion, thus it can destroy tissues. Ceplukan or ciplukan (Physalis angulata L.) is one of the herbs which has analgesic property (pain killer), diuretic property (urine laxative), toxins neutralizer, cough reliever, and can activate the function of body glands as well as an antitumor. Ciplukan leaves (Physalis angulata L.) contains lots of polyphenols, alkaloids, and flavonoids that have antimicrobial effects. Research objective: This research aimed to find out the effects of antibacterial power of ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L). to Staphylococcus aureus. Research methodology: This research was designed using purely laboratory experiment. Cultured Staphylococcus aureus was incubated with ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L) with concentration of 5%, 10%, 15%, 20% and 25% for 18-24 hours within the temperature of 37°C. The negative control was using of Chlorhexidine gluconate 0.2% and the positive control was the basic formula of mouthwash (0% concentrate).The antibacterial power test was using liquid dilution method to determine the minimum inhibitory concentration (MIC) and solid dilution to determine the minimum bactericidal concentration (MBC). The data were analyzed using descriptive quantitative methode. Research findings: The result of this research shows that ethanol extract of mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L.) has the same minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) as much as 5%. Conclusion: Ethanol extract mouthwash from ciplukan leaves (Physalis angulata L.) has antibacterial power to Staphylococcus aureus. Key words: Ciplukan leaves (Physalis angulata L.), Staphylococcus aureus, mouthwash, minimum inhibitory concentration (MIC) and minimum bactericidal concentration (MBC) ABSTRAK Latar Belakang: Staphylococcus aureus merupakan salah satu bakteri penyebab abses, dan peradangan pada rongga mulut.. Staphylococcus aureus menyebabkan penyakit melalui produksi toksin atau invasi langsung dan menyebabkan kerusakan jaringan. Ceplukan atau ciplukan (Physalis angulata L.) merupakan salah satu tumbuhan herbal yang mempunyai sifat analgetik (penghilang rasa sakit), diuretic (peluruh air seni), menetralkan racun, meredakan batuk, mengaktifkan fungsi kelenjar-kelanjar tubuh, dan antitumor. Daun ciplukan (Physalis angulata L.) kaya akan polifenol, alkaloid, dan flavonoid yang memiliki efek antimikroba. Tujuan Penelitian: untuk mengetahui daya antibakteri obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Metode Penelitian: Desain penelitian ini adalah eksperimental murni laboratorium. Menggunakan biakan bakteri Staphylococcus aureus yang diinkubasi dengan obat kumur esktrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) pada konsentrasi 5%, 10%, 15%, 20% dan 25% selama 18-24 dalam suhu 37°C, kontrol negatif menggunakan Chlorhexidine gluconate 0.2% dan kontrol positif adalah formula dasar obat kumur (konsentrasi 0%). Uji daya antibakteri menggunakan metode dilusi cair untuk menentukan kadar hambat minimal (KHM) dan dilusi padat untuk menentukan kadar bunuh minimal (KBM). Analisis data menggunakan deskriptif kuantitatif. Hasil Penelitian: penelitian ini menunjukkan bahwa obat kumur esktrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) mempunyai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) pada konsentrasi yang sama yaitu 5%. Kesimpulan: obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) mempunyai pengaruh daya antibakteri terhadap bakteri Staphylococcus aureus. Kata kunci: Daun ciplukan (Physalis angulata L.), Staphylococcus aureus, obat kumur, kadar hambat minimal (KHM), kadar bunuh minimal (KBM) yang merupakan flora normal mulut. Bila Pendahuluan Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) pada tahun 2013 menunjukkan prevalensi penduduk Indonesia yang mempunyai masalah kesehatan gigi dan mulut adalah sebesar 25,9% dengan prevalensi Daerah Istimewa Yogyakarta di adalah 32,1%. Rongga mulut kaya akan berbagai macam mikroorganisme, diantaranya yaitu Staphylococcus Staphylococcus mikrokokus Staphylococcus epidermidis, aureus, berpigmen, bersifat beberapa dan anaerob ditemukan pada permukaan gigi dan saliva ada faktor predisposisi seperti perubahan kuantitas mikroorganisme menjadi tidak seimbang dan penurunan daya tahan tubuh host, maka mikroflora normal dapat menyebabkan penyakit1. Staphylococcus aureus merupakan salah satu mikroflora normal di dalam rongga mulut manusia, tetapi bisa menyebabkan terjadinya infeksi jika dipengaruhi oleh faktor predisposisi tersebut. Sebanyak 2,62% gingivitis disebabkan oleh bakteri Staphylococcus aureus2. Beberapa penyakit lain dalam rongga mulut dan sekitarnya yang dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus Ciplukan (Physalis angulata L.) yaitu abses, angular cheilitis, parotitis, adalah tumbuhan herba anual (tahunan) staphylococcal denture dengan tinggi 0,1-1 m. Tumbuh di daerah stomatitis, staphylococcal osteomyelitis tropis, di Jawa tumbuh secara liar di pada tulang rahang, chronic osteomyelitis, kebun, tegalan, tepi jalan, kebun, semak, epulis (pyogenic granuloma), stomatitis, hutan ringan, tepi hutan. Buah ciplukan dan dentoalveolar abscess3,4. Abses dan berbentuk telur, panjangnya sampai 14 lesi supuratif lainnya diterapi dengan mm, hijau sampai kuning jika masak,, mucositis, dan terapi antimikroba5. memiliki Staphylococcus aureus menyebabkan kandungan kimia yang sudah diketahui penyakit melalui produksi toksin atau berupa asam klorogenik, asam sitrum, invasi menyebabkan fisalin, flavonoid, saponin, polifenol. Buah kerusakan jaringan6. Gambaran patologis mengandung asam malat, alkaloid, tanin, dari kriptosantin, drainase langsung infeksi dan staphylococcus secara kelopak buah7. vitamin C, Mempunyai dan gula, karakteristik ditemukan pada abses yang sedangkan biji mengandung asam elaidik8. terlokalisir. Bakteri ini dapat menyebabkan Berdasarkan penelitian fitokimia, akar dan nekrosis jaringan yang dikelilingi oleh batangnya dinding flavonoid. Daunnya kaya akan polifenol, fibrin yang dihasilkan dari aktivitas toksin koagulase4. Pencegahan dapat menjadi saponin dan alkaloid, dan flavonoid yang memiliki efek dilakukan dengan menghambat pertumbuhan bakteri yang mengandung penyebab antimikroba9. Berdasarkan latar belakang diatas, infeksi maka perlu dilakukan penelitian mengenai menggunakan berbagai macam cara, salah ekstraksi daun ciplukan yang dijadikan satunya berkumur dalam bentuk sediaan obat kumur guna Tujuan mengetahui lebih jauh pengaruh daya pemakaian obat kumur adalah membantu antibakteri dari senyawa zat aktif dalam membersihkan rongga mulut yang tidak menghambat dapat dijangkau dengan menyikat gigi. Staphylococcus aureus. Penggunaan obat kumur herbal tanpa Bahan dan Metode adalah menggunakan chlorhexidine obat lebih dengan kumur. dianjurkan dan membunuh bakteri untuk Penelitian ini adalah penelitian mengurangi efek samping yang ada, eksperimental murni laboratorium secara karena pengunaan bahan alami dinilai in vitro. Terdapat 5 kelompok konsentrasi lebih aman, efek samping lebih kecil dan obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan harganya yang relatif murah. (Physalis angulata L.) yaitu 5%, 10%, 15%, 20%, dan 25% serta kelompok kontrol negatif yaitu Koloni bakteri Staphylococcus Chlorhexidine aureus disubkultur dalam lempeng agar gluconate 0,2% dan formula dasar obat Tryptic Soy Agar (TSA) selama 18-24 jam kumur sebagai kontrol positif. pada suhu 37°C. Beberapa koloni bakteri Daun ciplukan (Physalis angulata diambil dengan menggunakan ose steril L.) yang telah diekstrak di laboratorium lalu dimasukkan ke dalam NaCl sebanyak dibuat dalam bentuk formula obat kumur. 1-2 ml lalu diinkubasikan selama 18-24 Obat kumur dalam bentuk 5 formula jam pada suhu 37ºC. dengan kandungan dari obat kumur tersebut adalah sesuai pada Tabel 1. Tabel 1. Komposisi Obat Kumur Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) Ekstrak Etanol (ml) Formula I 5% 2.5 Formula II 10% 5 Formula III 15% 7.5 Formula IV 20% 10 Formula V 25% 12.5 Peppermint oil (ml) 0.5 0.5 0.5 0.5 0.5 Na-Sakarin (gr) 0.3 0.3 0.3 0.3 0.3 0.025 0.025 0.025 0.025 0.025 Aquades ad (ml) 50 50 50 50 50 Volume Akhir (ml) 50 50 50 50 50 Bahan Asam Benzoat (gr) Larutan tersebut kemudian diencerkan digunakan untuk sisa pengenceran, kontrol dengan cara dimasukkan ke dalam Brain pertumbuhan kuman (kontrol positif) dan Heart Infussion (BHI) hingga diperoleh kontrol jumlah kuman yang sesuai dengan jumlah Pengenceran pertama untuk menguji kadar larutan dengan hambat minimal dan kadar bunuh minimal konsentrasi kuman 108 CFU/ml. Larutan dari daun ciplukan. Persiapan tabung uji diencerkan lagi hingga 106 CFU/ml. disiapkan 7 tabung reaksi steril (2 untuk Standar Brown III Uji daya antibakteri ekstrak daun media (kontrol negatif). kontrol): ciplukan (Physalis angulata L.) yaitu a. Tabung I diisi 1 ml Formula I + 1 ml dengan metode pengenceran tabung (tube suspensi bakteri Staphylococcus aureus dilution method). Disediakan 28 tabung 106 CFU/ml. steril dengan 4 kali pengulangan, setiap pengenceran dalam satu ulangan menggunakan 5 tabung dan 2 tabung b. Tabung II diisi 1 ml Formula II + 1 ml suspensi bakteri Staphylococcus aureus 106 CFU/ml. c. Tabung III diisi 1 ml Formula III + 1 ml (TSA) dan diinkubasi lagi selama 18-24 suspensi bakteri Staphylococcus aureus jam pada suhu 37ºC. Kadar bunuh minimal 106 CFU/ml. (KBM) akan ditunjukan dengan tidak d. Tabung IV diisi 1 ml Formula IV + 1 adanya pertumbuhan bakteri pada media ml suspensi bakteri Staphylococcus Trypticase Soy Agar aureus 106 CFU/ml. konsentrasi terendah. (TSA) pada e. Tabung V diisi 1 ml Formula V + 1 ml Pembacaan KHM ditentukan dengan suspensi bakteri Staphylococcus aureus melihat kekeruhan pada cairan di dalam 106 CFU/ml. tabung reaksi yang dibandingkan dengan f. Tabung VI diisi 1 ml Chlorhexidine kontrol standar. Pembacaan nilai gluconate 0.2% + 1 ml suspensi bakteri didasarkan pada : Staphylococcus aureus 106 CFU/ml a. Tanda negatif (-) : dengan melihat (kontrol -) adanya g. Tabung VII diisi 1 ml formula dasar obat kumur ekstrak etanol kejernihan menunjukan pada tidak tabung adanya daun pertumbuhan bakteri Staphylococcus ciplukan konsentrasi 0% + 1 ml aureus sehingga obat kumur ekstrak suspensi bakteri Staphylococcus aureus etanol 106 CFU/ml (kontrol +) menghambat pertumbuhan bakteri. Semua tabung selanjutnya diinkubasi selama 18-24 jam pada suhu kemudian dilakukan pengamatan 37ºC untuk daun ciplukan dapat b. Tanda positif (+) : dengan melihat adanya kekeruhan menunjukan pada adanya tabung pertumbuhan mengetahui ada tidaknya pertumbuhan bakteri bakteri Staphylococcu aureus dengan cara sehingga obat kumur ekstrak etsnol membandingkan kadar kekeruhan dengan daun kontrol positif. Kadar hambat minimal menghambat pertumbuhan bakteri. (KHM) didapat dengan mengamati tabung Pembacaan KBM dapat ditentukan subkultur yang tidak menunjukkan adanya dengan menguji bahan menggunakan pertumbuhan bakteri yaitu ditunjukkan konsentrasi terkecil dari bahan uji yang dengan warna jernih dengan konsentrasi masih dapat membunuh bakteri. Hal ini terendah. ditunjukan Tabung-tabung subkultur yang tidak Staphylococcus ciplukan dengan pertumbuhan tidak ada koloni menunjukkan adanya pertumbuhan kuman Staphylococcus selanjutnya ditanam dengan menggunakan Trypticase Soy Agar (TSA). ose steril pada media Trypticase Soy Agar aureus aureus dapat tidaknya bakteri pada media Data hasil dari penelitian tersebut dan KBM daya antibakteri ekstrak etanol dianalisis secara deskriptif dalam bentuk daun ciplukan (Physalis angulata L.) tabel terhadap bakteri Staphylococcus aureus hasil penelitian. Hasil tersebut kemudian dibahas dengan melihat KHM Hasil Tabel 2. Hasil pengujian dilusi cair obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus in vitro Pengulangan ke Tabung Bahan Uji ke 1 2 3 4 1 Formula I (5%) 2 Formula II (10%) 3 Formula III (15%) 4 Formula IV (20%) TT TT TT TT 5 Formula V (25%) TT TT TT TT 6 Kontrol negatif (Chlorhexidine gluconate 0.2%) 7 Kontrol positif (Formula dasar 0%) + + + + Keterangan tabel : Tanda postif (+) : menunjukkan adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ditandai dengan terlihat adanya kekeruhan pada tabung Tanda negatif (-) : menunjukkan tidak adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus ditandai dengan terlihat adanya kejernihan pada tabung TT : tidak teramati karena terlalu pekat dan keruh. Tabel 3. Hasil pengujian dilusi padat obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus in vitro Tabung Cakram ke Bahan Uji ke 1 2 3 4 1 Formula I (5%) 2 Formula II (10%) 3 Formula III (15%) 4 Formula IV (20%) 5 Formula V (25%) 6 Kontrol negatif (Chlorhexidine gluconate 0.2%) 7 Kontrol positif (Formula dasar 0%) + + + + 8 Suspensi bakteri Staphylococcus aureus 106 FU/ml + + + + Keterangan tabel : Tanda positif (+) : adanya pertumbuhan bakteri Staphyloccous aureus pada media TSA. Tanda negatif (-) : tidak adanya pertumbuhan bakteri Staphylococcus aureus pada media TSA. Tabel 2. menunjukkan bahwa pada menunjukkan kadar hambat minimal konsentrasi paling kecil yaitu konsentrasi (KHM) dari obat kumur ekstrak etanol 5% sudah menunjukkan tidak adanya daun ciplukan (Physalis angulata L.). kekeruhan, Formulasi obat kumur konsentrasi 20% maka konsentrasi tersebut dan 25% tidak dapat teramati karena masih mampu membunuh bakteri yang terlalu pekat hasilnya. ditandai dengan tidak adanya pertumbuhan Kadar bunuh minimal (KBM) bakteri pada media agar padat. Daya ditentukan dengan melakukan inokulasi antibakteri larutan menghambat dari tabung tersebut dengan adalah kemampuan untuk pertumbuhan atau menggunakan ose steril pada media agar membunuh bakteri. Daya antibakteri suatu TSA yang kemudian diinkubasi kembali zat, selama 18 – 24 jam. Tabel 3. menunjukkan kepekaan bakteri terhadap zat tersebut bahwa pada konsentrasi 5% tidak terdapat secara in vitro dengan menentukan kadar adanya hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh pertumbuhan bakteri diketahui Staphylococcus aureus maka diperoleh minimal hasil kadar bunuh minimal (KBM) pada tersebut10. obat kumur ekstrak etanol d aun ciplukan dengan (KBM) Menurut dilakukan dari Jawetz zat et uji antibakteri al., (2008) (Physalis angulata L.) terhadap bakteri mekanisme kerja sebagian besar zat Staphylococcus antimikroba dapat dibagi menjadi empat aureus terdapat pada formulasi obat kumur konsentrasi 5%. cara, yaitu: 1. Penghambatan sintesis dinding sel Diskusi 2. Penghambatan fungsi membran sel Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui 3. Penghambatan sintesis protein (yaitu, daya antibakteri dari obat kumur ekstrak hambatan translasi dan transkripsi etanol daun ciplukan (Physalis angulata bahan genetic). L.) terhadap bakteri Staphylococcus 4. Penghambatan sintesis asam nukleat aureus dengan cara menentukan kadar Daya obat antibakteri pada kumur ekstrak hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh etanol minimal (KBM) menggunakan metode (Physalis dilusi cair dan dilanjutkan dengan uji kandungan fitokimia banyak terdapat pada inokulasi pada media Tryptic Soy Agar bagian daun ciplukan (Physalis angulata (TSA). L.) yaitu bahan aktif flavonoid, alkaloid, angulata daun ciplukan L.) memiliki Kadar hambat minimal (KHM) dan polifenol yang dilaporkan memiliki adalah konsentrasi terendah ekstrak yang aktivitas antimikroba yang cukup baik9. masih mampu menghambat pertumbuhan Zat antimikroba terdiri dari antijamur dan bakteri yang ditandai dengan kejernihan antibakteri11, pada flavonoid, alkaloid, dan polifenol dalam tabung. Kadar bunuh minimal (KBM) adalah konsentrasi terendah yang sehingga kandungan esktrak etanol daun ciplukan (Physalis tidak angulata L.) berperan sebagai antibakteri. menyebabkan Mekanisme kerja flavonoid dengan terbentuk secara utuh, kematian dan sel9. Staphylococcus aureus merupakan gram mendenaturasi protein sel bakteri dan positif merusak membran sitoplasma. Senyawa peptidoglikan tebal, sehingga lebih sensitif flavonoid dapat merusak membran terhadap senyawa-senyawa yang punya sitoplasma yang dapat menyebabkan potensi merusak atau menghambat sintesis bocornya metabolit penting menginaktifkan sistem enzim dan yang memiliki lapisan dinding sel12. bakteri. Mekanisme kerja polifenol pada Kerusakan ini memungkinan nukleotida mikroorganisme adalah sebagai inhibitor dan asam amino merembes keluar dan enzim oleh senyawa yang teroksidasi, mencegah masuknya bahan–bahan aktif ke kemungkinan melalui reaksi dengan grup dalam sel, keadaan ini menyebabkan sulfhidril atau melalui interaksi non- kematian bakteri12. Penelitian mengenai spesifik dengan protein. Hambatan pada ekstrak etanol buah mengkudu melaporkan enzim tersebut akan mengganggu fungsi bahwa senyawa flavonoid dalam buah enzim dan substratnya. Apabila fungsi mengkudu merupakan bagian yang bersifat enzim dan substrat terganggu lambat laun polar sehingga lebih mudah menembus akan lapisan peptidoglikan yang bersifat polar Staphylococcus aureus adalah bakteri daripada lapisan lipid yang nonpolar. gram positif yang mempunyai dinding sel. Bakteri gram positif memiliki struktur Infeksi oleh jenis kuman ini yang terutama dinding banyak menimbulkan penyakit pada manusia. peptidoglikan, sedikit lipid dan dinding sel Setiap jaringan ataupun alat tubuh dapat mengandung polisakarida (asam teikoat). diinfeksi Dinding sel bakteri gram positif bersifat timbulnya penyakit dengan tanda-tanda lebih menyebabkan yang khas, yaitu peradangan, nekrosis dan aktivitas penghambatan pada bakteri gram pembentukan abses1. Susunan selubung sel positif lebih besar daripada bakteri gram dari bakteri gram positif relatif sederhana, negatif13. terdiri dari dua sampai tiga lapisan yaitu sel polar, Alkaloid sebagai dengan lebih sehingga memiliki antibakteri. kemampuan Mekanisme mengakibatkan membran olehnya kematian dan sitoplasma, sel14. menyebabkan lapisan yang peptidoglikan yang tebal, beberapa jenis diduga adalah dengan cara mengganggu bakteri memiliki lapisan luar berupa komponen penyusun peptidoglikan pada kapsul. Membran sitoplasma disebut juga sel bakteri sehingga lapisan dinding sel membran sel terususun atas fosfolipid dan protein, dinding sel yang berada di lapisan bakteri Staphylococcus aureus secara in kedua vitro. setelah membran sitoplasma tersusun atas lapisan peptidoglikan dan Saran 5 asam teikoat . 1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut Dinding sitoplasma sel dan membran dari bakteri Staphylococcus aureus yang merupakan bakteri gram positif mempunyai susunan yang bisa diganggu mekanisme kerjanya dengan flavonoid, alkaloid, dan polifenol yang terkandung dalam daun ciplukan (Physalis angulata L.), sehingga mengakibatkan bakteri tersebut terhambat bahkan pertumbuhannya bisa menyebabkan kematian pada bakteri tersebut. Rusaknya dinding sel akan menyebabkan terhambatnya pertumbuhan sel bakteri, dan pada akhirnya bakteri akan mati. Secara umum adanya kerja suatu bahan kimia sebagai zat mengakibatkan antibakteri terjadinya dapat perubahan- perubahan yang mengarah pada kerusakan hingga terhambatnya pertumbuhan sel bakteri tersebut12. dengan menggunakan metode dilusi cair dengan serial pengenceran untuk mengetahui kadar hambat minimal (KHM) ciplukan dari ekstrak (Physalis etanol daun angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus dengan tepat. 2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut dengan menggunakan metode difusi untuk mengetahui konsentrasi yang paling efektif dari obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap bakteri Staphylococcus aureus. 3. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut secara in vivo untuk mengetahui waktu kerja dari obat kumur ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap terapi abses yang dikarenakan bakteri Staphylococcus aureus. 4. Perlu dilakukan uji toksisitas untuk Kesimpulan Penelitian mengetahui efek toksik dari obat kumur ini membuktikan bahwa terdapat pengaruh daya antibakteri ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) dalam sediaan obat kumur yang mempunyai kadar hambat minimal (KHM) dan kadar bunuh minimal (KBM) pada konsentrasi obat kumur 5% terhadap ekstrak etanol daun ciplukan (Physalis angulata L.) terhadap Staphylococcus aureus. bakteri DAFTAR PUSTAKA 1. Syahrurahcman, A., Chatim, A., Soebandrio, A., Karuniawati, A., Santoso, A., & Harun, B. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran Edisi Revisi. Jakarta: BINARUPA AKSARA Publisher. 2010. 2. Azadeh, M., Kermanshahi, R. K., naghavi, N. S., Ghalayani, P., & Salamat, F. The Profil of Pathogenic Bacteria Isolated from Dental Plaque Indiced Gingivitis. International Journal of Molecular and Clinical Microbiology, 2011;1, Hal. 36-39. 3. Smith, A., Robertson, D., Tang, M., Jackson , M., MacKenzie, D., & Bagg, J. Staphylococcus aureus in the oral cavity a three-year retrospective analysis of clinical laboratory data. British Dental Jurnal, 2003;p.701703. 4. Nolte, A. W. Oral Microbiology. United States of America: The C.V. Mosby Company.1977. 5. Jawetz, Melnick, & Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran (23 ed.). Jakarta: EGC. 2008. 6. Murray, P., Rosenthal, K., & Pfaller, M. Medical Microbiology (6th ed.). Canada: ELSEVIER. 2009. 7. Cancer Chemoprevention Research Center (CRCC). Ciplukan (Physalis angulataL.). Farmasi UGM. Diakses 21 April 2014, dari http://ccrc.farmasi.ugm.ac.id 8. Agoes, A. Tanaman Obat Indonesia Buku 2. Jakarta: Salemba Medika. 2010. 9. Noorhamdani-AS, Rio, J. A., & Gracia, H. Uji Efektivitas Ekstrak Etanol Daun Ciplukan (Physalis angulata L.) sebagai Antimikroba terhadap Acinobacter baumannii secara In Vitro. Majalah Gracia 10. 11. 12. 13. 14. Harahap. Jurnal Penelitian Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya, 2014;Hal. 1-11. Nurkalimah, C. Daya Antibakteri Air Jeruk Nipis (Citrus aurantifolia) Terhadap Pertumbuhan Stapylococcus aureus dan Escherichia coli yang Diuji Secara In Vitro. Karya Tulis Ilmiah Strata 1 Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. 2011. Pelczar, M. J., & Chan, E. DasarDasar Mikrobiologi Jilid II. Jakarta: Penerbit Universitas Indonesia (UIPress). 2009. Retnowati, Y., Bialangi, N., & Posangi, N. W. Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus aureus Pada Media Yang Diekspos Dengan Infus Daun Sambiloto (Andrographis paniculata). Saintek, 2011;Vol 6. Dewi, F. K. Aktivitas Antibakteri Ekstrak Etanol Buah Mengkudu (Morinda Citrifolia, Linnaeus) Terhadap Bakteri Pembusuk Daging Segar. Surakarta: Skripsi Jurusan Biologi Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Sebelas Maret. 2010. Fitrianti, D., Noorhamdani, A., & Karyono, S. S. Efektivitas Ekstrak Daun Ceplukan sebagai Antimikroba terhadap Metchicillin-Resistant Staphylococcus aureus In VItro. Jurnal Kedokteran Brawijaya, 2011;26, Hal. 212-215.