TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI BAWANG MERAH Oleh : Diny

advertisement
No. 019, Agustus 2017
(Tanggal diunggah 17 Agustus 2017)
Penyunting : Tonny K. Moekasan, Laksminiwati
Prabaningrum, Nikardi Gunadi, dan Asih K. Karjadi
Redaksi Pelaksana : Abdi Hudayya, Fauzi Haidar
TATA CARA PRODUKSI BENIH INTI BAWANG MERAH
Oleh :
Diny Djuariah
Kelompok Peneliti Pemuliaan dan Plasma Nutfah
BALAI PENELITIAN TANAMAN SAYURAN
Jl. Tangkuban Parahu No. 517, Lembang – Bandung Barat 40391
e-mail : [email protected]
PENDAHULUAN
Komitmen Badan LITBANG Pertanian dalam penataan sistem perbenihan pertanian
di Indonesia diwujudkan dalam berbagai rencana aksi seperti penataan cara produksi
benih inti. Khusus untuk tanaman sayuran, tata cara produksi benih penjenis tanaman
kentang, bawang merah dan buncis telah selesai dibuat pada tahun 2002. Pedoman tata
cara produksi benih inti juga perlu disusun untuk memperoleh benih dengan kemurnian
genetik yang tinggi sebagai bahan untuk memproduksi benih dengan kelas di bawahnya.
Buku panduan produksi benih inti ini disusun untuk memeberikan tuntunan umum
memproduksi benih inti tanaman bawang merah
(Allium ascalonicum. L.). Dengan
demikian industri penangkaran benih bermutu dapat tumbuh dan berdampak luas
terhadap budaya penggunaan benih bermutu oleh petani penanam bawang merah.
Bawang merah termasuk keluarga Alliaceae. Beberapa genus yang penting dan
memiliki nilai ekonomis disajikan pada Tabel 1. Semula bawang merah dikenal dengan
nama ilmiah Allium cepa , dimana bawang bombay (onion) dan bawang merah masuk
1
ke dalam
spesies tersebut. Pada Perkembangan selanjutnya, berdasarkan jumlah
umbinya bawang Bombay yang umbinya maksimal dua buah disepakati sebagai A.cepa,
sedangkan bawang merah yang jumlah umbinya lebih dari dua buah ditetapkan sebagai
Allium ascalonicum. L. (George 1999).
Bawang merah umumnya diperbanyak secara vegetative. Meskipun teknologi
penggunaan biji botani (True sheed of shallot, TSS) telah ditemukan faktanya petani
masih enggan untuk menggunakannya. Oelh karena itu diperlukan teknologi untuk
menjembatani aplikasi teknologi TSS di masa yang akan datang.
Tabel 1. Genus Allium yang bernilai ekonomi
Nomor
Spesies
Nama umum/
1
Allium cepa L.
Bawang bombay, bawang
merah (onion, shallot).
2
A. porrum.syn. A. ampeloprasum L. var.
porrum
Leek; prei
3
A. fistulosum L.
Bawang daun (Japan
bunching onion)
4
A. sativum L.
Bawang putih (garlic)
5
A. schoenoprasum L.
? (Chives)
6
A. tuberosum Rottl. Ex Spreng
Kucai (Sd.) (Chinese
chives)
7
A. chinense G. Don
Rakkyo (Rakko)
Penciri Khusus Bawang Merah
Vegetatif
Jumlah anakan
Panjang Daun
Posisi daun
Diameter daun
Lapisan lilin
Warna daun
Jumlah daun
Tinggi tanaman
Umbi
Ukuran umbi
Tinggi umbi
Diameter umbi
:
:
:
:
:
:
:
Sedikit (<3), dan banyak (>4).
Pendek, medium, panjang
Tegak , semi tegak
Kecil medium dan besar
Ada, tidak ada
Hijau muda, hijau , hijau tua, hijau kebiruan
Lebih dari satu (2,3,4,…dst) dalam satu rumpun.
Diukur dari permukaan tanah sampai pada ujung
daun yang paling panjang setelah pertumbuhan
vegetatif berhenti.
Kecil, medium dan besar
Kecil, medium dan tinggi
Kecil, medium dan besar
2
Lebar leher
Warna kulit umbi
:
:
Ketebalan lingkaran umbi
Kekuatan daging umbi
Warna daging umbi
Diameter dasar akar (root disc)
Jumlah umbi (axes)
Kandungan bahan kering
Bentuk umbi
:
:
:
:
:
:
:
Posisi umbi
:
Berat umbi rata-rata
:
Produksi umbi
:
Ketahanan hama dan penyakit
:
Umur
:
Medium dan tebal
Merah muda/pucat, merah, orange pucat
kemerahan, merah kecoklatan, merah tua, merah
kekuning-kuningan.
Tipis, medium dan tebal
Lembut,medium dan kuat
Putih, kemerahan dan keunguan.
Kecil, medium dan luas
Medium (3-4), banyak (>4)
Rendah, medium dan tinggi
(1) eliptik melebar (broad elliptic); (2) bentuk
buah pear (ovate); (3) broad ovate.
Akar agak masuk ke dalam, Akar sama dengan
permukaan, akar agak menonjol.
Berat satu rumpun umbi dibagi dengan jumlah
anakan per rumpun.
Potensi bibit untuk menghasilkan produksi yang
dihitung dalam bentuk ton per hektar.
Kemampuan tanaman terhadap serangan hama
(ulat daun) dan penyakit (Fusarium, Alternaria
porri dan Pythium).
Genjah (55-59 hari setelah tanam), sedang (60-65
hari setelah tanam) dan dalam (lebih dari 66 hari
setelah tanam).
Generatif
Kemampuan berbunga
:
Bentuk bunga
Warna bunga
Jumlah buah per tangkai
Jumlah tangkai bunga
rumpun
:
:
:
Bentul biji
Warna biji
per
:
:
:
Tanaman dalam keadaan tanpa perlakuan mudah
berbunga atau sukar berbunga atau sama sekali
tidak
berbunga,
walaupun
diperlakukan
bagaimanapun.
Seperti payung, bulat, pipih.
Putih, kuning, biru, ungu.
Satu bunga terdiri dari beberapa buah
Setiap rumpun terdiri dari beberapa anakan
masing-masing anakan dalam keadaan normal
dapat berbunga satu tangkai.
Gepeng, agak bulat, segitiga.
Hitam pekat, hitam kelabu.
3
Keterangan
1 = sangat lemah/ tidak melengkung
3 = sedikit melengkung
5 = medium
7 = melengkung
9 = sangat melengkung
Gambar 1. Lengkungan daun (UPOV,1999)
Keterangan :
1 = eliptik
2 = ovate
3 = eliptik lebar
4 = sirkular
5 = ovate lebar
Gambar 2. Bentuk umbi dalam potongan longitudinal (UPOV,1999)
4
Keterangan
1 = sangat sempit
3 = sempit
5 = medium
7 = lebar
9 = sangat lebar
Gambar 3. Lebar leher umbi (UPOV, 1999)
Keterangan
1 = dekat apex
2 = di tengah
3 = dekat dasar
Gambar 4. Posisi diameter maksimal umbi (UPOV 1999)
5
Keterangan
3 = agak naik
4 = bundar
5 = agak menurun
6 = sangat menurun
Gambar 5 Bentuk bahu umbi (UPOV 1999)
Keterangan
1 = berpusat
2 = datar
3 = bundar
4 = agak runcing
5 = runcing
Gambar 6 Bentuk dasar umbi (UPOV 1999)
Prosedur Memproduksi Benih Inti Bawang Merah
Benih inti bawang merah adalah umbi yang dihasilkan dari planlet pertama (Prenulear seed) yang merupakan regenerasi pertama dari explant. Explant diisolasi dari
umbi yang menjadi benih acuan (reference seeds) yang mendapat otentifikasi dari
pemulia bawang merah yang bersangkutan (correspond breeder). Explant ditumbuhkan
di dalam media padat Murashige dan Skoog (MS) ditambah vitamin dan 20 gram sukrosa.
6
Di dalam satu tabung reaksi hanya ditanam satu explant. Explant diisolasi dari titik
tumbuh (shoot apex), dan ukuran explant maksimal adalah 0,5 mm. Semakin kecil
ukuran explant maka akan semakin baik harapan kesehatan dan kualitas planlet, hal ini
berhubungan dengan peluang kandungan patogen dalam explant.
Lama pertumbuhan kalus sampai menjadi planlet tergantung pada varietas, berkisar 35 bulan. Pada dua bulan pertama kalus akan berorganogenesis membentuk struktur
seperti tunas, kemudian berkembang menjadi tunas dan planlet.
Planlet didewasakan dalam tabung atau botol berisi 20-25 ml media padat MS
yang mengandung 20 gram/L sukrosa selama 30-45 hari. Setelah keluar akar secara
sempurna dari rumpun, planlet segera disapih dan ditransfer ke dalam tabung (v 100
ml) dengan media padat MS yang mengandung 30 gram/L sukrosa. Setelah dua minggu
planlet diaklimatisasikan (hardening) di rumah kasa selama 3-5 hari kemudian ditanam
pada polybag atau pot bermedia steril campuran tanah kompos dan pupuk kandang =
1:1:1. Pengairan harus dilakukan setiap hari, dan pemupukan lakukan dengan cara foliar
feeding yaitu pemberian pupuk cair, setiap satu minggu.
Manajemen organisme pengganggu tumbuhan (OPT) terutama fungisida
dilakukan setiap minggu, sedangkan insektisida dilakukan setiap dua minggu atau lebih.
Rumah kasa yang dipakai adalah tipe bebas serangga, sehingga pengendalian hama
secara kimia dapat direduksi. Tanaman yang benar-benar sesuai dengan tipe standar
dan sesuai dengan deskripsi dipilih untuk dipanen secara individu.
Benih yang dipanen dari planlet adalah Go (Generasi 0). Umbi bawang merah Go
inilah yang disebut benih inti.
PELAKSANAAN
Persiapan Media Tanam
Penanaman umbi bawang merah dapat dilakukan dalam pot/polybag atau dalam
bedengan benih (seed bed) yang tidak kontak langsung dengan tanah, misalnya dibuat
rak pertanaman benih dengan lebar 60 cm, panjangnya disesuaikan dengan lahan yang
tersedia.
Media tanam didesinfektan dengan uap bersuhu tinggi  900 C – 1000 C dengan
menggunakan steam boiler, kemudian didinginkan selama 1 – 2 hari. Media tanaman
diisikan ke dalam seed bed dengan ketebalan
minimal 20 cm. Media terdiri dari
7
campuran tanah, kompos dan pupuk kandang, dengan perbandingan Satu minggu
sebelum tanam, dilakukan pemberian pupuk buatan ke dalam media. Dosis pupuk sangat
tergantung kepada kesuburan media yang dipakai. Oleh karena itu pemeriksaan
kandungan nutrisi media yang dipergunakan harus dilakukan. Satu hari sebelum tanam,
media diairi dengan merata dan harus sampai kelapisan terbawah dari seed bed.
Cara Tanam
Jarak tanam yang digunakan 15 x 20 cm sedangkan dalam pot/ polybag (Vol. 5
kg media) dapat ditanam dengan dua buah planlet. Pemupukan nitrogen dengan dosisi
190-200 kg per ha (Suwandi, 1998), sedangkan pada bawang Bombay nitrogen 150
kg per ha ( Ahmed, 1982) menghasilkan umbi yang besar-besar dan produksi total
tertinggi. Pemberian pupuk lebih efektif dengan pupuk daun setiap satu minggu sekali.
Pengairan (lihat cara pertanaman benih inti).
Pemeriksaan Virus dan OPT lainnya

Pemeriksaan virus OYDV (Onion Yellow Dwarf Virus ) dan OMV (Onion Mosaic Virus)
untuk tanaman di screen house dilakukan oleh Virologi.

Patogen tular benih yang harus bebas adalah Alternaria pori, Botrytis allii,
Colletotrichum spp. Fusarium spp. Pucinia allii dan nematoda.

Pemeriksaan lapangan dilakukan pada waktu pertanaman berumur 4, 6, 8 minggu
dan contoh benih yang dipanen. Pemeriksaan dilakukan oleh seorang Fitopatolog
yang independent .
Panen dan Penyimpanan
a. Pada penananamn dengan kondisi optimal serta kesehatan
bawang merah
terpelihara, masa pertumbuhannya adalah berkisar antara 70 sampai dengan
90 hari.
b. Umbi dipanen bersama dengan daunnya kemudian dikumpulkan dan diikat untuk
dikering anginkan.
Pemeriksaan
Pemeriksaan tipe simpang dilakukan pada fase vegetatif, fase berbunga awal,
fase berbunga raya dan menjelang penuaan (senescens) dan fase pematangan umbi
serta setelah panen. Dalam hal ditemukan tipe simpang pada setiap fase maka segera
harus dicabut (roguing) jika telah berumbi yakinkan bahwa umbinya telah terbuang.
Satu rumpun sebelah kiri dan kanan tanaman tipe simpang umbinya harus ikut di buang.
8
Pasca Panen
(1). Waktu panen
Panen bawang merah dilakukan pada waktu matang fisiologis, cara ini paling
praktis dan murah namum perlu pengalaman. Cara lain penentuan waktu panen adalah
dengan analisa kimia. Berdasarkan pengalaman dan pengenalan yang dalam terhadap
karakter varietas bawang merah yang ditanaman maka kematanagn fisiologis bawang
merah dapat diamati secara visual.
Umur panen adalah
penduga kematangan,
umumnya beberapa varietas yang ada di Indonesia siap dipanen pada umur 60 – 70 hari
dan 80-100 hari sejak tanam di dataran rendah dan dataran tinggi.
Tanda visual lain indikasi panen adalah sebagai berikut (Tjiptono, 1986)
-
Melemahnya pangkal daun
-
Terjadi perubahan warna daun menjadi kekuning-kuningan
-
Umbi sudah masif (padat) dan warnanya (pigmentasi) semaikn jelas.
-
Aroma pedas (atsiri) sangat terasa
(2). Cara panen

Faktor pertama yang harus dipenuhi untuk menjaga mutu benih bawang merah
adalah terpenuhinya kematangan fisiologis.

Lakukan dengan teliti, jangan sampai menimbulkan kerusakan mekanis sehingga
menimbulkan penurunan kualitas. Benih Inti mutunya harus tinggi karena harus
menjadi sumber benih untuk keturunan benih kelas-kelas dibawahnya.

Lakukan panen dalam keadaan kering , atau tidak hujan.

Cabutlah tanaman dengan hati-hati agar daunnya tidak lepas, kemudian dibuat
ikatan umbi untuk memudahkan pengeringan dan transportasi.
(3). Pelayuan

Lakukan pelayuan (pre-drying) agar tidak terjadi hidrasi berlebihan sehingga
umbi menjadi kropos. Pelayuan mendorong perubahan kulit bawang yang paling
luar menjadi semacam epidermis yang tidak porus sehingga hidrasi terkendali.
Pelayuan kadang kala disebut penyembuhan (curing).

Ikatan bawang merah disimpan selama 2-3 hari dibawah terik matahari tetapi
umbinya harus diletakan sedemiakan rupa agar tidak tersinari langsung oleh
matahari.

Pelayuan meknis dapat dilakukan dengan menggunakan penghembus udara
panas (± 46oC)/16 jam.
9
(4). Pengeringan
Pengeringan umbi bawang merah pada dasarya menguapkan kadar air dari
umbi samapi tingkat tertentu sehingga umbi tersebut tidak cocok untuk pertumbuhan
mikroorganisme, proses enzimatis dan biokimia terhambat.
Pengeringan yang paling murah dan umum dilakukan adalah dengan penjemuran selama
1- 2 minggu. Langkah pengeringan dengan sinar matahari adalah sebagai berikut :

Bersihkan tempat pengeringan.

Rapihkan ikatan-ikatan agar lebih kokoh dengan menggabungkan 2-3 ikat
menjadi satu.

Balikan setiap 2-3 hari sekali.

Pada waktu susut bobot mencapai 40% atau kandungan kadar air 80-85%
pengeringan sampai pada tingkat kering simpan (kering mati).
Pengeringan dapat juga dilakukan dengan menggunakan penghembus udara
(air blower) dalam ruangan atau ruang berventilasi. Pengembangan model ruang
pengering dapat dibuat sesuai dengan kebutuhan dan kapasitas produksi benih.
(5). Seleksi benih
Seleksi untuk memilih benih yang berkualitas yaitu umbi sehat dengan tampilan
fisik yang bagus serta tidak gembos dilakukan beberapa kali. Seleksi untuk membuang
yang busuk sangat penting karena proses pembusukan satu umbi didalam satu ikat akan
mempengaruhi peningkatan umbi busuk disekitarnya.
(6). Penyimpanan
Rentan masa simpan (seed longevity) untuk benih adalah sangat penting dan
menjadi factor pembatas terutama untuk benih yang diperbanyak secara vegetatif.
Penanganan benih bawang merah berbentuk umbi sangat berbeda dengan penyimpanan
benih yang berasal dari biji botani. Dari beberapa cara penyimpanan, ternyata yang
terbaik adalah disimpan pada ruang berventilasi atau pada ruang ber- vortex (Asgar dan
Sinaga, 1992).
Setelah selesai seleksi segera lakukan penyimpanan umbi sebagai berikut :

Bersihkan gudang penyimpanan dari hama gudang dan sumber infeksi pathogen
tular benih.

Aklimatisasi yaitu penyesuaian suhu umbi dengan suhu gudang sebelum masuk
gudang.

Buat identifikasi/label benih yang jelas mudah terbaca dan tidak cepat luntur.
10

Penyimpanan umbi dapat dilakukan dalam rak benih atau dalam para-para
dengan membuat poros dari bambu.

Suhu penyimpanan benih bawang yaitu antara 27- 30o C dengan kelembaban
relatif sekitar 65-75 %.
11
DAFTAR PUSTAKA
1.Borga, R., Stahlschmidt, D.M and Tizio, R.M..1993. Preliminary study on water
requirements in onions (Allium cepa ) cv. Valcatorce in relations to seed
productions. AgriScientia 10:3-9.
2.Brewster, J.L. 1994. Onions and Others Vegetables Alliums. CAB International
Wallingford, 236 pp.
3. George A.T. R. 1999. Vegetable Seed Production. CABI Publishing. University Prees.
Cambridge.Uk Pp. 328.
4. Permadi, A.1991. Penelitian pendahuluan variasi sifat-sfat bawang merah yang berasal
dari biji. Bul.Penel. Hort 20 (4):120-131
4. Suwandi. Perbaikan Varietas dan Teknologi Produksi Bawang Merah. Laporan Hasil
Penelitian Sayuran. T.A. 1998/1999. Pp:64
5. UPOV, 1999. Guidelines For the Conduct of Tests Distinctness , Uniformity And
Stability .TG/46. Onion and Shallot (Allium cepa L., Allium ascalonicum
L.).Geneve.
12
Download