BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 2.1.1 Biaya Pengertian Biaya Setiap tindakan yang telah dipikirkan secara matang akan meminta pertimbangan antara manfaat dan pengorbanan. Begitu juga dalam sektor produksi, maka untuk setiap keputusan ekonomi yang dipertanggungjawabkan perlu diadakan pertimbangan antara hasil-hasil yang diharapkan dan biaya-biaya yang harus dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut. Akuntansi biaya mengukur biaya sesuai dengan rencana-rencana dan kebutuhan-kebutuhan manajemen. Biaya-biaya harus didasari dengan faktor-faktor yang relevan, yang diperhatikan dengan teliti dan dipertimbangkan dengan cermat agar dapat membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang tepat. Dalam akuntasi keuangan, istilah biaya didefinisikan sebagai pengorbanan ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang dan jasa. Dengan kata lain biaya merupakan harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi. Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, dimana satuan moneter yang dipakai di Indonesia adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka 8 9 pemilikan barang dan jasa tersebut. Informasi biaya nantinya akan digunakan oleh manajemen, antara lain untuk perencanaan laba dan pengendalian biaya. Menurut Supriyono (2011:16) pengertian biaya adalah: “biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai pengurang penghasilan.” Menurut Mulyadi (2009:8) dalam bukunya Akuntansi Biaya definisi biaya dalam pengertian umum sebagai berikut: “didalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai tujuan tertentu.” Dari definisi itu pengorbanan sumber ekonomis dibedakan menjadi: 1. Pengorbanan yang telah terjadi 2. Pengorbanan yang mungkin terjadi Definisi biaya tersebut diatas tidak hanya menyangkut biaya yang telah terjadi dimasa lalu, tetapi meliputi juga biaya-biaya yang kemungkinan akan terjadi dimasa yang akan datang. Sedangkan dalam arti sempit, Menurut Mulyadi (2009:10) pengertian biaya adalah: “… biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk memperoleh aktiva.” 10 2.1.2 Penggolongan Biaya Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistematis atas seluruh elemen yang ada dalam golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan informasi penting. Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal konsep: “Different Cost for Different Purpose”. Mulyadi (2009:13-17) menggolongkan biaya menurut: 1. Objek Pengeluaran Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar penggolongan biaya 2. Fungsi Pokok dalam Perusahaan Ada tiga fungsi pokok yaitu: 1) Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual. 2) Biaya pemasaran, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran produk. 3) Biaya administrasi dan umum, yaitu biaya-biaya mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk. 3. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai Dapat dikelompokkan menjadi dua: untuk 11 1) Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai. 2) Biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai. 4. Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan Dapat digolongkan menjadi: 1) Biaya variable, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 2) Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan perubahan volume kegiatan. 3) Biaya semi fixed, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi tertentu. 4) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume kegiatan tertentu. 5) Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya Dapat dibagi menjadi: 1) Pengeluaran modal (capital expenditures), yaitu biaya yang mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu tahun). 12 2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), yaitu biaya yang hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya pengeluaran tersebut. 2.2 2.2.1 Biaya Produksi Pengertian Biaya Produksi Biaya produksi merupakan biaya yang timbul dari kegiatan manufaktur. Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi bahan mentah menjadi barang jadi melalui penggunaan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik. Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa didalam menjalankan usahanya harus mengetahui biaya produksinya. Tanpa mengetahui berapa biaya produksi dari barang atau jasa yang diproduksi, kemungkinan akan terjadi kekeliruan dalam mengambil tindakan-tindakan dalam menentukan harga jual. Mulyadi (2009:14) mendefinisikan biaya produksi adalah: “Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang siap untuk dijual.” Menurut Supriyono (2011:19) pengertian biaya produksi adalah: “Semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.” Menurut Hansen and Mowen (2009:45) pengertian biaya produksi adalah sebagai berikut: “Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau jasa.” 13 Sedangkan menurut Sukirno (2004:205) menjelaskan biaya produksi, mengatakan bahwa: “Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan tersebut.” Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain. Biaya yang dikeluarkan tersebut adalah biaya untuk pembuatan barang ataupun penyediaan jasa. 2.2.2 Unsur-unsur Biaya Produksi Mulyadi (2009:14) menjelaskan bahwa biaya produksi terdiri dari tiga unsure yaitu: 1) Biaya bahan baku langsung (direct materials) Biaya bahan baku langsung adalah harga perolehan berbagai macam bahan baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. Bahan baku adalah berbagai macam bahan diolah menjadi produk akhir dan pemakaiannya dapat didefinisikan secara langsung atau diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu. Pengertian biaya bahan baku langsung menurut Mulyadi (2009:14): “Semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang dapat dimasukan langsung dalam perhitungan biaya produk.” 14 Biaya bahan baku langsung merupakan biaya seluruh bahan yang membentuk suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi yang dapat langsung diperhitungkan kedalam harga pokok dari produk tersebut. Dalam menentukan harga pokok bahan baku seluruh biaya yang menyangkut perolehan bahan tersebut ditambah kedalam harga beli bahan baku. 2) Biaya tenaga kerja langsung Menurut Mulyadi (2009:318), biaya tenaga kerja langsung dapat digolongkan menjadi: (1) Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan yaitu pabrik, pemasaran dan administrasi. Oleh karena itu perlu adanya penggolongan dan perbedaan antara tenaga kerja pabrik dan bukan pabrik. Hal itu harus dilakukan karena gaji dan upah tenaga kerja pabrik merupakan unsur harga pokok produksi. Sedangkan gaji dan upah tenaga kerja bukan pabrik merupakan biaya yang dibebankan dalam periode yang bersangkutan. (2) Penggolongan menurut kegiatan departemen yang ada dalam perusahaan. Agar lebih mudah mengendalikannya , kepala departemen bertanggung jawab atas pelaksanaan kerja karyawan yang ada dalam departemennya serta upah yang dibayarkan kepada mereka. (3) Penggolongan menurut jenis pekerjaan sebagai dasar penetapan perbedaan upah dan standarnya. 15 (4) Penggolongan menurut hubungannya dengan produk, yaitu penggolongan tenaga kerja menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga kerja pabrik yang mengerjakan proses produksi termasuk kedalam tenaga kerja langsung. Sedangkan tenaga kerja bukan pabrik atau yang tidak langsung mengerjakan produk termasuk ke dalam tenaga kerja tidak langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan bagian dari produksi tidak langsung. Nilai biaya tenaga kerja yang dibebankan ke dalam biaya produksi dihitung dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja atau hari kerja karyawan. 3) Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebankan kedalam produk. Mulyadi (2009:193-195) menyatakan bahwa yang termasuk kedalam biaya overhead pabrik adalah: (1) Biaya bahan penolong Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi atau bahan yang menjadi bagian dari produk jadi, tetapi nilainya relative kecil jika dibandingkan dengan harga pokok tersebut. (2) Biaya reparasi dan pemeliharaan Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luat perusahaan untuk 16 keperluan perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik, mesin-mesin dan peralatan. (3) Biaya tenaga kerja tidak langsung Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah, tunjangan, biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung tersebut. (4) Beban biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain adalah biaya depresiasi emplasmen pabrik, mesin dan equipment, perkakas laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik. (5) Beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya asuransi, gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment, asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi kerugian trial run. (6) Biaya produksi tidak langsung lainnya yang memerlukan pengeluaran uang tunai Biaya overhead pabrik yang termasuk pada kelompok ini antara lain adalah biaya reparasi uang diserahkan kepada pihak luar perusahaan, biaya listrik PLN dan sebagainya. 17 2.3 Bahan Bakar Minyak Bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat diperbaharui sehingga sulit untuk dijamin ketersediaannya. Hal ini memiliki arti bahwa secara alamiah, jika ketersediaan pasokan terbatas bahkan sulit untuk diperbaharui, maka harganya akan terus meningkat. Bahan bakar minyak (BBM) adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari pengilangan minyak mentah. Beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri, pertamax plus, premium, solar transportasi, solar industri, minyak diesel dan minyak bakar. 2.4 Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM) Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidak stabilan di masyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM.Kenaikan BBM ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun demikian kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif. Dampak Positif 1. Munculnya bahan bakar dan kendaraan alternatif Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah 18 dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM, misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan kendaraan lainnya. 2. Pembangunan Nasional akan lebih pesat. Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah. 3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara). Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi. 4. Mengurangi Pencemaran Udara Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat kebersihan udara. 19 Dampak negative a. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal. Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar. Apabila harga BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah). b. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan bahan baku, beban transportasi dll. c. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan terputus. d. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran. Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan terjadi PHK. e. Inflasi Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa. f. Peningkatan biaya produksi perusahaan. g. Peningkatan biaya operasional perusahaan. 20 2.5 2.5.1 Kinerja Pengertian Kinerja Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisi atau interpretasi terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan analisis tersebut dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakan sebagai pertimbangan dan pengembalian keputusan interpretasi atau analisis laporan keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan dengan perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka berbeda-beda. Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) mengartikan kinerja sebagai berikut: “Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan kerja.” Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:1), kinerja berarti : “Tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu atau tingkat pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan”. Menurut Jumingan (2011:239), kinerja keuangan adalah : “Gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik menyangkut aspek penghimpunan dana maupun aspek penyalurandana yang biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan profitabilitas.” Dari definisi diatas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu 21 selama kurun waktu tertentu. Sedangkan kinerja keuangan adalah usaha formal yang telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang telah ditetapkan. 2.5.2 Pengukuran Kinerja Keuangan Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data, menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2011:242): A. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih dengan menunjukan perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun dalam persentase (relatif). B. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukan kenaikan atau penurunan. 22 C. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang. D. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui dua periode waktu yang dibandingkan. E. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu periode waktu tertentu. F. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan laba rugi baik secara individu maupun secara simultan. G. Analisis perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya peruabahan laba. H. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian. 2.5.3 Rasio-rasio Keuangan sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang penting disamping informasi lainnya seperti informasi industri, kondisi perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya dalam hal mengukur kinerja suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor 23 biasanya melihat kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari berbagai macam rasio dan diperlukan perbandingan dengan perusahaan lain yang seringkali sulit untuk didapat. Analisis kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan laporan keuangan. Informasi laporan keuangan digunakan dan memiliki fungsi sebagai dasar pengembalian keputusan, baik oleh investor maupun calon investor. Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan, karena laba perusahaan merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para penyandang dana juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang. Teknik fundamental terdiri dari beberapa alat ukur kinerja perusahaan internal seperti menggunakan rasio dan pengukuran lainnya dan analisis fundamental untuk pasar uang yang meliputi kondisi perekonomian secara umum. Dalam penelitian ini dibatasi hanya analisis fundamental yang bersifat internal untuk mengetahui kinerja keuangan perusahaan, seperti rasio profitabilitas dan pengukuran lainnya. Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam kegiatan investasi yang umum digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas. Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada rasio profitabilitas, yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana yang diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau rasio keuntungan berkaitan erat dengan 24 kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. 2.5.4 Pengertian Rasio Profitabilitas Dalam kegiatan bisnis, setiap perusahaan pasti tujuan utamanya akan berorientasi pada keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan maka perusahaan harus dapat menjual suatu barang lebih tinggi daripada biaya produksinya. Oleh karena itu setiap perusahaan akan selalu melakukan sebuah perencanaan dalam penentuan keuntungan yang akan diperoleh ini pun hanya peramalan saja, bisa terjadi perubahan berdasarkan situasi dan kondisi yang akan terjadi dimasa depan berbeda dengan yang telah direncanakan. Melalui adanya rasio profitabilitas maka akan memberikan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode tertentu dan melalui informasi itu suatu perusahaan bisa melakukan estimasi penerimaan laba di masa mendatang. Menurut James dan Wachowicz (2005:222) dalam bukunya “Financial Management” menyatakan rasio profitabilitas adalah : “Rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Rasio profitabilitas terdiri atas dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas dalam kaitannya dengan investasi.” Sedangkan menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio profitabilitas adalah: “Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh keuntungan dari penggunaan modalnya.” 25 Kemudian menurut Husnan (2008:72) rasio profitabilitas adalah : “Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva perusahaan (sekelompok aktiva perusahaan).” Berdasarkan hal di atas maka dapat kita dimpulkan bahwa rasio profitabilitas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba baik laba saat ini maupun laba di masa mendatang. 2.5.5 Ukuran Rasio Profitabilitas Dalam menggunakan rasio profitabilitas, ada banyak rasio yang dapat digunakan oleh seorang analisis. Berdasarakan modul manajemen keuangan, meyatakan untuk mengukur rasio profitabilitas dapat digunakan ratio-ratio sebagai berikut: Net profit margin (NPM) Gross profit margin (GPM) Operating profitmargin (OPM) Operating ratio (OR) Return on Assets (ROA) Return on Equity (ROE) Earning per share (EPS) Return on Investment (ROI) Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ratio yang digunakan untuk mencerminkan kinerja keuangan perusahaan melalui rasio profitabilitas adalah Net Profit Margin. Rasio ini dipilih karena penulis ingin lebih memusatkan perhatian 26 pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari hasil penjualan bersih perusahaan. 2.5.6 Net Profit Margin Ratio Menurut Segel dan Shim dalam Fahmi (2011:136) Net Profit Margin adalah: “Net Profit Margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi dengan penjualan bersih.” Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan. Net profit margin yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan mendapatkan hasil yang baik melebihi harga pokok penjualan. Adapun rumus Net Profit Margin sebagai berikut: Net Profit Margin 2.6 Penelitian Terdahulu Tabel 2.1 Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang PENELITIAN TERDAHULU Penelitian terdahulu Judul Desti Dwi Pengaruh Efisiensi Lestari Biaya (2013) Produksi Variabel Indikator Efisiensi Biaya Produksi Efisiensi produksi= Hasil Penelitian biaya Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persamaan dengan penelitian terdahulu Variabel independen yang digunakan Perbedaan dengan penelitian terdahulu Perbedaan dengan penelitian sebelumnya 27 terhadap Laba Bersih Laba Bersih Ket: Lusi Gita Pengaruh Efisiensi Lestari Biaya (2007) Produksi terhadap Laba Kotor Efisiensi Biaya Produksi Laba Kotor Vany Wibowo Rakhmat (2014) Pengaruh Efisiensi Efisiensi biaya biaya produksi produksi perkebun an teh terhadap efisiensi biaya sama yaitu produksi biaya produksi. mempunyai pengaruh terhadap laba bersih. yaitu variabel dependen yakni kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio net profit margin. Variabel independen yang digunakan sama yaitu biaya produksi. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel dependen yakni kinerja perusahaan yang dilihat dari rasio net profit margin. Variabel independen yang digunakan sama yaitu biaya produksi. Perbedaan dengan penelitian sebelumnya yaitu variabel dependen yakni kinerja ABP (anggaran biaya produksi) RBP (realisasi biaya produksi) Laba bersih= pendapatan – beban-beban Efisiensi biaya Hasil produksi= penelitian menunjukkan bahwa tidak memiliki pengaruh yang signifikan Ket: terhadap laba kotor. ABP (anggaran biaya produksi) RBP (realisasi biaya produksi) Rasio laba kotor = Penghitungan efisiensi biaya produksi dilakukan dengan cara menentukan varians antara realisasi Hasil pengujian hipotesis menunjukkan bahwa efisiensi biaya produksi 28 profitabil itas Profitabil itas dan anggaran, dan kemudian di ubah datanya menjadi bentuk rasio dengan menggunakan biaya anggaran sebagai pembanding (Robert N. Anthony dan Vijay Govindarajan:200 5) = berpengaruh positif terhadap profitabilitas. perusahaan yang dilihat dari rasio net profit margin. mengacu pada perhitungang profitabilitas yang di ungkapkan oleh Gitman (2013;79) Gross Profit Margin 2.7 Kerangka Pemikiran Dalam menjalankan aktivitasnya untuk tetap bertahan (going concern), perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk dapat mendapatkan penghasilan. Untuk mendapatkan penghasilan, perusahaan harus memproduksi sejumlah produk yang dapat dijual ke pasar. Faktor-faktor produksi tersebut harus 29 dimanfaatkan secara efisien sesuai kebutuhan perusahaan. Untuk dapat mengolah faktor-faktor produksi tersebut, diperlukan suatu proses produksi dan dalam proses produksi itu sendiri membutuhkan biaya produksi. Seperti yang dikemukakan oleh Mulyadi (2009:14) bahwa : “Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, biaya produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.” 1. Biaya bahan baku langsung Merupakan biaya untuk bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari produk jadi. Maksudnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi kebutuhan akan bahan dasar pokok yang diperlukan perusahaan untuk memproduksi suatu produk dari awal sampai akhir proses produksi. 2. Biaya tenaga kerja langsung Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung menangani pembuatan proses dan bahan dasar sampai menjadi barang jadi. 3. Biaya overhead pabrik Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terdiri dari biaya bahan baku tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung, Dilihat dari elemen-elemen yang terkandung di dalam biaya produksi maka sebaiknya perusahaan harus menetapkan biaya produksi dengan sangat cermat dan penuh pertimbangan. Dengan kecermatan dalam penentuan biaya produksi, maka akan didapat biaya produksi yang efisien. Biaya produksi dapat dikatakan efisien 30 apabila biaya produksi yang dikeluarkan terkendali. Dengan begitu, laba yang dihasilkan akan maksimal. Bagi dunia usaha, kenaikan harga BBM memberikan dampak cukup besar terutama meningkatkan biaya bahan bakar minyak dan berimbas pada biaya produksi barang dan jasa. Biaya bahan baku akan turut mengalami kenaikan, ongkos angkut melonjak, ditambah dengan tuntutan karyawan untuk kenaikan upah yang pada akhirnya membuat marjin perusahaan mengecil. Pada akhirnya perusahaan akan menaikan harga produk akhir. Di lain pihak, daya beli masyarakat juga menurun karena beban kenaikan harga BBM. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan tidak terserapnya semua hasil produksi perusahaan, sehingga secara keseluruhan akan menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan. Selain untuk kepentingan stakeholders, salah satu kepentingan perusahaan adalah mendapatkan laba yang maksimal, karena dengan adanya laba maka perusahaan dipastikan dapat menjaga kelangsungan aktivitas usaha, dan juga berarti kinerja perusahaan berjalan dengan baik. Pengukuran kinerja keuangan digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa alat analisi. Salah satunya yaitu analisis rasio keuangan, rasio keuangan merupakan teknik analisi keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertenu dalam neraca maupun laporan laba rugi (Jumingan, 2011:242). Dalam penelitian ini, penulis menggunakan rasio profitabilitas sebagai alat ukur kinerja perusahaan.salah satunya net profit margin. 31 Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan dalam kerangka pemikiran sebagai berikut: Variabel Moderating (Z) : Bahan Bakar Minyak Variabel Independen (X) : Variabel Dependen (Y) : Biaya Produksi Kinerja Keuangan Perusahaan Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran 2.8 2.8.1 Hipotesis Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Menurut Supriyono (2011:19) semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain. Biaya yang dikeluarkan tersebut adalah biaya untuk pembuatan barang ataupun penyediaan jasa. Pengendalian terhadap biaya produksi sangat diperlukan dalam hal ini. Manajemen harus mampu bekerja secara efisien baik dalam hal penganggaran dan 32 realisasi biaya produksi. Hal tersebut dikarenakan biaya produksi akan mempengaruhi berbagai aspek terutama terhadap produk yang dihasilkan dan harga jual produk tersebut. Biaya produksi yang terkedendali dapat memaksimalkan kinerja perusahaan atau memberikan gambaran bahwa kinerja perusahaan telah berjalan secara optimal. Artinya, penggunaan biaya produksi yang efisien sehingga dapat memaksimalkan perolehan laba perusahaan. Jadi semakin efisien biaya produksi, maka akan semakin tinggi pula kinerja perusahaan. 2.8.2 Pengaruh Bahan Bakar Minyak Dalam Memoderasi Hubungan Antara Biaya Produksi dan Kinerja Keuangan Perusahaan Bahan bakar minyak adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari pengilangan minyak mentah. Beberapa jenis bahan bakar minyak yang dikenal di Indonesia diantaranya adalah minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri, pertamax plus, premium, solar transportasi, solar industri, minyak diesel dan minyak bakar. Bahan bakar minyak digunakan pula oleh beberapa perusahaan dalam pengolahan proses produksi. Bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses produksi. Dalam hal ini biaya bahan bakar minyak juga dipengaruhi oleh harga minyak dunia. Kenaikan harga bahan bakar minyak akan menyebabkan meningkatnya pula seperti biaya produksi. Kenaikan harga bahan bakar minyak secara tidak langsung akan berimbas pada kinerja perusahaan. Kenaikan harga bahan 33 bakar minyak akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidak stabilan di masyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Tingginya harga bahan bakar minyak, akan menyebabkan tingginya biaya produksi dan tingginya harga jual suatu produk. Hal ini mungkin dapat berimbas pada rendahanya laba perusahaan yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi bahan bakar minyak, maka akan semakin tinggi pula biaya produksi dan akan menyebabkan kemungkinan menurunnya kinerja perusahaan. Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah sebagai berikut : Ho1 : Biaya produksi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ha1 : Biaya produksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ho2 : Bahan bakar minyak tidak memperlemah hubungan antara biaya produksi dan kinerja keuangan perusahaan. Ha2 : Bahan bakar minyak memperlemah hubungan antara biaya produksi dan kinerja keuangan perusahaan.