bab ii tinjauan pustaka

advertisement
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
2.1.1
Biaya
Pengertian Biaya
Setiap tindakan yang telah dipikirkan secara matang akan meminta
pertimbangan antara manfaat dan pengorbanan. Begitu juga dalam sektor produksi,
maka untuk setiap keputusan ekonomi yang dipertanggungjawabkan perlu diadakan
pertimbangan antara hasil-hasil yang diharapkan dan biaya-biaya yang harus
dikeluarkan untuk memperoleh hasil tersebut.
Akuntansi biaya mengukur biaya sesuai dengan rencana-rencana dan
kebutuhan-kebutuhan manajemen. Biaya-biaya harus didasari dengan faktor-faktor
yang relevan, yang diperhatikan dengan teliti dan dipertimbangkan dengan cermat
agar dapat membantu pihak manajemen dalam membuat keputusan-keputusan yang
tepat.
Dalam akuntasi keuangan, istilah biaya didefinisikan sebagai pengorbanan
ekonomis yang dibuat untuk memperoleh barang dan jasa. Dengan kata lain biaya
merupakan harga perolehan barang atau jasa yang diperlukan oleh organisasi.
Besarnya biaya diukur dalam satuan moneter, dimana satuan moneter yang dipakai di
Indonesia adalah rupiah, yang jumlahnya dipengaruhi oleh transaksi dalam rangka
8
9
pemilikan barang dan jasa tersebut. Informasi biaya nantinya akan digunakan oleh
manajemen, antara lain untuk perencanaan laba dan pengendalian biaya.
Menurut Supriyono (2011:16) pengertian biaya adalah:
“biaya adalah harga perolehan yang dikorbankan atau digunakan dalam
rangka memperoleh penghasilan (revenues) dan akan dipakai sebagai
pengurang penghasilan.”
Menurut Mulyadi (2009:8) dalam bukunya Akuntansi Biaya definisi biaya
dalam pengertian umum sebagai berikut:
“didalam arti luas, biaya adalah pengorbanan sumber ekonomis, yang diukur
dalam satuan uang, yang telah terjadi atau kemungkinan akan terjadi untuk mencapai
tujuan tertentu.”
Dari definisi itu pengorbanan sumber ekonomis dibedakan menjadi:
1. Pengorbanan yang telah terjadi
2. Pengorbanan yang mungkin terjadi
Definisi biaya tersebut diatas tidak hanya menyangkut biaya yang telah terjadi
dimasa lalu, tetapi meliputi juga biaya-biaya yang kemungkinan akan terjadi dimasa
yang akan datang.
Sedangkan dalam arti sempit, Menurut Mulyadi (2009:10) pengertian biaya
adalah:
“… biaya dapat diartikan sebagai pengorbanan sumber ekonomi untuk
memperoleh aktiva.”
10
2.1.2
Penggolongan Biaya
Penggolongan adalah proses pengelompokan secara sistematis atas seluruh
elemen yang ada dalam golongan tertentu yang lebih ringkas untuk memberikan
informasi penting. Dalam akuntansi biaya, biaya digolongkan dengan berbagai
macam cara. Umumnya penggolongan biaya ini ditentukan atas dasar tujuan yang
hendak dicapai dengan penggolongan tersebut, karena dalam akuntansi biaya dikenal
konsep:
“Different
Cost
for
Different
Purpose”.
Mulyadi
(2009:13-17)
menggolongkan biaya menurut:
1. Objek Pengeluaran
Dalam cara penggolongan ini, nama objek pengeluaran merupakan dasar
penggolongan biaya
2. Fungsi Pokok dalam Perusahaan
Ada tiga fungsi pokok yaitu:
1) Biaya produksi, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual.
2) Biaya pemasaran, yaitu biaya-biaya yang terjadi untuk melaksanakan
kegiatan pemasaran produk.
3) Biaya
administrasi
dan
umum,
yaitu
biaya-biaya
mengkoordinasikan kegiatan produksi dan pemasaran produk.
3. Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang Dibiayai
Dapat dikelompokkan menjadi dua:
untuk
11
1) Biaya langsung (direct cost), yaitu biaya yang terjadi, yang penyebab satusatunya adalah karena adanya sesuatu yang dibiayai.
2) Biaya tidak langsung (indirect cost), yaitu biaya yang terjadinya tidak
hanya disebabkan oleh sesuatu yang dibiayai.
4. Perilaku dalam Hubungannya dengan Perubahan Volume Kegiatan
Dapat digolongkan menjadi:
1) Biaya variable, yaitu biaya yang jumlah totalnya berubah sebanding
dengan perubahan volume kegiatan.
2) Biaya semi variabel, yaitu biaya yang berubah tidak sebanding dengan
perubahan volume kegiatan.
3) Biaya semi fixed, yaitu biaya yang tetap untuk tingkat volume kegiatan
tertentu dan berubah dengan jumlah konstan pada volume produksi
tertentu.
4) Biaya tetap, yaitu biaya yang jumlah totalnya tetap dalam kisaran volume
kegiatan tertentu.
5) Biaya Atas Dasar Jangka Waktu Manfaatnya
Dapat dibagi menjadi:
1) Pengeluaran
modal
(capital
expenditures),
yaitu
biaya
yang
mempunyai manfaat lebih dari satu periode akuntansi (biasanya satu
tahun).
12
2) Pengeluaran pendapatan (revenue expenditures), yaitu biaya yang
hanya mempunyai manfaat dalam periode akuntansi terjadinya
pengeluaran tersebut.
2.2
2.2.1
Biaya Produksi
Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi merupakan biaya yang timbul dari kegiatan manufaktur.
Kegiatan manufaktur merupakan proses transformasi bahan mentah menjadi barang
jadi melalui penggunaan bahan baku, tenaga kerja dan overhead pabrik.
Setiap perusahaan baik perusahaan manufaktur maupun perusahaan jasa
didalam menjalankan usahanya harus mengetahui biaya produksinya. Tanpa
mengetahui berapa biaya produksi dari barang atau jasa yang diproduksi,
kemungkinan akan terjadi kekeliruan dalam mengambil tindakan-tindakan dalam
menentukan harga jual. Mulyadi (2009:14) mendefinisikan biaya produksi adalah:
“Biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan baku menjadi produk yang
siap untuk dijual.”
Menurut Supriyono (2011:19) pengertian biaya produksi adalah:
“Semua biaya yang berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan
pengolahan bahan baku menjadi produk selesai.”
Menurut Hansen and Mowen (2009:45) pengertian biaya produksi adalah
sebagai berikut:
“Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan dengan produksi barang atau
jasa.”
13
Sedangkan menurut Sukirno (2004:205) menjelaskan biaya produksi,
mengatakan bahwa:
“Biaya produksi adalah semua pengeluaran yang dilakukan oleh perusahaan
untuk memperoleh faktor-faktor produksi dan bahan-bahan mentah yang akan
digunakan untuk menciptakan barang-barang yang diproduksikan perusahaan
tersebut.”
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa biaya
produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain. Biaya yang dikeluarkan
tersebut adalah biaya untuk pembuatan barang ataupun penyediaan jasa.
2.2.2
Unsur-unsur Biaya Produksi
Mulyadi (2009:14) menjelaskan bahwa biaya produksi terdiri dari tiga unsure
yaitu:
1) Biaya bahan baku langsung (direct materials)
Biaya bahan baku langsung adalah harga perolehan berbagai macam bahan
baku yang dipakai dalam kegiatan pengolahan produk. Bahan baku adalah berbagai
macam bahan diolah menjadi produk akhir dan pemakaiannya dapat didefinisikan
secara langsung atau diikuti jejak manfaatnya pada produk tertentu.
Pengertian biaya bahan baku langsung menurut Mulyadi (2009:14):
“Semua bahan yang membentuk bagian integral dari barang jadi dan yang
dapat dimasukan langsung dalam perhitungan biaya produk.”
14
Biaya bahan baku langsung merupakan biaya seluruh bahan yang membentuk
suatu kesatuan yang tidak terpisahkan dari produk jadi yang dapat langsung
diperhitungkan kedalam harga pokok dari produk tersebut. Dalam menentukan harga
pokok bahan baku seluruh biaya yang menyangkut perolehan bahan tersebut
ditambah kedalam harga beli bahan baku.
2) Biaya tenaga kerja langsung
Menurut Mulyadi (2009:318), biaya tenaga kerja langsung dapat digolongkan
menjadi:
(1) Penggolongan menurut fungsi pokok dalam organisasi perusahaan yaitu
pabrik, pemasaran dan administrasi. Oleh karena itu perlu adanya
penggolongan dan perbedaan antara tenaga kerja pabrik dan bukan pabrik.
Hal itu harus dilakukan karena gaji dan upah tenaga kerja pabrik
merupakan unsur harga pokok produksi. Sedangkan gaji dan upah tenaga
kerja bukan pabrik merupakan biaya yang dibebankan dalam periode yang
bersangkutan.
(2) Penggolongan menurut kegiatan departemen yang ada dalam perusahaan.
Agar lebih mudah mengendalikannya , kepala departemen bertanggung
jawab atas pelaksanaan kerja karyawan yang ada dalam departemennya
serta upah yang dibayarkan kepada mereka.
(3) Penggolongan menurut jenis pekerjaan sebagai dasar penetapan perbedaan
upah dan standarnya.
15
(4) Penggolongan menurut hubungannya dengan produk, yaitu penggolongan
tenaga kerja menjadi tenaga kerja langsung dan tidak langsung. Tenaga
kerja pabrik yang mengerjakan proses produksi termasuk kedalam tenaga
kerja langsung. Sedangkan tenaga kerja bukan pabrik atau yang tidak
langsung mengerjakan produk termasuk ke dalam tenaga kerja tidak
langsung. Tenaga kerja tidak langsung merupakan bagian dari produksi
tidak langsung. Nilai biaya tenaga kerja yang dibebankan ke dalam biaya
produksi dihitung dengan mengalikan tarif upah dengan jam kerja atau
hari kerja karyawan.
3) Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya produksi selain biaya bahan baku dan
biaya tenaga kerja langsung yang dapat dibebankan kedalam produk. Mulyadi
(2009:193-195) menyatakan bahwa yang termasuk kedalam biaya overhead
pabrik adalah:
(1) Biaya bahan penolong
Bahan penolong adalah bahan yang tidak menjadi bagian dari produk jadi
atau bahan yang menjadi bagian dari produk jadi, tetapi nilainya relative
kecil jika dibandingkan dengan harga pokok tersebut.
(2) Biaya reparasi dan pemeliharaan
Biaya reparasi dan pemeliharaan berupa biaya suku cadang, biaya bahan
habis pakai dan harga perolehan jasa dari pihak luat perusahaan untuk
16
keperluan perbaikan dan pemeliharaan perumahan, bangunan pabrik,
mesin-mesin dan peralatan.
(3) Biaya tenaga kerja tidak langsung
Biaya tenaga kerja tidak langsung adalah tenaga kerja pabrik yang
upahnya tidak dapat diperhitungkan secara langsung kepada produk atau
pesanan tertentu. Biaya tenaga kerja langsung terdiri dari upah, tunjangan,
biaya kesejahteraan yang dikeluarkan untuk tenaga kerja tidak langsung
tersebut.
(4) Beban biaya yang timbul sebagai akibat penilaian terhadap aktiva tetap
Biaya-biaya yang termasuk ke dalam kelompok ini antara lain adalah
biaya depresiasi emplasmen pabrik, mesin dan equipment, perkakas
laboratorium, alat kerja dan aktiva tetap lain yang digunakan di pabrik.
(5) Beban biaya yang timbul sebagai akibat berlalunya waktu
Biaya-biaya yang termasuk dalam kelompok ini antara lain adalah biaya
asuransi, gedung dan emplasemen, asuransi mesin dan equipment,
asuransi kendaraan, asuransi kecelakaan karyawan dan biaya amortisasi
kerugian trial run.
(6) Biaya produksi tidak langsung lainnya yang memerlukan pengeluaran
uang tunai
Biaya overhead pabrik yang termasuk pada kelompok ini antara lain
adalah biaya reparasi uang diserahkan kepada pihak luar perusahaan,
biaya listrik PLN dan sebagainya.
17
2.3
Bahan Bakar Minyak
Bahan bakar minyak merupakan sumber daya alam yang tidak dapat
diperbaharui sehingga sulit untuk dijamin ketersediaannya. Hal ini memiliki arti
bahwa secara alamiah, jika ketersediaan pasokan terbatas bahkan sulit untuk
diperbaharui, maka harganya akan terus meningkat.
Bahan bakar minyak (BBM) adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari
pengilangan minyak mentah. Beberapa jenis BBM yang dikenal di Indonesia
diantaranya adalah minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri, pertamax
plus, premium, solar transportasi, solar industri, minyak diesel dan minyak bakar.
2.4
Kenaikan Harga Bahan Bakar Minyak (BBM)
Dalam situasi ekonomi masyarakat yang sulit, maka kenaikan BBM bisa
kontraproduktif. Kenaikan harga BBM akan menimbulkan kemarahan masal,
sehingga ketidak stabilan di masyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144). Sebagian
masyarakat merasa tidak siap untuk menerima kenaikan harga BBM.Kenaikan BBM
ini merupakan tindakan pemerintah yang beresiko tinggi. Meskipun demikian
kenaikan harga BBM juga dapat menimbulkan dampak yang positif.

Dampak Positif
1. Munculnya
bahan
bakar
dan
kendaraan
alternatif
Seiring dengan melonjaknya harga minyak dunia, muncul berbagai
bahan bakar alternatif baru. Yang sudah di kenal oleh masyarakat
luas adalah BBG (Bahan Bakar Gas). Harga juga lebih murah
18
dibandingkan dengan harga BBM bersubsidi. Ada juga bahan bakar
yang terbuat dari kelapa sawit. Tentunya bukan hal sulit untuk
menciptakan bahan bakar alternatif mengingat Indonesia adalah
Negara yang kaya akan Sumber Daya Alam. Selain itu, akan muncul
juga berbagai kendaraan pengganti yang tidak menggunakan BBM,
misalnya saja mobil listrik, mobil yang berbahan bakar gas, dan
kendaraan lainnya.
2. Pembangunan Nasional akan lebih pesat.
Pembangunan nasional akan lebih pesat karena dana APBN yang
awalnya digunakan untuk memberikan subsidi BBM, jika harga
BBM naik, maka subsidi dicabut dan dialihkan untuk digunakan
dalam pembangunan di berbagai wilayah hingga ke seluruh daerah.
3. Hematnya APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara).
Jika harga BBM mengalami kenaikan, maka jumlah subsidi yang
dikeluarkan oleh pemerintah akan berkurang. Sehingga Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara dapat diminimalisasi.
4. Mengurangi Pencemaran Udara
Jika harga BBM mengalami kenaikan, masyarakat akan mengurangi
pemakaian bahan bakar. Sehingga hasil pembuangan dari bahan
bakar tersebut dapat berkurang, dan akan berpengaruh pada tingkat
kebersihan udara.
19

Dampak negative
a. Harga barang-barang dan jasa-jasa menjadi lebih mahal.
Harga barang dan jasa akan mengalami kenaikan disebabkan oleh naiknya
biaya produksi sebagai imbas dari naiknya harga bahan bakar. Apabila harga
BBM memang dinaikkan, maka akan berdampak bagi perekonomian
khususnya UMKM (usaha mikro, kecil dan menengah).
b. Meningkatnya biaya produksi yang diakibatkan oleh: misalnya harga bahan
bahan baku, beban transportasi dll.
c. Kondisi keuangan UMKM menjadi rapuh, maka rantai perekonomian akan
terputus.
d. Terjadi Peningkatan jumlah pengangguran.
Dengan meningkatnya biaya operasi perusahaan, maka kemungkinan akan
terjadi PHK.
e. Inflasi
Inflasi akan terjadi jika harga BBM menglami kenaikan. Inflasi yang terjadi
karena meningkatnya biaya produksi suatu barang atau jasa.
f. Peningkatan biaya produksi perusahaan.
g. Peningkatan biaya operasional perusahaan.
20
2.5
2.5.1
Kinerja
Pengertian Kinerja
Kinerja suatu perusahaan dapat diketahui dengan melakukan analisi atau
interpretasi terhadap laporan keuangan perusahaan tersebut. Dengan analisis tersebut
dapat diketahui prestasi dan kelemahan yang dimiliki perusahaan sehingga pihakpihak yang berkepentingan dengan perusahaan dapat menggunakan sebagai
pertimbangan dan pengembalian keputusan interpretasi atau analisis laporan
keuangan suatu perusahaan sangat penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan
dengan perusahaan yang bersangkutan meskipun kepentingan mereka berbeda-beda.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2010) mengartikan kinerja sebagai berikut:
“Sesuatu yang dicapai atau prestasi yang diperlihatkan atau kemampuan
kerja.”
Menurut Payaman J. Simanjuntak (2005:1), kinerja berarti :
“Tingkat pencapaian hasil atas pelaksanaan tugas tertentu atau tingkat
pencapaian hasil dalam rangka mewujudkan tujuan perusahaan”.
Menurut Jumingan (2011:239), kinerja keuangan adalah :
“Gambaran kondisi keuangan perusahaan pada suatu periode tertentu baik
menyangkut aspek penghimpunan dana maupun aspek penyalurandana yang
biasanya diukur dengan indikator kecukupan modal, likuiditas, dan
profitabilitas.”
Dari definisi diatas tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa kinerja adalah
kemampuan atau prestasi yang dicapai dalam melaksanakan suatu tindakan tertentu
21
selama kurun waktu tertentu. Sedangkan kinerja keuangan adalah usaha formal yang
telah dilakukan oleh perusahaan yang dapat mengukur keberhasilan perusahaan
dalam menghasilkan laba, sehingga dapat melihat prospek, pertumbuhan, dan potensi
perkembangan baik perusahaan dengan mengandalkan sumber daya yang ada. Suatu
perusahaan dapat dikatakan berhasil apabila telah mencapai standar dan tujuan yang
telah ditetapkan.
2.5.2
Pengukuran Kinerja Keuangan
Pengukuran kinerja digunakan perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas
kegiatan operasionalnya agar dapat bersaing dengan perusahaan lain. Analisis kinerja
keuangan merupakan proses pengkajian secara kritis terhadap review data,
menghitung, mengukur, menginterprestasi dan memberi solusi terhadap keuangan
perusahaan pada suatu periode tertentu. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan
beberapa alat analisis. Berdasarkan tekniknya, analisis keuangan dapat dibedakan
menjadi 8 macam, yaitu menurut Jumingan (2011:242):
A. Analisis perbandingan laporan keuangan, merupakan teknik analisis
dengan cara membandingkan laporan keuangan dua periode atau lebih
dengan menunjukan perubahan, baik dalam jumlah (absolute) maupun
dalam persentase (relatif).
B. Analisis Tren (tendensi posisi), merupakan teknik analisis untuk
mengetahui tendensi keadaan keuangan apakah menunjukan kenaikan atau
penurunan.
22
C. Analisis Persentase per Komponen (common size), merupakan teknik
analisis untuk mengetahui persentase investasi pada masing-masing aktiva
terhadap keseluruhan atau total aktiva maupun utang.
D. Analisis Sumber dan Penggunaan Modal Kerja, merupakan teknik analisis
untuk mengetahui besarnya sumber dan penggunaan modal kerja melalui
dua periode waktu yang dibandingkan.
E. Analisis Sumber dan Penggunaan Kas, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui kondisi kas disertai sebab terjadinya perubahan kas pada suatu
periode waktu tertentu.
F. Analisis Rasio Keuangan, merupakan teknik analisis keuangan untuk
mengetahui hubungan di antara pos tertentu dalam neraca maupun laporan
laba rugi baik secara individu maupun secara simultan.
G. Analisis perubahan Laba Kotor, merupakan teknik analisis untuk
mengetahui posisi laba dan sebab-sebab terjadinya peruabahan laba.
H. Analisis Break Even, merupakan teknik analisis untuk mengetahui tingkat
penjualan yang harus dicapai agar perusahaan tidak mengalami kerugian.
2.5.3
Rasio-rasio Keuangan sebagai Alat Pengukur Kinerja Perusahaan
Analisis keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan oleh
laporan keuangan perusahaan dan merupakan salah satu sumber informasi yang
penting
disamping
informasi
lainnya
seperti
informasi
industri,
kondisi
perekonomian, pangsa pasar perusahaan, kualitas manajemen dan lainnya dalam hal
mengukur kinerja suatu perusahaan. Untuk mengukur kinerja perusahaan, investor
23
biasanya melihat kinerja keuangan perusahaan yang tercermin dari berbagai macam
rasio dan diperlukan perbandingan dengan perusahaan lain yang seringkali sulit untuk
didapat.
Analisis kinerja keuangan perusahaan dapat dilakukan dengan memanfaatkan
laporan keuangan. Informasi laporan keuangan digunakan dan memiliki fungsi
sebagai dasar pengembalian keputusan, baik oleh investor maupun calon investor.
Kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dan kegiatan operasinya
merupakan fokus utama dalam penilaian prestasi perusahaan, karena laba perusahaan
merupakan indikator kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban bagi para
penyandang dana juga merupakan elemen dalam menciptakan nilai perusahaan yang
menunjukan prospek perusahaan di masa yang akan datang.
Teknik fundamental terdiri dari beberapa alat ukur kinerja perusahaan internal
seperti menggunakan rasio dan pengukuran lainnya dan analisis fundamental untuk
pasar uang yang meliputi kondisi perekonomian secara umum. Dalam penelitian ini
dibatasi hanya analisis fundamental yang bersifat internal untuk mengetahui kinerja
keuangan perusahaan, seperti rasio profitabilitas dan pengukuran lainnya.
Alat ukur utama untuk mengevaluasi kinerja keuangan perusahaan dalam
kegiatan investasi yang umum digunakan oleh investor adalah rasio profitabilitas.
Daya tarik utama bagi pemilik perusahaan pemegang saham terletak pada rasio
profitabilitas, yang menunjukkan hasil pengelolaan manajemen perusahaan atas dana
yang diinvestasikan. Rasio profitabilitas atau rasio keuntungan berkaitan erat dengan
24
kemampuan perusahaan dan efektivitas operasi perusahaan dalam menghasilkan
keuntungan.
2.5.4
Pengertian Rasio Profitabilitas
Dalam kegiatan bisnis, setiap perusahaan pasti tujuan utamanya akan
berorientasi pada keuntungan. Untuk mendapatkan keuntungan maka perusahaan
harus dapat menjual suatu barang lebih tinggi daripada biaya produksinya. Oleh
karena itu setiap perusahaan akan selalu melakukan sebuah perencanaan dalam
penentuan keuntungan yang akan diperoleh ini pun hanya peramalan saja, bisa terjadi
perubahan berdasarkan situasi dan kondisi yang akan terjadi dimasa depan berbeda
dengan yang telah direncanakan. Melalui adanya rasio profitabilitas maka akan
memberikan kemampuan suatu perusahaan dalam menghasilkan laba pada periode
tertentu dan melalui informasi itu suatu perusahaan bisa melakukan estimasi
penerimaan laba di masa mendatang.
Menurut James dan Wachowicz (2005:222) dalam bukunya “Financial
Management” menyatakan rasio profitabilitas adalah :
“Rasio yang menghubungkan laba dari penjualan dan investasi. Rasio
profitabilitas terdiri atas dua jenis rasio yang menunjukkan profitabilitas
dalam kaitannya dengan penjualan dan rasio yang menunjukkan profitabilitas
dalam kaitannya dengan investasi.”
Sedangkan menurut Martono dan Agus (2010:53) rasio profitabilitas adalah:
“Rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memperoleh
keuntungan dari penggunaan modalnya.”
25
Kemudian menurut Husnan (2008:72) rasio profitabilitas adalah :
“Rasio ini dimaksudkan untuk mengukur efisiensi penggunaan aktiva
perusahaan (sekelompok aktiva perusahaan).”
Berdasarkan hal di atas maka dapat kita dimpulkan bahwa rasio profitabilitas
merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba
baik laba saat ini maupun laba di masa mendatang.
2.5.5
Ukuran Rasio Profitabilitas
Dalam menggunakan rasio profitabilitas, ada banyak rasio yang dapat
digunakan oleh seorang analisis. Berdasarakan modul manajemen keuangan,
meyatakan untuk mengukur rasio profitabilitas dapat digunakan ratio-ratio sebagai
berikut:
 Net profit margin (NPM)
 Gross profit margin (GPM)
 Operating profitmargin (OPM)
 Operating ratio (OR)
 Return on Assets (ROA)
 Return on Equity (ROE)
 Earning per share (EPS)
 Return on Investment (ROI)
Dalam penelitian yang dilakukan oleh penulis ratio yang digunakan untuk
mencerminkan kinerja keuangan perusahaan melalui rasio profitabilitas adalah Net
Profit Margin. Rasio ini dipilih karena penulis ingin lebih memusatkan perhatian
26
pada kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih dari hasil penjualan
bersih perusahaan.
2.5.6
Net Profit Margin Ratio
Menurut Segel dan Shim dalam Fahmi (2011:136) Net Profit Margin adalah:
“Net Profit Margin adalah margin laba bersih sama dengan laba bersih dibagi
dengan penjualan bersih.”
Net profit margin adalah ukuran profitabilitas perusahaan dari penjualan
setelah memperhitungkan semua biaya dan pajak penghasilan. Margin tersebut
memberitahu kita penghasilan bersih perusahaan per satu dolar penjualan. Net profit
margin yang tinggi lebih disukai karena menunjukkan bahwa perusahaan
mendapatkan hasil yang baik melebihi harga pokok penjualan. Adapun rumus Net
Profit Margin sebagai berikut:
Net Profit Margin
2.6
Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1
Persamaan dan perbedaan penelitian terdahulu dengan penelitian sekarang
PENELITIAN TERDAHULU
Penelitian
terdahulu
Judul
Desti Dwi Pengaruh
Efisiensi
Lestari
Biaya
(2013)
Produksi
Variabel
Indikator
Efisiensi
Biaya
Produksi
Efisiensi
produksi=
Hasil
Penelitian
biaya Hasil
penelitian
menunjukkan
bahwa
Persamaan
dengan
penelitian
terdahulu
Variabel
independen
yang
digunakan
Perbedaan
dengan
penelitian
terdahulu
Perbedaan
dengan
penelitian
sebelumnya
27
terhadap
Laba
Bersih
Laba
Bersih
Ket:

Lusi Gita Pengaruh
Efisiensi
Lestari
Biaya
(2007)
Produksi
terhadap
Laba
Kotor
Efisiensi
Biaya
Produksi
Laba
Kotor
Vany
Wibowo
Rakhmat
(2014)
Pengaruh Efisiensi
Efisiensi biaya
biaya
produksi
produksi
perkebun
an
teh
terhadap
efisiensi biaya sama
yaitu
produksi
biaya produksi.
mempunyai
pengaruh
terhadap laba
bersih.
yaitu variabel
dependen
yakni kinerja
perusahaan
yang
dilihat
dari rasio net
profit margin.
Variabel
independen
yang
digunakan
sama
yaitu
biaya produksi.
Perbedaan
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu variabel
dependen
yakni kinerja
perusahaan
yang
dilihat
dari rasio net
profit margin.
Variabel
independen
yang
digunakan
sama
yaitu
biaya produksi.
Perbedaan
dengan
penelitian
sebelumnya
yaitu variabel
dependen
yakni kinerja
ABP
(anggaran
biaya
produksi)
 RBP
(realisasi
biaya
produksi)
Laba
bersih=
pendapatan
–
beban-beban
Efisiensi
biaya Hasil
produksi=
penelitian
menunjukkan
bahwa tidak
memiliki
pengaruh yang
signifikan
Ket:
terhadap laba
kotor.
 ABP
(anggaran
biaya
produksi)
 RBP
(realisasi
biaya
produksi)
Rasio laba kotor
=
Penghitungan
efisiensi biaya
produksi
dilakukan dengan
cara menentukan
varians
antara
realisasi
Hasil
pengujian
hipotesis
menunjukkan
bahwa
efisiensi biaya
produksi
28
profitabil
itas
Profitabil
itas
dan
anggaran,
dan
kemudian di
ubah
datanya
menjadi
bentuk
rasio
dengan
menggunakan
biaya
anggaran sebagai
pembanding
(Robert N.
Anthony
dan
Vijay
Govindarajan:200
5)
=
berpengaruh
positif
terhadap
profitabilitas.
perusahaan
yang
dilihat
dari rasio net
profit margin.
mengacu
pada
perhitungang
profitabilitas yang
di
ungkapkan oleh
Gitman
(2013;79)
Gross
Profit
Margin
2.7
Kerangka Pemikiran
Dalam menjalankan aktivitasnya untuk tetap bertahan (going concern),
perusahaan harus mengeluarkan sejumlah biaya untuk dapat mendapatkan
penghasilan. Untuk mendapatkan penghasilan, perusahaan harus memproduksi
sejumlah produk yang dapat dijual ke pasar. Faktor-faktor produksi tersebut harus
29
dimanfaatkan secara efisien sesuai kebutuhan perusahaan. Untuk dapat mengolah
faktor-faktor produksi tersebut, diperlukan suatu proses produksi dan dalam proses
produksi itu sendiri membutuhkan biaya produksi. Seperti yang dikemukakan oleh
Mulyadi (2009:14) bahwa :
“Biaya produksi merupakan biaya-biaya yang terjadi untuk mengolah bahan
baku menjadi produk jadi yang siap untuk dijual, biaya produksi meliputi biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik.”
1. Biaya bahan baku langsung
Merupakan biaya untuk bahan yang menjadi bagian menyeluruh dari produk
jadi. Maksudnya biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk memenuhi
kebutuhan akan bahan dasar pokok yang diperlukan perusahaan untuk
memproduksi suatu produk dari awal sampai akhir proses produksi.
2. Biaya tenaga kerja langsung
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk tenaga kerja yang langsung
menangani pembuatan proses dan bahan dasar sampai menjadi barang jadi.
3. Biaya overhead pabrik
Biaya overhead pabrik merupakan biaya yang terdiri dari biaya bahan baku
tidak langsung dan biaya tenaga kerja tidak langsung,
Dilihat dari elemen-elemen yang terkandung di dalam biaya produksi maka
sebaiknya perusahaan harus menetapkan biaya produksi dengan sangat cermat dan
penuh pertimbangan. Dengan kecermatan dalam penentuan biaya produksi, maka
akan didapat biaya produksi yang efisien. Biaya produksi dapat dikatakan efisien
30
apabila biaya produksi yang dikeluarkan terkendali. Dengan begitu, laba yang
dihasilkan akan maksimal.
Bagi dunia usaha, kenaikan harga BBM memberikan dampak cukup besar
terutama meningkatkan biaya bahan bakar minyak dan berimbas pada biaya produksi
barang dan jasa. Biaya bahan baku akan turut mengalami kenaikan, ongkos angkut
melonjak, ditambah dengan tuntutan karyawan untuk kenaikan upah yang pada
akhirnya membuat marjin perusahaan mengecil. Pada akhirnya perusahaan akan
menaikan harga produk akhir. Di lain pihak, daya beli masyarakat juga menurun
karena beban kenaikan harga BBM. Turunnya daya beli masyarakat mengakibatkan
tidak terserapnya semua hasil produksi perusahaan, sehingga secara keseluruhan akan
menurunkan penjualan yang pada akhirnya juga akan menurunkan laba perusahaan.
Selain untuk kepentingan stakeholders, salah satu kepentingan perusahaan
adalah mendapatkan laba yang maksimal, karena dengan adanya laba maka
perusahaan dipastikan dapat menjaga kelangsungan aktivitas usaha, dan juga berarti
kinerja perusahaan berjalan dengan baik. Pengukuran kinerja keuangan digunakan
perusahaan untuk melakukan perbaikan diatas kegiatan operasionalnya agar dapat
bersaing dengan perusahaan lain. Kinerja keuangan dapat dinilai dengan beberapa
alat analisi. Salah satunya yaitu analisis rasio keuangan, rasio keuangan merupakan
teknik analisi keuangan untuk mengetahui hubungan diantara pos tertenu dalam
neraca maupun laporan laba rugi (Jumingan, 2011:242). Dalam penelitian ini, penulis
menggunakan rasio profitabilitas sebagai alat ukur kinerja perusahaan.salah satunya
net profit margin.
31
Berdasarkan uraian diatas, maka dapat digambarkan dalam kerangka
pemikiran sebagai berikut:
Variabel Moderating (Z) :
Bahan Bakar Minyak
Variabel Independen (X) :
Variabel Dependen (Y) :
Biaya Produksi
Kinerja Keuangan
Perusahaan
Gambar 2.1
Kerangka Pemikiran
2.8
2.8.1
Hipotesis
Pengaruh Biaya Produksi Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan
Menurut Supriyono (2011:19) semua biaya yang berhubungan dengan fungsi
produksi atau kegiatan pengolahan bahan baku menjadi produk selesai. Biaya
produksi merupakan biaya-biaya yang digunakan dalam proses produksi meliputi
biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik yang
jumlahnya lebih besar dibandingkan dengan jenis biaya lain. Biaya yang dikeluarkan
tersebut adalah biaya untuk pembuatan barang ataupun penyediaan jasa.
Pengendalian terhadap biaya produksi sangat diperlukan dalam hal ini.
Manajemen harus mampu bekerja secara efisien baik dalam hal penganggaran dan
32
realisasi
biaya
produksi.
Hal
tersebut
dikarenakan
biaya
produksi
akan
mempengaruhi berbagai aspek terutama terhadap produk yang dihasilkan dan harga
jual produk tersebut.
Biaya produksi yang terkedendali dapat memaksimalkan kinerja perusahaan
atau memberikan gambaran bahwa kinerja perusahaan telah berjalan secara optimal.
Artinya, penggunaan biaya produksi yang efisien sehingga dapat memaksimalkan
perolehan laba perusahaan. Jadi semakin efisien biaya produksi, maka akan semakin
tinggi pula kinerja perusahaan.
2.8.2
Pengaruh Bahan Bakar Minyak Dalam Memoderasi Hubungan Antara
Biaya Produksi dan Kinerja Keuangan Perusahaan
Bahan bakar minyak adalah jenis bahan bakar yang dihasilkan dari
pengilangan minyak mentah. Beberapa jenis bahan bakar minyak yang dikenal di
Indonesia diantaranya adalah minyak tanah rumah tangga, minyak tanah industri,
pertamax plus, premium, solar transportasi, solar industri, minyak diesel dan minyak
bakar. Bahan bakar minyak digunakan pula oleh beberapa perusahaan dalam
pengolahan proses produksi.
Bahan bakar minyak sangat berpengaruh terhadap berlangsungnya proses
produksi. Dalam hal ini biaya bahan bakar minyak juga dipengaruhi oleh harga
minyak dunia. Kenaikan harga bahan bakar minyak akan menyebabkan
meningkatnya pula seperti biaya produksi. Kenaikan harga bahan bakar minyak
secara tidak langsung akan berimbas pada kinerja perusahaan. Kenaikan harga bahan
33
bakar minyak akan menimbulkan kemarahan masal, sehingga ketidak stabilan di
masyarakat akan meluas (Hamid, 2000:144).
Tingginya harga bahan bakar minyak, akan menyebabkan tingginya biaya
produksi dan tingginya harga jual suatu produk. Hal ini mungkin dapat berimbas pada
rendahanya laba perusahaan yang akan diperoleh. Jadi semakin tinggi bahan bakar
minyak, maka akan semakin tinggi pula biaya produksi dan akan menyebabkan
kemungkinan menurunnya kinerja perusahaan.
Berdasarkan uraian-uraian di atas, maka hipotesis yang terbentuk adalah
sebagai berikut :
Ho1 : Biaya produksi tidak berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan
perusahaan.
Ha1 : Biaya produksi berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan.
Ho2 : Bahan bakar minyak tidak memperlemah hubungan antara biaya produksi dan
kinerja keuangan perusahaan.
Ha2 : Bahan bakar minyak memperlemah hubungan antara biaya produksi dan kinerja
keuangan perusahaan.
Download