Mari Kita Me Reframing Sakit Written by Dr. Aji Hoesodo Jika kita memandang sakit dari kaca mata medis, biasanya kita akan mendapati suatu kesan yang menyeramkan dan langsung membayangkan fonomena sakit tersebut di dalam alam pikiran bawah sadar kita. Seperti yang sudah dibicarakan sebelumnya mengenai konsep meta medicine, di mana bahwa suatu sakit dapat diakibatkan karena suatu trauma psikologis di masa lalu, dan dengan intervensi penyembuhan alam bawah sadar maka trauma psikologis tersebut bisa dinetralisir ataupun dihilangkan. Dalam konsep orang yang beriman, sakit bukanlah suatu momok yang ditakuti. Malahan bagi seorang sufi, sakit merupakan nikmat Tuhan yang diberikan kepada hambanya untuk lebih taat, taqwa dan bahkan keyakinan akan suatu ujian seorang hamba dari Tuhannya untuk mencapai jenjang atau derajat yang lebih tinggi. Wajarkah orang seperti itu punya pendapat seperti ini? ya, karena orang akan dinyatakan kompeten dan naik "pangkat" setelah menjalani serangkaian ujian-ujian yang diberikan seorang guru kepadanya. Di dalam orang yang beriman malah dikatakan suatu ujian itu pasti ada berkah dan maksud baik Tuhan dalam menurunkan ujian itu, berarti TUHAN SEDANG BERBICARA ! Di sinilah kita harus berprasangka baik kepada Tuhan bahwa ada maksud baik apa di balik semua ujian ini? Inilah sebuah kajian alam bawah sadar yang sangat berpengaruh besar terhadap cara seseorang memandag sakit nya. Disinilah arti sebuah Reframing bisa kita pahami dan dapat kita manfaatkan untuk melihat sakit dari sisi lain. Untuk lebih jelasnya, bahwa reframing itu berarti membingkai suatu kejadian sehingga akan bermakna lain, walaupun kejadiannya tetap. Efek lain yang muncul akan berpengaruh terhadap proses penyembuhannya sendiri. Sebagai contoh jika kita melihat suatu lukisan bunga di atas kain kanvas, maka kita memandang bahwa itu suatu lukisan bunga ini.... warnanya ...dan sebagainya. Tapi coba bagaimana pandangan anda kalau lukisan itu kita beri bingkai? bukankah lukisan itu menjadi lebih indah dan bernilai? Inilah secara filosofi reframing itu digunakan untuk memandang suatu kejadian atau dalam kasus ini sakit. Kembali dengan cara pandang orang beriman pada awal tulisan ini, bahwa sangat erat korelasi antara reframing ini dengan kaca mata "berkah". Coba renungkan !! ya benar... dengan memandang bahwa jika kita sakit namun kita memandang sakit dengan mereframing dengan kaca mata berkah, pasti sensasi kita akan lebih maklum dan tenang. Kondisi ini sangat mempengaruhi tingkat kesembuhan pasien jika, lebih memberdayakan kekuatan reframingini. Lalu bagaimana caranya memberdayakan reframing ini ? 1. Tanyakan dengan jelas mana yang sakit? 2. Bagaimana rasanya ? dsb 1/2 Mari Kita Me Reframing Sakit 3. Biarkanlah alam bawah sadar menjawab semua itu, dengan asumsi bahwa semua tindakan itu bermaksud baik 4. Berikan kebebasan alam bawah sadar memberikan alternatif penyembuhannya 5. Selalu ucapkan terima kasih kepada Tuhan dan alam bawah sadar akan bantuannya 6. Berikan komitmen dan sugesti pada pencapaian hasilnya. Demikian sedikit artikel inspiratif mengenai reframing dari kaca mata makro dan mikro medis. Masalah seni memberdayakan reframming ini sangat berbeda antara kita masing-masing orang. Hal ini berkaitan erat dengan nilai dan belief kita masing-masing. Seperti kita ketahui belief yang paling rendah tingkatannya ada dalam tataran belief lingkungan (Where & when) dan belief yang tertinggi tingkatannya adalah belief spiritual (whom) yaitu dengan menjawab untuk apa dan siapa hidup kita ini. Di sinilah kita akan lebih memahami kenapa sehat itu suatu berkah. 2/2