BAB II TINJAUAN PUSTAKA I. TINJAUAN MEDIS A. KEHAMILAN 1. Definisi Proses kehamilan adalah mata rantai yang berkesinambungan dan terdiri dari ovulasi, migrasi spermatozoa dan ovum, konsepsi dan pertumbuhan zigot, terjadi nidasi (implantasi) pada uterus, pembentukan plasenta, dan tumbuh kembang hasil konsepsi sampai aterm (Manuaba, 2010; h.75). Menurut Federasi Obstetri Ginekologi Internasional, kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan atau 9 bulan menurut kalender internasional. Kehamilan terbagi dalam 3 trimester, dimana trimester kesatu berlangsung dalam 12 minggu, trimester kedua 15 minggu (minggu ke-13 hingga ke-27), dan trimester ketiga 13 minggu (minggu ke-28 hingga ke-40) (Sarwono, 2010; h.213). 2. Tanda dan gejala kehamilan a. Tanda dugaan kehamilan 1) Amenore (Terlambat Datang Bulan). Konsepsi dan nidasi menyebabkan tidak terjadi pembentukan folikel de graaf dan 10 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 11 ovulasi. Dengan mengetahui tanggal haid terakhir dengan perhitungan rumus Naegle dapat ditentukan perkiraan persalinan. 2) Mual (Nausea) dan Muntah (Emesis). Pengaruh esterogen dan progesterone menyebabkan pengeluaran asam lambung yang berlebihan dan menimbulkan mual dan muntah terutama pada pagi hari yang disebut morning sickness. Dalam batas yang fisiologis, keadaan ini dapat diatasi. Akibat mual dan muntah, nafsu makan berkurang. 3) Ngidam. Wanita Hamil sering menginginkan makanan tertentu, keinginan yang demikian disebut Ngidam. 4) Sinkope (Pingsan). Terjadinya gangguan sirkulasi kedaerah kepala (sentral) menyebabkan iskemia susunan saraf pusat dan menimbulkan Sinkope atau pingsan. Keadaan ini menghilang setelah usia kehamilan 16 minggu. 5) Payudara Tegang. Pengaruh estrogen-progesteron dan somatomamotrofin menimbulkan deposit lemak, air, dan garam pada payudara.Payudara membesar dan tegang. Ujung saraf tertekan menyebabkan rasa sakit terutama pada hamil pertama. 6) Sering Miksi. Desakan Rahim kedepan menyebabkan kandung kemih cepat terasa penuh dan sering miksi. Pada Triwulan kedua, gejala ini sudah menghilang. 7) Kontipasi atau Obstipasi. Pengaruh progesteron dapat menghambat peristaltik usus, menyebabkan kesulitan untuk buang air besar. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 12 8) Pigmentasi kulit. Keluarnya melanophore stimulating hormone hipofisis anterior menyebabkan pigmentasi kulit di sekitar pipi (kloasma gravidarum), pada dinding perut (striae lividae, striae nigra, linea alba makin hitam), dan di sekitar payudara (hiperpregmentasi areola mamae, putting susu makin menonjol, kelenjar Montgomery menonjol, pembuluh darah manifes sekitar payudara), disekitar pipi (kloasma gravidarum). 9) Epulis. Hipertropi gusi yang disebut epulis, dapat terjadi bila hamil. 10) Varises atau penampakan pembuluh darah vena. Karena pengaruh estrogen dan progesteron terjadi penampakan pembuluh darah vena, terutama bagi mereka yang mempunyai bakat. Penampakan pembuluh darah itu terjadi di sekitar genetalia eksterna, kaki, betis, dan payudara. Penampakan pembuluh darah ini dapat menghilang setelah persalinan. (Manuaba, 2010; h.107-108). b. Tanda tidak pasti kehamilan Tanda tidak pasti kehamilan dapat ditentukan oleh: 1) Rahim membesar, sesuai dengan tuanya hamil. 2) Pada pemeriksaan dalam, dijumpai tanda Hegar, tanda Chadwicks, tanda Piscaseck, kontraksi Braxton Hicks, dan teraba ballottement. 3) Pemeriksaan tes biologis kehamilan positif. Tetapi sebagian kemungkinan positif palsu. (Manuaba, 2010; h.108). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 13 c. Tanda pasti kehamilan Tanda pasti kehamilan ditentukan melalui: 1) Gerakan janin dalam rahim. 2) Terlihat/teraba gerakan janin dan teraba bagian-bagian janin. 3) Denyut jantung janin. Didengar dengan stetoskop leanec, alat kardiotokografi, alat Doppler. Dilihat dengan ultrasonografi (Manuaba, 2010; h.109). 3. Perubahan fisiologis ibu hamil a. Perubahan Pada Anatomi Ibu Hamil 1) Sistem Reproduksi a) Perubahan Uterus Ukuran uterus untuk akomodasi pertumbuhan janin, rahim membesar akibat hipertrofi dan hiperplasia otot polos rahim, serabut-serabut kolagennya menjadi higroskopik, endometrium menjadi desidua. Berat uterus naik secara luar biasa, dari 30 gram menjadi 1000 gram pada akhir kehamilan (40 pekan) (Mochtar, 2012; h: 29). Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan. Selama kehamilan,uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin, plasenta dan cairan amnion rata-rata pada akhir kehamilan volume totalnya mencapai 5 I bahkan dapat mencapai 20 I atau lebih dengan berat rata-rata 1100 gram (Sarwono, 2010; h. 175). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 14 b) Ovarium Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung korpus luteum gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta yang sempurna pada usia 16 minggu. Kejadian ini tidak dapat lepas dari kemampuan vili korealis yang mengeluarkan hormon korionik gonadotropin yang mirip dengan hormon luteotropik hipofisis anterior (Manuaba, 2010; h.92). c) Vagina dan Vulva Vagina dan vulva mengalami perubahan akibat hipervaskularisasi vagina dan vulva terlihat lebih merah atau kebiruan. Warna livid pada vagina dan porsi serviks disebut tanda chadwick (Mochtar, 2012; h: 30). d) Dinding Perut Pembesaran pada rahim menimbulkan peregangan dan menyebabkan robeknya serabut elastik di bawah kulit sehingga timbul striae gravidarum, linea nigra, dan linea alba (Mochtar, 2012; h: 30). e) Payudara (Mammae) Payudara mengalami pertumbuhan dan perkembangan sebagai persiapan memberikan ASI pada saat laktasi. Perkembangan pengaruh payudara hormon saat tidak dapat kehamilan, dilepaskan yaitu dari estrogen, progestrom, dan samatomamotrofin (Manuaba, 2010; h.92). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 15 Fungsi hormon mempersiapkan payudara untuk pemberian ASI dijabarkan sebagai berikut (Manuaba, 2010; h.92). (1) Estrogen, berfungsi: (a) Menimbulkan hipertofi system saluran payudara (b) Menimbulkan penimbunan lemak dan air serta garam sehingga payudara tampak makin membesar (c) Tekanan serat saraf akibat penimbunan lemak, air, dan garam menyebabkan rasa sakit pada payudara. (2) Progestron, berfungsi: (a) Mempersiapkan asinus sehingga dapat berfungsi (b) Meningkatkan jumlah asinus (3) Somatomamotrofin, berfungsi: (a) Memengaruhi sel asinus untuk membuat kasein, laktalbumin, dan laktoglobulin (b) Penimbunan lemak disekitar alveolus payudara (c) Merangsang pengeluaran kolostrum pada kehamilan. 4. Perubahan Pada Sistem Lainnya a. Sistem sirkulasi darah Mochtar, 2012; h.30-31) 1) Volume darah Volume darah total dan volume plasma darah naik pesat sejak akhir trimester pertama. Volume darah akan bertambah banyak, kira-kira 25% dengan puncaknya pada kehamilan 32 minggu diikuti pertambahan curah jantung yang meningkat ±30%. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 16 2) Protein darah Gambaran protein dalam serum berubah; jumlah protein, albumin, dan gamaglobulin menurun dalam triwulan pertama dan meningkat secara bertahap pada akhir kehamilan. Beta-globulin dan fibrinogen terus meningkat. 3) Hemoglobin Hematrokit cenderung menurun karena kenaikan relatif volume plasma darah. Jumlah eritrosit cenderung meningkat untuk memenuhi kebutuhan transpor O2, yang sangat diperlukan selama kehamilan. Konsentrasi Hb terlihat menurun, walaupun sebenarnya lebih besar dibandingkan Hb pada orang yang tidak hamil. 4) Nadi dan tekanan darah Tekanan darah arteri cenderung menurun, terutama selama trimester kedua, kemudian akan naik lagi seperti pada pra-hamil. Tekanan vena dalam batas-batas normal pada ekstremitas atas dan bawah, cenderung naik setelah akhir trimester pertama. Nadi biasanya naik, nilai rata-ratanya 84 per menit. 5) Jantung Pompa jantung mulai naik kira-kira 30% setelah kehamilan 3 bulan, dan menurun lagi pada minggu-minggu terakhir kehamilan. Elektrokardiogram kadangkala memperlihatkan deviasi aksis ke kiri. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 17 b. Sistem Pernafasan Pada wanita hamil kadang-kadang mengeluh sesak dan pendek nafas. Hal itu disebabkan oleh usus yang tertekan kearah diafragma akibat pembesaran rahim. Kapasitas vital paru sedikit meningkat selama kehamilan. Seorang wanita hamil selalu bernafas lebih dalam. Yang lebih menonjol adalah pernafasan dada (thoracic breathing) (Mochtar, 2012; h.31). Frekuensi pernafasan hanya mengalami sedikit perubahan selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi permenit dan pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada kehamilan lanjut (Sarwono, 2010;h.185). c. Saluran pencernaan (Traktus digestivus) Pada trimester pertama salivasi meningkat , timbul keluhan mual dan muntah. Tonus otot-otot saluran pencernaan melemah sehingga motilitas dan makanan akan lebih lama berada dalam saluran makanan. Resopsi makanan baik, tetapi akan timbul obstipasi. Gejala muntah (emesis gravidarum) sering terjadi, biasanya pada pagi hari, disebut sakit pagi (morning sickness) (Mochtar, 2012; h.31). d. Tulang dan Gigi Persendian panggul akan terasa lebih longgar karena ligamen-ligamen melunak (softening). Juga terjadi sedikit pelebaran pada ruang persendian. Apabila pemberian makanan tidak dapat memenuhi kebutuhan kalsiaum janin, kalsium pada tulang-tulang panjang ibu akan diambil untuk memenuhi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 18 kebutuhan kalsium janin. Apabila konsumsi kalsium cukup, gigi tidak akan kekurangan kalsium. Gingivitis kehamilan adalah gangguan yang disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya higiene yang buruk pada rongga mulut (Mochtar, 2012; h.31). e. Kulit Menurut Mochtar, 2012; h.31 pada daerah kulit tertentu, terjadi hiperpigmentasi, yaitu pada 1) Muka: disebut masker kehamilan (chloasma gravidarum), 2) Payudara: puting susu dan areola payudara, 3) Perut: linea nigra striae, 4) Vulva f. Kelenjar Endokrin (Mochtar, 2012; h.31). 1) Kelenjar tiroid: dapat membesar sedikit 2) Kelenjar hipofisis: dapat membesar terutama lobus anterior 3) Kelenjar adrenal: tidak begitu terpengaruh. Selama kehamilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ±135%. Tetapi, kelenjar ini tidak mempunyai arti penting dalam kehamilan. Pada perempuan yang mengalami hipofisektomi persalinan dapat berjalan dengan lancar. Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm (Sarwono, 2010;h.186). g. Metabolisme Pada umumnya, kehamilan mempunyai efek pada metabolisme. Karena itu, wanita hamil perlu mendapat makanan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 19 yang bergizi dan berada dalam kondisi sehat (Mochtar, 2012; h.31-32). 1) Tingkat metabolik basal (basal metabolic rate, BMR) pada wanita hamil meninggi hingga 15-20%, terutama pada trimester akhir. 2) Keseimbangan asam-alkali (acic-base balance) sedikit mengalami perubahan konsentrasi alkali: a) Wanita tidak hamil: 155 mEq/liter b) Wanita hamil:145 mEq/liter c) Natrium serum: turun dari 142 menjadi 135 mEq/liter d) Bikarbonat plasma: turun dari 25 menjadi 22 mEq/liter 3) Dibutuhkan protein yang banyak untuk perkembangan fetus, alat kandungan, payudara, dan badan ibu, serta untuk persiapan laktasi. 4) Hidrat arang: seorang wanita hamil sering merasa haus, nafsu makan bertambah, sering buang air kecil dan dijumpai glukosuria yang mengingatkan kita pada diabetes melitus. Dalam kehamilan, pengaruh kelenjar endokrin agak terasa, seperti somatomamotropin, insulin plasma, dan hormonhormon adrenal-17-ketosteroid. Harus diperhatikan sungguhsungguh hasil GTT oral dan GTT intravena).. 5) Metabolisme lemak juga terjadi,. Kadar kolesterol meningkat sampai 350 mg atau lebih per 100 cc. Hormon somatomamotropin berperan dalam pembentukan lemak Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 20 pada payudara. Deposit lemak lainnya terdapat dibadan, perut, paha, dan lengan. 6) Metabolisme mineral a) Kalsium: dibutuhkan rata-rata 1,5 gram sehari, sedangkan untuk pembentukan tulang-tulang, terutama dalam trimester terakhir dibutuhkan 30-40 gram b) Fosfor: dibutuhkan rata-rata 2 gram/hari c) Zat besi: dibutuhkan tambahan zat besi ±800 mg, atau 30-50 mg sehari d) Air: wanita hamil cenderung mengalami retensi air. 7) Berat badan Berat badan pada wanita hamil akan naik sekitar 6,516,5 kg. Kenaikan berat badan yang terlalu banyak ditemukan pada keracunan hamil (preeklamsi dan eklamsi). Kenaikan berat badan wanita hamil disebabkan oleh: a) Janin, uri, air ketuban, uterus b) Payudara, kenaikan volume darah, lemak, protein dan retensi air. 8) Kebutuhan kalori meningkat selama kehamilan dan laktasi. Kalori terutama diperoleh dari pembakaran zat arang, khususnya sesudah kehamilan 5 bulan ke atas. Namun, jika dibutuhkan, dipakai lemak ibu untuk mendapatkan tambahan kalori 9) Pada wanita hamil memerlukan makanan yang bergizi dan harus mengandung banyak protein. Di Indonesia, masih Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 21 banyak dijumpai penderita defisiensi zat besi dan vitamin B. Karena itu, wanita hamil harus diberikan zat besi dan roboransia yang berisi mineral dan vitamin. h. Sistem kardiovaskuler Pada minggu ke 5 cardiac output akan meningkat dan perubahan ini terjadi untuk mengurangi resistensi vaskuler sistemik. Selain itu, juga terjadi peningkatan denyut jantung. Antara minggu ke 10 dan 20 terjadi peningkatan volume plasma sehingga terjadi peningkatan preload. Sejak pertengahan kehamilan pembesaran uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada dalam posisi terlentang. Penekanan vena kava inferior ini akan mengurangi darah balik vena ke jantung. Akibatnya, terjadi penurunan preload dan cardiac output sehingga akan menyebabkan terjadinya hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu kehilangan kesadaran (Sarwono, 2010; h.183). Volume darah akan meningkat secara progesif mulai minggu ke 6-8 kehamilan dan mencapai puncaknya pada minggu ke 32-34 dengan perubahan kecil setelah minggu tersebut. Volume plasma akan meningkat kira-kira 40-45 %. Hal ini dipengaruhi oleh aksi progesteron dan estrogen pada ginjal yang diinisiasi oleh jalur renin-angiotensis dan aldosteron (Sarwono, 2010; h.183). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 22 5. Asuhan Pada Kehamilan Asuhan antenatal merupakan upaya preventiv untuk optimalisasi luaran maternal dan neonatal dalam kehamilan (Sarwono, 2010; h. 278). a. Tujuan Asuhan Kehamilan Tujuan umum asuhan kehamilan adalah menyiapkan seoptimal mungkin fisik dan mental ibu dan anak selama dalam kehamilan, persalinan, dan nifas; dengan demikian, didapatkan ibu dan anak yang sehat (Mochtar, 2012; h.38). Tujuan khusus: 1) Mengenali dan menangani penyulit-penyulit yang mungkin dijumpai dalam kehamilan, persalinan, dan nifas. 2) Mengenali dan mengobati penyakit-penyakit yang mungkin diderita sedini mungkin. 3) Menurunkan angka morbiditas dan mortalitas ibu dan anak. 4) Memberikan nasihat-nasihat tentang cara hidup sehari-hari dan keluarga berencana, kehamilan, persalinan, nifas, dan laktasi (Mochtar, 2012; h.38). b. Standar minimal asuhan antenatal 10 T: 1) Penimbangan berat badan dan pengukuran tinggi badan 2) Pengukuran tekanan darah 3) Pengukuran lingkar lengan atas (LILA) 4) Pengukuran tinggi puncak rahim (fundus uteri) 5) Penentuan status imunisasi tetanus dan pemberian imunisasi tetanus toksoid sesuai status imunisasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 23 6) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama kehamilan 7) Penentuan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ) 8) Pelaksanaan temu wicara (pemberian komunikasi interpersonal dan konseling termasuk keluarga berencana) 9) Pelayanan tes laboratorium sederhana, minimal tes hemoglobin (Hb), pemeriksaan protein urin dan pemeriksaan golongan darah (bila belum pernah dilakukan sebelumnya) dan 10) Tatalaksana kasus (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87) 6. Ketidaknyamanan kehamilan dan cara mengatasinya a. Mual dan muntah Mual dan muntah merupakan keluhan yang umum pada ibu hamil. Biasanya berlangsung sampai umur kehamilan 16 minggu. Dalam kasus ini, ibu hamil dianjurkan untuk makan dalam porsi kecil secara lebih sering (Williams, 2013; h.220). b. Nyeri punggung Semakin bertambahnya umur kehamilan menyebabkan meningkatnya nyeri punggung. Hal tersebut juga disebkan karena ibu kelelahan, membungkuk berlebihan, mengangkat beban. Ibu dianjurkan untuk memberi bantalan penyangga di punggung ketika duduk, menghindari sepatu berhak tinggi, berjongkok ketika mengambil sesuatu dibawah (Williams, 2014; h.220). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 24 c. Varises Terjadi karena pembesaran pembuluh darah kaki akibat tekanan rahim pada daerah panggul dan pengaruh kenaikan hormone. Cara mengatasinya dengan menghindari terlalu lama berdiri, melipat kaki sewaktu duduk, meninggikan kaki pada saat berbaring (Varney, 2007; h.540). d. Hearthburn Gejala ini merupakan salah satu keluhan tersering wanita hamil yang disebabkan oleh reflex isi lambung ke dalam esofagus bawah. Hal ini diatasi dengan cara makan lebih sering dalam porsi kecil, menghindari berbaring datar atau membungkuk (Williams, 2014; h.220). e. Konstipasi Konstipasi terjadi akibat penurunan peristaltis yang disebabkan relaksasi otot polos pada usus besar ketika terjadi peningkatan jumlah progesterone. Konstipasi biasanya muncul pada TM II dan TM III. Konstipasi dapat diatasi dengan memperbanyak konsumsi makanan berserat tinggi, minum air putih 8-10 gelas per hari, berolahraga ringin secara teratur terutama jalan kaki (Varney, 2007; h.359). f. Kram Kram kaki disebakan oleh gangguan asupan kalsium yang tidak adekuat atau keseimbangan rasio kalsium dan fosfor dalam tubuh, uterus yang membesar memberi tekanan baik pada pembuluh darah panggul sehingga mengganggu sirkulasi atau pada saraf sementara Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 25 saraf ini melewati foramen obturator dalam perjalanan menuju ekstremitas bagian bawah. Cara mengatasinya dengan cara meluruskan kaki yang kram dan menekan tumitnya serta anjurkan ibu untuk elevasi kaki secara teratur (Varney, 2007; h.540). g. Keletihan Keletihan dialami pada TM I. Keletihan diakibatkan oleh penurunan drastis laju metabolisme dasar dalam tubuh. Cara mengatasinya adalah istirahat yang cukup pada siang dan malam hari, melakukan olahraga ringan seperti jalan kaki serta asupan dengan nutrisi yang baik (Varney, 2007; h.537). 7. Komplikasi dalam kehamilan Dalam buku (Mochtar, 2012; h.141-184) menyebutkan: a. Hiperemesis Gravidarum Adalah mual dan muntah yang berlebihan pada wanita hamil sampai mengganggu pekerjaan sehari-hari karena keadaan umumnya menjadi buruk, karena terjadi dehidrasi. b. Toksemia gravidarum Istilah toksemia gravidarum untuk kumpulan gejala–gejala dalam kehamilan yang merupakan trias HPE (Hipertensi, Proteinuria, dan Edema), yang kadang-kadang bila keadaan lebih parah diikuti oleh KK (kejang-kejang / konvulsi dan koma). c. Abortus (keguguran) dan kelainan dalam tua kehamilan Keguguran adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup diluar kandungan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 26 d. Kematian janin dalam kandungan Hal ini adalah keadaan tidak adanya tanda-tanda kehidupan janin dalam kandungan. Kematian Janin Dalam Kandungan ( KJDK ) atau intra uterine fetal death ( IUFD ) sering dijumpai, baik pada kehamilan dibawah 20 minggu maupun sesudah kehamilan 20 minggu. e. Perdarahan antepartum Perdarahan antepartum adalah perdarahan yang terjadi setelah kehamilan 28 minggu. 8. Kunjungan antenatal Menurut (Mochtar, 2012; h.38) a. Pemeriksaan kehamilan pertama kali yang ideal adalah sedini mungkin ketika haid terlambat satu bulan. b. Periksa ulang 1 x sebulan sampai kehamilan 7 bulan c. Periksa ulang 2 x sebulan sampai kehamilan 9 bulan d. Periksa ulang setiap minggu sesudah kehamilan 9 bulan Menurut (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.87). Pelayanan kesehatan ibu hamil diwujudkan melalui pemberian pelayanan antenatal sekurang-kurangnya 4 kali selama masa kehamilan, dengan distribusi waktu minimal 1 kali pada trimester pertama (usia kehamilan 0-12 minggu), minimal 1 kali pada trimester kedua (usia kehamilan 12 minggu-24 minggu), dan minimal 2 kali pada trimester ketiga (usia kehamilan 24 minggu-persalinan). Standar waktu pelayanan tersebut dianjurkan untuk menjamin perlindungan terhadap ibu hamil dan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 27 atau janin berupa deteksi dini faktor risiko, pencegahan, dan penanganan dini komplikasi kehamilan. B. PERSALINAN 1. Definisi Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta) yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan atau kekuatan sendiri (Manuaba, 2010; h.168). Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks, dan janin turun ke dalam jalan lahir. Kelahiran adalah proses dimana janin dan ketuban didorong keluar melalui jalan lahir (Sarwono, 2010;h.100). Persalinan adalah proses pengeluaran produk konsepsi yang viabel melalui jalan lahir biasa (Mochtar, 2012; h.71). 2. Macam-macam persalinan Bentuk persalinan berdasarkan definisi adalah sebagai berikut: a. Persalinan spontan. Bila persalinan seluruhnya berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri. b. Persalinan buatan. Bila proses persalinan dengan bantuan tenaga dari luar. c. Persalinan anjuran (partus presipitatus) (Manuaba, 2010; h.164) Menurut usia kehamilan dan berat janin yang dilahirkan sebagai berikut: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 28 a. Abortus Terhentinya dan dikeluarkannya hasil konsepsi sebelum mampu hidup di luar kandungan. Usia kehamilan sebelum 28 minggu. Berat janin kurang dari 1000 gram. b. Persalinan prematuritas Persalinan sebelum usia kehamilan 28 minggu sampai 36 minggu. Berat janin kurang dari 2499 gram. c. Persalinan aterm Persalinan antara umur hamil 37 minggu sampai 42 minggu. Berat janin di atas 2500 gram. d. Persalinan Serotinus Persalinan melampaui umur kehamilan 42 minggu. Pada janin terdapat tanda-tanda postmaturitas. e. Persalinan presipitatus Persalinan berlangsung cepat kurang dari 3 jam (Manuaba, 2010; h.166). 3. Etiologi Menurut Manuaba, 2010; h.168 terjadinya persalinan belum dapat diketahui. Besar kemungkinan semua faktor bekerja bersama-sama sehingga pemicu persalinan menjadi multifaktor. Teori kemungkinan terjadinya persalinan , antara lain : a. Teori keregangan Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu. Setelah melewati batas tersebut terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat mulai. Contohnya, pada hamil ganda sering terjadi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 29 kontraksi setelah keregangan tertentu, sehingga menimbulkan proses persalinan. b. Teori penurunan progesteron Progesterone menimbulkan relaksasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen meninggikan kerenggangan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan antara kadar progesteron dan estrogen didalam darah, tetapi pada akhir kehamilan kadar progesteron menurun sehingga timbul his. c. Teori oksitosin internal Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis pars posterior, pada akhir kehamilan kadar oxytosin bertamabah oleh karena itu timbul kontraksi otot-otot rahim. d. Teori prostaglandin Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak usia kehamilan 15 minggu, yang dikeluarkan oleh desidua. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi otot rahim sehingga hasil konsepsi dikeluarkan dan dianggap dapat pemicu terjadinya persalinan. e. Teori hipotalamus – hipofisis dan glandula suprarenalis Teori ini menunjukan pada kehamilan dengan anen-sefalus sering terjadi keterlambatan persalinan karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat menyebabkan maturitas janin, induksi (mulainya) persalinan. Dari percobaan tersebut disimpulkan ada hubungan antara hipotalamus – hipofisis dengan mulainya persalinan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 30 4. Tanda tanda persalinan a. Terjadinya his persalinan, mempunyai ciri khas pinggang terasa nyeri yang menjalar ke depan, sifatnya teratur, interval makin pendek dan kekuatannya makin besar, mempunyai pengaruh terhadap perubahan serviks, semakin beraktivitas (jalan) kekuatan makin bertambah. b. Pengeluaran lendir dan darah (pembawa tanda). Dengan his persalinan terjadi perubahan pada serviks yang menimbulkan pendataran dan pembukaan. Pembukaan menyebabkan lendir yang terdapat pada kanalis servikalis lepas. Terjadi perdarahan karena kapiler pembuluh darah pecah. c. Pengeluaran cairan. Pada beberapa kasus terjadi ketuban pecah yang menimbulkan pengeluaran cairan. Sebagian besar ketuban baru pecah menjelang pembukaan lengkap. Dengan pecahnya ketuban diharapkan persalinan berlangsung dalam waktu 24 jam (Manuaba, 2010; h.173). 5. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan meliputi: Power (His/kontraksi otot rahim, kontraksi otot dinding perut, kontraksi diafragma pelvis atau kekuatan mengejan, keregangan dan kontraksi ligamentum rotundum), passenger (janin dan plasenta), passage (jalan lahir lunak dan jalan lahir tulang), psikis ibu bersalin, penolong (Manuaba, 2010; h.169). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 31 6. Tahapan persalinan a. Kala I Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (Manuaba, 2010; h.173). Kala pembukaan dibagian atas 2 fase: 1) fase laten : pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam. 2) fase aktif : berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase. a) Periode akselerasi : berlangsung 2 jam, pembukaan menjadi 4 cm. b) Periode dilatasi maksimal (steady) : selama 2 jam, pembukaan berlangsung cepat menjadi 9 cm. c) Periode deselerasi : berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam pembukaan menjadi 10 cm (lengkap) (Mochtar, 2012; h.71). Ada perbedaan lama persalinan pada primigravida dan multigravida, yaitu pada primigravida berlangsung selama 10–12 jam sedangkan pada multigravida berlangsung selama 6–8 jam (Manuaba, 2010; h.175). b. Kala II (kala pengeluaran janin) Pada kala pengeluaran janin, his terkoordinasi, kuat, cepat, dan lebih lama, kira-kira 2-3 menit sekali. Kepala janin telah turun dan masuk ke ruang panggul sehingga terjadilah tekanan pada otot-otot dasar panggul yang melalui lengkung reflex menimbulkan rasa Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 32 mengedan. Karena tekanan pada rektum, ibu merasa seperti mau buang air besar, dengan tanda anus terbuka. Pada waktu his, kepala janin mulai kelihatan, vulva membuka, dan perineum meregang. Dengan his dan mengedan yang terpimpin, akan lahir kepala, diikuti oleh seluruh badan janin. Kala II pada primi berlangsung selama 1 ½ -2 jam, pada multi ½ - 1 jam (Mochtar, 2012; h.71-73). c. Kala III ( Kala Pengeluaran Uri) Setelah bayi lahir, kontraksi rahim beristirahat sebentar. Uterus teraba keras dengan fundus uteri setinggi pusat, dan berisi plasenta yang menjadi dua kali lebih tebal dari sebelumnya. Beberapa saat kemudian, timbul his pelepasan dan pengeluran uri. Dalam waktu 510 menit, seluruh plasenta terlepas, terdorong kedalam vagina, dan akan lahir spontan atau dengan sedikit dorongan dari atas simfisis atau fundus uteri. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Pengeluaran plasenta disertai dengan pengeluaran darah kira-kira 100-200 cc (Mochtar, 2012;h.73). Tanda – tanda pelepasan plasenta menurut Manuaba, 2010; h.191 adalah: 1) Terjadi kontraksi rahim, sehingga rahim membulat, keras, dan terdorong keatas. 2) Plasenta didorong kearah segmen bawah rahim 3) Tali pusat bertambah panjang 4) Terjadi perdarahan mendadak Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 33 d. Kala IV Kala IV dimaksudkan untuk melakukan observasi karena pendarahan postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi yang dilakukan adalah tingkat kesadaran penderita, pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi, dan pernafasan, kontraksi uterus, terjadi perdarahan (Manuaba,2010 h.174). 7. Asuhan Persalinan Normal (Sarwono,2010;h.341) a. Melihat tanda dan gejala kala dua 1) Mengamati tanda dan gejala persalinan kala dua a) Ibu mempunyai keinginan untuk meneran b) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan vaginanya c) Perineum menonjol d) Vulva-vagina dan sfingter anal membuka b. Menyiapkan pertolongan persalinan 2) Memastikan perlengkapan, bahan, dan obat-obatan esensial siap digunakan. Mematahkan ampul oksitosin 10 unit dan menempatkan tabung suntik steril sekali pakai di dalam partus set 3) Mengenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih 4) Melepaskan semua perhiasan yang dipakai dibawah siku, mencuci kedua tangan dengan sabun dan air bersih yang mengalir dan mengeringkan tangan dengan handuk satu kali pakai atau pribadi yang bersih Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 34 5) Memakai sarung tangan dengan DTT atau steril untuk semua pemeriksaan dalam 6) Mengisap oksitosin 10 unit kedalam tabung suntik (dengan memakai sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi atau steril) dan meletakkan kembali di partus set atau wadah desinfeksi tingkat tinggi atau steril tanpa mengontaminasi tabung suntik. c. Memastikan pembukaan lengkap dengan baik 7) Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hatihati dari depan kebelakang dengan menggunakan kapas atau kasa yang sudah di basahi air desinfeksi tingkat tinggi jika mulut vagina, perineum, atau anus terkontaminasi oleh kotoran ibu, membersihkannya dengan seksama dengan cara menyeka dari depan ke belakang. Membuang kapas atau kasa yang terkontaminasi dalam wadah yang benar. Mengganti sarung tangan jika terkontaminasi (meletakkan kedua sarung tangan tersebut dengan benar didalam larutan dekontaminasi, selanjutnya langkah 9) 8) Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan bahwa pembukaan serviks sudah lengkap. Bila selaput ketuban belum pecah, sedangkan pembukaan sudah lengkap, lakukan amniotomi. 9) Dekontaminasi sarung tangan dengan cara mencelupkan tangan yang masih memakai sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5% dan kemudian melepaskannya dalam keadaan terbalik Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 35 serta merendamnya di dalam larutan klorin 0,5% selam 10 menit. Mencuci kedua tangan setelah sarung tangan dilepaskan. 10) Memeriksa denyut jantung janin setelah kontraksi berakhir untuk memastikan bahwa DJJ dalam batas normal . a) mengambil tidakan yang sesuai jika DJJ tidak normal b) mendukumentasikan hasil-hasil pemeriksaan dalam, DJJ, dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya pada partograf. d. Menyiapkan ibu dan keluarga untuk membantu proses persalinan 11) Memberi tahu ibu pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik. Membantu ibu berada dalam posisi yang nyaman sesuai dengan keinginannya. a) Tunggu ibu hingga mempunyai keinginan untuk meneran. Melanjutkan pemantuan kesehatan dan kenyamanan ibu serta janin sesuai dengan pedoman persalinan aktif dan mendokumentasikan temuan-temuan yang ada b) Menjelaskan pada anggota keluarga bagaimana mereka dapat mendukung dan memberi semangat kepada ibu saat ibu mulai meneran. 12) Meminta bantuan keluarga untuk menyiapkan posisi ibu utuk meneran. (Pada saat ada his, bantu ibu dalam posisi setengah duduk dan pastikan ia merasa nyaman). 13) Melakukan pimpinan meneran saat Ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk meneran: Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 36 a) Membimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai keinganan untuk meneran b) Mendukung dan memberi semangat atas usaha ibu untuk meneran. c) Membantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (tidak meminta ibu berbaring terlentang). d) Menganjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi. e) Menganjurkan keluarga untuk mendukung dan memberi semangat pada ibu. f) Menganjurkan asupan cairan per oral. g) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai. h) Jika bayi belum lahir atau kelahiran bayi belum akan terjadi segera dalam waktu 120 menit (2 jam) meneran untuk ibu primipara atau 60/menit (1 jam) untuk ibu multipara, merujuk segera. 14) Menganjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang aman. Jika ibu belum ingin meneran dalam 60 menit. e. Persiapan pertolongan kelahiran bayi 15) Meletakkan handuk bersih di atas perut ibu untuk mengeringkan bayi jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm. 16) Meletakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian, di bawah bokong ibu. 17) Membuka partus set. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 37 18) Memakai sarung tangan DTT atau steril pada kedua tangan. f. Membantu lahirnya kepala 19) Saat kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lindungi perineum dengan satu tangan yang dilapisi kain tadi, letakkan tangan yang lain di kelapa bayi dan lakukan tekanan yang lembut dan tidak menghambat pada kepala bayi, membiarkan kepala keluar perlahan-lahan. Menganjurkan ibu untuk meneran perlahan-lahan atau bernapas cepat saat kepala lahir. 20) Memeriksa lilitan tali pusat dan mengambil tindakan yang sesuai jika hal itu terjadi, dan kemudian meneruskan segera proses kelahiran bayi : a) Jika tali pusat melilit leher janin dengan longgar, lepaskan lewat bagian atas kepala bayi. b) Jika tali pusat melilit leher bayi dengan erat, mengklemnya di dua tempat dan memotongnya. 21) Menunggu hingga kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan. g. Membantu lahirnya bahu 22) Setelah kepala melakukan putaran paksi luar, tempatkan kedua tangan di masing-masing sisi muka bayi. Menganjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi berikutnya. Dengan lembut menariknya ke arah bawah dan kearah keluar hingga bahu anterior muncul di bawah arkus pubis dan kemudian dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 38 lembut menarik ke arah atas dan ke arah luar untuk melahirkan bahu posterior. h. Membantu lahirnya badan dan tungkai 23) Setelah kedua bahu dilahirkan, menelusurkan tangan mulai kepala bayi yang berada di bagian bawah ke arah perineum tangan, membiarkan bahu dan lengan posterior lahir ke tangan tersebut. Mengendalikan kelahiran siku dan tangan bayi saat melewati perineum, gunakan lengan bagian bawah untuk menyangga tubuh bayi saat dilahirkan. Menggunakan tangan anterior (bagian atas) untuk mengendalikan siku dan tangan anterior bayi saat keduanya lahir. 24) Setelah tubuh dan lengan lahir, menelusurkan tangan yang ada di atas (anterior) dari punggung ke arah kaki bayi untuk menyangganya saat panggung dari kaki lahir. Memegang kedua mata kaki bayi dengan hati-hati membantu kelahiran kaki. i. Penanganan bayi baru lahir 25) Lakukan penilaian selintas dan jawablah tiga pertanyaan berikut untuk menilai apakah ada asfiksia bayi: a) Apakah kehamilan cukup bulan? b) Apakah bayi menangis atau bernafas/tidak megap-megap? c) Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? 26) Bila tidak ada tanda asfiksia, lanjutkan manajemen bayi baru lahir normal. Keringkan dan posisikan tubuh bayi diatas perut ibu a) Keringkan bayi mulai dari muka, kepala, dan bagian tubuh lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 39 b) Ganti handuk basah dengan handuk yang kering c) Pastikan bayi dalam kondisi mantap diatas dada atau perut ibu 27) Periksa kembali perut ibu untuk memastikan tidak ada bayi lain dalam uterus (hamil tunggal). j. Manajemen aktif kala III 28) Memberitahu ibu bahwa ibu akan di suntik oksitosin untuk membantu uterus berkontraksi baik. 29) Dalam waktu 1 menit setelah kelahiran bayi, berikan suntikan oksitosin 10 unit I.M. di gluteus atau 1/3 atas paha kanan ibu bagian luar, setelah mengaspirasinya terlebih dahulu. 30) Dengan menggunakan klem, 2 menit setelah bayi lahir, jepit tali pusat pada sekitar 3 cm dari pusat (umbilikus) bayi (kecuali pada asfiksia neonatus, lakukan sesegera mungkin). Dari sisi luar klem penjempit, dorong sisi tali pusat kearah distal (ibu) dan lakukan penjepitan kedua pada 2 cm distal dari klem pertama. 31) Potong dan ikat tali pusat a) Dengan satu tangan, angkat tali pusat yang telah dijepit kemudian gunting tali pusat diantara 2 klem tersebut (sambil lindungi perut bayi). b) Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian lingkarkan kembali benang kesisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua menggunakan simpul kunci. c) Lepaskan klem dan masukkan dalam larutan klorin 0,5% Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 40 32) Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu kekulit bayi. Letakkan bayi dengan posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel dengan baik didinding dadaperut ibu. Usahakan kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara ibu. 33) Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan kering dan pasang topi pada kepala bayi. 34) Memindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva. 35) Meletakkan satu tangan di atas kain pada perut bawah ibu (di atas simfisis), untuk mendeteksi kontraksi. Tangan lain memegang klem untuk menegangkan tali pusat. 36) Menunggu uterus berkontraksi dan kemudian melakukan penegangan ke arah bawah pada tali pusat dengan lembut. Melakukan tekanan yang berlawanan arah pada bagian bawah uterus dengan cara menekan uterus ke arah atas dan belakang (dorso kranial) dengan hati-hati untuk membantu mencegah terjadinya inversio uteri. Jika plasenta tidak lahir setelah 30–40 detik, menghentikan penegangan tali pusat dan menunggu hingga kontraksi berikut mulai. Jika uterus tidak berkontraksi, meminta ibu atau seorang anggota keluarga untuk melakukan ransangan puting susu. 37) Lakukan penegangan dan dorongan dorso-krnial hingga plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambil menarik tali pusat kearah bawah dan kemudian kearah atas, mengikuti Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 41 kurva jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus. a) Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar 5–10cm dari vulva. b) Jika plasenta tidak lepas setelah melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit: (1) Mengulangi pemberian oksitosin 10 unit IM. (2) Menilai kandung kemih dan mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik jika perlu. (3) Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan. (4) Mengulangi penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya. 38) Jika plasenta terlihat di introitus vagina, melanjutkan kelahiran plasenta dengan dua tangan dan dengan hati-hati memutar plasenta hingga selaput ketuban terpilin. Dengan lembut perlahan melahirkan selaput ketuban tersebut. a) Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan disinfeksi tingkat tinggi atau steril dan memeriksa vagina dan serviks ibu dengan seksama. Menggunakan jari-jari tangan atau klem atau forseps disinfeksi tingkat tinggi atau steril untuk melepaskan bagian selaput yang tertinggal. 39) Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, meletakkan telapak tangan di fundus dan melakukan masase dengan gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus menjadi keras). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 42 k. Menilai Perdarahan 40) Memeriksa kedua sisi plasenta baik yang menempel ke ibu maupun janin dan selaput ketuban untuk memastikan bahwa plasenta dan selaput ketuban lengkap dan utuh. Meletakkan plasenta di dalam kantung plastik atau khusus. a) Jika uterus tidak berkontraksi setelah melakukan masase selama 15 detik mengambil tindakan yang sesuai. 41) Mengevaluasi adanya laserasi pada vagina dan perineum dan segera menjahit laserasi yang mengalami perdarahan aktif. l. Melakukan Asuhan Pasca Persalinan (Kala IV) 42) Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik. 43) Mulai IMD dengan memberi cukup waktu umtuk melakukan kontakl kulit ibu-bayi (didada ibu minimal 1 jam). a) Biarkan bayi mencari dan menemukan puting dan mulai menyusu b) Sebagian besar bayi akan berhasil melakukan inisiasi menyusu dini dalam waktu 60-90 menit. Menyusu pertama biasanya berlangsung pada menit ke 45-60, dan berlangsung selama 10-20 menit. Bayi cukup menyusu dari satu payudara c) Tunda semua asuhan bayi baru lahir normal lainnya dan biarkan bayi didada ibu selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 43 d) Bila bayi harus dipindah dari kamar bersalin sebelum 1 jam atau sebelum bayi menyusu, usahakan ibu dan bayi dipindah bersama dengan mempertahankan kontak kulit ibu dan bayi e) Jika bayi belum menemukan puting ibu-IMD dalam waktu 1 jam, posisikan bayi lebih dekat dengan puting ibu dan biarkan kontak kulit dengan kulit selama 30-60 menit berikutnya f) Jika bayi masih belum melakukan IMD dalam waktu 2 jam, pindahkan ibu keruang pemulihan dengan bayi tetap di dada ibu. Lanjutkan asuhan perawatan neonatal esensial lainnya (menimbang, pemberian vitamin K1, salep mata) dan kemudian kembalikan bayi kepada ibu untuk menyusu g) Kenakan pakaian pada bayi atau tetap diselimuti untuk menjaga kehangatannya. h) Tetap tutupi kepala bayi dengan topi selama beberapa hari pertama. Bila suatu saat kaki bayi terasa dingin saat disentuh, buka pakaiannya dan kemudian telungkupkan kembali di dada ibu dan selimuti keduanya sampai bayi hangat kembali i) Tempatkan ibu dan bayi di ruangan yang sama. Bayi harus selalu dalam jangkauan ibu 24 jam dalam sehari sehingga bayi bisa menyusu sesering keinginannya 44) Setelah kontak kulit ibu-bayi dan IMD selesai: a) Timbang dan ukur bayi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 44 b) Beri bayi salep atau tetes mata antibiotika profilaksis (tetrasiklin 1% atau antibiotika lainnya) c) Suntikan vitamin K1 1 mg (0,5 mL untuk sediaan 2 mg/mL) IM di paha kiri anterolateral bayi d) Pastikan suhu tubuh bayi normal (36,5-37,5C) e) Berikan gelang pengenal pada bayi yang berisi informasi nama ayah, ibu, waktu, lahir, jenis kelamin, dan tanda lahir jika ada f) Lakukan pemeriksaan untuk melihat adanya cacat bawaan (bibir sumbing/langitan sumbing, atresia ani, defek dinding perut) dan tanda-tanda bahaya pada bayi 45) Satu jam setelah pemberian vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha kanan anterolateral bayi a) Letakkan bayi di jangkauan ibu agar sewaktu-waktu bisa disusukan b) Letakkan kembali bayi pada dada ibu bila bayi belum berhasil menyusu di dalam satu jam pertama dan biarkan sampai bayi berhasil menyusu 46) Melanjutkan pemantauan kontraksi uterus dan perdarahan pervaginam: a) 2 sampai 3 kali dalam 15 menit pertama pascapersalinan. b) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pascapersalinan. c) Setiap 20-30 menit pada jam kedua pascapersalinan. d) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, laksanakan perawatan yang sesuai untuk penatalaksanaan atonia uteri. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 45 e) Jika ditemukan laserasi yang memerlukan penjahitan, lakukan penjahitan dengan anestesia lokal dan menggunakan teknik yang sesuai. 47) Mengajarkan pada ibu atau keluarga bagaimana melakukan masase uterus dan memeriksa kontraksi uterus. 48) Mengevaluasi kehilangan darah. 49) Memeriksa tekanan darah, nadi, dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit selama satu jam pertama pasca persalinan dan sertiap 30 menit selama jam kedua pascapersalinan. a) Memeriksa temperatur tubuh ibu sekali setiap jam selama dua jam pertama pascapersalinan. b) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan yang tidak normal. 50) Periksa kembali kondisi bayi untuk memastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-60 kali/menit) serta suhu tubuh normal (36,-37, C) 51) Menempatkan semua peralatan didalam larutan klorin 0,6 % untuk dekontaminasi (10 menit). Mencuci dan membilas peralatan setelah dekontaminasi. 52) Membuang bahan-bahan yang terkontaminasi ke dalam tempat sampah yang sesuai. 53) Membersihkan ibu dengan menggunakan air desinfeksi tingkat tinggi. Membersihkan cairan ketuban, lendir, dan darah. Membantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 46 54) Memastikan bahwa ibu nyaman. Membantu ibu memberikan ASI. Menganjurkan keluarga untuk memberikan ibu minuman dan makanan yang diinginkan. 55) Mendekontaminasi daerah yang digunakan untuk melahirkan dengan larutan klorin 0,5% dan membilas dengan air bersih. 56) Mencelupkan sarung tangan kotor kedalam larutan klorin 0,5%, membalikkan bagian dalam keluar dan merendamnya dalam larutan klorin 0,5% selama 10 menit. 57) Mencuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir. 58) Melengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan asuhan kala IV 8. Asuhan kebidanan pada kala I-IV persalinan Menurut Mochtar (2010;h.77-81) yaitu: a. Kala I Pekerjaan penolong (bidan) pada kala I adalah mengawasi wanita inpartu sebaik-baiknya serta menanamkan semangat kepada wanita tersebut bahwa proses persalinan adalah fisiologis, tanamkan rasa percaya diri dan percaya pada penolong. Pemberian obat atau tindakan hanya dilakukan apabila perlu dan ada indikasi. Apabila ketuban belum pecah, wanita inpartu boleh duduk atau berjalanjalan. Jika berbaring ke sisi terletaknya punggung janin. Jika ketuban sudah pecah, wanita tersebut dilarang berjalan-jalan, harus berbaring. Periksa dalam pervaginam dilarang, kecuali ada indikasi. Pada kala I pembukaan dilarang mengedan karena belum waktunya dan menghabiskan tenaga ibu Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 47 b. Kala II Ketuban yang menonjol biasanya akan pecah sendiri, apabila belum pecah ketuban dipecahkan. His datang lebih sering dan lebih kuat lalu timbullah his mengejan, penolong telah siap untuk memimpin persalinan. Jika terdapat kemajuan persalinan penolong harus menahan perineum dengan tangan kanan beralaskan kain kassa atau doek steril. Pada primigravida dianjurkan untuk melakukan episiotomi. c. Kala III Segera sesudah anak lahir, anak diurus dan tali pusat diklem, biasanya rahim setelah kelahiran akan mengalami masa istirahat, dalam masa istirahat itulah peran bidan yaitu: memeriksa keadaan ibu, TTV, mengawasi perdarahan, mencari tanda pelepasan plasenta, menyuruh ibu mengedan dan memberikan tekanan pada fundus, urin dan selaput ketuban harus diperiksa sebaik-baiknya setelah dilahirkan. d. Kala IV Ibu yang baru melahirkan, periksa ulang dahulu dan perhatikan mengenai: kontrasksi rahim, perdarahan, kandung kemih, luka-luka jahitan, uri dan selaput ketuban harus lengkap, keadaan umum ibu dan bayi dalam keadaan baik. 9. Komplikasi persalinan a. Persalinan prematur Persalinan yang terjadi pada usia kehamilan kurang dari aterm (37 minggu). Persalinan premature memerlukan pemantauan secara Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 48 khusus karena mempunyai resiko yang tinggi dengan kelahiran Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) (Varney, 2008; h.782). b. Ketuban pecah dini Ketuban pecah dini adalah ketuban yang pecah sebelum ada tandatanda persalinan tanpa melihat usia gestasi. Dikatakan ketuban pecah dini apabila ketuban pecah lebih dari 8 jam dan tidak ada pembukaan serviks (Varney, 2008; h.788). c. Amnionitis atau korioamnionitis Amnionitis adalah terjadinya infeksi pada kulit ketuban dan cairan ketuban, biasanya terjadi karena ketuban pecah lama (lebih dari 24 jam), dengan atau tanpa persalinan yang memanjang, pada pemeriksaan dalam (Varney, 2008; h.792). d. Prolaps tali pusat Yaitu menumbung atau tali pusat masuk kedalam serviks. Prolaps tali pusat dapat menyebabkan hipoksia pada janin. Terdapat dua jenis prolaps tali pusat yaitu: menumbung ( frank ) dan terkemuka ( occult ) (Varney, 2008; h.793). e. Disfungsi uteri Merupakan diagnosa yang ditegakkan dengan melakukan observasi pemanjangan waktu setiap fase atau kala persalinan yang melebihi waktu persalinan (Varney, 2008; h.800). f. Rupture uterus Rupture uterus terjadi robekan atau laserasi pada uterus, yang dapat disebabkan oleh bekas SC, dorongan fundus saat bersalin, janin besar. Tanda gejala rupture uterus dapat menyerupai tanda dan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 49 gejala gangguan berat lainnya. Perdarahan terjadi ke dalam peritoneum dapat mengiritasi diafragma dan menyebabkan nyeri menjalar ke dada (Varney, 2008; h. 801). 10. Dampak persalinan lama pada ibu dan janin a. Infeksi Intrapartum Infeksi adalah bahaya yang serius yang mengancam ibu dan janinnya pada partus lama, terutama bila disertai pecahnya ketuban. Bakteri di dalam cairan amnion menembus amnion dan menginvasi desidua serta pembuluh korion sehingga terjadi bakteremia dan sepsis pada ibu dan janin. b. Ruptura Uteri Penipisan abnormal segmen bawah uterus menimbulkan bahaya serius selama partus lama, terutama pada ibu dengan paritas tinggi dan pada mereka dengan riwayat SC. c. Cincin Retraksi Patologis Walaupun sangat jarang, dapat timbul kontraksi atau cincin lokal uterus pada persalinan yang berkepanjangan. Tipe yang paling sering adalah cincin retraksi patologis Bandl, yaitu pembentukan cincin retraksi normal yang berlebihan. Cincin ini sering timbul akibat persalinan yang terhambat, disertai peregangan dan penipisan berlebihan segmen bawah uterus. Pada situasi semacam ini identasi abdomen dan menandakan ancaman akan rupturnya SBR. Konstraksi uterus lokal jarang dijumpai saat ini karena terlambatnya persalinan secara berkepanjangan tidak lagi dibiarkan. Kontraksi lokal ini kadang-kadang masih terjadi sebagai kontraksi jam pasir Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 50 (hourglass constriction) uterus setelah lahirnya kembar pertama. Pada keadaan ini, kontraksi tersebut kadang-kadang dapat dilemaskan dengan anesthesia umum yang sesuai dan janin dilahirkan secara normal, tetapi kadang-kadang SC yang dilakukan dengan segera menghasilkan prognosis yang lebih baik bagi kembar kedua. d. Pembentukan Fistula Apabila bagian terbawah janin menekan kuat ke PAP, tetapi tidak maju untuk jangka waktu yang cukup lama, bagian jalan lahir yang terletak di antaranya dan dinding panggul dapat mengalami tekanan yang berlebihan. Karena gangguan sirkulasi, dapat terjadi nekrosis yang akan jelas dalam beberapa hari setelah melahirkan dengan munculnya fistula vesikovaginal, vesikoservikal, atau retrovaginal. Umumnya nekrosis akibat penekanan ini pada persalinan kala II yang berkepanjangan. e. Cidera Otot-otot Dasar Panggul Saat kelahiran bayi, dasar panggul mendapat tekanan langsung dari kepala janin serta tekanan ke bawah akibat upaya mengejan ibu. Gaya-gaya ini meregangkan dan melebarkan dasar panggul sehingga terjadi perubahan fungsional dan anatomik otot, saraf, dan jaringan ikat. Efek-efek ini bisa menyebabkan inkontinensia urin dan alvi serta prolaps organ panggul. f. Kaput Suksedaneum Apabila panggul sempit, sewaktu persalinan sering terjadi kaput suksedaneum yang besar di bagian terbawah kepala janin. Kaput ini Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 51 dapat berukuran cukup besar dan menyebabkan kesalahan diagnostic yang serius. Kaput hampir dapat mencapai dasar panggul sementara kepala sendiri belum cakap. g. Molase kepala Janin Akibat tekanan his yang kuat, lempeng-lempeng tulang tengkorak saling bertumpang tindih satu sama lain di sutura-sutura besar, suatu proses yang disebut molase. Biasanya batas median tulang parietal yang berkontak dengan promontorium bertumpang tindih dengan tulang di sebelahnya; hal yang sama terjadi pada tulang-tulang frontal. Namun, tulang oksipital terdorong ke bawah tulang parietal. Perubahan-perubahan ini sering terjadi tanpa menimbulkan kerugian yang nyata. Di lain pihak, apabila distorsi yang terjadi mencolok, molase dapat menyebabkan robekan tentorium, laserasi pembuluh darah janin, dan perdarahan intracranial pada janin. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 52 C. BAYI BARU LAHIR 1. Definisi Bayi lahir normal adalah bayi yang lahir cukup bulan, 38–42 minggu dengan berat badan sekitar 2500 – 3000 gram dan panjang badan sekitar 50– 55 cm (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150). Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir pada usia kehamilan 37–42 minggu dengan berat lahir antara 2500-4000 gram (Sarwono, 2005 dalam Sondakh, 2013; h.150). 2. Penilaian bayi baru lahir (Manuaba, 2010; h.205) Penilaian bayi baru lahir dilakukan dengan menggunakan sistem nilai Apgar. Dalam melakukan pertolongan persalinan merupakan kewajiban untuk melakukan : a. Pencatatan (jam dan tanggal kelahiran, jenis kelamin bayi, pemeriksaan tentang cacat bawaan). b. Identifikasi bayi (rawat gabung, identifikasi sangat penting untuk menghindari bayi tertukar, gelang identitas tidak boleh dilepaskan sampai penyerahan bayi). c. Pemeriksaan ulang setelah 24 jam pertama sangat penting dengan pertimbangan pemeriksaan saat lahir belum sempurna. Tabel 2.1 Penilaian Apgar Skor Nilai Gejala 0 1 2 Denyut jantung janin Tidak ada < 100 denyut / menit >100 denyut / menit Pernapasan Tidak ada Lemah, menangis lemah Baik, menangis kuat Otot Lemas Reflek lemah Tidak ada Meringis Reaksi terhadap Gerakan aktif, reflek baik Menangis Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 53 rangsang 3. Tanda – tanda bayi normal Menurut (Sondakh 2013; h. 150), bayi baru lahir dikatakan normal jika masuk dalam kriteria sebagai berikut: a. Berat badan lahir bayi antara 2500-4000 gram. b. Panjang badan bayi antara 48-50 cm. c. Lingkar dada bayi 32-34 cm. d. Lingkar kepala bayi 33-35 cm. e. Bunyi jantung dalam menit pertama ± 180 kali/menit, kemudian tururn sampai 140-120 kali/menit pada saat bayi berumur 30 menit. f. Pernafasan cepat pada menit-menit pertama kira-kira 80 kali/menit disertai pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan interkostal, serta rintihan hanya berlangsung 10-15 menit. g. Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subkutan cukup terbentuk dan dilapisi verniks caseosa. h. Rambut lanugo telah hilang, rambut kepala tumbuh baik. i. Kuku telah agak panjang dan lemas. j. Genetalia: testis sudah turun (pada bayi laki-laki) dan labia mayora telah menutupi labia minora (pada bayi perempuan). k. Refleks hisap, menelan, dan moro telah terbentuk. l. Eliminasi, urin, dan mekonium normalnya keluar pada 24 jam pertama. Mekonium memiliki karakteristik hitam kehijauan dan lengket. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 54 4. Perawatan bayi baru lahir 1 jam pertama a. Membersihkan jalan napas Mempertahankan terbukanya jalan napas, sediakan balon penghisap dari karet untuk menghisap lendir dan mulut bayi dalm upaya mempertahankan jalan napas yang bersih. b. Memotong tali pusat Tali pusat di potong 5 cm dari dinding perut bayi dengan gunting steril dan diikat dengan pengikat steril. Bersihkan dengan lembut kulit disekitar tali pusat dengan kapas basah, kemudian bungkus dengan longgar/ tidak terlalu rapat dengan kassa steril. Popok bayi diikat dibawah tali pusat tidak menutupi tali pusat untuk menghindari kontak dengan feses dan urin. (Prawirohardjo, 2009; h.370) c. Memberikan vitamin K Bayi baru lahir diberikan vitamin K dengan tujuan mengurangi kejadian defisiensi vitamin K, jenis vitamin K yang digunakan adalah K1 diberikan secara IM dengan dosis, 0,5-0,1 mg (Prawirohardjo, 2009; h.135) d. Memberi salep mata Pemberian obat mata eritromisin 0,5% atau tetrasiklin 1% dianjurkan untuk pencegahan penyakit mata karena klamidia (penyakit menular seksual) (Prawirohardjo, 2009; h.135) e. Pengukuran berat dan panjang lahir Bayi yang baru lahir harus ditimbang berat dan panjang lahirnya. Dua hal yang selalu ingin diketahui orang tua tentang bayinya yang baru lahir adalah jenis kelamin dan beratnya (Prawirohardjo, 2009; h.372) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 55 f. Pemantauan bayi baru lahir Tujuan pemantauan bayi baru lahir adalah untuk mengetahui aktivitas bayi norml atau tidak dan identifikasi masalah kesehatan bayi baru lahir yang memerlukan perhatian keluarga dan penolong persalinan serta tindak lanjut petugas kesehatan. 5. Asuhan kebidanan pada bayi baru lahir Kunjungan neonatal minimal 3 kali, yaitu 1 kali pada 6-48 jam, 1 kali pada 3-7 hari, dan 1 kali pada 8-28 hari (profil kesehatan indonesia, 2013; h.110). a. Kunjungan neonatal ke-1 (KN 1) dilakukan dalam kurun waktu 6-48 jam setelah bayi lahir. 1) Mempertahankan suhu tubuh bayi Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya 36.5 bungkus bayi dengan kain yang kering dan hangat, kepala bayi harus tertutup 2) Pemeriksaan fisik bayi 3) Dilakukan pemeriksaan fisik a) Gunakan tempat tidur yang hangat dan bersih untuk pemeriksaan b) Cuci tangan sebelum dan sesudah pemeriksaan lakukan pemeriksaan c) Telinga : periksa dalam hubungan letak dengan mata dan kepala d) Mata :. Tanda-tanda infeksi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 56 e) Hidung dan mulut : bibir dan langitanperiksa adanya sumbing refleks hisap, dilihat pada saat menyusu f) Leher :pembekakan,gumpalan g) Dada : bentuk,puting,bunyi nafas,, bunyi jantung h) Bahu lengan dan tangan :gerakan normal, jumlah jari i) System syaraf : adanya reflek moro j) Perut : bentuk, penonjolan sekitar tali pusat pada saat menangis, pendarahan tali pusat tiga pembuluh, lembek (pada saat tidak menangis), tonjolan k) Kelamin laki-laki : testis berada dalam skrotum, penis berlubang pada letak ujung lubang l) Kelamin perempuan :vagina berlubang, uretra berlubang, labia minor dan labia mayor m) Tungkai dan kaki : gerak normal, tampak normal, jumlah jari n) Punggung dan anus: pembekakan atau cekungan, ada anus atau lubang o) Kulit : verniks, warna, pembekakan atau bercak hitam, tanda-tanda lahir 4) Konseling : jaga kehangatan, pemberian ASI, perawatan tali pusat, agar ibu mengawasi tanda-tanda bahaya 5) Tanda-tanda bahaya yang harus dikenali oleh ibu : pemberian ASI sulit, sulit menghisap atau lemah hisapan, kesulitan bernafas yaitu pernafasan cepat > 60 x/m atau menggunakan otot tambahan, letargi –bayi terus menerus tidur tanpa bangun Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 57 untuk makan,warna kulit abnormal – kulit biru (sianosis) atau kuning, suhu-terlalu panas (febris) atau terlalu dingin (hipotermi), tanda dan perilaku abnormal atau tidak biasa, ganggguan gastro internal misalnya tidak bertinja selama 3 hari, muntah terus-menerus, perut membengkak, tinja hijau tua dan darah berlendir, mata bengkak atau mengeluarkan cairan. 6) Lakukan perawatan tali pusat pertahankan sisa tali pusat dalam keadaan terbuka agar terkena udara dan dengan kain bersih secara longgar, lipatlah popok di bawah tali pusat ,jika tali pusat terkena kotoran tinja, cuci dengan sabun dan air bersih dan keringkan dengan benar. 7) Gunakan tempat yang hangat dan bersih 8) Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan pemeriksaan 9) Memberikan imunisasi HB-0 b. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke-3 sampai dengan hari ke 7 setelah bayi lahir. 1) Menjaga tali pusat dalam keadaaan bersih dan kering 2) Menjaga kebersihan bayi 3) Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus, diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI 4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan 5) Menjaga keamanan bayi 6) Menjaga suhu tubuh bayi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 58 7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA 8) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan c. Kunjungan neonatal ke-3 (KN-3) dilakukan pada kurun waktu hari ke-8 sampai dengan hari ke-28 setelah lahir. 1) Pemeriksaan fisik 2) Menjaga kebersihan bayi 3) Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir 4) Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24 jam) dalam 2 minggu pasca persalinan. 5) Menjaga keamanan bayi 6) Menjaga suhu tubuh bayi 7) Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan asi ekslutif pencegahan hipotermi dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir dirumah dengan menggunakan buku KIA 8) Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG 9) Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan 6. Masalah bayi baru lahir Menurut (Prawirohardjo, 2009; h.347) masalah yang dialami bayi baru lahir antara lain: a. Asfiksia Asfiksia adalah hipoksia atau penimbunan karbon dioksida dan osidosis. Apabila proses ini berlangsung terlalu jauh dapat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 59 mengakibatkan kerusakan otak atau kematian dan dapat mempengaruhi fungsi organ vital lainnya. b. Hipo/hipotermia Hipotermia terjadi apabila suhu tubu bayi turun dibawah 36ºC untuk mencegah terjadinya hipotermia maka setiap bayi baru lahir harap segera dikeringkan dengan handuk yang kering dan bersih dilakukan dengan mulai dari kepala kemudian keseluruh tubuh. c. Berat badan lahir rendah Penilaian dilakukan dengan cara menimbang bayi baru lahir yaitu apabila beratnya 1500 gram-2500 gram. d. Dehidrasi Dehidrasi ditandai dengan bayi mengantuk, tampak kehausan, kulit, bibir, dan lidah kering saliva menjadi kental, mata dan ubun-ubun cekung, warna kulit pucat, turgor kulit berkurang, ekstremitas dingin, banyaknya air kemih berkurang, gelisah, kadang-kadang kejang kemudian syok e. Ikterus Adalah kondisi bayi menguning yang dialami bayi kurang bulan. Dapat ditandai dengan tidak mau menghisap, latergis, mata berputar, gerakan tidak menentu, kejang, tonus otot meninggi, leher kaku, dan akhirnya opistotonus f. Tetanus neonatorum Terjadi pada neonatus yang berusia kurang dari 1 bulan yang disebabkan oleh chlostridium yang menyerang sistem syaraf pusat Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 60 g. Kejang Kejang pada bayi baru lahir sering disebabkan oleh ketidakmatangan organisasi konteks pada bayi baru lahir. D. NIFAS 1. Definisi Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali, mulai dari persalinan selesai sampai alat – alat kandung kembali seperti prahamil. Lama masa nifas ini yaitu 6–8 minggu (Mochtar, 2012; h.87). Masa nifas atau puerperium dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Sarwono, 2010; h.356). 2. Tujuan masa nifas a. Tujuan Umum Mengetahui kebutuhan ibu dan bayi pada periode pascapersalinan, mengenali komplikasi pascapersalinan pada ibu dan bayi, melakukan upaya pencegahan infeksi yang diperlukan serta menjelaskan dan melaksanakan ASI eksklusif, konseling HIV/AIDS dan kontrasepsi, prosedur imunisasi (Sarwono, 2010; h. 356). b. Tujuan Khusus 1) Mengenali dan memenuhi kebutuhan ibu pada masa pascapersalinan. 2) Mengenal komplikasi perdarahan pascapersalinan. 3) Mengenal penyebab utama kematian dan kecacatan pada bayi selama masa pascapersalinan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 61 4) Mengenal dan memenuhi kebutuhan bayi baru lahir. 5) Melakukan upaya pencegahan infeksi dasar pada bayi baru lahir. 6) Melakukan upaya mempertahankan untuk selam menyusui minimal 6 dan bagaiman bulan (exclusive breastfeeding). 7) Menjelaskan manfaat konseling IMS/HIV-AIDS dan penggunaan kontrasepsi. 8) Menjelaskan dan melaksanakan prosedur imunisasi pada ibu dan bayi. (Sarwono, 2010; h. 356). 3. Tahapan masa nifas Nifas dibagi dalam 3 periode : a. Puerperium dini yaitu kepulihan saat ibu telah diperbolehkan berdiri dan berjalan–jalan. Dalam agama islam, dianggap telah bersih dan boleh bekerja setelah 40 hari. b. Puerperium intermediat yaitu kepulihan menyeluruh alat–alat genetalia yang lamanya 6 – 8 minggu. c. Puerperium lanjut yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan sehat sempurna, terutama jika selama hamil atau sewaktu persalinan timbul komplikasi. Waktu untuk mencapai kondisi sehat sempurna dapat berminggu–minggu, bulanan, atau tahunan (Mochtar, 2012; h.87). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 62 4. Kunjungan masa nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam-3 hari pasca persalinan, pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu) b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri) c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif e. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana f. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.96). 5. Perubahan fisiologis masa nifas a. Uterus Secara berangsur-angsur menjadi kecil (berinvolusi) hingga akhirnya kembali seperti sebelum hamil. Tabel 2.2 Perubahan Bentuk Uterus Involusi Bayi lahir Uri lahir Tinggi fundus uteri Setinggi Pusat 2 Jari dibawah pusat Pertengahan pusat 1 minggu simfisis Tidak teraba di atas 2 minggu simfisis 6 minggu Bertambah kecil 8 minggu Sebesar normal (Mochtar, 2012; h.87) Berat Uterus 1000 gram 750 gram 500 gram 350 gram 50 gram 30 gram Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 63 b. Bekas implantasi uri Placenta bed mengecil karena kontraksi dan menonjol ke kavum uteri dengan diameter 7,5 cm. Sesudah 2 minggu menjadi 3,5 cm. pada minggu keenam 2,4 cm dan akhirnya pulih. c. Luka-luka Pada jalan lahir jika tidak disertai infeksi akan sembuh dalam 6-7 hari. d. Rasa nyeri Disebut juga after pains (merian atau mulas-mulas) disebabkan kontraksi rahim, biasanya berlangsung 2-4 hari pascapersalinan. Perlu diberikan pengertian pada ibu mengenai hal tersebut dan jika terlalu mengganggu, dapat diberikan obat-obatan anti nyeri atau antimulas. e. Lochea Adalah cairan secret yang berasal dari kavum uteri dan vagina dalam masa nifas. 1) Lochea rubra (cruenta) : berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban, sel-sel desidua, verniks kaseosa, lanugo, dan mekonium, selama 2 hari pascapersalinan. 2) Lochea sanguinolenta : berwarna merah kuning, berisi darah dan lendir; hari ke 3-7 pascapersalinan. 3) Lochea serosa: berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke 7-14 pascapersalinan. 4) Lochea alba: cairan putih, setelah 2 minggu. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 64 5) Lochea purulenta: terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau busuk. 6) Lokiostatis: lochea yang tidak lancar keluarnya. f. Serviks Setelah persalinan, bentuk serviks agak menganga seperti corong, berwarna merah kehitaman. Konsistensinya lunak, kadang-kadang terdapat perlukaan-perlukaan kecil. Setelah bayi lahir, tangan masih bisa dimasukkan kerongga rahim; setelah 2 jam, dapat dilalui oleh 23 jari, dan setelah 7 hari, hanya dapat dilalui 1 jari. g. Ligamen-ligamen Ligamen, fascia dan diafragma pelvis yang meregang pada waktu persalinan, setelah bayi lahir, secara berangsur-angsur menjadi ciut dan pulih kembali. Akibatnya, tidak jarang uterus jatuh kebelakang dan menjadi retrofleksi karena ligamentum rotundum menjadi kendor. Setelah melahirkan, wanita Indonesia memiliki kebiadaan “berkusuk” atau “berurut”. Sewaktu di kusuk, tekanan intra abdomen bertambah tinggi. Karena ligamentum, fascia dan jaringan penunjang menjadi kendor setelah melahirkan, jika dilakukan kusuk/urut, banyak wanita yang mengeluh “kandungannya turun” atau “terbalik”. Untuk nemulihkan kembali, sebaiknya dengan latihan-latihan dan senam pasca persalinan. (Mochtar, 2012; h.87) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 65 6. Komplikasi dalam masa nifas a. Keadaan Abnormal pada uterus atau rahim 1) Sub involusi uteri Terjadinya proses involusi (pengeluaran) rahim tidak berjalan sebagaimana mestinya, sehingga proses pengecilannya terlambat, penyebabnya yaitu: a) (Mochtar, 2012; h.87).Infeksi endometrium b) Sisa plasenta dan selaputnya c) Adanya bekuan darah d) Mioma uteri ( Manuaba, 2010; h.418 ). 2) Perdarahan kala nifas sekunder Perdarahan yang terjadi setelah 24 jam pertama, penyebabnya yaitu: a) Terdapatnya sisa plasenta atau selaput ketuban pada grande multipara dan sebagian kecil terjadi dalam bentuk kelainan implantasi plasenta. b) Infeksi endometrium c) Mioma uteri bersamaan dengan kehamilan d) Inversio uteri (Manuaba, 2010; h.418). 3) Infeksi masa nifas Yaitu mencakup semua peradangan yang disebabkan oleh masuknya kuman ke dalam alat-alat genital pada waktu persalinan dan nifas. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 66 b. Keadaan abnormal pada payudara 1) Bendungan Air Susu Ibu ( ASI ) Bendungan ASI terjadi pada hari ke 2 atau ke 3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, bayi tidak cukup sering menyusu, produksi ASI meningkat, terlambat memberikan ASI (Sarwono, 2010; h.652). 2) Mastitis adalah infeksi dan peradangan parenkim kelenjar payudara pada massa nifas. Gejala awal mastitis adalah demam yang disertai menggigil, mialgia, nyeri, dan takikardia. Pada pemeriksaan , payudara bengkak, mengeras,lebih hangat, kemerahan, dan disertai rasa sangat nyeri (Sarwono, 2010; h. 652) 7. Kunjungan masa nifas Pelayanan kesehatan ibu nifas adalah pelayanan kesehatan pada ibu nifas sesuai standar, yang dilakukan sekurang-kurangnya tiga kali sesuai jadwal yang dianjurkan, yaitu pada 6 jam-3 hari pascapersalinan, pada hari keempat sampai dengan hari ke-28 pasca persalinan, dan pada hari ke-29 sampai dengan hari ke-42 pasca persalinan. Jenis pelayanan kesehatan ibu nifas yang diberikan meliputi a. Pemeriksaan tanda vital (tekanan darah, nadi, nafas, dan suhu) b. Pemeriksaan tinggi puncak rahim (fundus uteri) c. Pemeriksaan lokhia dan cairan per vaginam lain d. Pemeriksaan payudara dan pemberian anjuran ASI eksklusif e. Pemberian pendidikan kesehatan tentang nutrisi masa nifas Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 67 f. Pemberian komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kesehatan ibu nifas dan bayi baru lahir, termasuk keluarga berencana g. Pelayanan keluarga berencana pasca persalinan. (Profil Kesehatan Indonesia, 2014; h.96). E. KELUARGA BERENCANA 1. Definisi a. Keluarga Berencana Adalah usaha untuk menjarangkan kehamilan atau merencanakan jumlah dan jarak kehamilan dengan memakai kontrasepsi (Mochtar, 2012; h.195). b. Kontrasepsi Adalah mencegah bertemunya sperma dengan ovum, sehingga tidak terjadi pembuahan yang mengakibatkan kehamilan (Irianto, 2014; h.126). 2. Tujuan KB a. Tujuan Umum Meningkatkan kesejahteraan ibu, anak dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) yang menjadi dasar terwujudnyaa mengendalikan masyarakat kelahiran sekaligus yang sejahtera menjamin dengan terkendalinya pertambahan penduduk (Irianto, 2014; h.7). b. Tujuan Khusus 1) Meningkatkan jumlah penduduk untuk menggunakan alat kontrasepsi. 2) Menurunnya jumlah angka kelahiran bayi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 68 3) Meningkatnya kesehatan keluarga berencana dengan cara penjarangan kelahiran (Irianto, 2014; h. 8). 3. Penapisan Klien Penapisan klien merupakan upaya untuk melakukan tela’ah dan kajian tentang kondisi kesehatan klien dengan kesesuaian penggunaan metode kontrasepsi yang diinginkan.Tujuan utama penapisan klien untuk menentukan keadaan yang membutuhkan perhatian khusus dan masalah (misalnya diabetes atau tekanan darah tinggi) yang membutuhkan pengamatan dan pengelolaan lebih lanjut. Untuk sebagian besar klien bisa diselesaikan dengan cara anamnesis terarah, memungkinkan kontrasepsi, sehingga hamil kecuali dapat AKDR masalah dicegah. dan utama dikenali atau besar cara mantap tidak Sebagian kontrasepsi membutuhkan pemeriksaan fisik maupun panggul. Pemeriksaan laboratorium untuk klien Keluarga Berencana dan klien baru tidak diperlukan karena : a. Sebagian besar klien KB berusia muda (umur 16 – 35 tahun) dan umumnya sehat. b. Pada wanita, masalah kesehatan reproduksi (misalnya kanker genital dan kanker payudara, fibroma uterus) jarang di dapat pada umur sebelum 35 tahun atau 40 tahun. c. Pil kombinasi yang sekarang tersedia berisi estrogen dan progestin lebih baik karena efek sampingnya jarang menimbulkan masalah medis. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 69 d. Pil progestin, suntikan, dan susuk bebas dari efek yang berhubungan dengan estrogen dan dosis progestin yang dikeluarkan perhari bahkan lebih rendah dari pil kombinasi. Tabel 2.3 : Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode reversibel Metode hormonal (pil kombinasi; pil progestin, Ya suntikan dan susuk) Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu atau lebih. Menyusui dan kurang dari 6 minggu pasca persalinan 1,2. Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid setelah senggama. Ikterus pada kulit atau mata. Nyeri kepala hebat atau gangguan visual. Nyeri hebat pada betis, paha atau dada, atau tungkai bengkak (oedema). Tekanan darah di atas 160/ 90 mmHg. Massa atau benjolan pada payudara. Sedang minum obat – obatan anti kejang . AKDR (semua jenis pelepas tembaga dan Ya progestin) Tidak Tidak Hari pertama haid terakhir 7 hari yang lalu. Klien (pasangan) mempunyai pasangan seks lain. Infeksi menular seksual (IMS). Penyakit radang panggul atau kehamilan ektopik. Haid banyak (lebih 1 – 2 pembalut tiap 4 jam). Haid lama (lebih dari 8 hari). Dismenorea berat yang membutuhkan analgetika dan/atau istirahat baring. Perdarahan/ perdarahan bercak antara haid atau setelah senggama/gejala penyakit jantung valvular atau kongenital. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 70 1) Apabila klien menyusui dan kurang dari 6 minggu postpartum maka pil kombinasi adalah metode panggilan terakhir. 2) Tidak cocok untuk pil progestin (minipil), suntikan (DMPA atau NET - EN), atau susuk 3) Tidak cocok untuk suntikan progestin (DMPA atau NET - EN) 4) Tidak cocok untuk AKDR pelepas – progestin Selain itu, dahulu tenaga kesehatan cenderung menggunakan syarat pemakaian metode kontrasepsi secara berlebihan sehingga mempengaruhi pemilihan metode dari klien. Akibatnya, banyak permintaan pemeriksaan lab yang sebenarnya tidak di perlukan (misalnya pemeriksaan kolesterol, fungsi hati, glukosa atau pap smear). Walaupun permintaan menjadi klien KB menjadi meningkat, kemampuan pelayanan terbatas karena tidak tersedianya laboratorium untuk pemeriksaan sehingga menghambat terhadap pemilihan kontrasepsi dan pelaksananan pelayanan. Karena itu klien dapat memperoleh cara konrasepsi yang terbaik sesuai pilihannya, penilaian cara klien harus di batasi pada prosedur yang di perlukan untuk semua klien pada setiap tatanan. Jika semua keadaan di atas ”tidak” (negatif) dan tidak dicurigai adanya kehamilan, maka dapat di teruskan dengan konseling metode khusus. Bila respon banyak yang dalam Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 71 “iya” (positif), berarti klien perlu di evaluasi sebelum keputusan akhir dibuat. Catatan : klien tidak selalu memberikan informasi yang benar tentang kondisi di atas. Namun, petugas kesehatan harus mengetahui bagaimana keadaan klien sebenarnya bila di perlukan petugas dapat mengulangi pertanyaan yang berbeda. Perlu juga di perhitungkan masalah sosial ,budaya atau agama yang mungkin berpengaruh terhadap respon klien tersebut (pasangannya). Tabel 2.4 Daftar Tilik Penapisan Klien Metode Irreversibel (Tubektomi) Keadaan klien Dapt dilakukan pada fasilitas rawat jalan Keadaan umum Kedaan umum baik, (anamnesis tidak ada tanda-tanda pemeriksaan apenyakit jantung, fisik). paru, atau ginjal. Keadaan emosional Tekanan darah Tenang Kurang dari 160/100mmHg Berat badan 35-85 kg Riwayat operasi Bekas secsio sesaria abdomen/panggul. (tanpa perlekatan). Riwayat radang Pemeriksaan panggul, hamil normal ektopik, apendisitis. Anemia HB ≥ 8g% Dilakukan difasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda tanda penyakit jantung, paru atau ginjal. Cemas,takut ≥ 160/100mmHg >85kg ; < 35kg Operasi abdomen lainya,perlekatan atau terdapat kelaianan pada pemerikaan panggul. dalam Pemeriksaan dalam ada kelainan. HB < 8g% Tabel 2.5 Daftar Tilik Penapisan Klien. Metode Irreversibel (vasektomi) Keadan klien Dapat dilakukan pada Dilakukan pada Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 72 fasilitas berjalan Keadaan umum Keadaan umum baik, (anamnesis, tidak ada tanda penyakit pemeiksaan jantung, paru atau ginjal. fisik). Keadaan emosional Tekanan darah Infeksi atau kelainan skrotum/inguinal. Anemia Tenang fasilitas rujukan Diabetes tidak terkontrol, riwayat gangguan pembekuan darah, ada tanda penyakit jantung, paru atau ginjal. Cemas takut < 160/100mmHg Normal ≥160/100mmHg Tanda-tanda infeksi atau ada kelainan. HB ≥ 8g% HB < 8g% Meyakini bahwa klien tidak hamil Klien tidak hamil apabila : 1) Tidak senggama sejak haid terakhir 2) Sedang memaka metode efektif secara baik dan benar 3) Sekarang didalam 7 hari pertama haid terakhir 4) Didalam 4 minggu pasca persalinan 5) Dalam 7 hari pasca keguguran 6) Menyusui dan tidak haid Pemerksaan fisik jarang dibutuhkan kecuali untuk menyingkirkan kehamilan yang lebih dari 6-8 minggu. Laboratorium Uji kehamilan yang biasa tidak selalu menolong, kecuali tersedia uji kehamilan yang lebih sensitif. Jika tidak tersedia kehamilan yang sensitif, klien di anjurkan memakai kontrasepsi barier sampai haid berikutnya.Amenorea laktasi sebagai andalan cara kontrasepsiMetode Amenorea Laktasi (MAL) sangat efektif dalam mencegah kehamilan (pencegahan 98% jika dilaksanakan secara benar pada 6 bulan pertama pasca persalinan; Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 73 pencegahan 93% jika dilaksanakan samapi 12 bulan pasca persalinan). Pada perpanjangan masa menyusui petugas kesehatan dapat meyakinkan bahwa wanita tersebut tidak akan hamil bila sampai 6 bulan pasca persalinan melaksanakan MAL dengan baik.Untuk klien yang akan memakai kotrasepsi alam jangka panjang (suntikan, norplant atau AKDR) yang sudah lebih 6 bulan pasca persalinan disarankan untuk dilakukan pemeriksaan dalam guna menyingkirkan kehamilan. Tabel 2.6 Daftar Tilik Prosedur Penapisan Klien Prosedur KBA atau MAL Metode barier (kondo m) Meode AKDR hormonal (pil kombinasi, pil progestin/suntik an/ implan) Ya (liat daftar)1 Ya (liat daftar) Kontap wanita/ pria Penapisa n reproduks i Seleksi ISR//IMS resiko tinggi Pemeriks aan Wanita umum Abdomen Pemeriks aan speculum Pemerksa n dalam Pria (lipat paha,peni s,testis,sk rotum) Tidak Tidak Tidak Tidak Tidak Ya Ya Tidak Tidak Tidak3 Ya - - - Tidak - Ya - Tidak Tidak Tidak Ya Ya Ya Ya - Ya Tidak Ya Ya - Tidak - - Ya Ya (liat daftar)2 Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 74 4. Jenis-Jenis Kontrasepsi a. Kontrasepsi Tanpa Menggunakan Alat/Obat 1) Senggama Terputus (Koitus Interruptus) a) Definisi Senggama terputus ialah penarikan penis dari vagina sebelum terjadinya ejakulasi. Hal ini berdasarkan kenyataan, bahwa akan terjadinya ejakulasi didasari sebelumnya oleh sebagian besar laki-laki, dan setelah itu masih ada waktu kira-kira “detik” sebelum ejakulasi terjadi. Waktu yang singkat ini dapat digunakan untuk menarik penis keluar dari vagina (Sarwono, 2011;h;438) b) Keuntungan (1) Tidak membutuhkan biaya (2) Tidak ada efek samping (3) Dapat digunakan setiap waktu (4) Efektif bila digunakan dengan benar (5) Tidak mengganggu produksi ASI. (Sarwono, 2011; h. 438). c) Kekurangan (1) Untuk menyukseskan cara ini dibutuhkan pengendalian diri yang benar dari pihak laki-laki (2) Dapat menimbulkan neurasteni (3) Memutus kenikmatan dalam berhubungan seksual. (Sarwono, 2011;438) Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 75 2) Pembilasan Pascasanggama ( Postcoital Doucbe) Pembilasan vagina dengan air biasa dengan atau tanpa tambahan larutan obat (cuka atau obat lain) segera setelah koitus merupakan suatu cara yang telah dilakukan lama sekali untuk tujuan kontrasepsi. Maksudnya ialah untuk mengeluarkan sperma secara mekanik dari vagina. Penambahan cuka ialah untuk memperoleh efek spermisida serta menjaga asiditas vagina. Efektifitas cara ini mengurangi kemungkinan terjadinya konsepsi hanya dalam batas-batas tertentu karena sebelum dilakukannya pembilasan spermatozoa dalam jumlah besar sudah memasuki serviks uteri (Sarwono, 2011;h.439). 3) Perpanjangan Masa Menyusui Anak (Prolonged Lactation) Sepanjang sejarah perempuan mengetahui bahwa kemungkinan untuk menjadi hamil menjadi lebih kecil apabila mereka terus menyusui anaknya setelah melahirkan. Maka, memperpanjang masa laktasi sering dilakukan untuk mencegah kehamilan. Efektifitas menyusui anak dapat mencegah ovulasi dan memperpanjang amenorea postpartum. Tetapi suatu saat ovulasi akan terjadi lagi dan akan mendahului haid pertama setelah partus. Bila hal ini terjadi, konsepsi dapat terjadi selagi perempuan tersebut masih dalam keadaan amenorea dan terjadilah kehamilan kembali setelah melahirkan sebelum mendapatkan haid. (Meberumbung) (Sarwono, 2011;h.439). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 76 4) Pantang Berkala (Rbytbm Metbod) Cara ini mula-mula diperkenalkan oleh Kyusaku Ogino dari jepang dan Herman Knaus dari jerman, kira-kira pada waktu yang bersamaan, yaitu sekitar tahun 1931. Mereka bertitik tolak dari hasil penyelidikan mereka bahwa seorang perempuan hanya dapat hamil selama beberapa hari saja dalam daur haidnya. Masa subur yang juga disebut “fase ovulasi” mulai 48 jam sebelum ovulasi dan berakhir 24 jam setelah ovulasi. Kesulitan cara ini ialah sulit menentukan waktu yang tepat dari ovulasi. Ovulasi umumnya terjadi 12 + 2 hari sebelum hari pertama haid yang akan datang. Dengan demikian pada perempuan yang haid tidak teratur sangat sulit atau sama sekali tidak dapat diperhitungkan saat terjadinya ovulasi. Selain itu pada perempuan yang haid teratur pun ada kemungkinan hamil, oleh salah satu sebab (misalnya sakit) ovulasi tidak datang pada waktunya atau sudah datang sebelum saat semestinya. Efektifitas cara ini akan lebih tepat jika dibarengi dengan cara pengukuran suhu basal badan (SBB); dengan pengukuran ini dapat ditentukan dengan tepat saat terjadinya ovulasi. Menjelang ovulasi suhu basal badan turun, kurang dari 24 jam sesudah ovulasi suhu basal badan naik lagi sampai tingkat lebih tinggi daripada tingkat suhu sebelum ovulasi, dan tetap tinggi sampai akan terjadinya haid. Dengan demikian betuk grafik suhu basal badan adalah bifasis, dengan dataran pertama lebih Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 77 rendah daripada dataran kedua, dengan saat ovulasi diantaranya. Dengan menggunakan suhu basal badan, kontrasepsi dengan cara pantang berkala dapat ditingkatkan efektifitasnya. Akan tetapi, harus diingat bahwa bebrapa faktor dapat menyebabkan kenaikan suhu basal badan tanpa terjadinya ovulasi, misalnya karena infeksi, kurang tidur, atau minum alcohol. (Sarwono, 2011;h.439-440). b. Kontrasepsi Alamiah dengan Alat 1) Kondom Pemakaian kondom untuk tujuan kontrasepsi baru dimulai kira-kira pada abad ke-18 di Inggris. Pada mulanya kondom terbuat dari usus biri-biri. Pada tahun 1844 Goodyear telah berhasil membuat kondom dari karet.Kondom yang klasik terbuat dari karet (lateks) dan usus biri-biri. Prinsip kerja kondom ialah sebagai perisai dari penis sewaktu melakukan koitus, dan mencegah pengumpulan sperma dalam vagina. Bentuk kondom adalah silindris dengan pinggir yang tebal pada ujung yang terbuka, sedang ujung yang buntu berfungsi sebagai penampung sperma. Biasanya diameternya kira-kira 31-36,5 mm dan panjangnya lebih kurang 19 cm. Keuntungan kondom, selain untuk memberi perlindungan terhadap penyakit kelamin, juga dapat digunakan untuk tujuan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 78 kontrasepsi. Kekurangannya ialah ada kalanya pasangan yang mempergunakan merasakan selaput karet tersebut sebagai penghalang kenikmatan sewaktu melakukan koitus. Ada pula pasangan yang tidak memakai kondom oleh karena adanya asosiasi dengan soal pelacuran. Hal-hal yang perlu diperhatikan ketika menggunakan kondom. a) Jangan melakukan koitus saat kondom belum terpasang dengan baik b) Pasanglah kondom sepanjang penis yang sedang dalam ereksi. Pada laki-laki yang belum bersunat prepusium harus ditarik terlebih dahulu c) Tinggalkan sebagian kecil dari ujung kondom untuk menampung sperma d) Pergunakanlah bahan pelican secukupnya pada permukaan kondom untuk mencegah terjadinya robekan e) Keluarkan penis dari vagina sewaktu masih dalam keadaan ereksi dan tahanlah kondom pada tempatnya ketika penis dikeluarkan dari vagina supaya sperma tidak tumpah (Sarwono, 2011; h. 441-442). 2) Diafragma Vaginal Dalam bentuk aslinya diafragma vaginal ini terbuat dari cincin karet yang tebal, dan diatasnya diletakan selembar karet tipis. Kemudian dilakukan modifikasi dengan semacam per arloji; Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 79 diatasnya diletakan karet tipis yang berbentuk kubah (dome). Ukuran diafragma vaginal yang beredar dipasaran mempunyai diameter antara 55 sampai mempunyai perbedaan 100 diameter mm. Tiap-tiap masing-masing ukuran 5 mm. Besarnya ukuran diafragma yang akan dipakai oleh akseptor ditentukan secara individual. Pada keadaan-keadaan tertentu pemakaian diafragma tidak dibenarkan, misalnya pada (1) sistokel yang berat; (2) prolapses uteri; (3) fistula vagina; (4) hiperantefleksio atau hiperetrofleksio dan uterus. Keuntungan dari cara ini adalah (1) hampir tidak ada efek sampung; (2) motivasi yang baik dan pemakaian yang betul, hasilnya cukup memuaskan; (3) dapat dipakai sebagai pengganti pil, IUD, atau pada perempuan yang tidak boleh mempergunakan pil atau IUD oleh karena sesuatu sebab. Kelemahan diafragma vaginal ini ialah (1) diperlukannya motivasi yang cukup kuat; (2) umumnya hanya cocok untuk perempuan yang terpelajar dan tidak untuk dipergunakan secara masal; (3) pemakaian yang tidak teratur dapat menimbulkan kegagalan; (4) tingkat kegagalan lebih tinggi dari pada pil atau IUD (Sarwono, 2011;h.442-443). c. Kontrasepsi Hormonal Dibawah hormone pengaruh gonadotro[in hipotalamus, Follicle hipofisis Stimulating mengeluarkan Hormone (FSH), Luteinizing Hormone (LH). Hormone-hormon ini dapat merangsang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 80 ovarium untuk membuat estrogen dan progesterone. Dua hormone yang terakhir ini menumbuhkan endometrium pada waktu daur haid, dalam keseimbangan tertentu menimbulkan ovulasi, dan penurunan kadarnya mengakibatkan desintegrasi endometrium dan haid. Penyelidikan lebih lanjut menunjukan bahwa baik estrogen maupun progesterone dapat mencegah ovulasi. Kemudian sebagai hasil penyelidikan lebih lanjut, diadakan pil sekuensial, mini pill, morning after pill, dan Depo-Provera yang dapat diberikan sebagai suntikan. Dewasa ini masih terus dilakukan kegiatan untuk menemukan suatu cara kontrasepsi hormonal yang mempunyai daya guna tiggi dan dengan efek samping yang sekecil mungkin (Sarwono, 2011;h. 444-445). 1) Pil kontrasepsi kombinasi a) Kontraindikasi Tidak semua perempuan dapat menggunakan pil kombinasi untuk kontrasepsi. Kontraindikasi terhadap pengunaannya dapat dibagi dalam kontraindikasi mutlak dan relatif. (1) Kontraindikasi mutlak: termasuk adanya tumor-tumor yang dipengaruhi estrogen, penyakit hati yang aktif, baik akut ataupun menahun; pernah mengalami trombo-flebitis, trombo-emboli, kelainan serebro-vaskuler; diabetes melitus; dan kehamilan. (2) Kontraindikasi relatif: depresi; migrain; mioma uteri; hipertensi; oligomenorea dan amenorea . Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 81 b) Kekurangannya harus diminum setiap hari, sehingga kadangkadang merepotkan, motivasi harus kuat, adanya efek samping walaupun sifatnya sementara seperti mual, sakit kepala, dan muntah nyeri buah dada. c) Kelebihan dari kontrasepsi tersebut adalah resiko terhadap kesehatan kecil, tidak pengaruh terhadap hubungan suami istri, tidak dilakukan pemeriksaan dalam, jangka panjang, siklus haid jadi teratur, efektivitasanya dapat dipercaya (daya guna teoritis hampir 100%, daya guna pemakaian 95-98%), frekuensi koitus tidak perlu diatur (Sarwono, 2011;h. 445447). 2) Pil sekensial Di Indonesia pil sekuensial tidak diedarkan. Pil sekuensial itu tidak seefektif pil kombinasi, dan pemakaiannya hanya dianjurkan pada hal-hal tetrentu saja. Pil diminum yang hanya mengandung estrogen saja untuk 14-16 hari, disusul dengan pil yang mengandung estrogen dan progesterone untuk 5-7 hari (Sarwono, 2011;h.448-449). 3) Mini-pill (Continous Low-dose Progesterone Pill, atau Prostagen Only Pill) Pada tahun 1965 rudell dan kawan-kawan menemukan bahwa pemberian progestagen (klormadinon asetat) dalam dosis kecil (0,5 mg per hari) menyebabkan perempuan tersebut menjadi infertile. Mini-pill bukan merupakan penghambat ovulasi oleh karena selama memakan pil mini ini kadang-kadang ovulasi Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 82 masih dapat terjadi. Efek utamanya ialah terhadap lender serviks, dan juga terhadap endometrium, sehingga nidasi blastokista tidak dapat terjadi (Sarwono, 2011; h. 449). 4) Postcoital Contraception ( Morning after pill) Pada tahun 1966 Morris dan Van Wagenen ( Amerika Serikat) menemukan bahwa estrogen dalam dosis tinggi dapat mencegah kehamilan jika diberikan segera setelah kopitus yang tidak dilindungi. Penelitian dilakukan pada perempuan sukarelawan dan perempuan yang diperkosa. Kepada sebagian dari perempuan-perempuan tersebut diberikan 50 mg diestilbestrol (DES) dan kepada sebagian lagi diberikan etinilestradiol (EE) sebanyak 0,5 sampai 2 mg sehari selama 4-5 hari setelah terjadinya koitus. Kegagalan cara ini dilaporkan dalam 2,4 dari jumlah kasus. Cara ini dapat menghalangi implantasi blastokista dalam endometrium (Sarwono, 2011;h.449). d. Kontrasepsi suntikan 1) Suntikan setiap 3 bulan (Depo Provera) a) Mekanisme kerja (1) Obat ini dapat menghalangi terjadinya ovulasi dengan jalan menekan pembentukan gonadotropin releasing hormone dari hipotalamus. (2) Lendir servik bertambah kental, sehingga menghambat penetrasi sperma melalui serviks uteri. (3) Implantasi ovum dalam endometrium dihalangi. (4) Mempengaruhi transpor ovum di tubuh. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 83 b) Keuntungan kontrasepsi suntikan berupa depo ialah: Efektivitas tinggi; pemakaiannya sederhana; cukup menyenangkan bagi akseptor (injeksi hanya 4x setahun); reversible; dan cocok untuk ibu-ibu yang menyusui anak. c) Kekurangan perdarahan metode yang depot tidak ialah teratur sering menimbulkan (spotting, breakthrough bleeding), dan lain-lain; dapat menimbulkan amenorea (Sarwono, 2011; h. 450). 2) Suntikan Setiap Bulan Suntikan bulanan mengandung dua macam hormon progestin dan estrogen seperti hormon alami pada tubuh perempuan. Juga disebut sebagai kontrasepsi suntikan kombinasi. Mekanisme kerjanya adalah mencegah keluarnya ovum dari ovarium (ovulasi). Efektifitasnya tergantung saat kembalinya untuk mendapatkan suntikan. Bila perempuan mendapatkan suntikan tepat waktu, angka kehamilannya kurang dari 1 per 100 perempuan yang yang menggunakan kontrasepsi bulanan dalam satu tahun pertama (Sarwono, 2011; h. 450). e. Alat kontrasepsi Dalam Rahim (AKDR) atau Intra Uterin Device (IUD) 1) Mekanisme Kerja IUD IUD pada kavum uteri menimbulkan reaksi peradangan endometrium yang disertai dengan sebutan leukosit yang dapat menghancurkan blastokista atau sperma. Pada pemeriksaan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 84 cairan uterus pada pemakai IUD sering terdapat sel-sel makrofag (fagosit) yang mengandung spermatozoa. Pada IUD bioaktif mekanisme kerjanya selain menimbulkan peradangan seperti pada IUD biasa, juga oleh karena ionisasi ion logam atau bahan lain yang terdapat pada IUD yang mempunyai pengaruh terhadap sperma. (Sarwono, 2011; h. 451-452). 2) Jenis-jenis IUD IUD dapat dibagi dalam bentuk yang terbuka linear dan bentuk tertutup sebagai cincin. Yang termasuk dalam golongan bentuk terbuka dan linear antara lain adalah Lippes loop, saf-coil, Dalkon Sbield, Cu-T, Sprig coil, dan Marguiles spiral; sedangkan yang termasuk dalam golongan bentuk tertutup dengan bentuk dasar cincin adaah: Otaring, Antigon F, Ragap ring, Cincin Gravenberg, cincin Hall-Stone, Birnberg bow, dan lain-lain (Sarwono, 2011;h.452). 3) Keuntungan-keuntungan IUD a) Umumnya hanya memerlukan satu kali pemasangan dan dengan demikian satu kali motivasi b) Tidak menimbulkan efek sistemik c) Alat itu ekonomis dan cocok untuk penggunaan secara massal d) Efektivitas cukup tinggi e) Reversible. (Sarwono, 2011; h. 452). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 85 4) Efek samping IUD a) Perdarahan: umumnya setelah pemasangan IUD terjadi perdarahan sedikit-sedikit yang cepat berhenti. Kalau pemasangan dilakukan sewaktu haid, perdarahan yang sedikit-sedikit ini tidak akan diketahui oleh akseptor. b) Rasa nyeri dan kejang di perut: rasa nyeri dan kejang diperut dapat terjadi segera setelah pemasangan IUD. Biasanya rasa nyeri ini berangsur-angsur hilang dengan sendirinya. Rasa nyeri dapat dikurangi atau dihilangkan dengan jalan memberi analgetika. c) Gangguan pada suami: kadang-kadang suami dapat merasakan adanya benang IUD sewaktu bersanggama. Ini disebabkan oleh benang IUD yang keluar dari porsio uteri terlalu pendek atau terlalu panjang. d) Ekspulasi (pengeluaran sendiri): ekspulasi IUD dapat terjadi untuk sebagian atau seluruhnya. Ekspulasi biasanya terjadi pada waktu haid (Sarwono, 2011; h. 453). 5) Komplikasi IUD a) Infeksi: IUD itu sendiri, atau benangnya yang berada dalam vagina, umumnya tidak menyebabkan terjadinya infeksi jika alat-alat yang digunakan disucihamakan, yakni tabung penyalur, pendorong, dan IUD. Jika terjadi infeksi, hal ini dapat mungkin disebabkan oleh adanya infeksi yang subakut atau menahun pada traktus genitalis sebelum pemasangan IUD. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 86 b) Perforasi: Umumnya perforasi terjadi sewaktu pemasangan IUD walaupun bisa terjadi pula kemudian. Pada permulaan hanya ujung IUD saja yang menembus dinding uterus, tetapi lama kelamaan dengan adanya kontraksi uterus, IUD terdorong lebih jauh menembus dinding uterus, sehingga akhirnya keluar ke rongga perut. c) Kehamilan: Jika timbul kehamilandengan IUD in situ, tidak akan timbul cacat pada bayi oleh karena IUD terletak antara selaput ketuban dan dinding Rahim. Jika ditemukan kehamilan dengan IUD in situ yang benangnya masih kelihatan, sebaiknya IUD dikeluarkan sehingga kemungkinan terjadinya abortus setelah IUD tersebut dikeluarkan lebih kecil daripada IUD dibiarkan terus berada pada rongga uterus (Sarwono, 2011; h. 454). 6) Pemeriksaan lanjutan (follow-up) Pemeriksaan sesudah IUD dipasang dilakukan 1 minggu sesudahnya; pemeriksaan kedua 3 bulan kemudian, dan selanjutnya tiap 6 bulan. Tidak ada consensus berapa lama IUD jenis Lippes loop boleh terpsang dalam uterus, akan tetapi demi efektivitasannya, IUD copper 7 atau Copper T sebaiknya diganti tiap 2-3 tahun (Sarwono, 2011; h. 455). 7) Cara mengeluarkan IUD Mengeluarkan IUD biasanya dilakukan dengan jalan menarik benang IUD yang keluar dari ostium uteri eksternum (OUE) dengan dua cara yaitu: dengan pinset, atau dengan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 87 cunam jika benang IUD tampak di luar OUE. Bila benang tidak tampak di luar OUE, keberadaan IUD dapat diperiksa melalui ultrasonografi atau foto rongten. Bila IUD masih dalam kavum uteri, IUD dapat dikeluarkan dengan pengait IUD. IUD sudah mengalami translokasi masuk kedalam rongga perut (cavum peritonii) pengangkatan IUD dapat dilakukan dengan laparaskopi atau minilaparotomi (Sarwono, 2011; h. 455). f. Implant 1) Definisi Susuk disebut juga sebagai alat kontrasepsi bawah kulit, karena dipasang kulit pada lengan atas, alat kontrasepsi ini disusupkan dibawah kulit lengan atas debelah dalam (Irianto, 2014; h. 189). 2) Jenis Implant a) Terdiri dari 6 kapsul silastik, dimana setiap kapsulnya berisi levonorgestrel sebanyak 36 mg (norplant). b) Terdiri dari satu kapsul silastik berisi 68 mg 3- ketodesogestrel dan 66 mg kopelimer EVA (implanon). c) Terdiri dari 2 kapsul silastik berisi levonorgestrel 75 mg (jadena) (Irianto, 2014; h. 191). g. Kontrasepsi Mantap pada Perempuan (Sterilisasi) 1) Definisi Sterilisasi ialah tindakan yang dilakukan pada tuba Fallopi perempuan atau kedua vas deferens laki-laki, yang Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 88 mengakibatkan yang bersangkutan tidak dapat hamil atau tidak menyebabkan kehamilan lagi (Sarwono, 2011; h. 456), 2) Keuntungan sterilisasi a) Motivasi hanya dilakukan satu kali saja, sehingga tidak diperlukan motivasi yang berulang-ulang b) Efektivitas hampir 100% c) Tidak mempengaruhi libido seksualitas d) Tidak adanya kegagalan dari pihak pasien (patient’s failure) (Sarwono, 2011; h. 457). 3) Cara-cara yang dapat dilakukan : a) Cara Pomeroy: Cara pomeroy banyak dilakukan. Cara ini dilakukan dengan mengangkat bagian tengah tuba sehingga membentuk suatu lipatan terbuka,kemudian dasarnya diangkat dengan benang yang diserap, tuba diatas dasar itu dipotong. Setelah benang pengikat diserap, maka ujungujung tuba akhirnya terpisah satu sama lain. Angka kegagalan berkisar antara 0-0,4 % (Sarwono, 2011; h. 457). b) Cara Irving: Pada cara ini tuba dipotong antara dua ikatan benang yang dapat diserap; ujung proksimal tuba ditanamkan kedalam myometrium, sedangkan ujung distal ditanamkan ke dalam ligamentum latum (Sarwono, 2011; h. 458). c) Cara Aldridge: Peritoneum dari ligamentum latum dibuka dan kemudian tuba bagian distal bersama-sama dengan fimbria ditanam kedalam ligamentum latum (Sarwono, 2011; h. 459). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 89 d) Cara uchida: Pada cara ini tuba ditarik ke luar abdomen melalui suatu insisi kecil (minilaparotomi) diatas simfisis pubis. Kemudian dilakukan suntikan di daerah ampulla tuba dengan larutan adrenalin dalam air garam dibawah serosa tuba. Akibat suntikan ini, mesosalping didaerah tersebut mengembung. Lalu, dibuat sayatan kecil di daerah yang kembung tersebut.Serosa dibebaskan dari tuba sepanjang kira-kira 4-5 cm; tuba dicari dan setelah ditemukan dijepit, diikat, lalu digunting. Ujung tuba yang proksimal akan tertanam (Sarwono, 2011; h. 459.) e) Cara kroener: Bagian fimbriamdari tuba dikeluarkan dari lubang operasi. Suatu ikatan dengan benang sutera dibuat melalui bagian dari mesosalping dibawah fimbria. Jahitan ini diikat dua kali, satu mengelilingi tuba dan yang lain mengelilingi tuba sebelah proksimal dari jahitan sebelumnya. Seluruh fimria dipotong.Setelah pasti tidak ada perdarahan, maka tuba dikembalikan ke dalam rongga perut (Sarwono, 2011; h. 460). h. Sterilisasi pada laki-laki (Vasektomi) 1) Indikasi Vasektomi Indikasi untuk melakukan vasektomei ialah bahwa pasangan suami isteri tidak menghendaki kehamilan lagi dan pihak suami bersedia bahwa tindakan kontrasepsi dilakukan pada dirinya (Sarwono, 2011; h. 461). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 90 2) Kontraindikasi Vasektomi Apabila ada kelainan lokal atau umum yang dapat mengganggu sembuhnya luka operasi, kelainan itu harus disembuhkan dahulu (Sarwono, 2011; h. 461). 3) Keuntungan Vasektomi a) Tidak menimbulkan kelainan baik fisik maupun mental b) Tidak mengganggu libido seksualis c) Dapat dikerjakan secara poliklinis (Sarwono, 2011; h. 461). 4) Komplikasi Vasektomi Infeksi pada sayatan, rasa nuyeri atau sakit, terjadinya hematoma pleh karena perdarahn kapiler, epididimitis, terbentuknya granuloma (Sarwono, 2011; h. 462). 5) Kegagalan Vasektomi Terjadi rekanalisasi spontan, gagal mengenai dan memotong vas deferens, tidak diketahui adanya anomali dari vas deferens misalnya ada dua vas disebelah kanan atau kiri, koitus dilakukan sebelum vesikula seminalisnya betul-betul kosong (Sarwono, 2011; h. 462). Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 91 II. TINJAUAN ASUHAN KEBIDANAN Manajemen kebidanan adalah pendekatan yang digunakan oleh bidan dalam menerapkan metode pemecahan masalah secara sistematis, mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi (Ambarwati, 2010; h. 130). Proses manajemen merupakan proses pemecahan masalah yang memperkenalkan sebuah metode atau pemikiran dan tindakan-tidakan dengan urutan yang logis sehingga pelayanan komperhensif dan aman dapat tercapai. Selain itu metode ini memberikan pengertian untuk menyatukan pengetahuan dan penilaian yang terpisah-pisah menjadi satu kesatuan yang berarti (Ambarwati, 2010; h. 130). 1. Pengkajian Pengkajian atau pengumpulan data dasar adalah mengumpulkan semua data yang dibutuhkan untuk mengevaluasi keadaan pasien. Merupakan langkah pertama untuk mengumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Pengkajian terdiri dari data subjektif dan data objektif. 2. Interpretasi Data Mengidentifikasi diagnosa kebidanan dan masalah berdasarkan interpretasi yang benar atas data-data yang telah dikumpulkan. Langkah ini data yang telah dikumpulkan diinterpretasikan menjadi diagnosa kebidanan dan masalah. Keduannya digunakan karena beberapa masalah tidak dapat diselesaikan seperti diagnose tetapi membutuhkan penanganan yang di tuangkan dalam rencana asuhan terhadap pasien, masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang diidentifikasikan bidan. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 92 3. Diagnosa Potensial Mengidentifikasi diagnosa atau masalah potensial yang mungkin akan terjadi. Langkah ini diidentifikasikan masalah atau diagnose potensial berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose, hal ini membutuhkan antisipasi, pencegahan, bila memungkinkan menunggu mengamati dan bersiap apabila hal tersebut benar-benar terjadi. Melakukan asuhan yang aman penting sekali dalam hal ini. 4. Antisipasi Masalah Pada langkah ini memerlukan kesinambungan dari manajemen kebidanan. Identifikasi dan menetapkan perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan lain sesuai dengan kondisi pasien. 5. Perencanaan Langkah ini ditentukan oleh langkah-langkah sebelumnya yang merupakan lanjutan dari masalah atau diagnosa yang telah diidentifikasikan atau antisipasi. Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah dilihat dari kondisi pasien atau dari kondisi pasien atau dari setiap masalah yang berkaitan, tetapi juga berkaitan, tetapi juga berkaitan dengan kerangka pedoman antisipasi bagi wanita tersebut yaitu apa yang akan terjadi berikutnya. 6. Pelaksanaan Langkah ini merupakan pelaksanaan rencana asuhan penyuluhan pada klien dan keluarga. Mengarahkan atau melaksanakan rencana asuhan secara efisien dan aman. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 93 7. Evaluasi Pada langkah ini merupakan langkah terakhir guna mengetahui apa yang telah dilakukan bidan. Mengevaluasi keefektifan dari asuhan yang diberikan, ulangi kembali proses manajemen dengan benar terhadap setiap aspek asuhan yang sudah dilaksanakan tapi belum efektif atau merencanakan kembali yang belum terlaksana. III. ASPEK HUKUM A. Landasan Hukum Kewenangan Bidan Peraturan menteri kesehatan republik Indonesia nomor 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang penyelenggaraan praktit bidan. Pada pasal 9 disebutkan bahwa bidan dalam menjalankan praktiknya, berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu, pelayanan kesehatan anak dan pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga berencana. Pada pasal 10 disebutkan bahwa bidan memberikan pelayanan kesehatan ibu yang meliputi: konselin pada masa pra hamil, kehamilan normal, persalinan normal, ibu nifas normal, ibu menyususi, dan pada masa antara dua kehamilan. Bidan dalam melakukan tugasnya wajib melakukan pencatatan dan pelaporan sesuai dengan pelayanan yang diberikan kemudian ditujukan kpada puskesmas wilayah tempat praktek, kecuali untuk bidan yang bekerja pada fasilitas pelayanan kesehatan. B. Wewenang Bidan Wewenang bidan berdasarkan 1464/MENKES/PER/XI/2010 tentang PEMENKES penyelenggaraan RI praktik nomor bidan Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 94 menyebutkan dalam pasal 14 bidan yang menjalankan praktik di daerah yang tidak memiliki dokter, dapat melakukan pelayanan kesehatan di luar kewenangan sebagaimana di maksud dalam pasal 9. C. Kompetensi Bidan Menurut Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 369/MENKES/SK/III/2007 1. Kompetensi 1 : Bidan memiliki persyaratan, keterampilan, dan ilmuilmu sosial, kesehatan masyarakat serta etik yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi baru lahir dan keluarganya. 2. Kompetensi 2 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, pendidikan kesehatan yang tanggap terhadap budaya dan pelayanan menyeluruh di masyarakat dalam rangka untuk meningkatkan kehidupan keluarga yang sehat, perencanaan kehamilan dan kesiapan menjadi orang tua. 3. Kompetensi 3 : Bidan memberikan asuhan antenatal bermutu tinggi untuk mengoptimalkan kesehatan selama kehamilan yang meliputi: deteksi dini, pengobatan atau rujukan dari komplikasi tertentu. 4. Kompetensi 4 : Bidan memberikan asuhan yang bermutu tinggi, serta tanggap terhadap kebudayaan setempat selama persalinan, memimpin selama persalinan yang bersih dan aman, menangani situasi kegawatdaruratan tertentu untuk mengoptimalkan kesehatan wanita dan bayi baru lahir. 5. Kompetensi 5 : Bidan memberikan asuhan ibu nifas dan menyusui yang bermutu tinggi dan tanggap terhadap budaya setempat. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017 95 6. Kompetensi 6 : Bidan memberikan asuhan yang komperhensif pada bayi baru lahir sehat sampai dengan 1 bulan. 7. Kompetensi 7 : bidan memberikan asuhan yang komperhensif pada bayi dan balita sehat (1-5 bulan). 8. Kompetensi 8 : Bidan memberikan asuhan komprehensif pada keluarga, kelompok dan masyarakat sesuai dengan budaya setempat. 9. Kompetensi 9 : Bidan melaksanakan asuhan kebidanan pada wanita atau ibu dengan gangguan sistem reproduksi. Asuhan Kebidanan Komprehensif..., Farah Azizah, Fakultas Ilmu Kesehatan UMP, 2017