BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Studi Kelayakan Investasi Investasi, Yaitu usaha untuk menanamkan faktor-faktor produksi dalam proyek tertentu. Investasi bertujuan untuk memperoleh berbagai manfaat dimasa mendatang baik itu berupa manfaat keuangan maupun manfaat non keuangan. Salah satu pentingnya investasi bagi pengusaha yaitu memanfaatkan peluang usaha, memperluas kegiatan usaha/bisnis, lalu dapat juga meningkatkan profit bisnis, sedangkan bagi pemerintah investasi juga berperan penting yaitu dalam hal secara tidak langsung mendorong perekonomian suatu negara, memperluas kesempatan kerja dan dapat memperkuat hubungan antar negara. Studi kelayakan dapat dikatakan suatu kegiatan analisis investasi secara keseluruhan atas multi disiplin ilmu yang mempengaruhinya. Studi tentang layak tidaknya suatu kegiatan bisnis/usaha, bagi pengusaha mendapatkan keuntungan atau profit, bagi pemerintah/lembaga mendapatkan nirlaba, manfaat atau benefit. Pada umumnya studi kelayakan dibagi dalam 3 kegiatan, yaitu : 1. Studi Kelayakan Ekonomi 2. Studi Kelayakan Lingkungan 3. Studi Kelayakan Teknis Dalam pembuatan studi kelayakan ekonomi pada rencana pendirian atau pengembangan usaha kadang kala harus ada proposal studi kelayakan lingkungan yang lebih andal (untuk perusahaan baru yang didirikan) atau amdal (untuk perusahaan yang sudah berjalan) yang dipersyaratkan oleh pemerintah (Undang- undang). Tetapi dalam kontek ini studi kelayakan ekonomi. Lembaga-Lembaga yang Memerlukan Studi Kelayakan Bisnis antara lain Investor sebagai pihak yang menanamkan dana, Kreditur sebagai pihak yang meminjamkan dana investasi dan Pemerintah sebagai pihak yang membuat dan memantau jalanya peraturan/kebijakan pengembagan usaha pemerintah dan investasi. Pada umumnya terdiri dari 3 jenis manfaat didalam studi kelayakan: 1. Manfaat Finansial 2. Manfaat Ekonomi Nasional 3. Manfaat Sosial Masyarakat Semakin besar nilai ivestasi yang akan ditanamkan semakin mendalam studi yang harus dilakukan. Semakin tinggi tingkat kajian proyek semakin kompleks elemen-elemen kajian yang harus dilakukan. Khusus untuk produk baru relatif sangat sulit untuk mempedisksikan volume penjualan. (Hermaizar Z, 2003). 2.2 Tujuan Dilakukan Studi Kelayakan Dalam melakukan investasi maka perlu dilakukan studi kelayakan, sehingga apa yang kita harapkan dari nilai investsi yang kita tanam tersebut dapat sesuai dengan yang kita inginkan. Berikut ini adalah beberapa tujuan dari dilakukannya studi kelayakan bisnis dalam berinvestasi : •Memprediksikan kondisi investasi jangka panjang dari perusahaan. •Mengkaji aspek-aspek yang terkait dalam studi kelayakan usaha/bisnis. •Merencanakan kebutuhan sumberdaya yang optimal. •Mengantisipasi perubahan-perubahan yang mungkin terjadi. (Hermaizar Z, 2003). 2. 3 Desain Studi Kelayakan Agar tujuan dari studi kelayakan dapat tercapai, maka perlu dilakukan desain studi kelayakan sebelumnya. Sebelumnya dalam mendesain studi kelayakan ini perlu beberapa hal yang diketahui dan diperhatikan, lalu siapa yang melakukan kegiatan studi kelayakan ini, bagaimana ide pertama dari studi kelayakan diwujudkan, lalu setelah itu kita perlu memperhatikan aspek-aspek penting apa saja yang terkait dalam studi kelayakan ini, baik itu mulai dari aspek segmentasi pasar yang akan kita ambil, aspek teknis bagaimana proyek akan dilaksanakan, aspek keuangan mengenai nilai investasi, sales market, cash flow, dan Net Present Value dari nilai investasi yang ditanamkan, dan yang terakhir dari Desain Studi Kelayakan adalah Sumber, pengumpulan dan pengolahan data, dari sini kita bisa membaca dan mengambil kesimpulan mengenai Keberhasilan atau kegagalan suatu proyek. (Murdifin Haming, SE., M.Si.,.dan Salim Basalamah, SE., M.Si., PPM) Dengan adanya desain studi kelayakan ini, maka jauh diawal kita bias memperkirakan gambaran nilai investasi kita yang ditanamkan di awal waktu, Sehingga kegagalan suatu proyek bisa dihindarkan, dari kerugian yang telak. Berikut ini adalah beberapa faktor masalah yang menyebabkan kegagalan investasi. - Tidak paham persyaratan teknis - Pelaksana kurang profesional - Rencana tidak matang - Salah dalam bahan, alat dan SDM - Under-estimate biaya - Perubahan kondisi ekopolisos - Bencana alam (Teknik Industri, Binus) 2.3.1 Tahapan-Tahapan Desain Studi Kelayakan Tahapan-Tahapan Desain Studi Kelayakan Usaha dapat dijabarkan dalam beberapa tahapan berikut : 1. Identifikasi Kesempatan Usaha Tahap pengamatan terhadap lingkungan untuk memperkirakan kesempatan dan ancaman dari usaha tersebut. Tahap Indentifikasi kesempatan usaha diantaranya meliputi : –Mempelajari kondisi eksport-import –Menyelidiki material lokal, –Mempelajari keterampilan tenaga kerja, –Melakukan studi industri, –Menerapkan kemajuan teknologi, –Mempelajari hubungan antar industri, –Menilai rencana pembangunan, –Melakukan pengamatan di tempat lain. 2. Perumusan Masalah Investasi Tahap terjemahan kesempatan investasi dalam rencana proyek yang konkrit, dengan faktor-faktor pentingnya. 3. Penilaian Aspek-Aspek yang terkait. Melakukan analisis dari aspek-aspek yang terkait. • Aspek Pasar dan Pemasaran. - Taksiran atas volume permintaan. - Kajian mengenai kebijaksanaan harga. - Studi tentang siklus hidu produk (product life cycle). - Penetapan strategi pasar (marketing mix-strategy). • Aspek Teknis dan Produksi, meliputi: - Analsa prilaku biaya, pemilihan alternatif, - Analisa perbandingan biaya, - Analisa pergantian aktiva dan penyediaan mesin, - Metode transportasi untuk menenukan lokasi, - Metode scoring untuk menentukan lokasi, atau perbandingan biaya. - Analisis hubungan “Link Analysis” untuk mengatur lay-out fasilitas, - Time and Motion Study untuk pengaturan skedul kerja. • Aspek Manajemen, meliputi: - Analisa jabatan - Analisa beban kerja - Analsa struktur organisasi • Aspek Ekonomi dan Finasial, meliputi: Merupakan aspek kunci dari analisis studi kelayakan, yang meliputi: - Kajian terhadap jumlah dana yang tersedia - Kajian terhadap sumber dana - Proyeksi arus kas yang memuat rincian prospek arus kas masuk dan arus kas keluar. - Metode yang dipakai: Pay Back Period, Net Present Value (NPV), Profitability Index (PI), Internal Rate of Return (IRR), Average Rate of Return (ARR), Benefit Cost Ratio (BCR), Break Event Point (BEP). - Pertimbangan Indikator ekonomi makro, seperti tingkat bunga, inflasi, perubahan nilai tukar, dan beberapa kebijakan ekonomi makro lainnya. • Aspek Sosial, meliputi: Pengaruh proyek terhadap penerimaan negara, misal: pajak (PPN dan PPh). - Kontribusi proyek terhapap penerimaan pajak daerah dan retribusi daerah. - Kontribusi proyek terhadap penghematan devisa import dan peningkatan devisa eksport. - Jasa-jasa umum yang dapat dinikmati oleh masyarakat. - Perluasan lapangan kerja dan alih teknologi. - Pemberdayaan pola hubungan hulu-hilir dan produk lokal. • Aspek Hukum - Bentuk badan usaha dan legalitas formalnya, - Perumusan atas hubungan industrial atau hubungan perburuhan. - Legalitas formal untuk kerjasama eksternal 4. Pemilihan dan Pengambilan Keputusan. Melakukan pemilihan dengan mempertimbangkan keterbatasan dan tujuan yang akan dicapai. Pada tahapan ini para pengambil keputusan investasi disediakan ”tools” berupa Analisis Sensitivitas sehingga dapat melihat kondisi Investasi Proyek dengan beberapa kondisi yang dapat mungkin muncul. 5. Implementasi Menyelesaikan proyek sesuai dengan alokasi anggarannya. Pada akhirnya dengan menerapkan semua desain analisis studi kelayakan diatas diharapkan Tujuan Keputusan Investasi dapat tercapai yaitu diantaranya : •Memaksimumkan nilai pasar modal sendiri (saham). •Justifikasi teoritis dalam pemberdayaan investasi. •Memaksimumkan “Net Present Value” dengan memperhatikan resiko dari masalah “social cost and benefits”. 6. Laporan Studi Proyek Terakhir dalam perjalalan sebuah proyek yang perlu dilakukan adalah membuat Laporan studi proyek, yang berupa Ringkasan Eksekutif (Executive Summary). Penjelasan tujuan, aspek yang dicakup, uraian garis besar, manfaat dan sifat proyek, prospek kelayakan, ukuran keberhasilan, dll. (Murdifin Haming, SE., M.Si.,.dan Salim Basalamah, SE., M.Si., PPM) 2. 4 PROYEKSI KEUANGAN 2.4.1 Pendahuluan Salah satu aspek yang sangat mendasar dan sangat penting dalam desain studi kelayakan adalah aspek ekonomi dan finansial. Dalam merencanakan suatu investasi pada pendirian atau pengembangan usaha, maka tahap akhir adalah kita akan menganalisa secara keseluruhan terhadap rencana investasi tersebut. Apakah suatu investasi tersebut layak diteruskan atau tidak. Fasilitas untuk menganalisa investasi tersebut adalah proyeksi keuangan. Secara umum proyeksi keungan tersebut adalah sebagai alat analisa secara keseluruhan tentang berbagai strategi operasional dan investasi yang menggambarkan perkiraan hasil-hasil yang akan tercapai oleh perusahaan serta sebagai dasar untuk membantu manajemen dalam mengambil keputusan pada rencan transaksi di masa yang akan datang. Proyeksi keuangan dapat dikatakan sebagai anggaran komprehensif (Comprehensive Budget). 2.4.2 Investasi Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa biaya investasi merupakan besarnya biaya investasi yang ditanamkan pada suatu proyek baik berbentuk investasi tetap maupun bentuk modal kerja. Investasi tetap (harta kekayaan) adalah suatu aset perusahaan yang berumur panjang (lebih dari 1 tahun), bersifat permanen, digunakan untuk operasi perusahaan dan tidak untuk diperjualbelikan. Biaya investasi tetap pada usaha perdagangan dapat diklasifikasikan sebagai berikut : 1. Biaya perolehan tanah. 2. Biaya pembangunan tempat (bangunan). 3. Biaya Furniture dan Fixture. 4. Biaya peralatan (Roly, Rak, Crane dsb). 5. Biaya kendaraan operasional. 6. Biaya perizinan dan konsultan. 7. Biaya bunga masa pembangunan. (Hermaizar Z, 2003, P233). 2.4.3 Laporan dan Desain Proyeksi Keuangan 2.4.3.1 Laporan Proyeksi Keuangan Laporan Proyeksi Keuangan adalah suatu media informasi tentang rencana suatu investasi yang diperuntukkan kepada pihak-pihak yang berkepentingan yang bertujuan untuk membantu para pihak yang berkepentingan dalam menganalisa rencana pendirian atau pengembangan usaha. Yang dimaksud pihak yang berkepentingan adalah para pemegang saham lama (khusus untuk pengemban perusahaan), calon investor dan bank. Laporan proyeksi keuangan yang komplit terdiri dari penjelasan (naratif) keuangan, lampiran proyeksi keuangan : Lampiran Utama dan Rincian Perhitungan, yaitu : Lampiran Proyeksi Keuangan : a. Laporan Utama : - Asumsi & Ringkasan - Proyeksi Neraca - Proyeksi Cash Flow - Proyeksi Laba Rugi b. Rincian Perhitungan : - Jadwal Biaya Pembangunan - Proyeksi Investasi dan Reinvestasi - Proyeksi Depresiasi dan Amortisasi - Proyeksi Penjualan - Proyeki Harga Pokok - Proyeksi Biaya Operasional - Proyeksi Pembayaran Hutang - Proyeksi Perhitungan Modal Kerja 2.4.3.2 Desain Proyeksi Keuangan Langkah-langkah yang dilakukan untuk pembuatan proyeksi keuangan adalah : 1. Pengumpulan Data-data : Data-data yang diperlukan berdasarkan hasil survey dan analisa yang telah dijelaskan pada bab-bab sebelumnya yaitu : a. Penentuan besarnya investasi. b. Penentuan besarnya porsi dan bunga pinjaman : - Porsi pinjaman investasi - Porsi pinjaman modal kerja - Bunga pinjaman jangka panjang (bunga terhadap pinjaman investasi). - Buang pinjaman jangka pendek (buang terhadap pinjaman modal kerja). c. Penentuan faktor-faktor mempengaruhi besarnya modal kerja : - Rata-rata masa piutang - Rata-rata masa hutang - Rata-rata persediaan barang - Rata-rata kebutuhan tunai - Rata-rata biaya dimuka adalah biaya operasional yang diperlukan dari mulai pembelian material hingga penagihan uang atas penjualan barang - Minimum kas dan bank untuk menjaga biaya-biaya fluktuasi yang tidak dikehendaki. d. Penentuan sumber pendanaan e. Penentuan volume penjualan f. Penentuan harga jual produk g. Penentuan harga pokok produk h. Penentuan besarnya biaya operasional i. Penentuan metode penyusutan dan amortisasi didasarkan atas undangundang yang berlaku, apakah merupakan perusahaan biasa atau perusahaan PMDN / PMA yang telah mendapat fasilitas dari BPKM. j. Penentuan pajak penghasilan didasarkan atas undang-undang yang berlaku, hal ini berkaitan dengan bentuk usaha (perorangan atau badan), PT (Biasa, PMDN, PMA dan Terbuka) dan juga menyangkut fasilitas dari pemerintah atau BKPM (Badan Koordinasi Penanaman Modal). 2. Proses Pembuatan Setelah data-data diatas terkumpul semua, maka kita dapat memulai pembuatan proyeksi keuangan. Proses pembuatan proyeksi keuangan dibagi dalam 3 langkah, yaitu : Langkah Pertama adalah membuat rincian perhitungan proyeksi keuangan, yaitu : a. Pembuatan Jadwal Biaya Pembangunan b. Proyeksi Investasi dan Re-investasi c. Proyeksi Depresiasi dan Amortisasi Variabel yang dipertimbangkan adalah metoda depresiasi dan amortisasi yang digunakan atau diizinkan. d. Proyeksi Penjualan Variabel-variabel yang diperhitungkan adalah : - Proyeksi harga jual - Proyeksi volume penjualan - Ratio rata-rata piutang - Ratio rata-rata inventori e. Proyeksi Harga Pokok Variabel-variabel yang diperhitungkan adalah : - Proyeksi Volume penjualan - Proyeksi harga pokok penjualan - Proyeksi kebijaksanaan Bea Masuk (BM), jika barang diimpor - Ratio rata-rata inventori f. Proyeksi Biaya Operasional Dihitung dari data yang didapat tahun pertama, kemudian ditarik kedepan dengan mempertimbangkan kenaikan volume penjualan (produksi), harga penjualanm dan inflasi. g. Proyeksi Pembayaran Pinjaman dan Bunga Variabel-variabel yang diperhitungkan adalah : - Jumlah dana investasi - Porsi pinjaman - Bunga pinjaman h. Proyeksi Kebutuhan Modal Kerja Diperhitungkan kebutuhan modal kerja pada awal periode operasi dan periode selanjutnya. Jika pada periode selanjutnyadiperkirakan berkembangnya penjualan yang cukup signifikan akan mengakibatkan kekurangan Modal Kerja. Untuk itu perlu diperhitungkan tambahan modal kerja pada periode selanjutnya. Langkah Kedua. Setelah pembuatan proyeksi-proyeksi diatas selesai, maka tahap selanjutnya pembuatan laporan proyeksi keuangan utama, berdasarkan dari proyeksi-proyeksi yang telah dibuat diatas, yaitu : a. Proyeksi Laba-Rugi b. Proyeksi Cash Flow c. Proyeksi Neraca Langkah Ketiga adalah melakukan beberapa analisa dan rasio, yaitu : a. Analisa Investasi (analisa pay back period, NPV, IRR, dan analisa sensitifitas) b. Analisa dan Rasio Keuangan (analisa Break Event Point, Likuiditas, ROE, ROI, Leverage dsb). Setelah membuat proyeksi keuangan selesai, langkah selanjutnya membuat suatu narasi (cerita singkat) untuk menjelaskan hasil-hasil perhitungan dan analisis rencana pendirian atau pengemban usaha. Agar para pemegang saham dan kreditor lebih mudah memahaminya. (Hermaizar Z, 2003, P247). 2.4.4 Analisa Investasi Sesuai dengan definisi investasi maka tujuan dari analisa investasi adalah untuk mengukur nilai uang atau tingkat pengembalian dari investasi yang ditnamkan dalam suatu usaha pada masa yanga akan datang. Hal ini dilakukan sangat penting sebelum melakukan tindakan real pada suatu investasi yang mempertaruhkan dana yang tidak sedikit. Kejadian-kejadian keterlanjutan yang tidak melakukan analisa tersebut sudah banyak yang mengakibatkan tidak siapnya para pengusaha atau pengurus perusahaan menghadapi besarnya problem-problem yang akan timbul setelah perusahaan berdiri dan beroperasi. Dengan melakukan berbagai macam simulasi tersebut akan diketahui besarnya berbagai macam faktor-faktor resiko yang mempengaruhi layak dan tidak layaknya suatu rencana investasi atau kebijaksanaan perusahaan. Parameter- parameter yang digunakan dalam pengukuran tersebut adalah : (Hermaizar Z, 2003,P251) 2.4.4.1 Rugi Laba (Income Statement) Perkiraan rugi laba adalah salah satu proyeksi keuangan yang meng-gambarkan perkiraan-perkiraan ke-untungan atau kerugian yang bakal diperoleh perusahaan dalam suatu jangka waktu. Perkiraan rugi laba pada umumnya berisi : 1. Sumber-sumber pendapatan. 2. Harga pokok dari barang-barang yang terjual dan jumlah dari seluruh biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan (hasil penjualan tersebut). 3. Pendapatan bersih (net income), laba bersih (net profit), ataupun rugi bersih (net loss) untuk jangka waktu tertentu. 2.4.4.2 Cash Flow Salah satu proyeksi keuangan lainnya yang dapat dianggap penting untuk dapat menilai sampai seberapa jauh proyek investasi komersiil yang didirikan dapat dianggap feasible adalah proyeksi peredaran keuangan atau yang lazim disebut Projected Cash Flow. Proyeksi aliran kas menunjukkan penyajian yang sistematis tentang penerimaan dan pengeluaran kas selama periode operasi tertentu serta menggambarkan penentuan saldo kas akhir pada laporan neraca. Dari proyeksi peredaran keuangan inilah dapat diketahui sampai seberapa jauh proyek dapat meng-hasilkan income yang merupakan salah satu pendapatan dari proyek kalau telah berjalan nanti. Untuk selanjutnya dibandingkan pada besarnya pengeluaran-pengeluaran yang harus dibuat untuk melak-sanakan jalannya proyek. Keadaan proyeksi peredaran (cash flow) tiap-tiap tahun dapat dilihat dengan memperhatikan jumlah pemasukan dan jumlah pengeluaran yang terjadi pada tahun yang bersangkutan. 2.4.4.3 Pay Back Period Pay back period adalah dimana jumlah total pengeluaran sama dengan total pemasukan. Yang termasuk pengeluaran adalah in-vestasi tahun ke-0 dan pengeluaran-pengeluaran pada tahun berikutnya. Sedangkan yang termasuk pemasu-kan adalah net profit tiap tahun dan depresiasi amortasi. (Suad Husein, Suwarsono Muhammad, UPP AMP YKPN) 2.4.4.4 Non – Discount Cash Flow Non Discount Cash Flow adalah pengukuran investasi denan melihat kekuatan pengembalian modal tanpa mempertimbangkan nilai uang terhadap waktu (time of value). Metode yang dipergunakan adalah Pay Back Method atau Pay Back Period dengan rumusnya, adalah : PaybackPeriod = TotalInvestasi × 1tahun NetIncome + Depresiasi Metode dari pay back period adalah sebagai alat ukur yang sangat sederhana, mudah dimengerti dan sebagai tahap awal penilaian suatu investasi. Metode ini banyak kelemahannya karena tidak mempertimbangkan nilai terhadap waktu dan sulit dipergunakan dlam pemilihan alternatif dari beberapa proyek yang akan dibangun. Metode dari pay back period umumnya digunakan pada pemilihan alternatif proyek-proyek yang mempunyai resiko tinggi atau menganalisa tingkat pengembalian modal terhadap proyek yang mempunyai resiko tinggi, karena modal yang telah ditanamkan harus segera dapat diterima kembali secepat mungkin. Kelemahan dari metode pay back period adalah : - Tidak dapat menganalisa penghasilan proyek atau usaha setelah modal kembali - Tidak mempertimbangkan nilai waktu dari hasil-hasil yang ditanamkan. 2.4.4.5 Discount Cash Flow Discount Cash Flow adalah pengukuran investasi dengan melihat nilai uang / tingkat pengembalian modal pada masa yang akan datang dengan mempertimbangkan nilai uang terhadap waktu (time of value). 2.4.4.5.1 Net Present Value (NPV) Dalam suatu rencana investasi investasi usaha, NPV merupakan selisih antara investasi sekarang dengan nilai sekarang dari hasil-hasil bersih proyeksi investasi yang diharapkan. Rumus NPV adalah : NPV = PV of Benefit – PV of Capital Cost Sedangkan PV = C (1 + i ) n atau NPV = 1 ∑ n C + (1 + i ) n 1 ∑ n −C (1 + i ) n Dimana : i = Bunga dalam % N = Periode (Tahun, bulan) -C = Modal (Capital) C = Hasil Bersih (proceed) Atau menggunakan rumus program komputer, misalnya Lotus atau Microsof Excel @NPV(i,Range) Dimana : i = Bunga dalam % Range = modal atau proyeksi hasil bersih. Kriteria Penilaian NPV adalah jika; 1. NPV= 0 (nol) maka, hasil investasi usaha sama dengan bunga deposito 2. NPV= - (minus) maka, investasi tersebut rugi atau hasilnya dibawah bunga deposito 3. NPV= + (plus) maka, investasi usaha tersebut menguntungkan dan melebihi bunga deposito. Kelemahan dari metode NPV adalah tidak dapat menganalisa pemilihan alternatif proyek-proyek dengan jumlah investasi yang berbeda. 2.4.4.5.2 Internal Rate of Return (IRR) IRR adalah besarnya sukubunga yang membuat present value (PV) dari hasilhasil bersih yang diharapkan selama proyek berjalan menjadi 0 (nol). Nilai suku bunga yang membuat Present Value = 0 (nol) tersebut dinamakan “Rate of Return”. Patokan standarisasi IRR adalah suku bunga bank yang berlaku pada saat sekarang. IRR yang baik apabila lebih besar dari suku bunga bank. Bila proyek tersebut dibiayai sendiri maka sebagai pembanding adalah suku bunga deposito, sedangkan bila proyek dibiayai oleh pinjaman bank dan biaya sendiri sebagai patokan bunga pinjaman, karena debitor harus mampu membayar bunga pinjaman tersebut. Rumus perhitungan IRR secara manual harus menggunakan metode minimum attractive rate of return (MARR) dan cukup sulit. Agar lebih mudah menghitung IRR, maka pergunakan komputer dengan program “microsoft excel” atau “lotus” seperti dibawah ini : = IRR (range) Program “Microsoft Excel”, tapi harus di insert @IRR (i, range) Untuk program “lotus”. Dimana i = perkiraan IRR (dicoba-coba mendekati IRR sebenarnya) Rumus Discount Factor : DF ( P / F ) = 1 (1 + i ) n Metode Internal rate of return ini sangat fleksibel dan banyak dipergunakan sebagai alat penilaian investasi dan sebagai patokannya adalah suku bunga bank. Jika IRR yang didapatkannya lebih besar dari suku bunga bank, maka investasi tersebut layak untuk dilaksanakan. Disamping itu, metode ini sangat baik dipergunakan sebagai alat pemilihan alternatif investasi dari beberapa proyek yang akan dibangun. (Hermaizar Z, 2003, P252). 2.4.4.5.3 Analisa Sensitifitas / Analisa Resiko Analisa sensitifitas merupakan suatu metoda yang digunakan untuk menganalisa tingkat resiko dalam suatu investasi. Analisa sensitifitas didasarkan atas besarnya pengaruh kelayakan proyek terhadap perubahan biaya investasi, harga jual, harga pokok dan biaya operasional dengan parameter ukuran dipergunakan Internal Rate of Return (IRR). Langkah-langkah dalam melakukan analisa sensitifitas adalah : - Biaya investasi naik atau turun dilakukan “ step by step” dengan interval 1%, 2% atau 5% sedangkan harga jual, harga pokok dan biaya operasional tetap (tidak berubah), akan diketahui besar pengaruh terhadap IRR. - Harga Jual turun atau naik dilakukan “step by step” dengan interval 1%, 2% atau 5% sedangkan biaya investasi, harga pokok dan biaya operasional tetap (tidak berubah), akan diketahui besar pengaruh terhadap IRR. - Harga Pokok turun atau naik dilakukan “step by step” dengan interval 1%, 2% atau 3% sedangkan biaya investasi, harga jual dan biaya operasional tetap (tidak berubah), akan diketahui besar pengaruh terhadap IRR. - Biaya Operasi turun atau naik dilakukan “step by step” dengan interval 1%,2% atau 5% sedangkan biaya investasi, harga jual dan harga pokok tetap (tidak berubah), akan diketahui besar pengaruh terhadap IRR. Penyajian analisa sensitifitas : Jika suku bunga bank sebesar 16 %, maka naiknya biaya investasi sebesar 10% akan dicapai IRR sebesar 18,23%, turun harga jual 5% didapat IRR sebesar 17,07%, naik harga pokok 10% didapat IRR 17,71% dan naiknya biaya operasional 10% didapat IRR sebesar 22,09% dengan perubahan seperti yang dibahas diatas proyek tersebut masih layak (feasible). Dari hasil penyajian analisa pada tabel ...., bahwa penurunan harga jual merupakan pos keuangan yang sangat sensitif terhadap IRR. Sedangkan kenaikan biaya operasional hingga 10% tidak merubah IRR yang cukup berarti. (Hermaizar Z, 2003, P259). 2. 5 Analisa dan Rasio Keuangan Ada lebih dari seratus jenis metode analisa dan rasio keuangan, dimana setiap metode mempunyai tujuan analisa tersendiri. Dibawah ini pembahasannya hanya dibatasi beberapa metode saja yang sering menjadi pusat perhatian para kreditur dalam menganalisa investasi. 2. 5.1 Analisa Keuntungan Adalah menganalisa rencana keuntungan (penetapan keuntungan) dengan menyesuaikan atau menyetel harga dan volume penjualan yang dapat diserap oleh pasar dengan mempertimbangkan kebijaksanaan dari pesaing. Analisa keuntungan harus selalu dilakukan dalam periode tertentu baik pada rencana pendirian perusahaan atau pada perusahaan yang sudah beroperasi. Analisa keuntungan dapat juga disebut Business Budgeting and Control Analyze. Dalam melakukan analisa keuntungan umumnya menggunkan metode analisa Break Even Point dan analisa Kontribusi Margin. 2. 5.1.1 Break Even Point Analisa break even point atau titik impas atau sering juga disebut titik pulang pokok adalah suatu metode yang mempelajari hubungan antara Biaya, Keuntungan, dan Volume penjualan / produksi dan juga dikenal dengan analisa C.P.V (Cost-Provit-Volume) untuk mengetahui tingkat kegiatan minimal yang harus dicapai, dimana pada tingkat tersebut perusahaan tidak mengalami keuntungan maupun kerugian. Dalam menganalisa break even point faktor-faktor biaya dibedakan menjadi : - Biaya semi variabel adalah biaya yang ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi tetapi tidak secara proporsional. Dalam menghitung Break Even Point, biaya ini sebagian akan dibebankan pada pos biaya tetap, dan sebagian lagi akan dibebankan pada pos biaya variabel, contoh : reparasi, perawatan mesin dll. - Biaya variabel adalah biaya yang ikut berubah secara proporsional dengan perubahan volume penjualan atau produksi, contoh : bahan baku utama, bahan penolong, komisi penjualan dll. - Biaya tetap adalah biaya yang tidak ikut berubah dengan perubahan volume penjualan atau produksi, contoh : biaya penyusutan dan gaji pegawai tetap. Analisa break even point dapat dihitung dengan rumus : BEP = Biayatetap × 100% HasilPenjualan − BiayaVariabel atau BEP = BiayaTetap 1 − BiayaVar Penjualan Kurva BEP Gambar 2.1 2. 5.1.2 Kontribusi Margin Kontribusi margin adalah selisih antara hasil penjualan dengan biaya variabel. Tujuan utama dari analisa kontribusi margin adalah menganalisa dalam penentuan keuntungan maksimum atau kerugian minimum. Rasio kontribusi margin adalah rasio antara hasil penjualan dikurangi biaya variabel dengan hail pengjualan. Lebih jelasnya dapat dirumuskan RasioKontribusiM arg in = 1 − BiayaVariabel HasilPenjualan Maka rumus untuk menentukan minimal penjualan dari keuntungan yang telah ditetapkan adalah : MinimalPenjualan = BiayaTetap + Laba 1 − BiayaVariabel HasilPenjualan 2.5.1.3 Analisa Rasio Keuangan Analisa rasio keuangan adalah suatu cara untuk menilai perusahaan dari laporan-laporan keuangan yang diumumkan. Analisa keuangan sangat berguna bagi para analis ekstern yang mewakili pihak ketiga (bank dan investor) dan juga sangat berguna bagi para pihak yang mewakili pihak intern untuk membantu manajemen dalam menganalisa rencana pendirian perusahaan atau mengevaluasi hasil-hasil operasi perusahaan untuk menghindari atau memperbaiki kesalahankesalahan yang dapat mempersulit keungan perusahaan. Dari Laporan keuangan yang dibuat atau diumumkan oleh perusahaan, dapat dibuat berpuluh rasio keuangan, dimana setiap rasio keuangan mempunyai penilaian yang berbeda, selain itu sering terdapat rasio yang pertama harus memenuhi persyaratan rasio yang lain. Tetapi dalam rencana pendirian usaha ataupun dalam evaluasinya akan memilih bebrapa rasio keuangan yang mana cukup menilai kondisi suatu perusahaan. Rasio keuangan yang dipilih ini sering dipergunakan atau sering menjadi sorotan oleh pihak ketiga. Rasio-rasio tersebut dikelompokan kedalam penilaian lekuiditas, solvabilitas, rentabilitas, Acid test, Leverage, dan Interest ratio EBITDA. (Hermaizar Z, 2003, P261). 2.5.1.3.1 Penilaian Likuiditas 1. Rasio Likuiditas (CurrentRatio) Penilaian Likuiditas adalah mengukur kemampuan pengusaha dalam menghadapi hutang janka pendek. Rumus Pengukuran yang dipergunakan adalah : CurrentRatio = AktivaLancar Hu tan gJangkaPendek Ukuran standardisasi rasio keuangan ini hampir dikatakan tidak ada, tapi pada umumnya diambil angka 2 atau 200%, dalam proyek tertentu diambil angka minimal 1atau 100%. 2. ITR (Inventory Turn Over). Sebelum melakukan keputusan likuid atau tidaknya perusahaan dengan menggunakan current ratio harus dilakukan analsa terhadap persediaan atau inventori, yang mungkin perputarannya diragukan. Metode yang digunakan adalah ITR (Inventory Turn Over). Rumus yang dipakai adalah : ITR = 3. H arg aPokokBarangYangDijual Rata − rataPersediaan ATR (Acid Test Ratio). Hasil perhitungan ITR menetukan lanjut atau tidaknya test pengujian ATR (Acid Test Ratio) dengan kriteria sebagai berikut : a. Jika perputaran dianggap cepat, maka tidak perlu dilakukan test ATR. b. Jika perputaran dianggap lambat, maka harus dilakukan test ATR. Rumus penggunaan ATR adalah sebagai berikut: ATR = AktivaLancar − Persediaan Hu tan gJankaPendek Ukuran standardisasi ATR tidak ada, tetapi umumnya yang disarankan oleh para analisis rasio ATR lebih dari 1 atau 100% cukup baik. 2.5.1.3.2 Penilaian Rentabilitas Penilaian Rentabilitas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba dengan memperhatikan modal yang diinginkan. Dalam rencana pendirian perusahaan, analisa ini sangat penting, karena rentabilitas yang baik memperkecil resiko, bahwa perusahaan akan bangkrut dan tidak mampu membayar kewajibannya. Maka sebagai dasar penilaian perusahaan, penilaian rentabillitas sangat penting. Dua metode yang sering dipakai dalam menganalisa rentabilitas adalah ROE dan ROI. 1. ROE (Return on Equity) ROE adalah perbandingan antara laba bersih dengan modal sendiri, dengan rumus sebagai berikut : ROE = LabaBersih ModalSendiri Patokan standarisasi yang digunakan adalah suku bunga deposito bank yang berlaku saat ini. Diamana ROE>i (Suku bunga deposito bank). 2. ROI (Return on Investment) ROI adalah penilaian antara laba bersih dan bunga pinjaman dengan modal sendiri modal pinjaman. Dengan rumus sebagai berikut: ROI = LabaBersih + BungaPinjaman ModalSendiri + TotalPinjaman Patokan standarisasi yang digunakan adalah suku bunga pinjaman bank yang berlaku saat ini. Diamana Laba Bersih>i (Suku bunga pinjaman bank). 2.5.1.3.3 Penilaian Solvabilitas Penilaian Solvabilitas adalah pengukuran berdasarkan kemampuan perusahaan baik perorangan maupun badan untuk membayar hutang-hutangnya baik hutang jangka pendek maupun jangka panjang. Penilaian solvabilitas umumnya dilakukan jika perusahaan sudah sedemikian parah. Tapi dalam analisa pendirian perusahaan atau evaluasi perusahaan tetap dihitung dan diperlihatkan sebagai penunjukkan bahwa perusahaan solvable. Rumus yang dipakai adalah : Solvabilitas = TOTALASSET TOTALHUTANG Patokan umum perusahaan dikatakan solvable jika rasionya lebih besar dari 1 atau 100%. 2.5.1.3.4 Penilaian Acid Test Acid Test Ratio (ATR) merupakan kemampuan perusahaan dalam membayar hutang lancar. Rasio keuangan ini umumnya dipergunakan pada perusahaan supplier atau perdagangan atau industri yang hutang jangka panjangnya kecil. Definisi dari Acid Test adalah perbandingan harta wajar Acid Test Ratio 1:1. 2.5.1.3.5 Penilaian Leverage Merupakan rasio keungan yang biasanya digunakan untuk memprediksi harga saham suatu perusahaan yang sudah Go Public. Jika nilai saham mendekati nilai buku maka metode ini dapat dipergunakan dalam menilai harga saham yang akan datang. Jika tidak maka harga saham dinilai dari perkembangan harga pasar. Definisi dari Leverage ratio adalah total hutang dibagi stock holder equity (modal perusahaan). 2.5.1.3.5 Interest Coverage Ratio on EBITDA Perbandingan EBITDA (Earning Before Interes, Tax, Depreciation, and Amortization) dengan Interest Expenses. Rasio ini merupakan analisa terhadap kemampuan perusahaan dalam pembayaran bunga dan hutang. Besarnya nilai resiko yang layak setiap negara adalah berbeda, tergantung besar bunga yang diberikan. Untuk Indonesia pada kondisi normal nilai rasio yang layak minimal 2 hingga 3 kali. (John D. Kinnerty,1996,P107) BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metodologi Penelitian Metodologi penelitian adalah merupakan tahap-tahap penelitian yang harus dilakukan sebelum memecahkan masalah yang mana tahap ini harus dijalankan