PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN AGRIBINIS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DIAH AYU KUSUMANINGSIH DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Juni 2016 Diah Ayu Kusumaningsih NIM H24120126 ABSTRAK DIAH AYU KUSUMANINGSIH. Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Dibimbing oleh ARIF IMAM SUROSO dan NOER AZAM ACHSANI. Keputusan struktur modal berhubungan langsung terhadap risiko dan tingkat pengembalian perusahaan. Penelitian ini bertujuan menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2010-2014. Pemilihan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sampling. Penelitian ini menggunakan metode data panel dengan model fixed effect. Variabel struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Total Asset (LDTA), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yang berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan yaitu firm size (SIZE). Hasil penelitian menunjukkan struktur modal berpengaruh negatif terhadap ROA dan EPS. LDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE, sedangkan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. Perusahaan agribisnis sebaiknya mempertimbangkan pendanaan melalui utang bagi struktur modal perusahaan karena utang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan namun tetap memperhitungkan struktur modal optimal. Kata kunci: data panel, kinerja keuangan, struktur modal ABSTRACT DIAH AYU KUSUMANINGSIH. The Influence of Capital Structure to Financial Performance of Agribusiness Companies Listed in Indonesian Stock Exchange. Supervised by ARIF IMAM SUROSO and NOER AZAM ACHSANI. Capital structure decision is directly related to the risk and return of firm. The objective of this research is to analyze the influence of capital structure to financial performance of agribusiness companies listed in Indonesian Stock Exchange in period 2010-2014. The sample of research was taken using purposive sampling. This research used panel data method with fixed effect model. Capital structure variables that used in this research are Long Term Debt to Total Asset (LDTA), Debt to Asset Ratio (DAR), and Debt to Equity Ratio (DER). Financial performance variables that used in this research are Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), and Earning per Share (EPS). This research also used control variable that is firm size (SIZE) which influenced the financial performance. The result of research showed that capital structure negatively influenced ROA and EPS. LDTA positively and significant influenced ROE, while DER negatively and significant influenced ROE. Agribusiness companies should consider financing through debt for the company's capital structure due to debt can improve the company's financial performance but also considering the optimal capital structure. Keywords: capital structure, panel data, financial performance PENGARUH STRUKTUR MODAL TERHADAP KINERJA KEUANGAN PERUSAHAAN AGRIBISNIS YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA DIAH AYU KUSUMANINGSIH Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen DEPARTEMEN MANAJEMEN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016 PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah yang berjudul Pengaruh Struktur Modal terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia berhasil diselesaikan. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor. Pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada orang tua dan keluarga penulis, yaitu Bapak Kosasih dan Ibu Ponikem, serta kakak dan adik dari penulis atas doa, motivasi dan dukungan untuk penulis dalam menyelesaikan skripsi ini. Selain itu penulis juga mengucapkan terima kasih kepada: 1. Dr Ir Arif Imam Suroso, MScCS dan Prof Noer Azam Achsani, PhD selaku dosen pembimbing yang telah memberikan bimbingan teoritis maupun motivasi dalam penyelesaian skripsi ini. 2. Dr Mukhamad Najib, STP, MM selaku dosen penguji yang telah memberikan saran dalam penyelesaian skripsi ini. 3. Para dosen dan staf tata usaha Departemen Manajemen IPB yang telah memberikan ilmu dan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. 4. Teman-teman satu bimbingan Putri, Desyliana, Elis, dan Amy yang telah berjuang bersama-sama, memberikan dukungan kepada penulis dan menjadi teman diskusi selama proses penyusunan skripsi ini. 5. Sahabat-sahabat selama perkuliahan: Jessica, Rani, Arvina, Farah, Ekky, Gina, Fajar, Octaviane, Abu, Panji, Shofi, Arief, Wirenza, Imam, Triana, Fathia, Syifa, dan Rizki. 6. Teman-teman Manajemen 49, BEM FEM IPB Simfoni, dan BEM FEM IPB Cakrawala yang telah memberikan dukungan kepada penulis selama penyusunan skripsi ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Juni 2016 Diah Ayu Kusumaningsih DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Penelitian Manfaat Penelitian Ruang Lingkup Penelitian TINJAUAN PUSTAKA METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Pengumpulan Data Metode Analisis Data HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Eksploratif Data Pengaruh Struktur Modal terhadap ROA Pengaruh Struktur Modal terhadap ROE Analisis Efek Individu SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP vi vi vi 1 1 4 4 4 4 4 7 7 8 8 9 14 14 20 23 25 29 30 30 30 33 39 DAFTAR TABEL 1 Nilai rataan utang dan ekuitas perusahaan agribisnis di BEI tahun 2010-2014 (miliar rupiah) 2 Statistik deskriptif struktur modal perusahaan agribisnis di BEI 3 Statistik deskriptif kinerja keuangan perusahaan agribisnis di BEI 4 Hasil uji pengaruh struktur modal terhadap ROA 5 Hasil uji pengaruh struktur modal terhadap ROE 6 Hasil uji pengaruh struktur modal terhadap EPS 14 15 17 21 24 26 DAFTAR GAMBAR 1 Kerangka pemikiran penelitian 2 Trend hubungan antara variabel struktur modal dan ROA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 3 Trend hubungan antara variabel struktur modal dan ROE perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 4 Trend hubungan antara variabel struktur modal dan EPS perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 8 18 19 20 DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 Perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 Hasil uji chow model ROA Hasil uji hausman model ROA Hasil uji multikolinearitas model ROA Hasil uji normalitas model ROA Hasil uji chow model ROE Hasil uji hausman model ROE Hasil uji multikolinearitas model ROE Hasil uji normalitas model ROE Hasil uji chow model EPS Hasil uji hausman model EPS Hasil uji multikolinearitas model EPS Hasil uji normalitas model EPS Efek individu model ROA Efek individu model ROE Efek individu model EPS 33 34 34 34 34 35 35 35 35 36 36 36 36 37 37 38 PENDAHULUAN Latar Belakang Keputusan struktur modal merupakan keputusan yang sangat penting karena berhubungan langsung dengan risiko dan tingkat pengembalian perusahan (Hasan et al. 2014). Struktur modal adalah komposisi dan proporsi utang jangka panjang dan ekuitas (saham preferen dan saham biasa) yang ditetapkan perusahaan. Utang yang diperhitungkan dalam struktur modal hanya utang jangka panjang karena utang jangka panjang bersifat tetap selama jangka waktu yang relatif panjang. Sementara itu, utang jangka pendek tidak diperhitungkan dalam struktur modal karena utang jangka pendek umumnya bersifat spontan (Mardiyanto 2009). Berbagai teori struktur modal yang membahas bagaimana seharusnya perusahaan mengambil keputusan struktur modal telah dikemukakan oleh para ahli keuangan. Diawali oleh Modigliani dan Miller pada tahun 1958 yang menyatakan bahwa pada kondisi pasar modal sempurna, struktur modal tidak mempengaruhi nilai perusahaan dan tidak ada struktur modal yang optimal. Namun, asumsi pasar modal sempurna tanpa biaya transaksi, tanpa pajak, dan informasi yang simetris tidak realistis dan tidak dapat diterapkan karena pada kenyataannya terdapat pajak, biaya keagenan, dan perbedaan informasi (Cheng et al. 2010). Pada tahun 1963, Modigliani dan Miller mengubah asumsi dengan memperhitungkan pajak terhadap penghasilan perusahaan (corporate taxes). Menurut asumsi ini maka penggunaan utang dapat meningkatkan nilai perusahaan atau dengan kata lain perusahaan lebih memilih mendanai perusahaan menggunakan utang dibandingkan modal sendiri. Hal ini dikarenakan adanya penghematan pembayaran pajak penghasilan karena adanya biaya bunga (taxdeductible). Implikasi dari teori tersebut adalah penggunaan utang lebih baik atau bahkan ada teori Modigliani dan Miller yang beranggapan sebaiknya perusahaan menggunakan 100% utang (Ambarwati 2010). Teori lain mengenai struktur modal adalah pecking order theory yang diusulkan oleh Myers dan Maljuf (1984). Teori ini menjelaskan bahwa perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi menggunakan dana internal untuk membiayai proyek-proyek baru yang dapat memaksimalkan nilai pemegang saham. Jika laba ditahan tidak cukup, perusahaan lebih memilih menggunakan utang dalam pembiayaan. Jika pembiayaan tambahan diperlukan, maka perusahaan mengeluarkan ekuitas. Pilihan laba ditahan lebih disukai oleh perusahaan karena hampir tidak terdapat biaya (Javed et al. 2014). Myers juga mengusulkan trade off theory yang menyatakan bahwa perusahaan akan menambahkan utang hingga tingkat tertentu di mana jumlah penghematan pajak dari peningkatan utang adalah sama dengan biaya financial distress. Financial distress adalah suatu kondisi di mana perusahaan tidak dapat memenuhi atau memiliki kesulitan membayar kewajiban keuangan kepada kreditur, sehingga dapat mengakibatkan kebangkrutan perusahaan (Saputra et al. 2015). Inti dari persoalan teori struktur modal adalah menemukan keseimbangan antara manfaat dan biaya dari penggunaan utang. Manfaat dari penggunaan utang 2 berasal dari penghematan pajak (tax shield), yang memungkinkan perusahaan untuk mengurangi pembayaran pajaknya. Adapun biaya atas penggunaan utang bersumber dari biaya kebangkrutan (bancruptcy cost), biaya keagenan (agency cost), dan biaya yang terkait dengan informasi tak simetris (asymmetric information) (Mardiyanto 2009). Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk membuktikan pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian Fadhilah (2011) pada perusahaan sektor pertambangan di Indonesia, Marobhe (2014) pada perusahaan di Afrika Timur, serta Tan dan Hamid (2016) pada perusahaan di Malaysia menunjukkan struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian Saputra et al. (2015) pada perusahaan sektor keuangan di Indonesia menunjukkan struktur modal cenderung tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Hasan et al. (2014) pada perusahaan di Bangladesh, Umar et al. (2012), Khan et al. (2013), Khanam et al. (2014) dan Riaz (2015) pada perusahaan di Pakistan, Rouf (2015) pada perusahaan di India, Moghaddam et al. (2015) pada perusahaan di Iran, serta Ramadan dan Ramadan (2015) pada perusahaan di Yordania menunjukkan struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Sedangkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Gill et al. (2011) pada perusahaan di Amerika Serikat menunjukkan struktur modal berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penelitian-penelitian tersebut menunjukkan hasil yang bertentangan. Perbedaan hasil penelitian tersebut dapat disebabkan oleh perbedaan perusahaan yang menjadi objek penelitian dan perbedaan karakteristik perusahaan. Penelitian Fadhilah (2011) dan Saputra et al. (2015) mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan di Indonesia dilakukan terhadap perusahaan terbuka, yaitu perusahaan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Penelitian mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di BEI dapat dilakukan pada suatu sektor atau subsektor yang terdapat pada indeks sektoral, seperti yang dilakukan oleh Fadhilah (2011) pada sektor pertambangan dan Saputra et al. (2015) pada sektor keuangan. Namun, belum ada penelitian terdahulu mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. Agribisnis merupakan sektor ekonomi yang terdiri dari empat subsektor yaitu subsektor agribisnis hulu, subsektor pertanian primer, subsektor agribisnis hilir, dan subsektor jasa penunjang. Subsektor agribisnis hulu yakni kegiatan ekonomi yang menghasilkan sarana produksi pertanian seperti industri pembibitan/pembenihan, industri agrokimia, dan industri agrootomotif. Subsektor pertanian primer yakni kegiatan ekonomi yang menggunakan sarana produksi pertanian untuk menghasilkan komoditas pertanian primer. Subsektor agribisnis hilir yakni kegiatan ekonomi yang mengolah komoditas pertanian primer menjadi produk-produk olahan baik berupa produk antara maupun produk akhir beserta kegiatan perdagangannya. Subsektor jasa penunjang yakni kegiatan yang menghasilkan dan menyediakan jasa yang dibutuhkan seperti perbankan, transportasi, penelitian dan pengembangan, kebijakan pemerintah, penyuluhan dan konsultasi, dan lain-lain (Saragih 2010). Permasalahan utama yang sering dihadapi dalam mengembangkan usaha agribisnis adalah modal. Modal merupakan suatu hal yang sangat diperlukan 3 dalam mendirikan sebuah usaha, baik usaha skala kecil, menengah maupun besar. Sumber modal dapat berasal dari pinjaman lembaga keuangan formal diantaranya terdiri atas bank konvensional, bank syariah, dan lembaga keuangan non formal seperti tengkulak atau modal pribadi. Peran perbankan dalam pembiayaan sektor agribisnis masih relatif kecil (Sholihah et al. 2014). Hal tersebut menjadi suatu permasalahan bagi usaha agribisnis di Indonesia karena perbankan dapat memberikan pembiayaan dalam bentuk utang yang dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber pendanaan dalam struktur modal usaha agribisnis. Karakteristik usaha agribisnis yang memiliki risiko tinggi menyebabkan para pelaku usaha agribisnis mengalami kesulitan dalam mengembangkan usahanya (Sholihah et al. 2014). Namun tidak dapat dipungkiri bahwa sektor agribisnis memiliki peran penting dalam pembangunan perekonomian di Indonesia. Pembangunan sektor agribisnis merupakan suatu strategi pembangunan perekonomian nasional secara keseluruhan. Berbagai isu pembangunan nasional seperti peningkatan pendapatan, peningkatan kesempatan kerja dan berusaha, pemerataan, penanggulangan kemiskinan, ketahanan pangan, stabilitas ekonomi makro (inflasi dan kurs rupiah), masalah kelestarian lingkungan, dan lain-lain dapat dipecahkan melalui pembangunan sektor agribisnis (Saragih 2010). Berdasarkan permasalahan dan peran penting sektor agribisnis dalam pembangunan perekonomian nasional, keputusan struktur modal pada usaha agribisnis penting untuk dilakukan. Keputusan struktur modal yang efektif dapat menurunkan biaya modal sehingga meningkatkan kinerja keuangan perusahaan (Hasan et al. 2014). Penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis. Penelitian ini memilih perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI sebagai objek penelitian dibandingkan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) yang bergerak dalam sektor agribisnis karena perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI dapat merepresentasikan perusahaan agribisnis yang terdapat di Indonesia. Keempat subsektor agribisnis juga dapat direpresentasikan oleh perusahaaan-perusahaan yang terdaftar di BEI. Selain itu, laporan keuangan perusahaan agribisnis yang terdapat di BEI diterbitkan setiap tahun dan telah diaudit oleh auditor independen. Perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI termasuk dalam beberapa sektor yang terdapat pada indeks sektoral diantaranya sektor pertanian, sektor industri dasar dan kimia, sektor aneka industri, sektor industri barang dan konsumsi, serta sektor keuangan. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis di BEI dapat dilakukan melalui berbagai proksi diantaranya menggunakan Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Nilai ROA menggambarkan efisiensi pada dana yang digunakan dalam perusahaan. Nilai ROE merupakan indikator yang digunakan oleh pemegang saham untuk mengukur keberhasilan bisnis yang dijalani (Sugiono 2009). Nilai EPS digunakan untuk mengukur keberhasilan manajemen dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham (Kasmir 2010). Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI berdasarkan ROA, ROE, dan EPS. 4 Perumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap ROA pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI? (2) Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap ROE pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI? (3) Bagaimana pengaruh struktur modal terhadap EPS pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI? Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini berdasarkan permasalahan yang telah dipaparkan adalah sebagai berikut: (1) Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap ROA pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. (2) Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap ROE pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. (3) Menganalisis pengaruh struktur modal terhadap EPS pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dengan adanya penelitian ini: (1) Bagi perusahaan, dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dan masukan dalam pengambilan keputusan struktur modal guna meningkatkan kinerja keuangan perusahaan. (2) Bagi akademisi, hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi untuk penelitian selanjutnya. Ruang Lingkup Penelitian Penelitian ini terfokus pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014, tertera dalam factbook BEI tahun 2015, dan telah melakukan pemisahan antara utang jangka pendek maupun utang jangka panjang dalam laporan keuangan perusahaan. Selain itu, batasan pada aspek variabel yang diteliti juga diperhatikan dalam penelitian ini. Variabel struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Total Asset (LDTA), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ROA, ROE, dan EPS. Penelitian ini juga menggunakan variabel kontrol yaitu firm size (SIZE) karena variabel tersebut berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Seluruh variabel yang digunakan dalam penelitian ini mengacu pada penelitian-penelitian terdahulu. TINJAUAN PUSTAKA Fadhilah (2011) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan pertambangan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan model fixed effect maupun random 5 effect. Hasil penelitiannya adalah Long Term Debt to Equity (LDTE) dan DAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. DER dan Long Term Debt to Total Capitalization (LDTC) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan ROE. LDTE dan DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Price Earning Ratio (PER). DER dan LDTC berpengaruh positif dan signifikan terhadap PER. Seluruh variabel struktur modal yang digunakan dalam penelitian tersebut tidak berpengaruh signifikan terhadap Market to Book Ratio (MBR). Gill et al. (2011) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap profitabilitas perusahaan manufaktur dan jasa di Amerika Serikat. Penelitian ini menggunakan OLS regression. Hasil penelitiannya menunjukkan Short Term Debt to Total Asset (SDTA) dan DAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE pada perusahaan jasa dan manufaktur. LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE pada perusahaan jasa, sedangkan LDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE pada perusahaan manufaktur. Umar et al. (2012) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan 100 perusahaan terbaik di Karachi Stock Exchange. Penelitian ini menggunakan generalized least square regression. Hasil penelitian menunjukkan SDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Earning Before Interest and Taxes (EBIT), ROA, dan EPS, namun SDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EBIT, ROA, dan EPS, namun LDTA berpegaruh positif dan signifikan terhadap ROE. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EBIT, ROA, dan EPS, namun DAR berpegaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. Khan et al. (2013) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan mesin di Pakistan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan SDTA, LDTA, dan DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. SDTA dan DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE, sedangkan LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. Hasan et al. (2014) meneliti pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange Bangladesh. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan model fixed effect. Hasil penelitiannya adalah SDTA, LDTA, dan DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Ketiga variabel struktur modal tersebut berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE maupun Tobin’s Q. SDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS. DAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap EPS. Khanam et al. (2014) menginvestigasi pengaruh keputusan struktur modal terhadap kinerja perusahaan sektor makanan yang terdaftar di KSE Pakistan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan SDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap Net Profit Margin (NPM), ROA, EPS, dan Return on Capital Employed (ROCE), namun SDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap NPM, ROA, ROE, dan ROCE, namun LDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap EPS. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, DAR berpengaruh positif dan signifikan terhadap NPM dan ROCE, serta DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE dan EPS. DER berpengaruh negatif dan signifikan 6 terhadap ROE dan ROCE, namun DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap EPS, ROA, dan EPS. Marobhe (2014) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan manufaktur di Afrika Timur. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan LDTC berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, namun LDTC berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE dan EPS. LDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA, namun LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE dan EPS. SDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, SDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE, serta SDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap EPS. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA dan ROE, namun DER berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap EPS. Moghaddam et al. (2015) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan di Tehran Stock Exchang Iran. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan model fixed effect. Hasil penelitiannya adalah SDTA dan DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, ROE, EPS, dan Tobin’s Q. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan EPS, tetapi LDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE dan Tobin’s Q. Ramadan dan Ramadan (2015) mengidentifikasi pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang terdaftar di Amman Stock Exchange Yordania. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya adalah LDTC, DAR, dan total debt to total capitalization berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Riaz (2015) menguji pengaruh struktur modal terhadap ROA pada perusahaan sektor kimia di Pakistan. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya adalah SDTA dan DAR memiliki pengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, sedangkan LDTA dan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Rouf (2015) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan non keuangan yang terdaftar di Dhaka Stock Exchange India. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya adalah DAR dan DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA dan Return on Sales. Saputra et al. (2015) menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja perusahaan sektor keuangan yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan analisis data panel dengan model random effect. Hasil penelitiannya adalah LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, tetapi LDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, tetapi DAR berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROE. DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA maupun ROE. Variabel kontrol yaitu asset growth berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, tetapi asset growth berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROA maupun ROE. Tan dan Hamid (2016) menginvestigasi hubungan dan pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaaan pada sektor pertanian yang terdaftar di Bursa Malaysia. Penelitian ini menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitiannya menunjukkan SDTA dan LDTA berpengaruh positif dan tidak 7 signifikan terhadap ROE, DAR berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROE, serta DER berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. SDTA dan LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap ROA, DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA, serta DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. SDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS, LDTA berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap EPS, DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS, serta DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap EPS. METODE Kerangka Pemikiran Penelitian Penelitian ini dilatarbelakangi oleh pentingnya keputusan struktur modal bagi suatu perusahaan. Menurut Mardiyanto (2009) struktur modal terdiri dari utang jangka panjang dan ekuitas perusahaan. Penelitian ini dilakukan terhadap perusahaan pada sektor agribisnis. Menurut Sholihah et al. (2014) usaha agribisnis memiliki risiko yang relatif tinggi dan peran perbankan dalam pembiayaan usaha agribisnis masih relatif kecil. Hal tersebut dapat menjadi suatu permasalahan bagi usaha agribisnis karena pembiayaan dari perbankan dalam bentuk utang dapat dipergunakan sebagai salah satu sumber pendanaan dalam struktur modal perusahaan agribisnis. Oleh karena itu, penelitian ini mencoba menganalisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. Penelitian ini menggunakan data laporan keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Variabel struktur modal yang digunakan dalam penelitian ini adalah Long Term Debt to Total Asset (LDTA), Debt to Asset Ratio (DAR), dan Debt to Equity Ratio (DER). Variabel kinerja keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA), Return on Equity (ROE), dan Earning per Share (EPS). Penelitian ini menggunakan variabel kontrol yaitu firm size (SIZE) yang menurut penelitian-penelitian terdahulu berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penggunaan variabel kontrol tersebut diharapkan dapat meningkatkan proporsi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Variabel-variabel tersebut dianalisis dengan menggunakan data panel untuk melihat pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis di BEI. Pengujian dilakukan dengan cara menguji seluruh variabel struktur modal terhadap masing-masing variabel kinerja keuangan perusahaan dalam suatu permodelan. Terdapat tiga analisis yang digunakan terhadap hasil pengujian. Analisis yang pertama adalah analisis eksploratif data. Analisis ini dilakukan untuk melihat bagaimana nilai rataan utang dan ekuitas, statistik deskriptif variabel struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan, serta trend hubungan antara variabel struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan. Analisis yang kedua adalah analisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan. Analisis yang ketiga adalah analisis efek individu untuk melihat kinerja keuangan tertinggi pada perusahaan agribisnis di BEI. Selanjutnya, hasil pengujian dan analisis 8 digunakan sebagai dasar perumusan implikasi manajerial. Hal ini dapat bermanfaat bagi perusahaan agribisnis di BEI dalam mengambil keputusan struktur modal. Secara ringkas kerangka pemikiran dalam penelitian ini dapat dilihat pada Gambar 1. Perusahaan Agribisnis di BEI Struktur Modal: Long Term Debt to Total Asset (LDTA) Debt to Asset Ratio (DAR) Debt to Equity Ratio (DER) Variabel Kontrol: Firm Size (SIZE) Kinerja Keuangan: Return on Asset (ROA) Return on Equity (ROE) Earning per Share (EPS) Metode Analisis Data Panel Pemilihan Model Data Panel 1. Analisis eksploratif data 2. Analisis pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan 3. Analisis efek individu Implikasi Manajerial Rekomendasi Gambar 1 Kerangka Pemikiran Penelitian Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilakukan pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI, di mana data yang digunakan adalah data tahun 2010-2014. Waktu penelitian dilakukan sejak bulan Januari - Maret 2016. Pengumpulan Data Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa studi literatur berasal dari buku, jurnal internasional, dan tesis. 9 Selain itu, data sekunder yang berupa laporan keuangan perusahaan agribisnis didapatkan dari BEI. Perusahaan agribisnis yang dipilih menjadi sampel dalam penelitian ini berdasarkan teknik pengambilan sampel purposive sampling dengan kriteria sebagai berikut: 1. Perusahaan agribisnis yang tertera dalam factbook BEI tahun 2015. 2. Perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI pada tahun 2010-2014. 3. Perusahaan agribisnis yang telah melakukan pemisahan antara utang jangka pendek dan utang jangka panjang dalam laporan keuangan perusahaan. Berdasarkan kriteria tersebut, terpilih sampel penelitian sebanyak 45 perusahaan agribisnis yang dapat dilihat pada Lampiran 1. Perangkat lunak yang digunakan sebagai alat pengolahan data dalam penelitian ini adalah Microsoft Excel 2010 dan Eviews 6. Metode Analisis Data Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode data panel. Data panel adalah data yang merupakan penggabungan data time series dan cross section. Dengan kata lain, data yang diperoleh dari data cross section yang diobservasi berulang pada unit individu yang sama pada waktu yang berbeda. Menurut Verbeek terdapat dua keuntungan penggunaan data panel yaitu mengkombinasikan data time series dan cross section sehingga jumlah observasi menjadi lebih besar, serta lebih baik dalam mengidentifikasi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diatasi dalam data time series saja atau cross section saja (Firdaus 2011). Selain itu, keuntungan penggunaan data panel menurut Baltagi dalam Juanda dan Junaidi (2012) antara lain dapat mengontrol unobserved heterogeneity, memberikan data yang lebih informatif, lebih bervariasi, mengurangi kolinearitas antarpeubah, memperbesar derajat kebebasan, dan lebih efisien. Data panel juga dapat mengurangi bias yang mungkin terjadi bila kita mengaggregasi individu-individu atau perusahaan-perusahaan ke dalam agregasi yang luas. Terdapat beberapa uji yang perlu dilakukan dalam penggunaan metode data panel yaitu uji pemilihan model terbaik, uji asumsi klasik, dan uji statisik. Uji pemilihan model terbaik dilakukan untuk memilih satu dari tiga model data panel yaitu model pooled least square, model fixed effect, dan model random effect. Uji asumsi klasik terdiri dari uji normalitas, uji autokorelasi, uji multikolinearitas, dan uji heterokedastisitas. Uji statistik terdiri dari koefisien determinasi (R2), uji FStatistik, dan uji T-Statistik. Pemilihan Model Data Panel Uji Chow Uji Chow adalah pengujian dalam data panel untuk mengetahui apakah model fixed effect lebih baik dibandingkan pooled least square. Hipotesis yang digunakan dalam uji Chow adalah sebagai berikut: H0 = Model pooled least square H1 = Model fixed effect Dasar penolakan terhadap hipotesis nol adalah menggunakan nilai statistik Chow (F-Stat) yang dirumuskan sebagai berikut: 10 Keterangan: n = jumlah individu T = jumlah periode waktu K = banyaknya parameter dalam model fixed effect RSS1 = residual sum squares untuk model pooled least square RSS2 = residual sum squares untuk model fixed effect Nilai statistik F akan mengikuti distribusi statistik F dengan derajat bebas sebesar n-1 untuk numerator dan sebesar nT-k untuk denumerator. Jika nilai statistik F lebih besar dari nilai F tabel pada tingkat signifikansi tertentu, hipotesis nol akan ditolak, yang berarti asumsi koefisien intersep dan slope adalah sama tidak berlaku, sehingga teknik regresi data panel dengan model fixed effect lebih baik dari model regresi data panel model pooled least square (Juanda dan Junaidi 2012). Uji Hausman Uji Hausman adalah pengujian dalam data panel untuk mengetahui apakah model fixed effect lebih baik dibandingkan random effect. Hipotesis yang digunakan dalam uji Hausman adalah sebagai berikut: H0 = Model random effect H1 = Model fixed effect Kriteria penolakan hipotesis nol dalam uji Hausman dilakukan dengan membandingkan nilai statistik chi-square dan nilai statistik Hausman. Jika nilai statistik Hausman lebih besar dari nilai statistik chi-square, maka cukup bukti untuk menolak hipotesis nol atau model yang dipilih adalah fixed effect, begitu pula sebaliknya. Selain itu, kriteria penolakan hipotesis nol dapat pula dilihat dari nilai probabilitas, jika nilai probabilitas Uji Hausman lebih kecil dari taraf nyata maka cukup bukti untuk menolak hipotesis nol, begitu pula sebaliknya (Juanda dan Junaidi 2012). Uji Lagrange Multiplier Uji Lagrange Multiplier (LM) adalah pengujian dalam data panel untuk mengetahui apakah model random effect lebih baik dibandingkan model pooled least square. Pengujian ini didasarkan pada nilai residual dari model pooled least square. Hipotesis nol yang digunakan adalah intersep bukan merupakan peubah random atau stokatik. Jika hasil statistik LM lebih besar dari nilai kritis statistik chi-square, maka hipotesis nol akan ditolak, yang berarti estimasi yang tepat untuk regresi data panel adalah metode random effect (Juanda dan Junaidi 2012). Uji Asumsi Klasik Uji Normalitas Uji normalitas dilakukan untuk melihat apakah error term menyebar normal pada model. Uji normalitas dapat dilakukan dengan menggunakan nilai Jarque Bera. Hipotesis yang digunakan dalam uji normalitas adalah sebagai berikut: H0 = Residual berdistribusi normal H1 = Residual tidak berdistribusi normal 11 Kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis nol dilakukan dengan membandingkan nilai Jarque Bera dan nilai taraf nyata. Jika nilai Jarque Berra lebih besar dari taraf nyata maka cukup bukti untuk menolak hipotesis nol atau residual berdistribusi normal. Uji Autokorelasi Autokorelasi menunjukkan sifat residual regresi yang tidak bebas dari suatu observasi ke observasi lainnya (Ariefianto 2012). Hipotesis yang digunakan dalam uji autokorelasi adalah sebagai berikut: H0 = Tidak terdapat autokorelasi H1 = Terdapat autokorelasi Kriteria penolakan hipotesis nol dilakukan dengan melihat keberadaan nilai Durbin Watson pada model terhadap aturan berikut ini: 4-dl < DW < 4 = terdapat autokorelasi negatif = tidak ada keputusan 4-du < DW < 4-dl du < DW < 4-du = tidak ada autokorelasi dl < DW < du = tidak ada keputusan 0 < DW < dl = terdapat autokorelasi positif Uji Multikolinearitas Masalah multikolinearitas terjadi karena adanya hubungan yang kuat antar variabel dalam persamaan regresi berganda. Gejala multikolonearitas dapat dideteksi dengan melihat nilai R2 yang tinggi tetapi sedikit variabel yang signifikan atau dengan melihat koefisien korelasi yang tinggi antar variabel. Masalah multikolinearitas dapat diatasi dengan menggunakan data panel, menganti atau mengurangi variabel, dan melakukan transformasi variabel (Ariefianto 2012). Uji Heterokedastisitas Heterokedastisitas dapat terjadi karena keberadaan outlier yaitu data memiliki nilai karakteristik yang sangat berbeda dari kondisi umum. Masalah heterokedastisitas dapat dideteksi dengan melihat nilai sum square resid pada weighted statistics dan unweighted statistics pada model General Least Square (cross section weight). Jika nilai sum square resid pada weighted statistics lebih kecil dari unweighted statistics, maka tidak terjadi masalah heterokedastisitas (Ariefianto 2012). Uji Statistik Koefisien determinasi (R2) Nilai R2 menunjukkan proporsi variasi variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabel independen. Nilai R2 merupakan salah satu ukuran kesesuaian model dan selalu terletak antara 0 dan 1. Uji F-statistik Uji F-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersama-sama mampu menjelaskan variabel dependen. Hipotesis yang digunakan dalam Uji F-statistik adalah sebagai berikut: 12 H0 = β1= β2 =...= βk = 0 H1 = minimal ada satu βk yang tidak sama dengan 0 (k = 1, 2, 3, …, k) Kriteria penolakan atau penerimaan hipotesis nol dilakukan dengan membandingkan nilai F-statistik dan nilai taraf nyata. Jika nilai F-statistik lebih kecil dari taraf nyata, maka cukup bukti untuk menolak hipotesis nol. Hal tersebut berarti variabel independen yang digunakan dalam penelitian secara bersamasama mampu menjelaskan variabel dependen. Uji T-statistik Uji T-statistik digunakan untuk mengetahui apakah variabel independen secara parsial berpengaruh signifikan terhadap variabel dependen dalam penelitian. Hipotesis yang digunakan dalam Uji T-statistik adalah sebagai berikut: H0 = βi = 0 H1 = βi ≠ 0 Kriteria penolakan hipotesis nol adalah nilai probabilitas lebih kecil dari taraf nyata, yang artinya variabel independen ke-i secara parsial mempengaruhi variabel dependen secara signifikan. Perumusan Model Dalam penelitian ini, variabel struktur modal yang digunakan adalah LDTA, DAR, dan DER, sedangkan variabel kinerja keuangan yang digunakan adalah ROA, ROE, dan EPS. Penelitian ini terdiri dari tiga model yaitu model pengaruh struktur modal terhadap ROA, model pengaruh struktur modal terhadap ROE, dan model pengaruh struktur modal terhadap EPS. Ketiga model tersebut menggunakan variabel kontrol yang sama yaitu SIZE. Penelitian ini menggunakan model yang dikembangkan dari penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian yang dilakukan oleh Goyal (2013) dan Saeed et al. (2013) dalam Saputra et al. (2015). Secara matematis, model dalam penelitian ini diformulasikan sebagai berikut: ROAit = C + b1LDTAit + b2DARit + b3DERit + b4SIZEit + eit ROEit = C + b1LDTAit + b2DARit + b3DERit + b4SIZEit + eit EPSit = C + b1LDTAit + b2DARit + b3DERit + b4SIZEit + eit Keterangan : ROA = Return on Asset (%) ROE = Return on Equity (%) EPS = Earning per Share (Rupiah) LDTA = Long Term Debt to Total Asset DAR = Debt to Asset Ratio DER = Debt to Equity Ratio SIZE = Firm Size C = Intersep b1 = Koefisien dari pengaruh Long Term Debt to Total Asset b2 = Koefisien dari pengaruh Debt to Asset Ratio b3 = Koefisien dari pengaruh Debt to Equity Ratio b4 = Koefisien dari pengaruh Firm Size eit = Error term 13 Definisi Operasional 1. Long Term Debt to Total Asset (LDTA) merupakan pengukuran seberapa besar aktiva perusahaan yang dibiayai oleh utang jangka panjang. Caranya adalah dengan membandingkan antara utang jangka panjang dan total aktiva. 2. Debt to Asset Ratio (DAR) merupakan rasio utang yang digunakan untuk mengukur seberapa besar aktiva perusahaan dibiayai oleh utang atau seberapa besar utang perusahaan berpengaruh terhadap pengelolaan aktiva. Caranya adalah dengan membandingkan antara total utang dan total aktiva (Kasmir 2010). 3. Debt to Equity Ratio (DER) merupakan ratio yang digunakan untuk menilai utang dengan ekuitas. Untuk mengetahui rasio ini dengan cara membandingkan antara seluruh utang, termasuk utang lancar dengan seluruh ekuitas. Rasio ini berguna untuk mengetahui jumlah dana yang disediakan peminjam (kreditur) dengan pemilik perusahaan. Dengan kata lain rasio ini untuk mengetahui setiap rupiah modal sendiri yang dijadikan untuk jaminan utang (Kasmir 2010). 4. Return on Asset (ROA) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba yang berasal dari aktivitasi investasi (Mardiyanto 2009). ROA juga merupakan suatu ukuran tentang efektivitas manajemen dalam mengelola investasinya (Kasmir 2010). 5. Return on Equity (ROE) merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan laba bagi para pemegang saham. Oleh karena itu, ROE dianggap sebagai representasi dari kekayaan pemegang saham atau nilai perusahaan (Mardiyanto 2009). Semakin tinggi rasio ini maka semakin baik bagi perusahaan karena posisi pemilik perusahaan semakin kuat, demikian pula sebaliknya (Kasmir 2010). 6. Earning per Share (EPS) merupakan rasio untuk mengukur keberhasilan manajemen untuk mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Rasio yang rendah berarti manajemen belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham, sebaliknya dengan rasio yang tinggi, maka kesejahteraan pemegang 14 saham meningkat dengan pengertian lain, bahwa tingkat pengembalian yang tinggi (Kasmir 2010). 7. Firm size (SIZE) menggambarkan besar kecilnya suatu perusahaan yang ditunjukkan oleh total aktiva yang dimiliki perusahaan. SIZE dapat diukur menggunakan logaritma natural dari total aktiva untuk mengurangi standar deviasi antara perusahaan besar dan perusahaan kecil. SIZE = LN (Total aktiva) Hipotesis Penelitian 1. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 2. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 3. DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. 4. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 5. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 6. DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 7. LDTA berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS. 8. DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS. 9. DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS. HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Eksploratif Data Analisis dimulai dengan memberikan gambaran mengenai nilai rataan utang dan ekuitas pada 45 perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 20102014 yang dijadikan sampel penelitian. Tabel 1 Nilai Rataan Utang dan Ekuitas Perusahaan 2010-2014 (Miliar Rupiah) 2010 2011 2012 Utang 1743.4397 2215.5562 2326.0840 Jangka Pendek Utang 1801.1854 1815.9557 2357.5777 Jangka Panjang Total 3544.6252 4031.5119 4683.6618 Utang Ekuitas 3249.2906 3939.3860 4414.2651 Sumber : Data diolah (2016) Agribisnis di BEI tahun 2013 2014 2984.4778 3495.7629 3112.2883 3305.6423 6096.7682 6801.3871 4907.5664 5386.2342 15 Dapat dilihat pada Tabel 1, nilai rataan utang jangka pendek, utang jangka panjang, total utang, dan ekuitas perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI meningkat setiap tahunnya selama tahun 2010-2014. Nilai rataan utang jangka pendek lebih kecil dari nilai rataan utang jangka panjang pada tahun 2010, 2012 dan 2013 yang berarti sebagian besar perusahaan agribisnis di BEI lebih banyak memperoleh pendanaan dari kreditur dalam bentuk utang jangka panjang. Pada tahun 2011 dan 2014, nilai rataan utang jangka pendek lebih besar dari nilai rataan utang jangka panjang yang berarti sebagian besar perusahaan agribisnis di BEI lebih banyak memperoleh pendanaan dari kreditur dalam bentuk utang jangka pendek. Nilai rataan total utang lebih besar dari nilai rataan ekuitas selama tahun 2010-2014 yang berarti sebagian besar perusahaan agribisnis di BEI lebih banyak menggunakan utang dibandingkan ekuitas sebagai sumber pendanaan perusahaan. Selanjutnya tabel di bawah ini menunjukkan statistik deskriptif struktur modal perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Tabel 2 Statistik Deskriptif Struktur Modal Perusahaan Agribisnis di BEI Variabel Tahun Mean Max Min Std. Dev. LDTA 2010 0.1967 0.5305 0.0011 0.1625 2011 0.1854 0.6159 -0.0011 0.1599 2012 0.1999 0.5561 0.0017 0.1668 2013 0.2373 0.6571 0.0148 0.1704 2014 0.2634 0.9779 0.0079 0.1958 2010-2014 0.2165 0.9779 -0.0011 0.1725 DAR 2010 0.4631 0.8526 0.0044 0.2154 2011 0.4818 0.9758 0.0014 0.2176 2012 0.4965 1.0325 0.0395 0.2162 2013 0.5399 1.3953 0.0513 0.2391 2014 0.5645 1.4069 0.0444 0.2384 2010-2014 0.5092 1.4069 0.0014 0.2267 DER 2010 1.2811 5.8252 0.0044 0.2154 2011 2.2375 40.3721 0.0014 6.0908 2012 1.8501 64.0533 -31.7814 10.7218 2013 1.5909 11.2543 -3.5300 2.2372 2014 1.2662 7.6875 -8.3383 2.2196 2010-2014 1.6452 64.0533 -31.7814 5.6762 Sumber : Data diolah (2016) Dapat dilihat pada Tabel 2, nilai rataan LDTA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0.2165. Nilai rataan LDTA mengalami peningkatan selama tahun 2010-2014, kecuali pada tahun 2011. Penurunan nilai rataan LDTA pada tahun 2011 disebabkan oleh perubahan delta utang jangka panjang yang lebih kecil dari perubahan delta total aktiva perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. Nilai LDTA tertinggi sebesar 0.9779 diperoleh SLJ Global Tbk pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa 97.79% pendanaan SLJ Global Tbk dibiayai dengan utang jangka panjang pada tahun 2014. Sedangkan nilai LDTA terendah sebesar -0.0011 diperoleh Inti Agri Resources Tbk pada tahun 2011. Nilai LDTA yang negatif disebabkan oleh akumulasi kerugian yang dialami oleh Inti Agri Resources Tbk pada tahun 2011. Nilai standar deviasi 16 LDTA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0.1725. Nilai rataan DAR perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 20102014 sebesar 0.5092. Nilai rataan DAR mengalami peningkatan setiap tahunnya selama tahun 2010-2014. Peningkatan nilai rataan DAR setiap tahunnya menunjukkan perubahan delta total utang perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI lebih besar dari perubahan delta total aktiva perusahaan. Nilai DAR tertinggi sebesar 1.4069 diperoleh SLJ Global Tbk pada tahun 2014. Hal tersebut menunjukkan bahwa 140.69% pendanaan SLJ Global Tbk dibiayai dengan utang pada tahun 2014. Nilai DAR terendah sebesar 0.0014 diperoleh Inti Agri Resources Tbk pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa 0.14% pendanaan Inti Agri Resources Tbk dibiayai dengan utang pada tahun 2011. Nilai standar deviasi DAR perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 0.2267. Nilai rataan DER perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 20102014 sebesar 1.6452. Nilai rataan DER perusahaan agribisnis mengalami peningkatan pada tahun 2010 ke tahun 2011, kemudian nilai rataan DER mengalami penurunan pada tahun 2012 hingga tahun 2014. Penurunan nilai rataan DER pada tahun 2012-2014 terjadi karena perubahan delta proporsi total utang lebih kecil dari perubahan delta ekuitas pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI. Nilai DER tertinggi sebesar 64.0533 diperoleh Central Proteina Prima Tbk pada tahun 2011. Hal tersebut menunjukkan bahwa kreditur menyediakan Rp6405.33 untuk setiap Rp100 yang disediakan pemegang saham pada tahun 2011. Sedangkan nilai DER terendah sebesar -31.7814 diperoleh SLJ Global Tbk pada tahun 2012. Nilai DER yang negatif disebabkan oleh akumulasi kerugian yang dialami oleh SLJ Global Tbk pada tahun 2012. Nilai standar deviasi DER perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 5.6762. Berikutnya Tabel 3 menunjukkan statistik deskriptif kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai rataan ROA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 20102014 sebesar 6.2373%. Nilai rataan ROA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi di mana terjadi peningkatan nilai rataan ROA pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010, kemudian nilai rataan ROA menurun pada tahun 2012 hingga tahun 2013, dan nilai rataan ROA kembali meningkat pada tahun 2014. Nilai ROA tertinggi sebesar 41.6200% diperoleh HM Sampoerna Tbk pada tahun 2011. Tingginya ROA HM Sampoerna Tbk menunjukkan manajemen perusahaan tersebut telah mengelola investasinya dengan baik pada tahun 2011. Nilai ROA terendah sebesar -61.9344% diperoleh Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk pada tahun 2010. Rendahnya ROA Kertas Basuki Rachmat Indonesia menunjukkan belum efektifnya manajemen perusahaan tersebut dalam mengelola investasinya pada tahun 2010. Nilai standar deviasi ROA perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 11.7013%. Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai rataan ROE perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 7.9539%. Nilai rataan ROE perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi di mana terjadi penurunan nilai rataan ROE pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010, kemudian nilai rataan ROE meningkat pada tahun 2012, kemudian nilai rataan ROE kembali menurun pada tahun 2013, dan nilai rataan ROE kembali meningkat pada tahun 17 2014. Nilai ROE tertinggi sebesar 324.6311% diperoleh SLJ Global Tbk pada tahun 2012. Nilai ROE terendah sebesar -768.4728% diperoleh SLJ Global Tbk pada tahun 2011. Hal tersebut dapat terjadi karena SLJ Global Tbk mengalami kerugian yang relatif besar pada tahun 2011, namun ekuitas perusahaan tersebut masih positif. Pada tahun 2012, SLJ Global Tbk mengalami kerugian yang relatif besar dan ekuitas perusahaan tersebut negatif, sehingga ROE perusahaan tersebut menjadi positif dan nilainya tertinggi berdasarkan perhitungan. Dengan demikian, manajemen SLJ Global Tbk belum efisien dalam menggunakan modal sendiri dan menyebabkan semakin melemahnya posisi pemilik perusahaan. Nilai standar deviasi ROE perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar 74.5745%. Tabel 3 Statistik Deskriptif Kinerja Keuangan Perusahaan Agribisnis di BEI Variabel Tahun Mean Max Min Std. Dev. ROA (%) 2010 7.4033 38.9638 -61.9344 14.3214 2011 7.6032 41.6200 -28.8303 12.3124 2012 7.3894 39.3564 -10.5463 10.2676 2013 3.8913 39.4769 -34.5941 11.3670 2014 4.8994 35.8734 -22.2302 9.6750 2010-2014 6.2373 41.6200 -61.9344 11.7013 ROE (%) 2010 15.6068 94.0217 -76.7417 24.5982 2011 -8.8428 95.6841 -768.4728 130.9813 2012 13.0830 324.6311 -397.8473 81.6056 2013 4.8056 91.6195 -233.7056 47.7517 2014 15.1180 163.1323 -42.4867 34.2565 2010-2014 7.9539 324.6311 -768.4728 74.5745 EPS (Rp) 2010 925.4222 21021 -61 3345.9211 2011 1256.5778 24081 -127 4505.7193 2012 1064.5778 21519 -80 3714.1779 2013 5550.2444 222304 -201 33139.5910 2014 646.2222 17621 -315 2652.2945 2010-2014 1888.6089 222304 -315 15146.2623 Sumber : Data diolah (2016) Dapat dilihat pada Tabel 3, nilai rataan EPS perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar Rp1888.6089. Nilai rataan EPS perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI mengalami fluktuasi di mana terjadi peningkatan nilai rataan EPS pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010, kemudian nilai rataan EPS menurun pada tahun 2012, kemudian nilai rataan EPS kembali meningkat pada tahun 2013, dan nilai rataan EPS kembali menurun pada tahun 2014. Nilai EPS tertinggi sebesar Rp222304 diperoleh Multi Bintang Indonesia Tbk pada tahun 2013. Nilai EPS yang tinggi menunjukkan manajemen Multi Bintang Indonesia Tbk telah berhasil dalam mencapai keuntungan bagi pemegang saham. Selain itu, nilai EPS yang tinggi mengindikasikan kesejahteraan pemegang saham meningkat karena tingkat pengembalian yang tinggi. Nilai EPS terendah sebesar - Rp315 diperoleh Bentoel Internasional Investama Tbk pada tahun 2014. Nilai EPS yang rendah menunjukkan manajemen Bentoel Internasional Investama Tbk belum berhasil dalam mencapai keuntungan bagi 18 60 60 40 40 20 20 0 0 ROA ROA pemegang saham. Selain itu, nilai EPS yang rendah mengindikasikan manajemen Bentoel Internasional Investama Tbk belum berhasil untuk memuaskan pemegang saham sehingga kesejahteraan pemegang saham menurun. Nilai standar deviasi EPS perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 sebesar Rp15146.2623. Pembahasan selanjutnya adalah trend hubungan antara variabel struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. -20 -20 -40 -40 -60 -60 -80 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 -80 0.00 1.0 0.25 0.50 0.75 1.00 1.25 1.50 DAR LDTA (b) (a) 60 40 20 ROA 0 -20 -40 -60 -80 -40 -20 0 20 40 60 80 DER (c) Gambar 2 Trend Hubungan antara Variabel Struktur Modal dan ROA Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 Trend hubungan antara variabel strukur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh ROA ditunjukkan oleh Gambar 2. Terdapat hubungan negatif antara LDTA dan ROA (Gambar 2a), DAR dan ROA (Gambar 2b), serta DER dan ROA (Gambar 2c). Slope negatif antara variabel struktur modal dan ROA menunjukkan setiap peningkatan variabel struktur modal akan menyebabkan penurunan ROA. Secara keseluruhan trend hubungan antara variabel struktur modal dan ROA sesuai dengan pecking order theory maupun 19 400 400 200 200 0 0 ROE ROE hipotesis yang diajukan. Berdasarkan pecking order theory, hubungan antara struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan yang diproyeksikan dengan rasio profitabilitas adalah hubungan yang terbalik (Ramadan dan Ramadan 2015). Kemudian trend hubungan antara variabel struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh ROE dapat dilihat pada Gambar 3. -200 -200 -400 -400 -600 -600 -800 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 -800 0.00 1.0 0.25 0.50 LDTA 0.75 1.00 1.25 1.50 DAR (a) (b) 400 200 ROE 0 -200 -400 -600 -800 -40 -20 0 20 40 60 80 DER (c) Gambar 3 Trend Hubungan antara Variabel Struktur Modal dan ROE Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di BEI selama periode 2010-2014 Berdasarkan Gambar 3, terdapat hubungan negatif antara LDTA dan ROE (Gambar 3a), DAR dan ROE (Gambar 3b), serta DER dan ROE (Gambar 3c). Slope negatif antara variabel struktur modal dan ROE menunjukkan setiap peningkatan variabel struktur modal akan menyebabkan penurunan ROE. Secara keseluruhan trend hubungan antara variabel struktur modal dan ROE sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hubungan antar variabel struktur modal dan kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh ROE sejalan dengan pecking order theory karena terdapat hubungan terbalik antar variabel yang diujikan. Selanjutnya trend hubungan antara variabel struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan yang diwakili oleh EPS dapat dilihat pada Gambar 20 4. Berdasarkan Gambar 4, terdapat hubungan negatif antara LDTA dan EPS (Gambar 4a), DAR dan EPS (Gambar 4b), serta DER dan EPS (Gambar 4c). Slope negatif antara variabel struktur modal dan EPS menunjukkan setiap peningkatan variabel struktur modal akan menyebabkan penurunan EPS. Secara keseluruhan trend hubungan antara variabel struktur modal dan EPS sesuai dengan hipotesis yang diajukan. Hubungan terbalik antara variabel struktur modal dan EPS yang merupakan salah satu proksi dari profitabilitas sejalan dengan pecking order theory. 240,000 200,000 200,000 160,000 160,000 120,000 120,000 EPS EPS 240,000 80,000 80,000 40,000 40,000 0 0 -40,000 -0.2 0.0 0.2 0.4 0.6 0.8 -40,000 0.00 1.0 0.25 0.50 LDTA 0.75 1.00 1.25 1.50 DAR (a) (b) 240,000 200,000 160,000 EPS 120,000 80,000 40,000 0 -40,000 -40 -20 0 20 40 60 80 DER (c) Gambar 4 Trend Hubungan antara Variabel Struktur Modal dan EPS Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 Pengaruh Struktur Modal terhadap ROA Model terbaik untuk menganalis pengaruh struktur modal terhadap ROA adalah model fixed effect. Hal tersebut berdasarkan hasil uji Chow pada Lampiran 2 yang memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0000. Dengan demikian model terbaik antara pooled least square dan fixed effect adalah model fixed effect. Selanjutnya untuk menentukan model terbaik antara fixed effect dan random effect 21 digunakan uji Hausman. Hasil uji Hausman pada Lampiran 3 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0289 yang artinya model terbaik adalah model fixed effect. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji pengaruh struktur modal terhadap ROA pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 menggunakan model fixed effect. Tabel 4 Hasil Uji Pengaruh Struktur Modal terhadap ROA Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 126.8091 7.881130 16.09022 DAR -10.07197 1.402906 -7.179366 DER -0.071131 0.129833 -0.547867 SIZE -3.997655 0.282749 -14.13852 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.968086 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.959611 S.D. dependent var S.E. of regression 6.847991 Sum squared resid F-statistic 114.2356 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.727542 Mean dependent var Sum squared resid 8356.318 Durbin-Watson stat Sumber : Data diolah (2016) Prob. 0.0000 0.0000 0.5845 0.0000 25.11178 42.31108 8300.412 2.055581 6.237321 1.862727 Sebelum menganalisis pengaruh struktur modal terhadap ROA, terlebih dahulu melihat apakah model ROA memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang pertama adalah multikolinearitas. Pada Lampiran 4 dapat dilihat hasil uji korelasi antar variabel independen menunjukkan tidak ada korelasi yang melebihi R-squared weighted statistics (0.9681), sehingga model ROA tidak memiliki masalah multikolinearitas. Kemudian hasil uji normalitas pada Lampiran 5 menunjukkan nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0.0029 kurang dari taraf nyata sebesar 5%. Hal tersebut menandakan model ROA tidak memiliki residual yang menyebar normal dan memiliki masalah normalitas. Masalah normalitas dalam model ROA dapat terkoreksi karena sesuai teori uji normalitas dapat diwakili oleh jumlah sampel yang lebih besar dari 30. Apabila jumlah sampel melebihi 30 maka residual dianggap menyebar normal, mengikuti kaidah dalil limit pusat yaitu semakin besar jumlah sampel maka semakin mendekati normal. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 perusahaan, sehingga penelitian ini lolos uji normalitas. Terdapat 3 variabel independen dalam penelitian ini dan taraf nyata yang digunakan sebesar 5%, maka diperoleh du sebesar 1.6662 dan 4-du sebesar 2.3338. Nilai Durbin Watson pada Tabel 4 sebesar 2.0556 yang berada pada rentang du<DW<4-du, sehingga model ROA terbebas dari masalah autokorelasi. Uji asumsi klasik terakhir adalah heterokedastisitas. Dapat dilihat pada Tabel 4 nilai sum squared resid weighted statistic (8300.412) lebih kecil dari nilai sum squared resid unweighted statistic (8356.318), sehingga model tersebut terbebas dari 22 masalah heterokedastisitas. Dengan demikian, model ROA telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil uji statistik model ROA pada Tabel 4 menunjukkan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 5%. Hal tersebut berarti variabel independen dapat menjelaskan keragaman pada ROA. Nilai probabilitas Tstatistik pada variabel DAR dan SIZE kurang dari taraf nyata 5% yang artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh terhadap ROA. Nilai R-squared weighted statistics menunjukkan 96.81% ROA dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat di dalam model penelitian, sedangkan sisanya 3.19% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. Berdasarkan hasil estimasi model fixed effect untuk model ROA pada Tabel 4, maka diperoleh nilai terbaik adalah sebagai berikut: ROA = 126.8091 - 10.0720 DAR - 0.0711 DER - 3.9977 SIZE Dapat dilihat pada Tabel 4, DAR memiliki nilai koefisien sebesar -10.0720 yang artinya DAR berpengaruh negatif terhadap ROA. Hal ini menandakan setiap kenaikan 1 satuan DAR akan menurunkan ROA sebesar 10.0720%. Nilai probabilitas DAR sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian hipotesis diterima karena DAR berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA pada perusahaan agribisnis di BEI. Nilai rataan DAR perusahaan agribisnis di BEI pada tahun 2010-2014 meningkat setiap tahunnya. Peningkatan DAR menandakan peningkatan total utang yang digunakan untuk membiayai aktiva pada perusahaan agribisnis di BEI. Berdasarkan trade off theory, besarnya total utang akan menguntungkan perusahaan apabila biaya atas penggunaan utang lebih kecil dari keuntungan atas penghematan pajak. Pengaruh negatif DAR terhadap ROA pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 mengindikasikan bahwa biaya dari penggunaan utang lebih tinggi dibandingkan dengan manfaat penghematan pajak perusahaan agribisnis, sehingga kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang diwakili oleh ROA menurun. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Saputra et al. (2015) yang menyatakan bahwa tingkat total utang yang tinggi akan mengurai profitabilitas perusahaan karena beban bunga yang tinggi, terlebih dengan total aktiva sebagai pembagi profitabilitas. Umar et al. (2012), Khan et al. (2013), Khanam et al. (2014), Riaz (2015), Moghaddam et al. (2015), Rouf (2015), serta Tan dan Hamid (2016) juga menyatakan bahwa pengaruh negatif DAR terhadap ROA disebabkan oleh tingginya biaya dari penggunaan utang sehingga ROA menurun. Hasan et al. (2015) menyatakan bahwa pengaruh negatif struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan dapat disebabkan oleh keterbatasan manajer dalam beroperasi akibat perjanjian utang yang ketat dengan kreditur. Berdasarkan karakteristik perusahaan agribisnis di Indonesia yang memiliki risiko relatif tinggi (Sholihah et al 2014), maka perjanjian utang dengan pihak kreditur dapat menjadi semakin ketat. Hal tersebut dapat membatasi kemampuan manajer perusahaan agribisnis di BEI dalam beroperasi sehingga berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Ramadan dan Ramadan (2015) menyatakan bahwa pengaruh negatif struktur modal terhadap ROA menunjukkan perusahaan dengan profitabilitas yang tinggi kurang mengandalkan utang untuk membiayai kebutuhan kas. Perusahaan agribisnis di BEI yang memiliki ROA tinggi kurang mengandalkan utang 23 khususnya utang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan. Hal tersebut dapat dilihat dari 3 perusahaan agribisnis dalam sampel penelitian ini yang memiliki nilai ROA tertinggi pada tahun 2010-2014 yaitu HM Sampoerna Tbk, Multi Bintang Indonesia Tbk, dan Central Proteina Prima Tbk. Ketiga perusahaan tersebut lebih banyak memiliki ekuitas dalam bentuk laba yang ditahan dibandingkan utang jangka panjang dalam struktur modal perusahaannya. Variabel struktur modal lainnya yaitu DER memiliki nilai koefisien sebesar -0.0711 sehingga DER berpengaruh negatif terhadap ROA. Nilai probabilitas DER sebesar 0.5845 lebih besar dari taraf nyata 5% berarti DER tidak berpengaruh signifikan terhadap ROA. Dengan demikian hipotesis ditolak karena DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Menurut Saputra et al. (2015), pengaruh negatif dan tidak signifikan DER terhadap ROA kemungkinan besar disebabkan oleh nilai DER yang berbeda-beda pada setiap subsektor. Pada sektor agribisnis di BEI, pengaruh negatif dan tidak signifikan DER terhadap ROA kemungkinan besar dapat disebabkan oleh perbedaan DER masing-masing subsektor agribisnis. Berdasarkan nilai rataan DER subsektor agribisnis tahun 2010-2014 ditemukan perbedaan yang relatif besar pada nilai rataan DER subsektor agribisnis hulu dan subsektor agribisnis hilir dengan nilai rataan DER subsektor pertanian primer. Pada tahun 2010-2014, nilai rataan DER subsektor agribisnis hulu dan subsektor agribisnis hilir masing-masing sebesar 1.42 dan 1.33, sedangkan nilai rataan DER subsektor pertanian primer sebesar 2.48. Penggabungan seluruh subsektor agribisnis tersebut dalam suatu pengujian kemungkinan besar menyebabkan DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Penelitian yang dilakukan oleh Khanam et al. (2014), Marobhe (2014), dan Riaz (2015) juga menemukan hasil yang sejalan dengan penelitian ini, di mana DER berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap ROA. Secara keseluruhan, struktur modal berpengaruh negatif terhadap ROA pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Variabel kontrol dalam penelitian ini yaitu SIZE memiliki nilai koefisien sebesar -3.9977 dan nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian, SIZE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROA. Pengaruh Struktur Modal terhadap ROE Model terbaik untuk menganalis pengaruh struktur modal terhadap ROE adalah model fixed effect. Hal tersebut berdasarkan hasil uji Chow pada Lampiran 6 yang memiliki nilai probabilitas sebesar 0.0041. Dengan demikian model terbaik antara pooled least square dan fixed effect adalah model fixed effect. Selanjutnya untuk menentukan model terbaik antara fixed effect dan random effect digunakan uji Hausman. Hasil uji Hausman pada Lampiran 7 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0059 yang artinya model terbaik adalah model fixed effect. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji pengaruh struktur modal terhadap ROE perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 menggunakan model fixed effect. 24 Tabel 5 Hasil Uji Pengaruh Struktur Modal terhadap ROE Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C 269.2822 39.75302 6.773882 LDTA 45.57452 7.222704 6.309897 DER -8.340269 1.125790 -7.408369 SIZE -8.925068 1.403745 -6.358040 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.880653 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.848962 S.D. dependent var S.E. of regression 37.96991 Sum squared resid F-statistic 27.78868 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.723436 Mean dependent var Sum squared resid 344527.9 Durbin-Watson stat Sumber : Data diolah (2016) Prob. 0.0000 0.0000 0.0000 0.0000 97.71065 125.4627 255183.4 1.965041 7.953916 3.201061 Sebelum menganalisis pengaruh struktur modal terhadap ROE, terlebih dahulu melihat apakah model ROE memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang pertama adalah multikolinearitas. Dari Lampiran 8 dapat dilihat hasil uji korelasi antar variabel independen menunjukkan tidak ada korelasi yang melebihi R-squared weighted statistics (0.8807), sehingga model ROE tidak memiliki masalah multikolinearitas. Hasil uji normalitas pada Lampiran 9 menunjukkan nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0.2063 dan lebih besar dari taraf nyata sebesar 5%. Hal tersebut menandakan model ROE memiliki residual yang menyebar normal dan tidak memiliki masalah normalitas. Dalam penelitian ini jumlah sampel yang digunakan sebanyak 45 perusahaan, terdapat 3 variabel independen, dan taraf nyata yang digunakan sebesar 5%, maka diperoleh du sebesar 1.6662 dan 4-du sebesar 2.3338. Nilai Durbin Watson pada Tabel 5 sebesar 1.9650 yang berada pada rentang du<DW<4-du, sehingga model ROE terbebas dari masalah autokorelasi. Uji asumsi klasik terakhir adalah heterokedastisitas. Dapat dilihat pada Tabel 5 nilai sum squared resid weighted statistic (255183.4) lebih kecil dari nilai sum squared resid unweighted statistic (344527.9), sehingga model tersebut terbebas dari masalah heterokedastisitas. Dengan demikian, model ROE telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil uji statistik model ROE pada Tabel 5 menunjukkan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 5%. Hal tersebut berarti variabel independen dapat menjelaskan keragaman pada ROE. Nilai probabilitas T-statistik pada variabel LDTA, DER, dan SIZE lebih kecil dari taraf nyata 5% yang artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh terhadap ROE. Nilai R-squared weighted statistics menunjukkan 88.07% ROE dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat di dalam model penelitian, sedangkan sisanya 11.93% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. Berdasarkan hasil estimasi model fixed effect untuk model ROE pada Tabel 5, maka diperoleh nilai terbaik adalah sebagai berikut: 25 ROE = 269.2822 + 45.5745 LDTA - 8.3403 DER - 8.9251 SIZE Variabel struktur modal yang berpengaruh terhadap ROE diantaranya adalah LDTA. Dapat dilihat pada Tabel 5, LDTA memiliki nilai koefisien sebesar 45.5745 yang artinya LDTA berpengaruh positif terhadap ROE. Hal ini menandakan setiap kenaikan 1 satuan LDTA akan meningkatkan ROE sebesar 45.5745%. Nilai probabilitas LDTA sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian hipotesis ditolak karena LDTA berpengaruh positif dan signifikan terhadap ROE. Menurut Gill et al. (2011) pengaruh positif dan signifikan LDTA terhadap ROE dapat disebabkan oleh adanya manfaat dari penghematan pajak atas penggunaan utang jangka panjang. Diketahui nilai rataan LDTA perusahaan agribisnis di BEI pada tahun 2010-2014 sebesar 0.2165. Pada jumlah tersebut manfaat penghematan pajak atas penggunaan utang jangka panjang melebihi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan agribisnis, sehingga ROE meningkat. Namun berdasarkan trade off theory, penggunaan utang juga dapat menurunkan kinerja keuangan perusahaan. Hal tersebut dapat terjadi apabila perusahaan agribisnis di BEI semakin banyak menggunakan utang jangka panjang untuk membiayai aktiva perusahaan, sehingga manfaat penghematan pajak atas penggunaan utang akan semakin menghilang bahkan dapat menurunkan ROE. Variabel struktur modal lainnya yang berpengaruh terhadap ROE adalah DER. Dapat dilihat pada Tabel 5, DER memiliki nilai koefisien sebesar -8.3403 yang artinya DER berpengaruh negatif terhadap ROE. Hal ini menandakan setiap kenaikan 1 satuan DER akan menurunkan ROE sebesar 8.3403%, begitu pula sebaliknya. Nilai probabilitas DER sebesar 0.0000 kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian hipotesis diterima karena DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE pada perusahaan agribisnis di BEI. Nilai rataan DER perusahaan agribisnis di BEI meningkat pada tahun 2011 dibandingkan tahun 2010, kemudian menurun pada tahun 2012 hingga tahun 2014. Pengaruh negatif dan signifikan DER terhadap ROE menunjukkan bahwa penurunan pada DER mengakibatkan peningkatan pada ROE perusahaan, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut disebabkan oleh ekuitas perusahaan agribisnis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ekuitas pada akhir periode, yang berarti ekuitas tersebut telah dipengaruhi oleh besarnya laba bersih atau kerugian perusahaan agribisnis di BEI pada tahun berjalan. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan agribisnis di BEI tahun 2010-2014, perubahan delta ekuitas yang lebih besar dari delta total utang menandakan terjadinya peningkatan keuntungan yang diperoleh perusahaan agribisnis. Peningkatan keuntungan tersebut akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada rasio DER perusahaan agribisnis. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Fadhilah (2011) dan Khanam et al. (2014). Secara keseluruhan, struktur modal berpengaruh signifikan terhadap ROE pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SIZE memiliki nilai koefisien sebesar -8.9251 dan nilai probabilitas sebesar 0.0000 yang kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian, SIZE berpengaruh negatif dan signifikan terhadap ROE. 26 Pengaruh Struktur Modal terhadap EPS Analisis pengaruh struktur modal terhadap EPS diawali dengan memilih model data panel terbaik. Hasil uji Chow pada Lampiran 10 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.0014. Dengan demikian model terbaik antara pooled least square dan fixed effect adalah model fixed effect. Selanjutnya untuk menentukan model terbaik antara fixed effect dan random effect digunakan uji Hausman. Hasil uji Hausman pada Lampiran 11 menunjukkan nilai probabilitas sebesar 0.6279. Berdasarkan nilai probabilitas pada uji Hausman, model yang terpilih adalah random effect, namun hasil pengujian dengan model tersebut tidak memenuhi kriteria uji asumsi klasik maupun uji statistik. Dengan demikian, model data panel terbaik yang digunakan untuk model EPS adalah fixed effect. Tabel di bawah ini menunjukkan hasil uji pengaruh struktur modal terhadap EPS perusahaan agribisnis yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010-2014 menggunakan model fixed effect. Tabel 6 Hasil Uji Pengaruh Struktur Modal terhadap EPS Variable Coefficient Std. Error t-Statistic C -7826.213 3665.998 -2.134811 LDTA -448.2543 283.0403 -1.583712 DER -15.66041 4.426703 -3.537714 SIZE 349.6978 127.6056 2.740458 AR(1) -0.389321 0.050529 -7.704835 Effects Specification Cross-section fixed (dummy variables) Weighted Statistics R-squared 0.979237 Mean dependent var Adjusted R-squared 0.971629 S.D. dependent var S.E. of regression 6485.490 Sum squared resid F-statistic 128.7129 Durbin-Watson stat Prob(F-statistic) 0.000000 Unweighted Statistics R-squared 0.478856 Mean dependent var Sum squared resid 2.65E+10 Durbin-Watson stat Inverted AR Roots -.39 Sumber : Data diolah (2016) Prob. 0.0346 0.1157 0.0006 0.0070 0.0000 11245.86 37530.26 5.51E+09 2.071382 2129.406 3.025463 Sebelum menganalisis pengaruh struktur modal terhadap EPS, terlebih dahulu melihat apakah model EPS memenuhi asumsi klasik. Uji asumsi klasik yang pertama adalah multikolinearitas. Dari Lampiran 12 dapat dilihat hasil uji korelasi antar variabel independen menunjukkan tidak ada korelasi yang melebihi R-squared weighted statistics (0.9792), sehingga model tersebut tidak memiliki masalah multikolinearitas. Kemudian dilakukan uji normalitas untuk melihat apakah residual pada model EPS menyebar normal. Dari Lampiran 13 dapat dilihat nilai probabilitas Jarque Bera sebesar 0.0000 dan lebih kecil dari taraf nyata sebesar 5%. Hal tersebut menandakan model EPS tidak memiliki residual yang menyebar normal dan memiliki masalah normalitas. Masalah normalitas dalam model EPS dapat terkoreksi karena penelitian ini menggunakan sampel 27 lebih besar dari 30 yaitu 45 perusahaan agribisnis, sehingga penelitian ini lolos uji normalitas. Terdapat 3 variabel independen dalam penelitian ini dan taraf nyata yang digunakan sebesar 5%, maka diperoleh du sebesar 1.6662 dan 4-du sebesar 2.3338. Nilai Durbin Watson pada Tabel 6 sebesar 2.0714 yang berada pada rentang du<DW<4-du, sehingga model EPS terbebas dari masalah autokorelasi. Uji asumsi klasik terakhir adalah heterokedastisitas. Dapat dilihat pada Tabel 6 nilai sum squared resid weighted statistic (5.51) lebih besar dari nilai sum squared resid unweighted statistic (2.65), sehingga model EPS dianggap terbebas dari masalah heterokedastisitas. Dengan demikian, model EPS telah memenuhi uji asumsi klasik. Hasil uji statistik model EPS pada Tabel 6 menunjukkan nilai probabilitas F-Statistik sebesar 0.0000 dan lebih kecil dari taraf nyata 5%. Hal tersebut berarti variabel independen dapat menjelaskan keragaman pada EPS. Nilai probabilitas T-statistik pada variabel DER dan SIZE lebih kecil dari taraf nyata 5% yang artinya variabel tersebut secara parsial berpengaruh terhadap EPS. Nilai Rsquared weighted statistics menunjukkan 97.92% EPS dapat dijelaskan oleh variabel independen yang terdapat di dalam model penelitian, sedangkan sisanya 2.08% dijelaskan oleh faktor lain di luar model penelitian. Berdasarkan hasil estimasi model fixed effect untuk model EPS pada Tabel 6, maka diperoleh nilai terbaik adalah sebagai berikut: EPS = - 7826.213 - 448.2543 LDTA - 15.6604 DER - 349.6978 SIZE - 0.3893 AR(1) Variabel struktur modal yang berpengaruh terhadap EPS adalah DER. Nilai koefisien DER sebesar -15.6604 yang berarti DER berpengaruh negatif terhadap EPS. Hal ini menandakan setiap kenaikan 1 satuan DER akan menurunkan EPS sebesar Rp15.6604. Nilai probabilitas DER sebesar 0.0006 kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian hipotesis diterima karena DER berpengaruh negatif dan signifikan terhadap EPS pada perusahaan agribisnis. Pengaruh negatif dan signifikan DER terhadap EPS mengindikasikan peningkatan DER akan menurunkan EPS perusahaan agribisnis, begitu pula sebaliknya. Hal tersebut terjadi karena ekuitas perusahaan agribisnis yang digunakan dalam penelitian ini merupakan ekuitas pada akhir periode, di mana ekuitas tersebut telah dipengaruhi oleh besarnya laba bersih atau kerugian perusahaan agribisnis di BEI pada tahun berjalan. Nilai rataan DER perusahaan agribisnis tahun 2010-2014 cenderung mengalami penurunan, kecuali pada tahun 2011. Berdasarkan laporan keuangan perusahaan agribisnis di BEI tahun 20102014, penurunan DER disebabkan oleh perubahan delta ekuitas lebih besar dari delta total utang yang menandakan terjadinya peningkatan laba bersih yang diperoleh perusahaan agribisnis. Peningkatan laba bersih perusahaan agribisnis di BEI berbading lurus dengan peningkatan EPS karena jumlah saham yang beredar pada sebagian besar perusahaan agribisnis tahun 2010-2014 relatif tetap. Peningkatan laba bersih tersebut juga akan mengakibatkan terjadinya penurunan pada rasio DER perusahaan agribisnis di BEI. Hasil penelitian ini sesuai dengan hasil penelitian Marobhe (2014). Variabel struktur modal lainnya yaitu LDTA tidak berpengaruh terhadap EPS. LDTA memiliki nilai koefisien sebesar -448.2543 dan nilai probabilitas 28 sebesar 0.1157 kurang dari taraf nyata 5%. Dengan demikian hipotesis ditolak karena LDTA berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap EPS. Walaupun hipotesis dalam penelitian ini ditolak, hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Khanam et al. (2014). Pengaruh negatif dan tidak signifikan LDTA terhadap EPS perusahaan agribisnis di BEI mengindikasikan penggunaan utang jangka panjang untuk membiayai aktiva pada perusahaan agribisnis di BEI tidak berpengaruh nyata terhadap tingkat pengembalian yang diperoleh pemegang saham perusahaan agribisnis. Secara keseluruhan, struktur modal berpengaruh negatif terhadap EPS pada perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Variabel kontrol yang digunakan dalam penelitian ini yaitu SIZE memiliki nilai koefisien sebesar 349.6987 dan nilai probabilitas 0.0070, sehingga SIZE berpengaruh positif dan signifikan terhadap EPS. Dalam pengujian struktur modal terhadap EPS, variabel AR(1) menunjukkan nilai probabilitas 0.0000 lebih kecil dari taraf nyata 5% yang berarti ada pengaruh waktu atau autokorelasi pada data. Analisis Efek Individu Efek individu 45 perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 20102014 terhadap ROA dapat dilihat pada Lampiran 14. Efek individu terbesar terhadap ROA diperoleh HM Sampoerna Tbk dengan nilai cross section effect sebesar 38.6599. Nilai efek individu yang besar menunjukkan bahwa ketika variabel lain bernilai nol atau tetap, HM Sampoerna Tbk memiliki ROA tertinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2014, di mana HM Sampoerna Tbk memiliki nilai rataan ROA tertinggi dibandingkan 44 perusahaan agribisnis lainnya yaitu sebesar 37.2306%. HM Sampoerna Tbk memiliki nilai rataan LDTA sebesar 0.0374, nilai rataan DAR sebesar 0.4953, dan nilai rataan DER sebesar 0.9839 pada tahun 2010-2014. HM Sampoerna Tbk lebih banyak memiliki ekuitas dalam bentuk laba yang ditahan dibandingkan utang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan selama tahun 2010-2014. Kemudian efek individu 45 perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 terhadap ROE dapat dilihat pada Lampiran 15. Efek individu terbesar terhadap ROE diperoleh Multi Bintang Indonesia Tbk dengan nilai cross section effect sebesar 90.7896. Nilai efek individu yang besar menunjukkan bahwa ketika variabel lain bernilai nol atau tetap, Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki ROE tertinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2014, di mana Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai rataan ROE tertinggi dibandingkan 44 perusahaan agribisnis lainnya yaitu sebesar 96.5113%. Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai rataan LDTA sebesar 0.0314, nilai rataan DAR sebesar 0.6125, dan nilai rataan DER sebesar 1.8082 pada tahun 2010-2014. Multi Bintang Indonesia Tbk lebih banyak memiliki ekuitas dalam bentuk laba yang ditahan dibandingkan utang jangka panjang dalam struktur modal perusahaan selama tahun 2010-2014. Selanjutnya efek individu 45 perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 terhadap EPS dapat dilihat pada Lampiran 16. Efek individu 29 terbesar terhadap EPS diperoleh Multi Bintang Indonesia Tbk dengan nilai cross section effect sebesar 66588.27. Nilai efek individu yang besar menunjukkan bahwa ketika variabel lain bernilai nol atau tetap, Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki EPS tertinggi. Hal tersebut dapat dibuktikan dengan melihat laporan keuangan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian selama tahun 2010-2014, di mana Multi Bintang Indonesia Tbk memiliki nilai rataan EPS tertinggi dibandingkan 44 perusahaan agribisnis lainnya yaitu sebesar Rp57860.4. Implikasi Manajerial Hasil penelitian menunjukkan bahwa struktur modal berpengaruh terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014. Manajer keuangan perusahaan agribisnis perlu mempertimbangkan penggunaan utang dalam struktur modal perusahaan. Semakin tinggi utang yang dipergunakan oleh perusahaan agribisnis dapat mengakibatkan peningkatan biaya financial distress maupun penurunan kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang diproyeksikan oleh penurunan ROA dan EPS. Semakin tinggi utang yang dipergunakan oleh perusahaan agribisnis di BEI juga dapat membatasi kemampuan manajer perusahaan agribisnis dalam mengambil keputusan keuangan dikarenakan semakin ketat perjanjian utang dengan pihak kreditur. Semakin ketat perjanjian utang antara perusahaan agribisnis dengan pihak kreditur dapat disebabkan oleh relatif tingginya risiko yang dihadapi perusahaan agribisnis. Namun, penggunaan utang juga dapat berdampak positif terhadap kinerja keuangan perusahaan. Penggunaan utang jangka panjang untuk membiayai aktiva perusahaan agribisnis dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan yang ditandai dengan pengaruh positif LDTA terhadap ROE. Hal tersebut dapat terjadi apabila jumlah penghematan pajak yang diperoleh atas penggunaan utang jangka panjang lebih besar dari biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan agribisnis. Dengan demikian, manajer perusahaan agribisnis perlu menetapkan keputusan struktur modal secara optimal di mana terdapat manfaat penghematan pajak atas penggunaan utang yang melebihi biaya financial distress. Peningkatan utang jangka panjang pada perusahaan agribisnis di BEI sebaiknya diiringi dengan peningkatan ekuitas perusahaan dalam bentuk laba yang ditahan karena prospek perusahaan yang baik akan meningkatkan harga saham perusahaan. Peningkatan ekuitas perusahaan agribisnis di BEI juga dapat meningkatkan kepercayaan kreditur terhadap perusahaan agribisnis dalam hal pelunasan utang. Perusahaan agribisnis di BEI dapat menggunakan utang jangka panjang untuk melakukan investasi pada aktiva tetap. Investasi pada aktiva tetap lebih efektif menggunakan utang karena membutuhkan rentang waktu yang relatif panjang untuk menghasilkan laba pada kegiatan investasi tersebut. Investasi pada aktiva tetap secara tidak langsung dapat meningkatkan aktiva lancar perusahaan agribisnis, sehingga kinerja keuangan perusahaan agribisnis dapat meningkat. Investasi pada aktiva tetap harus dioptimalkan dengan rencana strategis perusahaan agribisnis yang meningkatkan penjualan dengan mempertimbangkan prospek bisnis di masa yang akan datang. 30 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil pengolahan data sebanyak 45 perusahaan agribisnis yang terdaftar di BEI tahun 2010-2014 dengan menggunakan metode data panel dapat disimpulkan bahwa struktur modal berpengaruh negatif terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang diproyeksikan oleh ROA dan EPS. Selain itu, DER berpengaruh negatif terhadap ROE. Namun struktur modal dapat berpengaruh positif terhadap kinerja keuangan perusahaan agribisnis yang ditandai dengan pengaruh positif variabel LDTA terhadap ROE. Penggunaan utang jangka panjang untuk membiayai aktiva perusahaan agribisnis dapat meningkatkan ROE perusahaan. Penggunaan utang pada perusahaan agribisnis di BEI di mana biaya penggunaan utang lebih kecil dari manfaat penghematan pajak akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan agribisnis, begitu pula sebaliknya. Oleh karena itu, hasil penelitian ini sejalan dengan trade off theory. Efek individu terbesar pada perusahaan agribisnis di BEI berdasarkan ROA diperoleh HM Sampoerna Tbk, sedangkan efek individu terbesar pada perusahaan agribisnis di BEI berdasarkan ROE dan EPS diperoleh Multi Bintang Indonesia Tbk. Saran Perusahaan agribisnis di BEI dapat mempertimbangkan pendanaan melalui utang bagi struktur modal perusahaan karena utang dapat meningkatkan kinerja keuangan perusahaan namun tetap memperhitungkan struktur modal optimal. Selain itu, penelitian selanjutnya dapat menambahkan variabel struktur modal maupun variabel kinerja keuangan perusahaan. Variabel struktur modal yang dapat ditambahkan misalnya long term debt to equity dan long term debt to total capitalization. Variabel kinerja keuangan yang dapat ditambahkan misalnya price earning ratio dan market to book ratio. Penelitian selanjutnya juga dapat menguji pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan pada masingmasing subsektor agribisnis supaya memperoleh informasi yang lebih rinci mengenai pengaruh struktur modal terhadap kinerja keuangan perusahaan pada masing-masing subsektor agribisnis. DAFTAR PUSTAKA Ambarwati SDA. 2010. Manajemen Keuangan Lanjut. Yogyakarta (ID): Graha Ilmu. Ariefianto MD. 2012. Ekonometrika Esensi dan Aplikasi dengan Menggunakan EViews. Jakarta (ID): Erlangga. Cheng Y, Liu Y, Chien C. 2010. Capital Structure and Firm Value in China: A Panel Threshold Regression Analysis. African Journal of Business and Management 4(12): 2500-2507. 31 Fadhilah A. 2011. Pengaruh Struktur Modal Terhadap Kinerja Keuangan Perusahaan Studi Kasus Pada Perusahaan Sektor Pertambangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia 2005-2009 [Tesis]. Bogor (ID): Manajemen dan Bisnis Institut Pertanian Bogor. Firdaus M. 2011. Aplikasi Ekonometrika Untuk Data Panel dan Data Time Series. Bogor (ID): IPB Press. Gill A, Biger N, Mathur N. 2011. The Effect of Capital Structure on Profitability: Evidence from The United States. International Journal of Management 28(4): 3-15. Hasan MB, Ahsan AFMM, Rahaman MA, Alam MN. 2014. Influence of Capital Structure on Firm Performance: Evidence from Bangladesh. International Journal of Business and Management 9(5): 184-194. Javed T, Younas W, Imran M. 2014. Impact of Capital Structure on Firm Performance: Evidence from Pakistani Firms. International Journal of Academic Research in Economics and Management Sciences 3(5): 28-52. Kasmir. 2010. Pengantar Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): Kencana Prenada Media Group. Khan FN, Niazi GSK, Akram T. 2013. Impact of Capital Structure on Firm Financial Performance: A Case of The Pakistani Engineering Firms Listed on KSE. International Journal of Information, Businesss, and Management 5(2): 221-240. Khanam F, Nasreen S, Pirzada SS. 2014. Impact on Capital Structure on Firm’s Financial Performance: Evidence from Food Sector of Pakistan. Research Journal of Finance and Accounting 5(11): 93-105. Mardiyanto H. 2009. Inti Sari Manajemen Keuangan. Jakarta (ID): PT Grasindo. Juanda B, Junaidi. 2012. Ekonometrika Deret Waktu Teori dan Aplikasi. Bogor (ID): IPB Press. Marobhe MI. 2014. The Influenced of Capital Structure on The Performance of Manufacturing Companies: Empirical evidence from listed companies in East Africa. Research Journal of Finance and Accounting 5(4): 92-100. Moghaddam AG, Kashkoueyeh MA, Talezadeh M, Aala M, Ebrahimpour M, Tehranypour M. 2015. The Impact of Capital Structure on Corporate Performance. International Journal of Academic Research in Business and Social Sciences 5(3): 404-418. Ramadan ZS, Ramadan IZ. 2015. Capital Structure and Firm’s Performance of Jordanian Manufacturing Sector. International Journal of Economics and Finance 7(6): 279-284. Riaz S. 2015. Impact of Capital Structure on Firm’s Financial Performance: An Analysis of Chemical Sector of Pakistan. Journal of Poverty, Investment and Development 12(11): 85-93. Rouf MA. 2015. Capital Structure and Firm Performance of Listed Non-Financial Companies in Bangladesh. The International Journal of Applie Economics and Finance 9(1): 25-32. Saputra T, Acsani NA, dan Aggraeni L. 2015. The Effect of Capital Structure on Firm Performance: Empirical Evidence from the Indonesian Financial Industry. International Journal of Business and Management Invention 4(8): 57-66. Saragih B. 2010. Agribisnis Paragdima Baru Pembangunan Ekonomi Berbasis Pertanian. Bogor (ID): IPB Press. 32 Sholihah H, Hidayat SI, Yuliati N. 2014. Persepsi dan Sikap Nasabah dalam Memperoleh Kredit Usaha Agribisnis Pada Bank Konvensional dan Bank Syariah. Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian 7(1): 24-31. Sugiono A. 2009. Manajemen Keuangan untuk Praktisi Keuangan. Jakarta (ID): PT Grasindo. Tan SL, Hamid NINA. 2016. Capital Structure and Performance of Malaysia Plantation Sector. Journal of Advanced Research in Social and Behavioural Science 3(1): 34-45. Umar M, Tanveer Z, Aslam S, Sajid M. 2012. Impact of Capital Structure on Firms’ Financial Performance: Evidence of Pakistan. Research Journal of Finance and Accounting 3(9): 1-12. 33 Lampiran 1 Perusahaan Agribisnis yang Terdaftar di BEI Tahun 2010-2014 No 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. 20. 21. 22. 23. 24. 25. 26. 27. 28. 29. 30. 31. 32. 33. 34. 35. 36. 37. 38. 39. 40. 41. 42. 43. 44. 45. Nama Perusahaan Bumi Teknokultura Unggul Tbk. Charoen Pokphand Indonesia Tbk. JAPFA Comfeed Indonesia Tbk. Malindo Feedmill Tbk. Sierad Produce Tbk. Bisi International Tbk. Astra Agro Lestari Tbk. Bakrie Sumatera Plantations Tbk. Eagle High Plantation Tbk. Gozco Plantations Tbk. PP London Sumatra Indonesia Tbk. Sampoerna Agro Tbk. SMART Tbk. Tunas Baru Lampung Tbk. Central Proteina Prima Tbk. Dharma Samudera Fishing Industries Tbk. Inti Agri Resources Tbk. SLJ Global Tbk. Tirta Mahakam Resources Tbk. Indah Kiat Pulp & Paper Tbk. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk. Toba Pulp Lestari Tbk. Fajar Surya Wisesa Tbk. Kedawung Setia Industrial Tbk. Kertas Basuki Rachmat Indonesia Tbk Suparma Tbk. Delta Djakarta Tbk. Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Indofood Sukses Makmur Tbk. Mayora Indah Tbk. Multi Bintang Indonesia Tbk. Nippon Indosari Corpindo Tbk. Prasidha Aneka Niaga Tbk. Sekar Laut Tbk. Siantar Top Tbk. Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. Ultrajaya Milk Industry & Trading Co. Tbk. Wilmar Cahaya Indonesia Tbk. Bentoel Internasional Investama Tbk. Gudang Garam Tbk. HM Sampoerna Tbk. Gajah Tunggal Tbk. Multistrada Arah Sarana Tbk. Indo Kordsa Tbk. Goodyear Indonesia Tbk. Kode Perusahaan BTEK CPIN JPFA MAIN SIPD BISI AALI UNSP BWPT GZCO LSIP SGRO SMAR TBLA CPRO DSFI IIKP SULI TIRT INKP TKIM INRU FASW KDSI KBRI SPMA DLTA ICBP INDF MYOR MLBI ROTI PSDN SKLT STTP AISA ULTJ CEKA RMBA GGRM HMSP GJTL MASA BRAM GDYR 34 Lampiran 2 Hasil Uji Chow Model ROA Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square d.f. Prob. (44,177) 44 0.0000 0.0000 Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 9.029904 3 0.0289 8.632105 257.867778 Lampiran 3 Hasil Uji Hausman Model ROA Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random Lampiran 4 Hasil Uji Multikolinearitas Model ROA DAR 1.000000 0.231633 0.124002 DAR DER SIZE DER 0.231633 1.000000 0.028027 SIZE 0.124002 0.028027 1.000000 Lampiran 5 Hasil Uji Normalitas Model ROA 20 Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 225 16 12 8 4 0 -10 -5 0 5 10 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis -3.79e-16 0.768437 12.24398 -12.12578 6.087316 -0.184473 1.945533 Jarque-Bera Probability 11.70022 0.002880 35 Lampiran 6 Hasil Uji Chow Model ROE Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square d.f. Prob. (44,177) 44 0.0041 0.0003 Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 12.480272 3 0.0059 1.799053 83.170346 Lampiran 7 Hasil Uji Hausman Model ROE Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random Lampiran 8 Hasil Uji Multikolinearitas Model ROE LDTA 1.000000 0.018272 0.207732 LDTA DER SIZE DER 0.018272 1.000000 0.028027 SIZE 0.207732 0.028027 1.000000 Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas Model ROE 20 Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 225 16 12 8 4 0 -100 -80 -60 -40 -20 0 20 40 60 80 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 2.34e-15 1.884795 80.04734 -96.38546 33.75221 -0.229017 2.643682 Jarque-Bera Probability 3.157108 0.206273 36 Lampiran 10 Hasil Uji Chow Model EPS Redundant Fixed Effects Tests Equation: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Statistic Cross-section F Cross-section Chi-square d.f. Prob. (44,177) 44 0.0014 0.0001 Chi-Sq. Statistic Chi-Sq. d.f. Prob. 1.740911 3 0.6279 1.934456 88.343484 Lampiran 11 Hasil Uji Hausman Model EPS Correlated Random Effects - Hausman Test Equation: Untitled Test cross-section random effects Test Summary Cross-section random Lampiran 12 Hasil Uji Multikolinearitas Model EPS LDTA 1.000000 0.018272 0.207732 LDTA DER SIZE DER 0.018272 1.000000 0.028027 SIZE 0.207732 0.028027 1.000000 Lampiran 13 Hasil Uji Normalitas Model EPS 90 Series: Standardized Residuals Sample 2010 2014 Observations 225 80 70 60 50 40 30 Mean Median Maximum Minimum Std. Dev. Skewness Kurtosis 1.62e-13 -150.1430 24559.04 -21772.33 5463.738 0.354362 9.045700 Jarque-Bera Probability 347.3698 0.000000 20 10 0 -20000 -10000 0 10000 20000 37 Lampiran 14 Efek Individu Model ROA Kode Cross Perusahaan Section Effect BTEK -20.91697 CPIN 18.54177 JPFA 7.219281 MAIN 4.720996 SIPD -5.915325 BISI -4.154058 AALI 15.20878 UNSP -1.691046 BWPT 2.468995 GZCO -4.114558 LSIP 8.961318 SGRO 2.485032 SMAR 10.66457 TBLA 2.858420 CPRO -4.716344 Kode Cross Perusahaan Section Effect DSFI -11.46749 IIKP -23.80482 SULI -16.41699 TIRT -13.31030 INKP 8.496969 TKIM 5.383889 INRU -5.152501 FASW -1.606972 KDSI -7.889223 KBRI -27.93901 SPMA -7.094899 DLTA 10.98989 ICBP 10.63357 INDF 11.76371 MYOR 6.364909 Kode Cross Perusahaan Section Effect MLBI 23.84305 ROTI 0.928926 PSDN -11.35704 SKLT -13.50825 STTP -4.595426 AISA 0.083900 ULTJ -0.507581 CEKA -4.639383 RMBA -6.091428 GGRM 13.30905 38.65987 HMSP GJTL 5.332014 MASA -2.908828 BRAM -3.811757 GDYR -5.308720 Lampiran 15 Efek Individu Model ROE Kode Cross Perusahaan Section Effect BTEK -39.49905 CPIN 28.57934 JPFA 17.57574 MAIN 25.67074 SIPD -9.236172 BISI -7.967740 AALI 25.07961 UNSP -11.26232 BWPT -1.434517 GZCO -17.71736 LSIP 12.27593 SGRO 0.327067 SMAR 25.15057 TBLA 10.81674 CPRO -14.00331 Kode Cross Perusahaan Section Effect DSFI -17.31963 IIKP -35.80286 SULI -99.78742 TIRT -33.73795 INKP 13.02678 TKIM 8.116110 INRU -18.34975 FASW -4.237569 KDSI -10.81770 KBRI -42.73230 SPMA -22.84970 DLTA 9.717628 ICBP 20.05422 INDF 25.68511 MYOR 13.97127 Kode Cross Perusahaan Section Effect MLBI 90.78957 ROTI -4.700373 PSDN -16.51766 SKLT -26.35838 STTP -6.652431 AISA -0.533637 ULTJ -1.294599 CEKA -1.612497 RMBA 2.000013 GGRM 32.09762 HMSP 85.92832 GJTL 9.187860 MASA -3.998260 BRAM -7.142345 GDYR -0.484711 38 Lampiran 16 Efek Individu Model EPS Kode Cross Perusahaan Section Effect BTEK -1043.573 CPIN -2575.559 JPFA -2552.292 MAIN -1924.080 SIPD -2115.994 BISI -1992.964 AALI -2556.414 UNSP -2402.427 BWPT -2050.964 GZCO -2023.992 LSIP -2459.612 SGRO -793.4511 SMAR -2765.011 TBLA -2228.574 CPRO -1872.943 Kode Cross Perusahaan Section Effect DSFI -904.5255 IIKP -929.0939 SULI -1807.247 TIRT -1506.910 INKP -2868.202 TKIM -2485.109 INRU -2038.603 FASW -2222.543 KDSI -1564.328 KBRI -1730.003 SPMA -1815.030 DLTA 14242.53 ICBP -2410.517 INDF -2726.717 MYOR -1572.717 Kode Cross Perusahaan Section Effect MLBI 66588.27 ROTI -1695.243 PSDN -1593.731 SKLT -1280.145 STTP -1769.796 AISA -2129.025 ULTJ -2031.151 CEKA -1684.538 RMBA -2465.528 GGRM -755.7880 HMSP -307.0235 GJTL -2358.666 MASA -2357.811 BRAM -1802.816 GDYR -660.1398 39 RIWAYAT HIDUP Penulis bernama Diah Ayu Kusumaningsih, lahir pada tanggal 7 Agustus 1994 di Bogor, Jawa Barat dari pasangan Bapak Kosasih dan Ibu Ponikem. Penulis merupakan anak kedua dari tiga bersaudara. Penulis memulai pendidikan di Taman Kanak-Kanak Al Kautsar Bogor pada tahun 1998 hingga tahun 2000. Selanjutnya penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Dasar Negeri Batutulis 2 Bogor dan lulus pada tahun 2006. Kemudian penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Pertama Negeri 9 Bogor pada tahun 2006 hingga tahun 2009. Setelah itu, penulis melanjutkan pendidikan di Sekolah Menengah Atas Negeri 3 Bogor dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012 penulis diterima di Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Talenta Masuk (UTM). Selama menuntut ilmu di IPB, penulis sangat aktif dalam organisasi kemahasiswaan di lingkungan fakultas. Pada tahun 2013 penulis menjadi staff magang di Departemen Kajian Strategis dan Advokasi (Kastrad) Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Kabinet Prioritas dan terpilih sebagai staff magang terbaik organisasi tersebut. Kemudian pada tahun 2014, penulis mendapat amanah sebagai wakil sekretaris umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Kabinet Simfoni. Selanjutnya, penulis diamanahkan sebagai sekretaris umum Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Kabinet Cakrawala pada tahun 2015. Selain itu, penulis juga aktif dalam berbagai kepanitiaan yang diselenggarakan oleh LK FEM IPB seperti Pelantikan Bersama Pengurus LK dan LS FEM 2014, FEM Ambassador 2013, The 6th Politik Ceria, The 7th Politik Ceria, dan The 12th Economics Contest. Penulis juga mendapatkan beasiswa Peningkatan Prestasi Akademik (PPA) pada tahun 2013 hingga lulus.