HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN LAMA PERSALINAN DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD UNGARAN TAHUN 2016 ARTIKEL Disusun oleh: NURSITA ISTIQOMAH 030216A122 PROGRAM STUDI DIPLOMA IV BIDAN PENDIDIK FAKULTAS ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS NGUDI WALUYO 2017 HUBUNGAN BERAT BADAN BAYI BARU LAHIR DAN LAMA PERSALINAN DENGAN DERAJAT RUPTUR PERINEUM PADA IBU PRIMIPARA DI RSUD UNGARAN TAHUN 2016 Nursita Istiqomah1, Hapsari Windayanti2, Umi Aniroh3 Program Studi DIV Kebidanan1, Program Studi DIV Kebidanan2, Program Studi Keperawatan3, Fakultas Ilmu Kesehatan, Universitas Ngudi Waluyo E-mail: [email protected] ABSTRAK Latar belakang: Perdarahan postpartum menjadi penyebab utama kematian ibu di Indonesia. Studi pendahuluan di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran menunjukkan bahwa dalam data rekam medis bulan November tahun 2016 terdapat 94 persalinan spontan, 73 orang diantaranya mengalami ruptur perineum yaitu 38 (52,05%) orang adalah primipara. Luka jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri. Derajat ruptur perineum semakin besar bila besar bila berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula. Lama persalinan juga dapat mempengaruhi ruptur perineum, hal ini terjadi dikarenakan lama persalinan yang terlalu cepat atau terlalu lama. Tujuan penelitian ini adalah mengetahui Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016. Metode: Desain penelitian cross sectional. Sampel adalah seluruh ibu bersalin spontan primipara yang sesuai dengan kriterian sampel penelitian di RSUD Ungaran tahun 2016 yaitu 226. Tekhnik sampel purposive sampling. Analisis data menggunakan uji chi square. Penelitian dilaksanakan pada tgl 16-23 Juni 2017 Hasil: Hasil Penelitian menunjukkan bahwa diperoleh nilai chi square p = 0,001. Sehingga dapat diketahui bahwa Ho ditolak dan Ha diterima. Kesimpulan: Terdapat hubungan berat badan bayi baru lahir dan lama persalinan dengan derajat ruptur perineum pada ibu primipara di RSUD Ungaran tahun 2016. Hendaknya peneliti lain dapat meneliti menggunakan data primer sehingga dapat mengobservasi secara langsung kesiapan penolong dengan melihat usia kehamilan dan usia ibu ketika bersalin. Kata Kunci : Berat Badan Bayi Baru Lahir, Lama Persalinan, Derajat Ruptur Perineum, Primipara Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 1 THE CORRELATION BETWEEN NEWBORN WEIGHT AND LABOR DURATION WITH THE DEGREE PERINEAL RUPTURE OF PRIMIPAROUS MOTHERS AT UNGARAN HOSPITAL IN 2016. ABSTRACT Background: Postpartum haemorrhage is the leading cause of maternal mortality in Indonesia. A preliminary study at the General Hospital of Ungaran showed that in November 2016 based on medical record data there were 94 spontaneous childbirths, 73 of who had perineum rupture, 38 (52.05%) of were primiparas. Birth injury is the second cause of bleeding after uterine atony. The degree of perineal rupture is greater when large if the newborn's weight is too heavy. Length of labor may also affect the perineal rupture, due to fast labor or too long. The Objectiv is know the correlation between Newborn Weight and labor duration with the Degree Perineal Rupture of Primiparous Mothersat Ungaran Hospital in 2016. Method: Used cross sectional study design. Samples are all primiparous spontaneous maternal mothers in accordance with the criteria of research samples at Ungaran Hospital year 2016 which was 226. Technique used purposive sampling. Analysis used chi square test. Results: The results got chi square values p = 0,001. So it cond be seen that Ho was rejected and Ha was accepted. Conclusion: There is relationship between newborn and old birth weight with degree of perineal rupture in primiparous mother at Ungaran hospital year 2016 Keywords: Newborn Baby Weight, Long Birth, Perinel Rupture Degree, Primipara PENDAHULUAN Latar Belakang Angka Kematian Ibu di Indonesia sampai saat ini masih cukup tinggi, menurut hasil Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Tahun 2012 menunjukkan bahwa AKI adalah 359 kematian per 100.000 kelahiran hidup dan AKB sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2014). Angka kematian ibu Provinsi Jawa Tengah Tahun 2014 berdasarkan laporan dari kabupaten/kota sebesar 126,55/100.000 kelahiran hidup, mengalami peningkatan bila dibandingkan dengan AKI pada Tahun 2013 sebesar 118,62/100.000 kelahiran hidup (Profil Kesehatan Indonesia, 2015). Pada Tahun 2014, Angka Kematian Ibu di Kabupaten Semarang mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Bila di Tahun 2013 AKI sebesar 120,22 per 100.000 KH (17 kasus), di Tahun 2014 menjadi 144,31 per 100.000 KH (20 kasus). Ada beberapa faktor yang menyebabkan meningkatnya AKI di Kabupaten Semarang Tahun 2014, antara lain adalah terjadinya perdarahan serta meningkatnya penyakit penyerta dalam kehamilan (Profil Kesehatan Kabupaten Semarang, 2014). Dalam persalinan tak jarang terjadi kegawatan yang mengakibatkan kematian jika tidak ditangani dengan tepat dan cepat, seperti perdarahan yang merupakan masalah yang paling dikenal sebagai tiga penyebab klasik kematian Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 2 ibu disamping infeksi dan preeklamsi. Perdarahan pasca persalinan merupakan perdarahan yang masih berasal dari tempat implantasi plasenta, robekan pada jalan lahir, dan jaringan sekitarnya (Prawirohardjo, 2010). Menurut Mochtar (2011) salah satu penyebab terjadinya perdarahan postpartum adalah laserasi jalan lahir yaitu mencapai 4%-5% pada setiap kejadian perdarahan postpartum. Perdarahan postpartum menjadi penyebab kematian ibu. Luka jalan lahir merupakan penyebab kedua perdarahan setelah atonia uteri yang terjadi pada hampir persalinan pertama. Pada seorang primipara ketika terjadi peristiwa "kepala keluar pintu" kemungkinan kurang elastis pada daerah perineum sehingga robek pada pinggir depannya. Luka biasanya ringan tetapi kadang terjadi juga luka yang luas dan berbahaya yang akan menimbulkan perdarahan banyak (Wiknjosastro, 2009). Ruptur perineum merupakan robekan yang terjadi sewaktu persalinan dan disebabkan oleh beberapa faktor antara lain posisi persalinan, cara meneran, pimpinan persalinan, berat badan bayi baru lahir, dan keadaan perineum. Bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir lebih dari 4000 gram akan meningkatkan resiko proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang bayi lahir dengan trauma leher, bahu dan syarafnya. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin (Enggar, 2010). Berdasarkan hasil penelitian Yuwida Enggar di RB Harapan Bunda Surakarta pada Tahun 2010 tentang Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda Surakarta, menunjukkan bahwa adanya Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum Pada Persalinan Normal. Hornemann dkk, (2008) menyatakan bahwa berat badan lahir secara signifikan berhubungan dengan ruptur perineum dan merupakan salah satu dari faktor resiko terjadinya ruptur perineum. Selain berat badan lahir, Horneman dkk juga menyebutkan usia maternal, tindakan episiotomi merupakan kontributor yang signifikan terhadap ruptur perineum pada primipara. Sedangkan dalam penelitian Rathfish dkk, (2011) menyebutkan terdapat hubungan yang signifikan terhadap ruptur perineum yaitu peningkatan usia rata-rata dari wanita saat persalinan, penggunaan fundal pressure, pemanjangan waktu kala dua, tindakan episiotomi, penggunaan oxytocin dan dolatin, serta tim kesehatan (obstetrician dan para bidan) yang membantu persalinan. Penelitian Groutz dkk, (2011) juga mendukung bahwa berat badan bayi lahir lebih, primipara, usia maternal yang lebih muda, durasi kala dua persalinan yang memanjang, etnik Asia, dan persalinan yang dibantu vacum secara signifikan lebih sering terjadi pada wanita yang mengalami ruptur derajat 3 dan ruptur derajat 4 dibandingkan wanita yang tidak mengalami ruptur. Ruptur perineum sering terjadi pada seorang primipara yakni memiliki risiko lebih besar untuk mengalami ruptur perineum daripada ibu dengan paritas lebih dari satu. Hal ini dikarenakan karena jalan lahir yang belum pernah dilalui oleh kepala bayi sehingga otot-otot perineum belum meregang (Wiknjosastro, 2009). Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 3 Menurut Waspodo (2008) salah satu faktor yang menyebabkan kejadian ruptur perineum pada persalinan adalah berat badan bayi baru lahir. Demikian pula Mochtar (2011) menyatakan bahwa derajat ruptur perineum semakin besar bila besar bila berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor maternal dan janin (Cunningham, 2011). Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan bokong dan lain-lain. Berat badan lahir yang lebih dari 4000 gram dapat meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum hal ini disebabkan oleh karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar (Wiknjosastro, 2009). Selain itu lama persalinan juga dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum, hal ini terjadi dikarenakan lama persalinan yang terlalu cepat atau terlalu lama. Menurut Oxorn (2010), lama persalinan mempengaruhi ruptur perineum. Persalinan yang terlalu cepat menyebabkan ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala janin terjadi defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar kemungkinan ruptur perineum. Robekan spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian robekan akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali (Depkes RI, 2008). Hasil studi pendahuluan yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Daerah Ungaran menunjukkan bahwa dalam data rekam medis bulan November tahun 2016 terdapat 94 persalinan spontan 73 orang diantaranya mengalami ruptur perineum yaitu 38 (52,05%) orang adalah primipara dan 24 (32,87%) orang adalah multipara serta 11 (15,06%) orang adalah grandemultipara. Dari 38 orang primipara tersebut 3 (7,89%) orang diantaranya mengalami ruptur perineum derajat 1 dan 15 orang (39,47%) mengalami rupur derajat 2, serta 18 orang (47,37%) mengalami ruptur perineum derajat 3 serta 2 orang (5,26%) diantaranya mengalami ruptur derajat 4. Berdasarkan data tersebut penulis tertarik untuk melakukan penelitian tentang “Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan derajat Ruptur Perineum pada Persalinan Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016” Tujuan Penelitian 1. Tujuan Umum Mengetahui Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 2. Tujuan Khusus Adapun tujuan khusus dalam penelitian ini adalah: a. Mengetahui gambaran berat badan bayi baru lahir pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 b. Mengetahui gambaran lama persalinan pada ibu primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 c. Mengetahui gambaran derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 d. Mengetahui hubungan antara berat badan bayi baru lahir dengan derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 4 e. Mengetahui hubungan antara lama persalinan dengan derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 METODE PENELITIAN Berdasarkan permasalahan dan tujuan maka penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dan bersifat analitik. Desain penelitian menggunakan cross sectional dengan pendekatan retrospective. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh ibu bersalin spontan primipara di RSUD Ungaran periode 1 Januari 2016 – 31 Desember 2016, yaitu berjumlah : 328 orang. Dalam menentukan jumlah sampel menggunakan teknik Purposive Sampling. Kriteria yang digunakan untuk menentukan sampel adalah ibu bersalin primipara, ibu dengan persalinan spontan presentasi kepala, ibu dengan persalinan spontan dengan ruptur perineum, ibu yang mempunyai data rekam medik lengkap sehingga didapatkan hasil 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada Tahun 2016. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari rekam medik di RSUD Ungaran Kabupaten Semarang pada Tahun 2016. Pelaksanaan penelitian pada tgl 16-23 Juni 2017. Analisis yang digunakan yaitu univariat dan bivariat. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat 1. Berat Badan Bayi Baru Lahir Tabel 1 Distribusi Frekuensi Berat Badan Bayi Baru Lahir pada Ibu Primipara BB Bayi Lahir BBLR BBLN BBLL Total Frekuensi 1 167 58 226 Persentase (%) 0,4 73,9 25,7 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 sebagian besar ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal yaitu sebanyak 167 orang responden (73,9%), dan paling sedikit ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 1 (0,4%). 2. Lama Persalinan Tabel 2 Distribusi Frekuensi Lama Persalinan pada Ibu Primipara Lama Persalinan Normal Tidak Normal Total Frekuensi 163 63 226 Persentase (%) 72,1 27,9 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 sebagian besar melahirkan dengan lama persalinan normal yaitu sebanyak 163 orang (72,1%) dan sebanyak 63 orang (27,9%) ibu bersalin primipara dengan lama persalinan tidak normal. 3. Derajat Ruptur Perineum Tabel 3 Distribusi Frekuensi Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara Derajat Ruptur Perineum Derajat 1 Derajat 2 Derajat 3 Derajat 4 Total Frekuensi Persentase (%) 88 83 47 8 226 38,9 36,7 20,8 3,5 100 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 sebagian besar mengalami ruptur perineum derajat 1 saat persalinan yaitu sebanyak 88 orang (38,9%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 8 orang (3,5%). Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 5 Analisis Bivariat 1. Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara Tabel 4 Hubungan antara Berat Badan Bayi Baru Lahir dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara Berat badan Bayi Baru Lahir Derajat Ruptur Perineum Derajat 3 Derajat 4 0 0 (0,0%) (0,0%) BBLR Derajat 1 1 (0,4%) Derajat 2 0 (0,0%) Total 1 0,4% BBLN 87 (38,5%) 60 (26,5%) 18 (8%) 2 (0,9%) 167 (73,9%) BBLL 0 (0,0%) 23 (10,2%) 29 (12,8%) 6 (2,7%) 58 (25,7%) 88 (38,9%) 83 (36,7%) 47 (20,8%) 8 (3,5%) 226 (100%) P Value 0,001 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu hanya 1 orang dan tidak ada yang mengalami ruptur perineum derajat 2, 3 dan 4. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu sebanyak 87 orang (38,5%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 2 orang (0,9%). Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 3 yaitu sebanyak 29 orang (12,8%) dan tidak ada yang mengalami ruptur perineum derajat 1. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa nilai pvalue 0,001 dengan demikian nilai p-value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan derajat ruptur perineum 2. Hubungan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum Tabel 5 Hubungan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum Lama Persalinan Normal Tidak Normal Derajat Ruptur Perineum Derajat 3 Derajat 4 26 2 11,5% 0,9% Derajat 1 69 (30,5%) Derajat 2 66 (29,2%) Total 163 72,1% 19 (8,4%) 17 (7,5%) 21 (9,3%) 6 (2,7%) 63 (27,9%) 88 (38,9%) 83 (36,7%) 47 (20,8%) 8 (3,5%) 226 (100%) P Value 0,001 Tabel diatas menunjukkan bahwa dari 226 ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 ibu yang melahirkan dengan lama persalinan normal paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu 69 orang (30,5%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 2 orang (0,9%). Sedangkan ibu yang melahirkan dengan lama persalinan tidak normal paling banyak Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 6 mengalami ruptur perineum derajat 3 yaitu sebanyak 21 orang (9,3%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 6 orang (2,7%). Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa nilai pvalue 0,001 dengan demikian nilai p-value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara lama persalinan dengan derajat ruptur perineum. PEMBAHASAN 1. Berat Badan Bayi Baru Lahir Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal yaitu sebanyak 167 orang (73,9%) dan paling sedikit ibu melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah yaitu 1 orang (0,4%). Penyebab terjadinya ruptur perineum dapat dilihat dari dua faktor yaitu faktor maternal dan janin. Faktor janin yang menjadi penyebab terjadinya ruptur perineum adalah berat badan lahir, posisi kepala yang abnormal, distosia bahu, kelainan bokong (Cunningham, 2011). Dilihat dari data rekam medik salah satu penyebab berat badan lahir rendah adalah usia ibu saat bersalin. Dimana orang tersebut berusia 15 tahun dan memiliki berat badan bayi lahir rendah yaitu 2400 gram. Menurut Prawirohardjo (2010) berat badan lahir rendah yaitu bayi baru lahir yang berat badannya saat lahir <2500 gram. Wiknjosastro (2009) menyatakan usia reproduksi sehat adalah usia 20 – 35 tahun. Pada masa ini adalah kurun waktu yang optimal bagi seorang wanita untuk hamil karena organ reproduksi wanita pada saat ini sudah siap dan matang, demikian juga dengan psikologis ibu. Kesiapan itulah pertumbuhan dan perkembangan bayi di dalam rahim ibu bisa tumbuh secara optimal. Sedangkan untuk ibu yang berusia kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun beresiko untuk melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah. Menurut Manuaba (2008) menyatakan bahwa kriteria berat badan lahir normal yaitu 2500-4000 gram. Bayi dikatakan lahir dengan berat bayi lahir rendah jika berat bayi lahir <2500 gram, dan jika berat bayi lahir >4000 gram dikatakan berat bayi lahir lebih. Bayi dengan berat badan lahir lebih merupakan salah satu penyebab terjadinya ruptur perineum. Demikian pula Waspodo (2008) yang menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kejadian ruptur perineum pada persalinan adalah berat badan bayi baru lahir. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Oxorn (2010) juga mengungkapkan bahwa semakin besar bayi yang dilahirkan meningkatkan risiko terjadinya ruptur perineum. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu oleh Reni Dwi Astuti (2011) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu bersalin di Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 7 Puskesmas Wanadadi I Kabupaten Banjarnegara tahun 2011 melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Fitria Anggaeni (2013) yang menyatakan bahwa persalinan normal ibu primipara di RB Lilik sebagian besar (72%) melahirkan dengan berat badan normal 25004000 gram. Selain itu, penelitian ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan Yudit (2012) yang berjudul Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum Pada Primipara di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado yang menyatakan bahwa paling banyak bayi lahir dengan berat badan berada dalam kelompok 2500 - 4000 gram yaitu 716 bayi (88,6 %) dan paling sedikit pada kelompok bayi yang lahir dengan kelompok berat badan <2500 gram yaitu 5 bayi (11,4 %). Pada penelitian Enggar (2010) menyebutkan bahwa bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan lahir lebih dari 4000 gram akan meningkatkan risiko proses persalinan yaitu kemungkinan terjadi bahu bayi tersangkut, bayi akan lahir dengan gangguan nafas dan kadang bayi lahir dengan trauma leher, bahu dan syarafnya. Hal ini terjadi karena berat bayi yang besar sehingga sulit melewati panggul dan menyebabkan terjadinya ruptur perineum pada ibu bersalin. 2. Lama Persalinan Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin primipara melahirkan dengan lama persalinan normal yaitu sebanyak 163 orang (72,1%) dan sebanyak 63 orang (27,9%) ibu bersalin primipara dengan lama persalinan tidak normal. Menurut Mochtar (2011) yang membatasi persalinan yaitu diawali dengan saat pasien mengalami his persalinan yang menuju ke arah kelahiran bayi dan berakhir dengan kelahiran plasenta. Persalinan yang berlangsung lama dapat menimbulkan komplikasi baik terhadap ibu maupun terhadap anak, dan akan meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Menurut Oxorn (2010) lama persalinan merupakan faktor maternal yang mempengaruhi kejadian ruptur perineum. Lama kala II pada primi maksimal 2 jam, dikatakan kala II lama jika persalinan kala II terjadi lebih dari 2 jam (Mochtar, 2011). Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu oleh Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani (2010) yang menyatakan bahwa sebagian besar ibu yang bersalin di BPS Ny. Ida Farida Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010 bersalin dengan lama persalinan normal. 3. Derajat Ruptur Perineum Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar ibu bersalin mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu sebanyak 88 orang (38,9%), sedangkan paling sedikit ibu bersalin dengan ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 8 orang (3,5%). Robekan perineum terjadi pada hampir semua persalinan pertama dan tidak jarang juga pada persalinan berikutnya. Robekan ini dapat dihindarkan atau dikurangi dengan menjaga jangan sampai dasar panggul dilalui oleh kepala Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 8 janin dengan terlalu cepat. Sebaliknya kepala janin yang akan lahir jangan di tahan terlampau kuat dan lama, karena akan menyebabkan asfiksia dan perdarahan dalam tengkorak janin, dan melemahkan otot-otot dan fasia pada dasar panggul karena direnggangkan terlalu lama (Surjaningrat, 2010). Dari 8 orang yang mengalami ruptur perineum derajat 4, 2 orang diantaranya mereka memiliki berat badan lahir normal dan 6 orang memiliki berat badan lahir lebih. Kedua orang yang memiliki berat badan normal masing masing memiliki berat badan 3950 gram dan 3800 gram dan memiliki lama persalinan lebih dari 2 jam serta memiliki usia kurang dari 20 tahun. Umur dianggap penting karena ikut menentukan prognosis dalam persalinan, karena dapat mengakibatkan kesakitan (komplikasi) baik pada ibu maupun janin. Umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun. Pada umur kurang dari 20 tahun, organ-organ reproduksi belum berfungsi dengan sempurna sehingga bila terjadi kehamilan dan persalinan akan lebih mudah mengalami komplikasi. Selain itu, kekuatan otot-otot perineum dan otot-otot perut belum bekerja secara optimal (Prawirohardjo, 2010). Sedangkan 6 orang yang memiliki berat badan lebih, 2 orang diantaranya memiliki lama persalinan normal dan 4 orang diantaranya memiliki lama persalinan tidak normal. 2 orang yang memiliki lama persalinan normal memiliki usia 36 tahun dan 38 tahun. Dimana umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun. Pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Prawirohardjo, 2010). Robekan perineum dapat menyebabkan perdarahan, dimana robekan perineum terjadi pada kelahiran dengan berat badan bayi yang besar. Hal ini terjadi karena semakin besar berat badan bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum karena perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan bayi yang besar, sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan bayi lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum (Varney, 2008). Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian Ulfah Sofiyati (2009), yang menunjukkan bahwa mayoritas ibu bersalin mengalami robekan perineum dengan derajat I sebanyak 55 %. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang di lakukan oleh Asmawahyunita (2013) yang menyatakan bahwa mayoritas ibu bersalin primipara di RSUD Sunan Kalijaga Demak mengalami laserasi jalan lahir derajat 1 yaitu sebanyak 130 ibu bersalin (37,1%). 4. Hubungan berat badan bayi baru lahir dengan derajat ruptur perineum. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir rendah paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu hanya 1 orang dan tidak ada yang mengalami ruptur perineum derajat Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 9 2, 3 dan 4. Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu sebanyak 87 orang (38,5%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 2 orang (0,9%). Ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan lahir lebih paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 3 yaitu sebanyak 29 orang (12,8%) dan tidak ada yang mengalami ruptur perineum derajat 1. Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p-value 0,001 dengan demikian nilai p-value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran tahun 2016. Menurut Waspodo (2008) menyatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan kejadian ruptur perineum pada persalinan adalah berat badan bayi baru lahir. Demikian pula Mochtar (2011) yang menyatakan bahwa derajat ruptur perineum semakin besar bila besar bila berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Selain itu menurut Mochtar (2011) pimpinan persalinan yang salah merupakan salah satu sebab terjadinya ruptur perineum. Menurut Depkes RI (2008) kerjasama dengan ibu dan penggunaan perasat manual yang tepat dapat mengatur kecepatan kelahiran bayi dan mencegah terjadinya laserasi. Pengendalian kecepatan dan pengaturan diameter kepala saat melalui introitus dan perineum dapat mengurangi kemungkinan terjadinya robekan. Bimbing ibu untuk meneran dan beristirahat atau bernafas dengan cepat pada waktunya. Saat kepala membuka vulva 5-6 cm, letakkan kain yang bersih dan kering dilipat 1/3 nya di bawah bokong ibu dan siapkan kain atau handuk bersih di atas perut ibu (untuk mengeringkan bayi segera setelah lahir). Lindungi perineum dengan satu tangan (dibawah kain bersih dan kering), ibu jari pada salah satu sisi perineum dan 4 jari tangan pada sisi yang lain pada belakang kepala bayi. Tahan belakang kepala bayi agar posisi kepala tetap fleksi pada saat keluar secara bertahap melewati introitus dan perineum. Melindungi perineum dan mengendalikan keluarnya kepala bayi secara bertahap dan hati-hati dapat mengurangi regangan berlebihan (robekan) pada vagina dan perineum. Berat badan janin dapat mengakibatkan terjadinya ruptur perineum, karena risiko trauma partus melalui vagina seperti distosia bahu dan kerusakan jaringan lunak pada ibu. Perkiraan berat janin tergantung pada pemeriksaan klinik atau ultrasonografi dokter atau bidan. Pada masa kehamilan, hendaknya Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 10 terlebih dahulu mengukur tafsiran beran badan janin (Nasution, 2011). Penelitian ini menunjukkan ibu melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir lebih, sebagian besar mengalami robekan perineum derajat III. Hasil penelitian ini menunjukkan keterkaitan antara derajat ruptur perineum dengan berat badan bayi baru lahir. Ibu dengan berat badan bayi lahir lebih dari 4000 gram mengalami ruptur perineum dengan derajat yang lebih tinggi dibandingkan dengan ibu yang melahirkan bayi dengan berat badan bayi lahir kurang dari 4000 gram. Hal ini sesuai dengan pendapat Varney (2008) yang menyatakan bahwa ruptur perineum disebabkan oleh berat badan bayi baru lahir yang terlalu besar atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Hornemann dkk, (2008) yang menyatakan bahwa berat badan lahir secara signifikan berhubungan dengan ruptur perineum dan merupakan salah satu dari faktor resiko terjadinya ruptur perineum. Selain berat badan lahir, Horneman juga menyebutkan bahwa usia maternal merupakan kontributor yang signifikan terhadap kejadian ruptur perineum pada primipara. Penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Charlotte dkk, (2011) yang menyatakan bahwa faktor yang berhubungan dengan derajat ruptur perineum adalah tingkat kematangan organ reproduksi, posisi persalinan, usia ibu yang melebihi 35 tahun, serta berat lahir bayi lebih dari 4000 gram. 5. Hubungan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum Hasil penelitan menunjukkan bahwa ibu yang melahirkan dengan lama persalinan normal paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 1 yaitu 69 orang (30,5%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 2 orang (0,9%). Sedangkan ibu yang melahirkan dengan lama persalinan tidak normal paling banyak mengalami ruptur perineum derajat 3 yaitu sebanyak 21 orang (9,3%) dan paling sedikit mengalami ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 6 orang (2,7%). Menurut Oxorn (2010), lama persalinan mempengaruhi ruptur perineum, lama persalinan dapat mempengaruhi terjadinya ruptur perineum, hal ini terjadi dikarenakan lama persalinan yang terlalu cepat atau terlalu lama. Persalinan yang terlalu cepat menyebabkan ibu mengejan kuat tidak terkontrol, kepala janin terjadi defleksi terlalu cepat. Keadaan ini akan memperbesar kemungkinan ruptur perineum. Robekan spontan pada vagina atau perineum dapat terjadi saat kepala dan bahu dilahirkan. Kejadian robekan akan meningkat jika bayi dilahirkan terlalu cepat dan tidak terkendali (Depkes RI, 2008). Partus lama dapat menimbulkan bahaya baik bagi ibu ataupun janin, beratnya cidera makin meningkat dengan semakin lamanya proses persalinan seperti meningkatnya insidensi atonia uteri, laserasi, perdarahan, infeksi dan lain-lain yang merupakan penyebab utama kematian ibu (Oxorn, 2010). Dari hasil penelitian terdapat ibu yang melahirkan dengan lama persalinan normal tetapi mengalami Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 11 ruptur perineum derajat 4 yaitu sebanyak 2 orang. Setelah dianalisis kedua ibu tersebut memliki berat badan bayi lahir lebih yaitu 4100 gram dan 4250 gram. Menurut Mochtar (2011) menyatakan bahwa derajat ruptur perineum semakin besar bila besar bila berat badan bayi baru lahir terlalu besar pula atau berat badan bayi baru lahir lebih 4000 gram. Hal ini terjadi karena semakin besar bayi yang dilahirkan akan meningkatkan resiko terjadinya ruptur perineum dikarenakan berat badan lahir yang besar berhubungan dengan besarnya janin yang dapat mengakibatkan perineum tidak cukup kuat menahan regangan kepala bayi dengan berat badan lahir yang besar sehingga pada proses kelahiran bayi dengan berat badan lahir yang besar sering terjadi ruptur perineum. Setelah dianalisis kembali ternyata kedua ibu tersebut juga memiliki usia 36 tahun dan 38 tahun. Dimana umur reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara 20-35 tahun. Pada usia > 35 tahun fungsi reproduksi seorang wanita sudah mengalami penurunan dibandingkan fungsi reproduksi normal sehingga kemungkinan untuk terjadinya komplikasi pasca persalinan terutama perdarahan akan lebih besar (Prawirohardjo, 2010). Hasil uji statistik menggunakan uji chi square menunjukkan bahwa nilai p-value 0,001 dengan demikian nilai p-value < 0,05 maka dinyatakan terdapat hubungan yang signifikan antara lama persalinan dengan derajat ruptur perineum. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa hasil penelitian yang telah dilakukan sejalan dengan penelitian yang dilakukan peneliti terdahulu yaitu oleh Saras Ayu Mustika dan Evi Sri Suryani (2011) yang menyatakan bahwa terdapat hubungan antara lama persalinan dengan kejadian ruptur perineum. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Groutz dkk, (2011) yang menyatakan bahwa berat badan bayi lahir lebih, primipara, usia maternal yang lebih muda, durasi lama kala dua persalinan yang memanjang secara signifikan berhubungan dengan ruptur perineum. KESIMPULAN Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan dapat diambil kesimpulan bahwa : 1. Ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran tahun 2016 sebagian besar melahirkan bayi dengan berat badan lahir normal yaitu sebanyak 167 orang responden (73,9%) 2. Ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran tahun 2016 sebagian besar melahirkan dengan lama persalinan normal yaitu sebanyak 163 orang responden (72,1%) 3. Ibu bersalin primipara di RSUD Ungaran tahun 2016 sebagian besar mengalami ruptur perineum derajat I yaitu sebanyak 88 orang responden (38,9%) 4. Ada hubungan yang signifikan antara berat badan bayi baru lahir dengan derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran tahun 2016. 5. Ada hubungan yang signifikan antara lama persalinan dengan derajat ruptur perineum pada persalinan ibu primipara di RSUD Ungaran tahun 2016. Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 12 SARAN Hendaknya peneliti lain dapat melakukan penelitian dengan data primer sehingga dapat mengobservasi secara langsung kesiapan penolong persalinan dengan melihat usia kehamilan, kenaikan berat badan ketika hamil serta usia ibu ketika bersalin Dahlan, M. S. 2011. Statistik Untuk Kedokteran dan Kesehatan. Jakarta : Salemba Medika DAFTAR PUSTAKA Anggraini, F. 2013. Hubungan Berat Bayi dengan Robekan Perineum pada Persalinan Fisiologis di RB Lilik Sidoarjo. Sidoarjo : Jurnal Kebidanan Enggar ,Y. 2010. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Kejadian Ruptur Perineum pada Persalinan Normal di RB Harapan Bunda di Surakarta. Surakarta : Jurnal kesehatan Arikunto, Suharsimi. 2014. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta : Rhineka Cipta Groutz, et al. 2011. Risk factors for sever perineal injury during childbirth: a case-control study of 60 consecutive case. The association of Coloproctology of great britain and ireland Asmawahyunita. 2014. Hubungan Berat Badan Bayi Lahir dengan Derajat Laserasi Jalan Lahir pada Ibu Primipara di RSUD Sunan Kalijaga. Demak : Jurnal Kebidanan Aswin. 2009. Karakteristik kasus fistula urogenital di departemen obstetric dan ginekologi Medan tahun 2009. http://repository.usu.ac.id/ bitstream/ 123456789/6449 /1/Aswin1.pdf Diakses tanggal 22 Desember 2016 Boyle, Maureen. 2008. Kedaruratan dalam Persalinan : Buku Saku Bidan. Jakarta : EGC Charlotte, et all. 2011.Third and Fourth Degree Perineal Tears. Scandinavica. Acta Obstetricia et Gynecologica Cunningham, F Garry dkk. 2011. Obstetri Williams Edisi 21. Jakarta : EGC Depkes RI. 2015. Profil Kesehatan Indonesia 2015. Jakarta : Departemen Kesehatan Dinas Kesehatan Kabupaten Semarang. 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Semarang. Hidayat, A. A. 2010. Metode Penelitian Kebidanan Teknik Analisa Data. Jakarta : Salemba Medika Hornemann A, et al. 2008. Advanced age is a risk factor for higher grade perineal lacerations during delivery in nulliparous women. Arch Gynecol Obstet. JNPK-KR. 2008. Pelatihan Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : Depkes RI Mansjoer, A. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius Manuaba, I.B. 2008. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan Keluarga Berencana Untuk Pendidikan Bidan. Jakarta : EGC Mochtar, R. 2011. Sinopsis Obstetri Jilid 1 Edisi 3. Jakarta : EGC Mustika. 2010. Hubungan Umur Ibu dan Lama Persalinan dengan Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 13 Kejadian Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di BPS Ny. Ida Farida Desa Pancasan Kecamatan Ajibarang Kabupaten Banyumas Tahun 2010. Purwokerto : Jurnal Ilmiah Bidan Waspodo A.R, dan Danuatmadja, B. 2008. Asuhan Persalinan Normal. Jakarta : EGC Notoatmodjo, S. 2015. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Wiknjosastro H. 2009. Modul Pelatihan Penyegaran Keterampilan Klinis bagi Bidan Kegawatdaruratan Obstetri dan Neonatal serta Kontrasepsi. Jakarta : Yayasan Pendidikan Kesehatan Perempuan Oxorn, H. 2010. Ilmu Kebidanan: Patology & Fisiology Persalinan. Yogyakarta : Yayasan Essentia Medica Pamilih. 2012. Buku Saku Manajemen Komplikasi Kehamilan dan Persalinan. Jakarta : EGC Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Wiknjosastro H. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Yudit. 2012. Hubungan Berat Badan Lahir dengan Ruptur Perineum pada Primipara di RSUP Prof. Dr. R. D. Kandou Manado. Manado : Jurnal Kedokteran Universitas Sam Ratulangi Rathfish C, et al. 2011. Risk factors for perineal tears in normal vagina births. Gebursth Frauenheilk Rukiyah, dkk. 2009. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Jakarta : CV Tans Info Media Saifuddin, A.B. 2008. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo Santjaka, A. 2008. Bio Statistik. Purwokerto : Global Internusa Sugiyono. 2008. Statistika untuk Penelitian. Bandung : Alfabeta Sumarah, dkk. 2009. Perawatan Ibu Bersalin (Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin). Yogyakarta : Fitramaya Varney, H. 2008. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Edisi 4 Volume 1. Jakarta : EGC Hubungan Berat Badan Bayi Baru Lahir dan Lama Persalinan dengan Derajat Ruptur Perineum pada Ibu Primipara di RSUD Ungaran Tahun 2016 14