Universitas Gadjah Mada

advertisement
BAB IV
TINJAUAN AKUTANSI KEHUTANAN (PSAK 32) UNTUK
MANAJEMEN PERUSAHAAN HUTAN SECARA OPERASIONAL
4.1.
Latar Belakang
Misi Pembangunan Kehutanan adalah mewujudkan lingkungan yang kondusif
sehingga pendayagunaan sumber daya alam (kehutanan) dapat dilakukan secara
rasional, optimal, bertanggung jawab, dan disesuaikan dengan daya dukungnya,
dengan
tetap
mengutamakan
sebesar-besarnya
kemakmuran
rakyat
serta
memperhatikan keseimbangan lingkungan hidup bagi pelaksanaan pembangunan
yang berkelanjutan. Berangkat dan misi tersebut, maka tolak ukur keberhasilan
pembangunan kehutanan harus dinilai dan berbagai aspek, meliputi aspek-aspek
ekonomi, sosial dan ekologi, sebagai berikut:
1. Dari segi ekonomi, pengusahaan dituntut harus mampu memberikan sumbangan
bagi pertumbuhan ekonomi nasional dan pengembangan wilayah;
2. Dari segi sosial, pengusaha hutan dituntut harus mampu menciptakan lapangan
pekerjaan, pemerataan dan kesejahteraan sosial masyarakat;
3. Dari segi ekologi, pengusaha hutan harus mampu menciptakan lingkungan yang
mendukung kehidupan dan menjamin kelestarian hutan.
Secara mikro misi tersebut harus dapat diwujudkan dalam suatu unit
manajemen perusahaan dilapangan dalam hal ini adalah unit-unit FIPH. Untuk
mewujudkan misi tersebut dalam unit manajemen hutan diperlukan kegiatan teknis
kehutanan dan metode perusahaan. Kegiatan ini diatur dalam mekanisme kelestarian
hutan, yang dalam hal ini ditentukan berdasarkan etat luas dan etat volume tebangan.
Kegiatan teknis kehutanan antara lain penebangan, penanaman, pemeliharaan hutan,
perlindungan hutan dan lain-lainnya volume pekerjaannya ditentukan oleh besamya
etat tersebut. Demikian pula halnya dengan pemasaran dan penjualan. Secara
kualitatif teknis pekerjaan tersebut mengikuti metode yang telah ditetapkan. Untuk
mendukung pekerjaan teknis tersebut diperlukan masukan modal, biaya, tenaga kerja
dan sebagainya yang harus terukur atau sesuai dengan standar sehingga disamping
kelestarian hutan, unit perusahaan tersebut harus mewujudkan kelestarian usaha/asas
perusahaan dengan mendapatkan keuntungan.
Unsur penting lainnya yang turut berperan dalam menciptakan pelaksanaan
kegiatan pengusahaan hutan secara profesional, berupa tersedianya informasi secara
benar dan memadai. Arus informasi yang lancar dan memadai sangat diperlukan oleh
pihak manajemen perusahaan pengusahaan hutan maupun oleh pemerintah, untuk
mempertajam upaya pencapaian tujuan. Salah satu informasi yang diharapkan dapat
memberikan gambaran secara menyeluruh tentang perkembangan perusahaan
pengusahaan hutan adalah laporan keuangan. Sehingga bertolak dari hal ini, maka
pengelolaan hutan yang profesional bisa dicinikan dan laporan hasil evaluasi kinerja
keuangannya, meliputi profitabilitas, prosperitas dan sustainabilitas. Namun Standar
Akuntansi Keuangan (SAK) yang telah tersedia untuk keperluan dimaksud bersifat
umum, karena merupakan himpunan dan pedoman pokok perlakuan akuntansi yang
mengatur penyusunan dan penyajian laporan keuangan bagi perusahaan, yang
ternyata sulit diterapkan spesifik ke dalam praktek akuntansi untuk kegiatan
pengusahaan hutan yang mempunyai ciri-ciri khusus, karena bukan saja berpedoman
kepada asas ekonomi perusahaan namun juga asas kelestanian hutan. Ciri-ciri khusus
Perusahaan Pengusahaan Hutan tersebut adalah:
a. Proses produksi hasil hutan yang panjang, yang bergantung kepada pada tegakan
Proses ini dimulai dari penanaman, pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan
penasaran;
b. Hasil akhir yang beraneka ragam yang melibatkan proses yang berbeda-beda.
Hasil tersebut dapat berupa hasil tebangin, hasil olahan, dan hasil hutan lainnya.
c. Adanya Hak dan Kewajiban yang melekat pada perusahaan pengusahaan hutan,
baik
dalam
melaksanakan
kegiatan-kegiatan
penanaman,
pemeliharaan,
pemungutan, pengolahan, dan pemasaran, maupun dalam pengelolaan areal yang
meliputi fungsi perencanaan, pengorganisasian, terutama pendayagunaan tenaga
teknis kehutanan dan tenaga profesi lainnya, pelaksanaan pengusahaan hutan,
perlindungan, pengawasan serta pengamatan hutan.
Untuk itulah maka disusun standar akuntansi kehutanan, yang merupakan
suplemen dan standar akuntansi keuangan yang telah ada, yang khusus mengatur
tentang perlakuan-perlakuan keuangan yang berkaitan dengan kegiatan pengusahaan
hutan, dan telah diterbitkan oleh TAT serta disahkan pada kongres TAT ke VIT di
Bandung tanggal 18 September 1994. Adapun gagasan dan diberlakukannya standar
akuntansi khusus kehutanan yang dikenal dengan. Pernyataan Standar Akuntansi
Keuangan (PSAK 32) sesuai dengan SK MENHUT No 581/Kpts-1111994, dan
diberlakukannya Pedoman Peloparan Keuangan Pengusahaan Hutan (PPKPH) sesuai
SK. Dirjen. PH No. 156/Kpts/IV- PPH11995), adalah selain karena adanya ciri-ciri
khusus dibidang pengusahaan hutan, juga dimaksudkan agar laporan keuangan yang
disajikan dapat lebih informatif dan mempunyai daya banding. Dengan informasi yang
lebih lengkap, benar dan memadai, maka upaya-upaya pihak manajemen untuk
mencapai pengelolaan hutan yang lestari dapat terlihat secara transparan. Dengan
adanya laporan yang lebih transparan tersebut, maka Departemen Kehutanan selaku
penanggung jawab pengelolaan hutan dapat mengevaluasi lebih obyektif, segisegi
pelaksanaan
pengelolaan
hutan
yang
dipercayakan
kepada
pemegang
Hak
Pengusahaan Hutan. Transparansi dan pengelolaan hutan ini semakin perlu
mengingat bahwa hutan adalah merupakan kekayaan negara, sehingga kepentingan
keberhasilan pengelolaan hutan bukan saja merupakan kepentingan perusahaan
melainkan telah menjadi kepentingan semua pihak yaitu Perusahaan, Pemerintah dan
Masyarakat. Adanya standar akuntansi kehutanan ini diharapkan dapat diperoleh:
a) Keseragaman dalam praktek-praktek akuntansi dan pelaporan keuangan oleh
perusahaan pengusahaan hutan di Tndonesia, sehingga mendorong terciptanya
komparabilitas laporan keuangan.
b) Laporan keuangan yang lebih informatif bagi pihak luar yang tak terlibat langsung
dalam perusahaan.
c) Gambaran perkembangan dan kondisi keuangan perusahaan oleh Pemerintah,
yang dapat digunakan sebagai dasar pertimbangan yang handal dalam proses
pengambilan keputusan.
Misi akuntansi kehutanan tersebut di atas perlu dipahami oleh para manajer
perusahaan dan jajarannya yang melaksanakan pekerjaan pengusahaan hutan
langsung di lapangan. Kinerja perusahaan yang dicakup oleh informasi akuntansi
kehutanan akan melibatkan berbagai pihak di dalam perusahaan, masukan (input),
material,
tenaga
kerja,
peralatan
yang
diperlukan
dalam
masing-masing
bagian/departemen dalam organisasi perusahaan, demikian halnya dengan hasil
kerjanya. Untuk keperluan diatas maka tulisan Interprestasi Akuntansi Kehutanan
Untuk Manajemen Perusahaan Hutan (Kasus HPH) akan memberikan secara
terperinci misi tersebut di atas.
Tulisan ini akan menjelaskan akuntansi kehutanan sebagai fungsi manajerial di
lapangan yang harus diketahui oleh manager lapangan dan jajarannya.
Tujuan
1. Menjelaskan fungsi akuntansi dalam manajemen perusahaan hutan.
2. Menjelaskan pokok-pokok akuntansi kehutanan
3. Menjelaskan dan analisis sistem pembukuan dan biaya.
4. Menjelaskan dan analisis harga pokok produksi
5. Menjelaskan
dan
analisis
meraca
perusahaan
hutan,
kaitannya
dengan
manajemen perusahaan hutan.
Ruang Lingkup
Sesuai dengan tujuan tersebut lingkup tulisan ini adalah analisis deskriptif
mengenai hubungan akuntansi kehutanan untuk kepentingan fungsi manajerial dalam
manajemen perusahaan hutan suatu unit perusahaan HPH (Hak Pengusahaan Hutan).
Penjelasan disertai dengan identifikasi kegiatan yang harus dilaksanakan, sistem
pembukuan dan biaya, perhitungan harga pokok produksi dan model analisis laba rugi
perusahaan dengan beberapa penjelasan dalam praktek pengusahaan hutan.
Manfaat Yang Diharapkan
Manfaat yang diharapkan dan tulisan ini bagi mereka yang mempunyai latar
belakang pendidikan kehutanan dapat mempelajari dan memahami fungsi akuntansi
kehutanan untuk pengendalian kegiatan perusahaan hutan (fungsi manajerial),
sedangkan bagi mereka yang mempunyai latar belakang pendidikan ekonomi
(termasuk akuntansi) dapat mempelajari dan memahami mekanisme kegiatan
perusahaan hutan atau hubungan mekanisme kegiatan teknis kehutanan dengan
masalah akuntansi. Dengan demikian secara keseluruhan akan didapatkan kesamaan
persepsi antara tenaga teknis dengan ekonomi dalam suatu unit perusahaan hutan
sehingga azas kelestarian maupun azas perusahaan dapat diwujudkan menjadi
kenyataan.
Analisis Interpretasi
Interpretasi dilaksanakan secara deskriptif berupa penyandraan secara
sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta hubungan antara akuntansi kehutanan
dengan unit perusahaan hutan HPH. Dalam melaksanakan interpretasi di atas disertai
dengan contoh, model dllnya yang telah dipakai dalam manajemen perusahaan hutan
HPH Titik berat interpretasi adalah fungsi akuntasi kehutanan dalam tindakan
manajemen
perusahaan
hutan
atau
fungsi
manajerial
(perencanaan,
pengorganisasian, pelaksanaan, pengendalian / pengawasan) sehari-hari kegiatan
yang dilaksanakan dalam unit perusahaan HPH. Sedangkan proses akuntansinya
sendiri menjadi tugas akuntan atau ahli pembukuan dalam perusahaan hutan.
Fungsi Akuntansi Dalam Manajemen Perusahaan Hutan
Unit Manajemen Perusahaan Hutan
Sebelum membicarakan secara terprinci mengenai akuntansi kehutanan dalam
hubungan dengan manajemen perusahaan hutan, terlebih dulu akan dibicarakan
fungsi akuntansi pada urnumnya untuk manajemen tidak terkecuali untuk manajemen
perusahaan
hutan.
Didalam
manajemen
perusahaan
hutan
terdapat
fungsi
perencanaan pengorganisasian, pelaksanaan maupun pengawasan seluruh kegiatan
dengan tujuan kelestarian hutan dengan menggunakan metode kehutanan dan metode
bisnis. Didalam metode teknik kehutanan akan ait dengan jenis kegiatan yang
mencakup perencanaan, penanaman bibit, penyiapan lahan, penanaman sendiri),
pemeliharaan, pemanenan hasil hutan, pembangunan sarana pedesaan termasuk
pembukaan .jah hutan, perlindungan hutan, pemanenan hasil dan kegiatan pelayanan
lain kantor, base camp, bengkel dan lain-lainnya.
Sedangkan dalam hal metode bisnis akan mencakup permodalan, inIbelanja
perusahaan, keuntungan, neraca perusahaan, perhitungan laba dan sebagainya.
Kegiatan dalam Unit Perusahaan HPH
Jenis dan Volume Pekerjaan Dalam Unit Perusahaan HPH dapat dijelaskan
dengan contoh berikut: Luas area HPH: 130.000 Ha, luas areal Produktif: 119.000 Ha,
Rotasi tebang: 35 tahun (Tebang pilih diameter 50 cm ke atas) Volume ∅ 50 cm ke
atas: 78 m3/ha.
Jenis dan Volume pekerjaan diatas menjadi target yang harus dicapai oleh
perusahaan secara keseluruhan dengan dukungan target untuk masing-masing jenis
pekerjaan yang dilaksanakan oleh Departemenl Bagian Organisasi yang bersangkutan.
Jenis dan volume di atas berkaitan dengan pekerjaan langsung di lapangan.
Untuk mendukung kegiatan tersebut diperlukan masukan bahanlmaterial,
peralatan, tenaga kerja dan lain-lain. Bahan dan material harus dilayani oleh Bagian
Logistik. Peralatan mekanis dilayani oleh unit bengkel dan sebagainya. Demikian pula
dukungan fasilitas Base Camp (kantor, perumahan dan lainlainnya). Penjualan!
pemasaran kayu oleh bagian pemasaran. Dukungan manajemen tenaga kerja oleh
bagian personalia/keuangan perusahaan oleh bagian keuangan dan sebagainnya.
Tujuannya adalah agar terdapat tata hubungan tugas antara satu bagian dengan
lainnya untuk mencapai tujuan manajemen perubahan hutan secara keseluruhan
secara harmonis dan efisien.
Definisi Akuntansi
Thacker (1988) memberikan penjelasan tentang lingkungan akuntansi seperti
berikut:
Akuntansi dapat didefinisikan paling tidak dan dua sudut pandang yang penting.
Definisi dapat menekankan pada penggunaan informasi akuntansi dapat juga
menekankan pada kegitan para akuntan, orang yang banyak berkaitan dengan seni
atau proses akuntansi. Pertama-tama kita akan memperhatikan definisi yang
menekankan penggunaan.
Tekanan pada penggunaan Akuntansi didefinisikan sebagai: Suatu disiplin
yang menyajikan informasi yang penting untuk melakukan dan menilai kegiatan setiap
organisasi secara efisien. Informasi yang dihasilkan oleh akuntansi yang penting untuk:
1. perencanaan, pengendalian dan pembuatan keputusan secara efisien oleh
manajemen
2. pemberian pertanggungjawaban organisasi pada penanaman modal, pemberi
kredit, badan pemerintah dllnya.
Kita dapat membuat suatu generalisasi dan definisi ini untuk memperoleh dna
hal berikut ini:
1. Inti pokok akuntansi adalah organisasi (dalam hal ini lebih sering perusahaan).
Informasi yang diberikan oleh akuntansi adalah informasi mengenai organisasi.
2. Informasi akuntansi penting bagi kegiatan suatu perusahaan. Informasi tersebut
dipergunakan untuk mengambil keputusan dalam organisasi (oleh manajemen,
orang yang di serahi tanggung jawab perusahaan), informasi tersebut juga
dipergunakan untuk keputusan diluar organisasi (oleh penanaman modal, orang
yang
menanamkan
uangnya
dalam
suatu
perusahaan
dengan
harapan
memperoleh laba, oleh kreditor - orang kepada siapa perusahaan berutang dan
oleh pihak lainnya).
Tekanan pada kegiatan dalam definisi yang kedua, tekanan diberikan pada
pekerjaan akuntan. Dalam akuntansi, akibat kegiatan ekonomi yang di jalankan oleh
perusahaan dikumpulkan, dianalisa, disajikan dalam bentuk angka, diklasifikasikan,
dicatat, diringkaskan dan dilaporkan sebagai informasi-informasi.
Pernyataan ini menunjukkan bahwa pekerjaan akuntan merupakan pekerjaan
yang rumit yang mencakup berbagai kegiatan yang berlainan. Pada hakekatnya
akuntan harus:
1. Mengetahui data yang berkaitan atau relevan dengan keputusan yang akan dibuat.
2. Mengolah atau menganalisa data yang relevan.
3. Mengubah data tersebut menjadi informasi yang dapat dipergunakan dalam
pembuatan keputusan yang lebih baik.
Untuk menjelaskan fungsi akuntansi dalam rnanajemen perusahaan hutan yaitu
menilai kegiatan organisasi diberikan contoh organisasi unit perusahaan hutan pada
bagan.
Disamping penilaian terhadap organisasi secara keseluruhan, maka pada
setiap kegiatan perusahaan yang dilaksanakan oleh bagian-bagian/ departemen/jenis
kegiatan/satuan organisasi dapat pula dilakukan penilaian. Masing-masing bagian
mempunyai tugas, wewenang dan tanggung jawab secara khusus mencakup:
1. Perincian jenis kegiatan.
2. Target hasil pekerjaan secara kuantitatif maupun kualitatif.
3. Metode kerja yang harus dipakai.
4. Penggunaan peralatan, bahan/material, tenaga kerja dan biaya
5. Pelaporan penggunaan masukan dan hasil kerjanya.
Adanya akuntansi/informasi maka dapat dilakukan analisis terhadap masukan
dan keluaran untuk menilai efisiensi. Suatu contoh pembagian kerja, tugas wewenang
dan suatu HPH besar/organisasi HPH besar dengan luas area produktif 119.000 ha,
atau etat luas sekitar 3.400 ha.
Tugas dan wewenang dan tanggungjawab masing-masing depertemen/bagian
seperti berikut:
Organisasi HPH Besar
Pada garis besarnya organisasi ini dibagi menjadi 3 karena faktor lokasi
(kedudukan) yaitu Kantor Pusat biasanya di Jakarta, Kantor Cabang/Perwakilan dan
Organisasi
di
Lapangan
(Base
camp).
Uraian
pekerjaan
masing-masing
departemen/bagian-bagian di dalam organisasi perusahaan secara garis besar adalah:
Manajer Kantor Pusat di Jakarta
Secara garis besar tugas kantor Pusat adalah: menyediakan pelayanan untuk
membantu operasi lapangan dan pejabat-pejabat serta staf yang ditempatkan di
Jakarta,
menyusun
dan
menasehatkan
kebijaksanaan
k.epegawaian
umum,
mengadakan hubungan dengan kantor-kantor pemerintah, memutuskan masalah
sehari-hari di kantor Jakarta, mempergunakan kekuasaan yang ada padanya dalam
menjalankan tanggung jawabnya. Tugas-tugas dan tanggung jawab:
1.
Mempertimbangkan kebutuhan-kebutuhan operasi lapangan, merencanakan
kegiatan kantornya dan menentukan kebutuhan operasinya dipandang dan segi
pegawai, peralatan dan fasilitas-fasilitas lain, membuat kebijaksanaan pembelian
2.
Mengawasi bawahan-bawahannya dalam menyediakan pelayanan berikut ini:
a. Fasilitas-fasilitas perkapalan dan pembelian yang tenpusat bagi openasi
lapangan.
b. Komunikasi dengan operasi lapangan, cabang-cabang dan satsiun radio lain
milik Perusahaan.
c. Bantuan
administrasi
kepada
berkedudukan di Jakarta.
pejabat-pejabat
dan
unit-unit
staf
yang
d. Penetuan harga, berunding dengan para leveransir setempat maupun luar
Negeri untuk pembelian penlengkapan, alat-alat pengganti dan barang
persediaan lain, dan penyimpanan sementara serta pengiriman barang-barang
yang sudah dibeli itu ke operasi lapangan.
e. Pengaturan izin-izin dan dokumen-dokumen lain dan mobil-mobil Perusahaan.
f.
Pengaturan urusan pabean dan dokumen-dokumen lain dan bahan-bahan
pengganti yang diimpor dan bahan-bahan serta barang persediaan lain.
g. Penyiapan dokumen-dokumen untuk urusan pabean di balikpapan.
h. Penyiapan L/C untuk pengiriman ekspon.
3.
Memperbaiki
efisiensi
pelayanan
yang
disediakan
dan
mengembangkan
pelaksanaan penghematan biaya, mengadakan hubungan dengan pemilik barang.
4.
Menyesuaikan diri kepada keadaan dan pelaksanaan perdagangan dan pasar.
5.
Mengadakan
hubungan
dengan
perwakilan-perwakilan
serta
kantor-kantor
Pemerintah, dan mengarahkan persiapan dokumen-dokumen dan laporan-laporan
untuk memenuhi aturan-aturan yang bersangkutan dengan konsensi hutan,
perkapalan, stasiun radio dan kepegawaian.
6.
Mengembangkan dan menasehatkan rencana-rencana kepegawaian jangka
panjang dan kebijaksanaan kepegawaian umum.
7.
Menasehatkan pengangkatan pegawai, kenaikan pangkat dan gaji di kantor
permohonan; menentukan pelepasan dan pemindahan di kantor Jakarta,
menyetujui permohonan cuti libur dan kerja lembur di kantor Jakarta
8.
Menasehatkan pendapatan/pemindahan peralatan, menyetujui kebutuhan bahanbahan dan persediaan untuk digunakan di kantor Jakarta.
9.
Mengembangkan dan melaksanakan prosedur dan praktek pencegahan kesehatan
dan kebakaran dalam lingkungan kantor Jakarta.
10. Lakukan tugas-tugas lain yang mungkin disebabkan kepadanya oleh atasannya.
11. Menjamin bahwa formulir-formulir serta blangko-blangko kerja lain terisi sebaikbaiknya dan beres.
Manajer Kantor Cabang (misalnya Balikpapan)
Di daerah biasanya pemegang HPH punya kantor perwakilan yang letaknya di
Ibukota Propinsi Kabupaten. Secära garis besarnya pekerjaan kantor cabang seperti
berikut : Memberikan pelayanan bantuan kepada opersi-operasi lapangan di pejabat
serta staf yang berkedudukan di BaIikpapan : Menyusun dan menasehatkan
kebijaksanaan kepegawaian umum memperkenalkan perusahaan kepada kantor-
kantor Pemerintah dan pihak-pihak lain setempat; mernutuskan masalah sehari-hari di
kantor Balikpapan; menggunakan. kekuasaan yang ada padanya dalarn melaksanakan
tanggungawabnya.
Tugas-tugas dan tanggung jawab
1. Mempertimbangkan
kebutuhan-kebutuhan
operasi
lapangan,
rnerencanakan
kegiatan kantornya dan memutuskan kebutuhan-kebutuhan operasinya dalarn segi
kepegawaian, peralatan, dan fasilitas lain, mengembangkan kebijaksanaan
pembelian.
2. Mengawasi bawahan dalam menyediakan pelayanan berikut ini
a. Fasilitas-fasiIitas pembelian yang terpusat bagi operasi lapangan.
b. Bantuan adminstrasi bagi para pejabat dan unit-unit staf yang berkedudkan di
Balikpapan.
c. Komunikasi dengan operasi-operasi lapangan. karitor Jakarta dan stasiun radio
Perusahaan lain.
d. Penentuan harga perundingan dengan leveransir setempat untuk pernbelian
alat-alat pengganti dan perbekalan lain, dan menyirnpan sementara serta
pengiriman barang-barang pembelian ke operasi lapangan.
e. Pengaturan izin-izin dan dokumen-dokumen lain bagi peralatan di daerah
operasi, Balikpapan dan Penggergajian.
f.
Pengaturan kapal untuk pengangkutan pegawai dengan kerjasama dengan
Manager Camp.
3. Memperbaiki
efisiensi
pelayanan
yang
disediakan
dan
mengembangkan
pelaksanaan penghematan biaya, mengadakan hubungan dengan leveransir.
4. Membiasakan diri dengan keadaan dan pelaksanaan perdagangan dan pasar.
5. Mengadakan hubungan dengan perwakilan-perwakilan kantor-kantor Pemerintah
dan mengarahkan persiapan dokumen-dokumen dan laporan untuk rnernenuhi
peraturan-peraturan yang bersangkutan dengan konsesi hutan, perkapalan, stasiun
radio dan kepegawaian.
6. Mengembangkan dan menasehatkan rencana-rencana kepegawaian jangka,
panjang dan kebijaksanaan kepegawaian umum.
Bagan organisasi pada daerah operasi HPH (Besar) di Base Camp
Organisasi di lapangan dipimpin oleh seorang General Manager yang
mengepalai/membawahi departemen-departemen. Karena tugas utama organisasi
yang
mengepalai/membawahi
organisasi di Base Camp
departemen-departemen.
adalah
produksi
Karena
tugas
utama
kayu, maka kedudukan Forest
Manager/Field Manager/Woods Manager adalah istimewa dan merupakan orang
kedua sesudah General Manager (seolah-olah wakil General Manager). Apabila
General Manager berhalangan, Woods Manager akan mengganti/mengambil oper
tugas General Manager. Tugas dan tanggungjawab masing-masing departemen
seperti berikut:
Manager Departemen Logistik (Logistic Manager)
Manajer Departemen logistik bertanggung jawab atas pengaturan sistem
pengendalian inventaris bagi suku cadang (spare parts), bahan bakar dan pelumas,
perbekalan makanan, bahan-bahan umum untuk operasi pemotongan kayu dan
perbekalan
kantor;
memutuskan
masalah
sehari-hari
dalam
departemennya;
menggunakan kekuasaan yang ada padanya dalam melaksanakan tanggung
jawabnya. Tugas-tugas dan tanggung jawabnya adalah:
1. Merencanakan, mengawasi dan mengendalikan kegiatan-kegiatan berikut:
a. Penilaian secara berkala atas perbandingan penggunaan, perimbangan
persediaan minimum, angka pemesanan kembali dan jumlah pemesanan.
b. Pemesanan, penerimaan, dan pemeriksaan serta penyimpanan barangbarang
persediaan.
c. Pemindahan, pengeluaran pengambilan barang-barang persediaan.
d. Pemeliharaan catatan dan statistik persediaan.
e. Perhitungan fisik secara berkala atas persediaan dan pembukuan yang tidak
sesuai dengan perhitungan.
f.
Pemaksaan berlakunya prosedur dan pengendalian keamanan fisik guna
memperkecil hilangnya atau rusaknya barang-barang persediaan.
2. Mengembangkan,
menasehatkan
dan
melaksanakan
kebijaksanaan
yang
bersangkut paut dengan kegiatan diatas
3. Mengawasi pengawasan atas barang-barang yang diterima untuk menjamin bahwa
sesuai dengan pesanan pembelian dan daftar barang yang terlampir dan bahwa
harganya pantas.
4. Mempelajari laporan-laporan keadaan persediaan dan cara kerja seksi-seksi yang
dibawahnya;
menilai
keefektifan
penggunaan
dana dan perbekalan,
dan
pemanfaatan pegawai serta fasilitas departemen.
5. Menyediakan garis pedoman tentang penyerahan dan penyimpanan yang
semestinya dan barang-barang persediaan untuk memperkecil kerusakan dan
pembusukan.
6. Menyediakan peralatan dan fasilitas bagi departemen-departemen; menyetujui
pengeluaran dan penggunaan perbekalan untuk departernen.
7. Menyetujui penarikan persediaan dan pemindahan persediaan; menentukan
pengeluaran persedian bilamana diperlukan.
8. Memberi saran kepada General Manager tentang masalah yang sehubungan
dengan pengaturan bahan-bahan dan perbekalan
9. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat, dan gaji
para pegawai departemennya; menyetujui permohonan cuti liburan dan kerja
lembur pegawai departemennya.
10. Melakukan tugas-tugas lain yang mungkin diberikan kepadanya oleh atasannya.
11. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran dan keamanan industri dalam lingkungan departemennya
Manajer Departemen Sumber Daya Manusia
Manajer
Departemen
Sumber
Daya
Manusia
bertanggungjawab
atas
administrasi pegawai dan gaji, hubungan industri pengembangan tenaga manusia;
mengembangkan kebijaksanaan kepegawaian, memutuskan masalah sehari-hari
dalam
departemennya;
menggunakan
kekuasaan
yang
ada
padanya
untuk
menjalankan tanggung jawabnya. Tugas-tugas dan tanggungjawabnya adalah:
1. Mengembangkan,
menasehatkan
dan
melaksanakan
kebijaksanaan
serta
merencanakan, menyusun dan mengendalikan kegiatan-kegiatan yang bersangkutpaut dengan yang di bawah ini :
a. Pengangkatan, pemindahan, pelepasan, kenaikan pangkat dan gaji pegawai,
catatan kepegawaian, cuti libur atau sakit.
b. Sistem penilaian jasa dan administrasi gaji.
i.
Kesejahteraan pegawai, keselamatan, kecelakaan kerja dan kompensasi
bagi para pekerja.
ii.
Hubungan kerja, semangat pegawai, keluhan pegawai dan hubungan
dengan Departemen Tenaga Kerja.
iii.
Pengembangan tenaga manusia, baik yang bersifat ke luar maupun ke
dalam.
iv.
Komunikasi dan pesan lewat radio.
v.
Fasilitas bagi peninjauan Perusahaan dan pejabat Pemerintah.
2. Memberi nasehat kepada atasannya dan manager departemen yang lain tentang
masalah kepegawaian dan lain-lain yang bersangkutan.
3. Berusaha untuk selalu mengetahui tentang Undang-undang dan peraturan kerja
setempat dan keadaan pasaran tenaga kerja.
4. Secara berkala meneliti kekuatan dan kebutuhan tenaga manusia, dan
menyediakan peramalan akan tenaga kerja dengan berkonsultasi dengan unit- unit
lain dalam organisasi.
5. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat dan
para pegawai dalam departernennya, menyetujui permohonan bagi cuti, dan kerja
lembur para pegawai dalam departemennya.
6. Menasehatkan pendapatan perlengkapan dalam departemennya; menyetujui
perbekalan untuk penggunaan di departemennya.
7. Memelihara hubungan baik di antara para pekerja setempat dan asing.
8. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
serta keselamatan dan kesehatan dalam departemennya.
9. Melaksanakan tugas-tugas lain yang diberikan kepadanya oleh atasannya.
Manajer Departemen Camp
Manajer Departemen Camp bertanggungjawab untuk menyediakan bantuan
logistik dan administratif kepada kegiatan produksi dan permesinan dan operasi,
fasilitas radio, menjaga keamanan, perjalanan kapal untuk pengangkutan pegawai,
serta bertanggungjawab atas pembangunan dan perbaikan gedung, rumah, sistem
penyediaan air dan listrik, perabot dan lain-lain untuk digunakan pada departemen lain,
memutuskan masalah dan kegiatan sehari-hari di departemennya.
Tugas-tugas dan tanggungjawab:
1. Mengembangkan, menasehatkan dan melaksanakan kebijakasanaan dan rencana
kegiatan yang ada hubungannya dengan di bawah ini:
a. Bantuan administrator dan logistik kepada depertemen yang lain
b. Komunitas dan pesan radio.
c. Keamanan.
d. Bantuan penyediaan/pengaturan makanan.
e. Pengurusan ruang tirggal, ruang makan, mess dan sebagainya.
f.
Pengendalian pasar di Base camp.
g. Pengurusan sekolah, masjid, fasilitas olah raga dan rekreasi.
h. Pengaturan perjalanan kapal untuk pengangkutan pegawai.
2. Mengadakan hubungan dengan perwakilan dan kantor-kantor Pemerintah dan
menyediakan dokumen dan laporan untuk memenuhi peraturan yang berhubungan
dengan peralatan, perkapalan dan radio.
3. Bertanggungjawab untuk menjaga keselamatan hak milik perusahaan dan menjaga
tata tertib, mengadakan hubungan dengan pihak Militer dan Polisi.
4. Membicarakan rencana konstruksi bangunan, pembuatan perabot yang diajukan
oleh departemen.
5. Menasehatkan pengangkatan, kenaikan pangkat dan gaji, pelepasan, pemindahan
pegawai, permohonan cuti, lembur dan sebagainya.
6. Memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan kebakaran, keamanan
dan kesehatan dalam departemennya.
7. Menasehatkan penggantian peralatan untuk departemen, menyetujui pemesanan
perbekalan bagi penggunaan di departemen.
8. Melakukan tugas-tugas lain yang mungkin diberikan kepadanya.
Manajer Departemen Pembuatan Jalan
Manajer Departemen Pembuatan Jalan bertanggungjawab atas konstruksi dan
pemeliharaan jalan-jalan utama dan jalan cabang serta sistem pengeringan jalan,
memegang teguh kebijaksanaan dan peraturan perusahaan; menggunakan kekuasaan
yang ada padanya dalarn menjalankan tugas. Tugas-tugas dan tanggungjawabnya
adalah:
1. Merencanakan, mengawasi, mengatur dan mengendalikan kegiatan-kegiatan
dalam departemen; memutuskan masalah sehari-hari yang ada di departemennya.
2. Mengawasi penyiapan atau menyiapkan rencana konstruksi terperinci serta jadwal
berdasarkan pada peta rencana jalan yang sudah disetujui yang disiapkan oleh
departemen perencanaan operasi.
3. Menganalisis kebutuhan jalan akan perlengkapan perataan, dan menjalankan
penelitian daerah, keadaan tanah dan faktor-faktor lain; mempertimbangkan faktorfaktor ini dalam penyiapan rencana konstruksi jalan.
4. Selalu berusaha mengetahui tentang perkembangan terbaru dalam teknologi
konstruksi jalan; merubah metode konstruksi untuk memperbaiki mutu kerja,
mengurangi biaya dan untuk memanfaatkan dengan lebih efisien sumber-sumber
tenaga manusia dan peralatan.
5. Menjamin bahwa ciri-ciri konstruksi terlaksana dan pekerjaan diselesaikan menurut
rencana.
6. Menjamin bahwa jalan-jalan yang sudah ada dan sistem pengeringan jalan
dipelihara sebaik-baiknya.
7. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat dan gaji
pegawai departemennya; menyetujui permohonan untuk cuti liburan dan kerja
lembur para pegawai departemennya.
8. Menasehatkan pendapatan/penggantian perlengkapan; menyetujui pemesanan
bahan-bahan dan perbekalan untuk penggunaan departemennya.
9. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran, keselamatan industri dan kesehatan dalam depertemennya.
10. Menyediakan pedoman kepada anak buahnya tentang penggunaan yang
semestinya dan pengoperasian peralatan serta tentang teknik konstruksi yang
sebaik-baiknya.
11. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Manajer Departemen Pembinaan Hutan
Manajer
Departemen
Pembinaan
Hutan
bertanggung
jawab
untuk
melaksanakan penanaman; pemeliharaan hutan memegang teguh kebijaksanaan
peraturan
perusahaan;
menggunakan
kekuasaan
yang
ada
padanya
dalam
menjalankan tugasnya. Tugas-tugas dan tanggung jawabnya adalah:
1. Merencanakan,
mengawasi
dan
mengendalikan
kegiatan-kegiatan
di
departemennya; memutuskan masalah sehari-hari di departemennya.
2. Secara berkala memeriksa pelaksanaan pekerjaan dan kegiatan yang sudah
direncanakan dalam departemennya.
3. Memberikan bimbingan tentang metoda dan teknik penanaman, pemeliharaan
hutan untuk memenuhi peraturan-peraturan kehutanan dan kewajiban perusahaan.
4. Mengawasi pekerjaan pegawai; menyetujui pendapatan/penggantian peralatan
fasilitas departemennya.
5. Melakukan penelitian atas ciri-ciri macam pohon, teknik untuk memelihara
pembibitan (nursery) dan soal-soal yang bersangkutan dengan penanaman dan
pemeliharaan hutan.
6. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat dan ii
para pegawai departemennya; menyetujui permohonan cuti libur dan kerja lembur
para pegawai departemennnya.
7. Menyetujui
pemesanan
bahan-bahan
dan
perbekalan
untuk
penggunaan
departemennya.
8. Memelihara hubungan baik dengan Departemen Kehutanan; menyesuaikan diri
dengan peraturan-peraturan Departemen Kehutanan.
9. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran, keselamatan dan kesehatan dalam departemennya.
10. Mengembangkan dan menasehatkan program-program penghutanan kembali
seperti yang dikehendaki oleh pemerintah.
11. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Manajer Departemen Perencanaan
Perincian, tugas dan tanggung jawab pekerjaan dan Manajer Departemen
Perencanaan adalah:
1. Menyediakan garis pedoman tentang metoda dan teknik penelitian kehutanan
untuk memperbaiki mutu data perencanaan.
2. Dengan berkonsultasi dengan pejabat yang bersangkutan, menyiapkan atau
mengawasi penyiapan operasi pemungutan kayu.
3. Memeriksa perbandingan antara perencanaan dan produksi senyatanya, analisis
sebab-sebab beberapa variasi penting dan mengadakan tindakan perbaikan.
4. Merencanakan,
menasehatkan
dan
mengawasi
kegiatan-kegiatan
dalam
departemen, memutuskan masalah sehari-hari dalam departemennya.
5. Melaksanakan pekerjaan timber cruising.
6. Menganalisis daerah/lokasi, potensi kayu dan faktor-faktor yang mempengaruhi
perencanaan dan operasi pemungutan kayu.
7. Membantu pimpinan lapangan dalam pengendalian dan penilaian unit-unit
organisasi produksi pelayanan di lapangan.
8. Membuat perencanaan lokasi jalan berdasarkan inventarisasi keadaan lapangan
atau peta topografi.
9. Membuat/menyusun Rencana Bulanan, Rencana Karya Tahunan (RKT), Rencana
Karya Lima Tahunan (RKL) dan Rencana Karya pengusahaan hutan bagi operasi
perusahaan.
10. Melaksanakan segala pekerjaan pengukuran dan perpetaan.
11. Bekerjasama dengan daerah-daerah pemotongan kayu dan unit-unit organisasi lain
di lapangan untuk pengumpulan data penting.
12. Mengadakan konsultasi dengan para manajer segaris dan para teknisi tentang
perkembangan tindakan pekerjaan untuk operasi produksi dan pelayanan
lapangan.
13. Pengumpulan dan penganalisaan data penting, penyiapan laporan dan penilaian
pekerjaan pegawai, balian dan perlengkapan.
14. Memberi pertimbangan kepada Departemen SDM dan Unit-unit organisasi lain
yang bersangkutan dengan pengembangan dan pengurusan sistem pembayaran
perangsang.
15. Mengadakan pengawasan blok-blok setelah selesai ditebang (cotroll cutting).
16. Menyiapkan laporan-laporan yang diperlukan oleh Departemen Kehutanan.
17. Memelihara hubungan dengan perwakilan-perwakilan kantor pemerintah dan
penyiapan dokurnen dan laporan untuk memenuhi peraturan-peraturan yang
bersangkutan dengan konsesi hutan.
18. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan tingkat dan gaji
pegawai di departemennya, menyetujui permohonan cuti liburan, lembur dan lainlain.
19. Menyetujui pemesanan bahan-bahan dan perbekalan untuk penggunaan di
departemen.
20. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran dan keselamaan serta kesehatan di departemennya.
21. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Manajer Pengangkutan dan Pengapalan
Manajer pengangkutan dan pengapalan bertanggung jawab atas penyediaan
daftar kayu yang akan dikirim (eksport/domestic), penyediaan fasilitas bagi penarikan
kayu dan pengangkutan air, dan pengawasan logpond, memutuskan masalah seharihari dalam departemennya menggunakan kekuasaan yang ada padanya untuk
menjalankan tugasnya. Tugas-tugas dan tanggung jawab manajer pengangkutan dan
pengapalan adalah:
1. Mengusahakan agar selalu mengetahui kedatangan yang menurut jadwal dan
kayu/kapal dan merencanakan secara terperinci penarikan kayu dan pemuatannya
ke dalam kapal/perahu.
2. Mengawasi pemuatan kayu ke perahu dan penyiapan daftar kayu (log list).
3. Memelihara hubungan baik dengan para pejabat Departemen Kehutanan,
Direktorat Jenderal Pajak di logpond dan tempat penumpukan kayu.
4. Mengusahakan
agar
selalu
mengetahui
ketersediaan
kapal/perahu
dan
merencanakan penggunaannya; menentukan prioritas permintaan penggunaan
kapal/perahu oleh departemen-departemen lain.
5. Menyediakan fasilitas transport bagi pengangkutan peralatan, perbekalan dan
pegawai.
6. Menjamin bahwa pemeliharaan dan perbaikan kecil-kecil dilakukan di atas
kapal/perahu; meminta kepada Departemen Pemeliharaan dan perbaikan untuk
perbaikan besar kapal-kapal itu.
7. Menasehatkan pendapatan/penggantian peralatan untuk departemen; menyetujui
pemesanan perbekalan untuk penggunaan departemennya.
8. Menjamin
bahwa
persediaan
di
logpond
disusun
sebaik-baiknya
untuk
menghindarkan kerusakan dan pencurian.
9. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat dan gaji
para pegawai departemennya; menyetujui permohanan cuti libur dan kerja lembur
dan para pegawai depertemennya.
10. Memelihara hubungan kerja yang baik di antara para pekerja setempat dan luar.
11. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran, keselamatan industri dan kesehatan dalam lingkungan departemennya.
12. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Manajer Departemen Perbaikan dan Pemeliharaan
Manajer Departemen Perbaikan dan Pemeliharaan bertanggung jawab
pemeliharaan dan perbaikan perlengkapan berat (traktor, truck, loader) ringan
(chainsaw dan lain-lain), pengadaan dan pembagian tenaga, mekanik, perawatan/
pemeliharaan alat-alat mesin; memegang teguh kebijaksanaan dan peraturan
perusahaan; memutuskan masalah sehari-hari di departemennya; menggunakan
kekuasaan yang ada padanya dalam melaksanakan tanggung jawabnya. Tugas-tugas
dan tanggung jawab:
1. Merencanakan, mengawasai, mengatur dan mengendalikan kegiatan-kegiatan di
departemen, memutuskan masalah sehari-hari di departemen.
2. Mengembangkan dan mengawasi pelaksanaan program pemeliharaan preventif
bagi peralatan berat, mesin penggergajian dan kapal/perahu; bekerjasama dengan
departemen-departemen yang bersangkutan.
3. Mengawasi perbaikan dan pengangkutan peralatan berat dan ringan, kapal dan
penggergajian untuk memperpendek waktu kerusakan peralatan dan mesin-mesin
itu.
4. Membuat program dan mengawasi pembuatan alat-alat pengganti, pengelasan,
pengerjaan alat-alat mesin dan pengadaan tenaga.
5. Mengawasi pemeiiharaan catatan data-data perbaiakan perlengkapan yang
dilakukan oleh unit, menganalisis sebab-sebab dan seringnya kerusakan
perlengkapan dan mengembangkan tindakan-tindakan pencegahan; memberikan
bimbingan
kepada
departemen-departemen
yang
bersangkutan
tentang
penggunaan yang semestinya dan pengoperasian perlengkapan.
6. Memberikan nasehat kepada Departemen Logistik tentang penyediaan alat-alat
pengganti, bahan bakar dan pelumas sebaik-baiknya.
7. Mengarahkan pengerjaan pegawai dan fasilitas departemen; menasehatkan
pendapatan/penggantian perlengkapan dan fasilitas departemen.
8. Menasehatkan pengangkatan, pelepasan, pemindahan, kenaikan pangkat dan gaji
para pegawai dalam departemennya; menyetujui permohonan untuk cuti liburan
dan kerja lembur para pekerja departemennya.
9. Menyetujui pemesanan bahan-bahan dan perbekalan untuk penggunaan di
departemennya.
10. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur dan pelaksanaan pencegahan
kebakaran, keselamatan industri dan kesehatan dalam lingkungan departemennya.
11. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Manajer Departemen Produksi
Tugas, wewenang dan tanggungjawab dan Manajer Departemen Produksi
adalah:
1. Bertanggungjawab atas produksi sesuai dengan target produksi yang telah
ditentukan.
2. Mengusulkan
penyiapan/perubahan
target
produksi
dan
rencana
operasi,
menasehatkan dan melaksanakan perubahan kebijaksanaan serta soal-soal lain
yang menyangkut operasi pemungutan kayu.
3. Menganalisis dan mengarahkan penggunaan dan pemanfaatan sumber tenaga
manusia, peralatan, perlengkapan dan lain-lainnya.
4. Bekerja
sama
dengan
Depertemen
Reparasi
dan
Pemeliharaan
dalam
pelaksanakan program pemeliharaan, pencegahan kerusakan pada alat-alat
produksi dan dalam menganalisis kekurangan yang terjadi pada peralatan.
5. Menasehatkan kepangkatan, pelepasan, pemindahaan pangkat dan gaji dan para
pegawai departemennya, menyetujui permohonan cuti liburan dan kerja lembur
dan pegawai departemennya.
6. Merencanakan, mengawasi, bekerjasama dan mengendalikan kegiatan dalam
departemen, memuluskan masalah sehari-hari yang terjadi.
7. Berusaha untuk mengetahui tentang perkembangan teknik barn dalam operasi
pemungutan kayu.
8. Menasehatkan pergantian perlengkapan, menyetujui pemesanan bahan-bahan dan
perbekalan untuk penggunaan departemennya.
9. Mengembangkan dan memegang teguh prosedur keselamatan kerja.
10. Melaksanakan tugas-tugas lain
yang mungkin diberikan kepadanya oleh
atasannya.
Akuntansi Manajemen
Manajemen suatu perusahaan harus memperoleh berbagai jenis informasi
yang berlainan untuk dapat mencapai tujuannya. Salah satu golongan utama informasi
diperlukan untuk perencanaan dan mengendalikan perusahaan dalam kegiatannya
sehari-hari. Manajemen harus mengetahui apa yang sedang terjadi. Manajemen juga
harus memiliki informasi untuk memeriksa bahwa perusahaan bekerja dengan lancar
untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Golongan utama informasi lainnya diperlukan
oleh manajemen dalam membuat perencanaan jangka panjang. Manajemen
menggunakan informasi ini untuk merumuskan kebijaksanaan yang itias untuk
perusahaan dan untuk membuat keputusan khusus yang mempunyai pengaruh
penting bagi perusahaan dalam jangka panjang Akuntansi manajemen mempunyai tiga
fungsi:
1. Pemilikan data dan pembuatan catatan
2. Analisa data, dan
3. Pembuatan laporan untuk dipergunakan manajemen.
Di dalam manajemen perusahaan hutan kegiatan yang harus dilakukan (jenis
dan volume kegiatan) harus mengikuti mekanisme kerja kelestarian hutan menurut
waktu dan tempat. Menurut waktu mencakup urutan jenis kegiatan dan tempat
mencakup tempat kegiatan tersebut dilaksanakan. Dalam perusahaan kegiatan pada
petak-petak kerja. Petak-petak kerja permanent berfungsi sebagai satu kesatuan
administrasi dan kesatuan manajemen. Setiap tindakan manajemen hutan a.1.
penanaman, pemungutan hasil dll. selalu menyebut dimana tersebut dilaksanakan atau
pada petak berapa (administrasi/pencatatan kegiatan). Untuk dapat berfungsi seperti
itu maka nomor-nomor petak akan bersifat tetap dan diproyeksikan dalam peta kerja.
Hal ini sangat efektif untuk pengawasan agar supaya tidak terjadi fiktif dalam kegiatan
dan selanjutnya fiktif mengenai biaya yang harus dikeluarkan.
Di dalam kehutanan model administrasi tata usaha kayu dipergunakan bukti
pengeluaran (semacam kuitansi) atas kebenaran tindakan pengelolaan dan jumlah
biaya misalnya untuk upah tenaga kerja. Pada saat ini untuk HPH sedang dalam
proses untuk menuju ketentuan di atas (kompartemenisasi). Pada waktunya setiap
petak dapat dipelajari kegiatan yang dilakukan serta biaya yang dipergunakan secara
historis/kronologis dengan adanya Register kegiatan setiap petak secara lengkap.
4.3
Pokok-Pokok Akuntansi Kehutanan
Uraian pada bab ini mencakup secara garis besar pokok-pokok akuntansi
kehutanan yang tercantum pada Pernyataan Standar Akuntasi Kehutanan (PSAK - 32)
tentang Akuntansi Kehutanan tahun 1994.
Karakteristik Perusahaan Pengusahaan Hutan
Proses produksi hasil hutan untuk mendapatkan kayu bulat memerlukan yang
panjang, dimulai dan penanaman, pemeliharaan dan pemungutan, bergantung dari
riap (Growth) tegakan hutan yang akan ditentukan oleh rotasi/daur tanaman. Untuk
hutan alam dengan Silvikultur Tebang Pillh Tanam Indonesia (TPTI) diperlukan rotasi
tebang 35 tahun. Pengertian hasil dalam pengusahaan hutan meliputi:
1. Hasil tebangan.
2. Hasil olahan.
3. Hasil hutan lainnya.
Setiap proses pengusahaan masing-masing adalah spesifik dan memiliki
karekteristik khusus. Proses pengusahaan dan jenis hasil juga saling berkaitan.
Perusahaan pengusahaan hutan, antara lain seperti pemegang HPH memiliki hak dan
kewajiban
untuk
melaksanakan
kegiatan
pengusahaan
hutan
(penanaman,
pemeliharaan, pemungutan, pengolahan dan pemasaran) dan pengelolaan areal HPH
yang meliputi: Fungsi perencanaan hutan, pengorganisasian perusahaan terutama
pendayagunaan tenaga teknis kehutanan dan tenaga profesional pendukung kegiatan
pengusahaan hutan, pelaksanaan pengusahaan hutan, perlindungan, pengawasan
serta pengamanan hutan.
Maksud dan Tujuan
Salah satu indikasi pelaksanaan pengusahaan hutan yang baik oleh
perusahaan antara lain dapat dilihat dari laporan keuangan yang disajikan. Maksud
dan tujuan Akuntasi kehutanan adalah terwujudnya pembekuan perlakuan akuntasi
dan penyajian laporan keuangan perusahaan hutan seperti pemegang HPH,
berdasarkan azas keterbukaan, sehingga dapat dipergunakan oleh berbagai pihak
ektern seperti instansi yang berwenang dan masyarakat.
Dengan memperhatikan karakteristik dan perkembangan usaha pengusahaan
hutan dalam kerangka peraturan pemerintah dan peraturan perundangan yang
berlaku, serta agar pihak yang berkepentingan dapat mengikuti perkembangan
pengusahaan hutan, diperlukan informasi keuangan pengusahaan hutan yang dapat
memberikan gambaran mengenai keadaan pengusahaan hutan. Untuk itu, diperlukan
suatu standar akuntansi yang mengatur perlakuan akuntansi dan pelaporan keuangan
untuk transaksi yang spesifik dalam usaha pengusahaan hutan.
Standar akuntasi keuangan yang selama ini diatur masih bersifat umum belum
mengatur praktek-praktek akuntasi bagi industri tertentu termasuk usaha pengusahaan
hutan. Oleh karena itu, dalam praktek terdapat berbagai variasi dalam perlakuan
akuntasi dan penyajian laporan keuangan, sehingga laporan keuangan kurang memiliki
daya
banding
antara
perusahaan
pengusahaan
hutan.
Untuk
menciptakan
keseragaman dan harmonisasi dalam perlakuan akuntansi dan penyajian laporan
keuangan perusahaan pengusahaan hutan perlu disusun Akuntansi Kehutanan.
Dengan perlakuan Akuntasi Kehutanan dalam semua perusahaan yang
berkaitan dengan pengusahaan hutan, maka diharapkan:
a) Terdapat keseragaman dalam praktek-praktek akuntasi dan pelaporan keuangan
oleh perusahaan pengusahaan hutan di Indonesia, sehingga mendorong
terciptanya komparabilitas laporan keuangan.
b) Laporan Keuangan menjadi lebih informatif bagi pihak ekstren yang tidak terlibat
langsung dalam perusahaan.
c) Pemerintah akan dapat memantau perkembangan dan kondisi keuangan
perusahan.
Ruang Lingkup Penerapan Akuntansi Kehutanan
Akuntansi Kehutanan disusun dan diberlakukan bagi perusahaan yang
menjalankan satu atau lebih kegiatan pengusahaan hutan.
Laporan Keuangan
Neraca
Penyajian aktiva dan kewajiban dalam neraca dikelompokkan menurut urutan
lancar dan tidak lancar. Aktiva diklasifikasikan menurut urutan likuiditas dan kewajiban
diklasifikasikan menurut urutan jatuh tempo. Komponen-komponen neraca harus
disajikan dengan mengacu pada standar Akuntasi Keuangan untuk pos-pos yang
bersifat umum dan mengacu pada pernyataan ini pos-pos yang bersifat khusus
pengusahaan hutan.
Laporan Laba-Rugi
Harga Pokok penjualan harus disajikan masing-masing untuk kayu tebangan
dan kayu olahan.
Catatan Atas Laporan Keuangan
Disamping hal-hal yang wajib diungkapkan dalam catatan atas Laporan
keuangan sebagaimana diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan, Perusahaan
pengusahaan hutan wajib mengungkapkan hal-hal berikut dalam catatan atas laporan
keuangan:
(a) Realisasi kegiatan dan biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan penanaman
kembali hutan alam seperti Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI), pembinaan dan
perlindungan hutan, penanaman tanah kosong dan usaha-usaha untuk kelestarian
dan lainnya.
(b) Pelaksanaan kegiatan pengusahaan hutan.
(c) Rincian luas areal sisa hutan yang belum dikelola selama sisa masa manfaat HPH.
(d) Sisa umur HPH.
(e) Klasifikasi aktiva tetap dan peruntukannya.
(f) Khusus untuk HTI, diungkapkan realisasi luas tanaman pada periode berjalan dan
akumulasinya.
(g) Susunan pemegang saham perusahaan, serta penjelasan mengenai perubahan
pemegang saham selama periode berjalan.
(h) Rincian pendapatan operasional dirinci menurut jenis kegiatan.
(i) Sehubungan dengan perubahan saldo kewajiban perusahaan pengusahaan hutan
yang timbul akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti penanaman kembali,
TPTI, Penanaman tanah kosong, penanaman kiri-kanan jalan utama. Bina Desa
Hutan, Landscaping dan upaya konservasi lainnya perlu diungkapkan hal-hal
berikut:
i. Saldo awal
ii. Penyisihan Periode berjalan
iii. Realisasi yang dilakukan selama periode berjalan
iv. Saldo akhir
(j) Realisasi jenis kegiatan sehubungan pelaksanaan Bina Desa Hutan dan biayanya.
(1) Sehubungan dengan pembangunan sarana dan prasarana, maka harus
diungkapkap:
i. Realisasi pembangunan jalan dan jembatan serta pemeliharaannya
ii. Jenis jalan yang dibangun pada periode berjalan serta akumulasinya.
(k) Sehubungan dengan persediaan, maka harus diungkapan sebagai berikut:
i. Dasar penentuan harga pokok persediaan
ii. Proses dan perlengkapan barang gudang berupa bahan bakar, suku cadang
dan lain-lain pada tanggal pelaporan.
iii. Persediaan yang dijamin dan diasuransikan.
Catatan Laporan Keuangan yang mencakup Laporan fisik kegiatan teknis
kehutanan harus dilakukan pemeriksanaan di lapangan kebenarannya dengan
mencocokan jenis kegiatan dan dimana kegiatan dilaksanakan atau pada petak mana
dilaksanakan, dsbnya. Oleh sebab itu harus tersedia peta kerja dengan skala cukup
Dengan peta kerja ini proyeksi kegiatan di lapangan dapat mengetahui secara cermat
dan cepat sehingga memudahkan pemeriksaan.
Pendapatan dan Beban
Pendapatan
Pendapatan operasional meliputi pendapatan dari penjualan hasil hutan, baik
berupa kayu olahan, hasil tebangan maupun hasil lainnya. Pendapatan harus diakui
dengan menggunakan dasar aktual.
Beban harus diakui dengan menggunakan dasar aktual. Harga pokok produksi
kayu tebangan dan hasil hutan lainnya meliputi beban yang terjadi dalam hubungannya
dengan kegiatan-kegiatan seperti: perencanaan, penanaman, pemeliharaan dan
pembinaan hutan, pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan, pemungutan hasil
hutan, pemenuhan kewajiban terhadap negara, pemenuhan kewajiban terhadap
lingkungan dan sosial dan pembangunan sarana dan prasarana. Perlakuan akuntasi
untuk kegiatan yang berkaitan dengan produksi kayu tebangan dan hasil hutan lainnya
diatur sebagai berikut:
a. Perencanaan
Biaya-biaya yang berhubungan dengan perolehan Hak Pengusahaan Hutan
(HPH) termasuk luaran Hak Pengusahaan Hutan (HPH), biaya penyusunan
Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RPKH) dan Rencana Karya Lima Tahunan
(RKL), dikapitalisasikan secara terpisah sebagai beban ditangguhkan dan
diamortasikan selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi.
b. Penanaman
Biaya yang berhubungan dengan kegiatan penanaman pada hutan alam
dibebaskan sebagai biaya produksi hasil hutan. Sedangkan biaya yang
berhubungan dengan penanaman bukan untuk produksi, misalnya penanaman
untuk hutan lindung, disajikan sebagai bahan lain-lain. Biaya yang timbul sebagai
akibat kegiatan pengusahaan hutan, seperti:
1. Biaya penanaman kembali untuk jalur tebang yang telah diproduksi.
2. Biaya penanaman tanah kosong.
3. Biaya penanaman kiri-kanan jalan.
4. Lanscaping dan
5. Biaya untuk upaya konservasi lainnya, harus diestimasi dan dibebankan
sebagai biaya produksi walaupun kegiatannya belum dilaksanakan. Jumlah
estimasi kewajiban yang masih tersisa harus dievaluasi setiap akhir periode.
c. Pemeliharaan dan Pembinaan Hutan
Biaya yang berhubungan dengan usaha pemeliharaan dan pembinaan
hutan dibebankan sebagai biaya produksi. Kewajiban yang timbul sehubungan
aengan pemeliharaan dan pembinaan. Dengan pemeliharaan dan pembinaan
hutan yang belum dilaksanakan smpai dengan tanggal pelaporan, harus estimasi
dan disajikan sebagai bagian dan kewajiban.
d. Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan
Pembangunan dan atau pengadaan sarana pengendaiian kebakaran dan
pengamanan hutan meliputi tetapi tidak terbatas pada pembangunan menara api,
pos jaga, pembuatan ilaran api dan pengadaan mobil kebakaran dikapitulasi
sebagai biaya ditangguhkan dan disusutkan selama masa manfaat maksimum
sampai akhir masa konsesi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha
pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga,
penggunaan bahan perlengkapan serta premi asuransi kebakaran dibebankan
sebagai biaya produksi.
Kewajiban yang timbul sehubungan dengan pengendalian kebakaran dan
pengamanan hutan yang belum dilaksanakan pada tanggal neraca, harus
diestimasi dan disajikan sebagai bagian dan kewajiban. Beban yang ditimbulkan
sebagai biaya produksi pada periode berjalan secara aktual.
e. Pemungutan Hasil Hutan
Biaya yang berhubungan dengan pemungutan hasil hutan dibebankan
sebagai biaya produksi.
f.
Pemenuhan Kewajiban Terhadap Negara
Kewajiban perusahaan pengusahaan hutan terhadap negara antara lain
meliputi Kewajiban Teknis dan Kewajibah Finansial. Kewajiban Teknis meliputi,
tetapi tidak terbatas pada, Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL),
Penyajian Evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana
Pemantauan Lingkungan (RPL). Kewajiban finansial meliputi, Tetapi tidak terbatas
pada, luran Hasil Hutan (IHH), Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan
(BPPHH), Dana Reboisasi (DR) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB) areal. Biaya
yang
berhubungan
dengan
pemenuhan
kewajiban
yang
ditetapkan
oleh
pemerintah seperti IHH, DR, BPPHH dan PBB areal dibebankan sebagai biaya
produksi dengan mengunakan dasar aktual.
g. Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial
Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup bina desa
hutan/Pembinaan Masyarakat Desa Hutan. Biaya yang berhubungan dengan
diagnostik Bina Desa Hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan
diamortasi selama masa manfaat sebagai biaya produksi.
Sedangkan Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaan Bina Desa
Hutan/PMDH dibebankan sebagai biaya produksi.
h. Pembangunan Sarana dan Prasarana
Biaya pembangunan jalan induk dan jalan cabang dan disusutkan selama
masa manfaatnya dan dibukukan sebagai biaya produksi. Biaya pembangunan
jalan ranting dibebankan sebagai biaya produksi.
Beban Usaha
Pada hutan Tanaman Industri, Beban Umum dan Beban Administrasi yang
berkaitan dengan kegiatan penanaman, pemeliharaan dan pembinaan Hutan
dibukukan sebagai Beban Umum dan Administrasi.
Kewajiban Pengusahaan Hutan
Taksiran sisa kewajiban sehubungan dengan kewajiban penanaman kembali,
TPTI, penanaman tanah kosong, penanaman kiri-kanan jalur utama, Bina Desa Hutan,
lascaping dan upaya konservasi lainnya yang belum diIaksanakan sampai dengan
tanggal pelaporan, harus dibukukan sebagai kewajiban dan disajikan sebagai bagian
kewajiban lain-lain.
Apabila jumlah kewajiban tersebut diatas tidak diketahui dengan pasti,
kewajiban tersebut harus diestimasi dengan layak. Setiap akhir periode pelaporan,
harus dilakukan evaluasi terhadap taksiran sisa kewajiban dan apabila perlu dilakukan
penyesuaian terhadap taksiran sisa kewajiban tercatat. Penyesuaian tersebut harus
dibebankan pada biaya produksi.
Masa Transisi
Perlakuan akuntasi yang diatur dalam pernyataan ini diberlakukan secara
prospektif. Apabila pada saat pertama kali menerapkan pernyataan ini perlu dilakukan
penyesuaian terhadap kewajiban pengusahaan hutan, maka biaya yang timbul dapat
ditangguhkan dan diamortasi selama sisa umur HPH.
Tanggal Efektif
Pernyataan ini berlaku efektif untuk penyusunan laporan keuangan yang
mencakup periode pelaporan yang dimulai atau setelah tanggal 1 Januari 1995.
Perlakuan lebih dini sangat dianjurkan.
DAFTAR ISTILAH
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL)
Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan yang direncanakan terhadap
lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPHH/Grading fee)
Biaya yang dikeluarkan untuk kegiatan dalam rangka mencapai optimalisasi
pemanfaatan hasil hutan yang meliputi penetapan jenis, penetapan ukuran
(volume/berat) dan penetapan kualitas Hasil Hutan.
Beban Penghentian Produksi
Dalam kegiatan pengusahaan hutan, penghentian produksi adalah hal yang lazim
terjadi. Penghentian produksi dapat terjadi karena beberapa hal seperti karena
Cuaca/Musim. Keadaan cuaca atau musim tertentu menyebabkan perusahaan tidak
dapat melakukan pemungutan hasil hutan, namun biaya produksi. tertentu harus
dibebankan. Beban penghentian produksi yang seperti yang disebabkan karena
keadaan cuaca/musim, dibukukan sebagai biaya produksi. Beban penghentian
produksi lainnya seperti yang disebabkan oleh bencana alarn/kebakaran, disajikan
sebagai pos luar biasa.
Dana Reboisasi (BR)
Dana yang dipungut dan pemegang (HPH) Hak Pengusahaan Hutan, Hak pemungutan
hasil Hutan
Hutan Tanaman Industri
Hutan tanaman yang dibangun dalam silvikultur intensif untuk memenuhi kebutuhan
bahan baku industri Hasil Hutan.
Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH)
Pungutan yang dikenakan pengganti sebagian nilai intrinsik daripada hasil hutan yang
dipungut.
luran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH)
Pungutan yang dikenakan kepada pemegang Hak Pengusahaan Hutan atas sesuatu
kompleks hutan tertentu, pungutan-pungutan mana dilakukan hanya sekali pada saat
hak tersebut diberikan oleh pejabat yang berwenang.
Industri Pengolahan Kayu Hutan (IPKH)
Industri yang mengolah langsung kayu bulat dan/atau bahan baku serpih.
Log Pond Area
Tempat penimbunan kayu di air.
Pemegang HPH
Badan Hukum Indonesia yang diberi Hak Pengusahaan Hutan oleh Menteri
Kehutanan.
Penyajian Informasi Lingkungan (PIL)
Telah secara garis besar tentang rencana kegiatan yang akan dilaksanakan,
zona lingkungan tempat kegiatan, kemungkinan timbulnya dampak lingkungan oleh
kegiatan
tersebut
Perencanaan
penggunaan
dan
Hutan
hutan
rencana
Penyusunan
secara
guna
tindakan
pengendalian
pola
tentang
dan
lestari
dampak
negatifnya.
peruntukan,
pengadaan
serta
kegiatan-kegiatan
pola
dan
pelaksanaannya menurut ruang dan waktu.
Persediaan
Persediaan meliputi tetapi tidak terbatas pada hasil tebangan, kayu olahan,
barang dalam proses, suku cadang (spare parts), bahan pembantu dan perlengkapan.
Hasil tebangan atau kayu bulat (log) biasanya ditentukan di tiga lokasi, yaitu lokasi
tebangan (TPN), lokasi pengumpulan/penimbunan hasil hutan (log pond/log yard) dan
log
pond
industri
(IPKH).
Hasil
hutan
yng
telah
di
TPN
dan
lokasi
pengumpulan/penimbunan hasil hutan harus dibukukan sebagai persediaan.
Perlindungan Hutan
Usaha pencegahan dan penanggulangan kerusakan hutan dan erosi,
kebakaran, pencurian, perambahan, hama/penyakit serta mencegah kemusnahan flora
dan fauna.
Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial
Kewajiban terhadap lingkungan dan sosial antara lain mencakup Bina Desa
Hutan/Pembinaan Masyarakat Desa Hutan (PMDH). Biaya yang berhubungan dengan
stud diagnostik Bina Desa Hutan/PMDH dibukukan sebagai beban ditangguhkan dan
dimortasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi. Sedangkan biaya yang
berhubungan dengan pelaksanaan Bina Desa Hutan PMDH dibebankan sebagai biaya
produksi.
Rencana Karya Tahunan Pcngusahaan Hutan (RKT)
Jabaran, penyesuaian dan operasionalisasi tahunan dan RKPH.
Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH)
Rencana yang pedoman dan arahan serta filosofi pengusahaan untuk
mencapai dan sasaran yang ditetapkan dan menyajikan data, analisis dan prospek
perusahaan serta rencana-rencana kegiatan penataan batas dan pengukuhan,
penataan
hutan
dan
pembukaan
wilayah,
inventarisasi
hutan,
pemungutan,
penanaman, pemeliharaan, pemuliaan, pemasaran hasil hutan, perlindungan, nservasi,
pembinaan masyarakat setennpat yang tinggal didalam dan disekitar hutan dan
digunakan untuk menyusun rencana yang lebih baik pendek jangka waktunya.
Silvikultur
Cara-cara penyelenggaraan dan pemeliharaan hutan, penerapan teori dan praktekprektek pengaturan komposisi dan pertumbuhan.
SK HPH/Forestry Agreement (FA)
Ijin beserta ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan untuk
melaksanakan pengusahaan hutan atas suatu areal kerja Pengusahaan Hutan.
Studi Evaluasi Mengenai Dampak Lingkungan (SEMDAL)
Hasil studi mengenai dampak suatu kegiatan pembangunan yang sedang berjalan
terhadap lingkungan hidup yang diperlukan bagi proses pengambilan keputusan.
Surat Keputusan Hak Pengusahaan Hutan Tanaman Industri (SK.HPHTI)
Ijin beserta ketentuan-ketentuan yang diberikan oleh Menteri Kehutanan
kepada Badan Usaha Milik Negara, Swasta dan atau Koperasi untuk mengusahakan
Hutan Tanaman Industri.
Tebang Pilih Tanam Indonesia (TPTI)
Sistem silvikultur meliputi cara penebangan dengan batas diameter dan permudaan
hutan.
4.4.
Sistem Pembukuan dan Biaya
Akuntansi Kehutanan dan Budget Pengusahaan Hutan
Salah
satu
manfaat
akutansi
kehutanan
yang
berhubungan
dengan
perencanaan adalah sebagai pedoman dan bahan dalam penyusunan Budget
Perusahaan. Dalam penyusunan budget harus diketahui hubungan masukan dan
keluaran (input output analysis). Masukan dalam finansial mencakup upah buruh,
belanja material dan lain-lainnya serta keluaran berupa hasil kerja. Hal ini harus
diketahui oleh para manajer. Secara komprehensif budget mempunyai fungsi sebagai
berikut:
Budget-Fungsi Perencanaan
Perencanaan menetapkan tujuan yang harus dicapai oleh suatu perusahaan
dan organisasinya yang dibutuhkan untuk mencapai tujuan-tujuan itu. Perencanaan ini
jika diterapkan dalam budget meliputi penyusunan rencanarencana yang terperinci
(budget-budget bagian).
Pada setiap kegiatan juga akan dimuat rencana hasil kerja sesuai dengan
budget yang diperlukan, sehingga ada hubungan antara biaya dan hasil kerja.
Perumusan masalah ini didalam budget merupakan tujuan yang haras dicapai oleh
perusahaan.
Pada suatu perusahaan hutan rencana kegiatan diatas harus diatur dalam tata
waktu kegiatan (rencana kegiatan menurut waktu dan tempat) untuk setiap bulannya.
Oleh sebab itu akan ada budget bulanan untuk masing-masing kegiatan. Salah satu
sebab adanya variasi dalam budget bulanan dalam perusahaan hutan adalah
kegiatannya dipengaruhi oleh musim. Misalnya kegiatan pemungutan hasil (produksi)
akan meningkat pada bulan-bulan kering atau musim kemarau. Pada bulan-bulan
musim hujan kegiatan penanaman akan lebih banyak.
Dari rencana ini lebih lanjut dapat diperinci menjadi biaya per-unit kegiatan,
biaya per komponen, biaya (beban) per komponen per unit kegiatan, struktur biaya per
unit kegiatan, dan sebagainya.
Rencana hasil kerja dan budget pencapaian untuk hasil kerja tersebut
merupakan tujuan yang harus dicapai oleh perusahaan. Segala usaha yang dilakukan
oleh perusahaan harus diarahkan agar supaya tujuan tersebut akan tercapai. Dalam
hal ini fungsi manajemen yang lain seperti pengorganisasian, penempatan tenaga,
koordinasi dan lain-lain harus mendukung tujuan yang telah ditetapkan.
Budget - Fungsi Koordinasi Organisasi HPH
Koordinasi adalah suatu proses dimana tiap bagian yang ada dalam
perusahaan bekerjasama untuk mencapai tujuan perusahaan dengan usaha-usaha
yang disatukan. Jadi koordinasi mengembangkan dan memelihara hubungan yang
baik antara bermacam-macam aktivitas yang ada dalam suatu pemisahaan dengan
menyusun rencana dan organisasi yang baik.
Koordinasi yang baik sebagian besar tergantung dan komunikasi yang tepat.
Oleh karena itu penting sekali, bahwa tiap anggota manajemen dan tingkat pimpinan
sampai tingkat terendah mengetahui benar-benar apa yang dilaksanakan oleh
perusahaan, cara bagaimana, kapan dan siapa yang harus alcan rencana-rencana itu.
Organisasi suatu unit perusahaan akan mencakup jenjang organisasi (level of
management) dan berbagai kegiatan yang satu sama lain saling berkaitan. Di dalam
budget akan dirumuskan rencana hasil kerja dan budget (rupiah) pada masing-masing
kegiatan, maka dapat diketahui pula hubungannya atau kaitannya satu sama lain.
Dengan berpedoman pada jenjang organisasi yang ada, koordinasi kegiatan
dapat dilaksanakan. Disamping itu dengan adanya budget untuk seluruh kegiatan
perusahaan dimaksudkan agar supaya tidak terjadi pengkotakkan wawasan dan setiap
kegiatan yaitu bahwa bagiannya merupakan yang terpenting melebihi bagian lainnya.
Koordinasi dimaksudkan adanya kerjasama yang erat bagian sehingga tujuan
pemisahaan secara keseluruhan dapat dicapai. Budget habis diketahui oleh semua
aparat perusahaan yang mempunyai tanggung jawab dalam mengkoordinasi kegiatan.
Suatu contoh adalah misalnya ditentukan target produksi terbesar 150.000
3
m /tahun, target siap pakai. Koordinasi lainnya dengan bagian logistik yang akan
menyiapkan bahan bakar, oli, material lain untuk operasi peralatan tersebut.
Untuk pengawasan hasil tebangan bagian produksi bersama dengan
perencanaan dapat mengadakan pemeriksaan dilapangan apabila terjadi perbedaan
menyolok antara realisasi dengan target untuk setiap petaknya mencakup jenis pohon
dan volume kayunya.
Budget - Fungsi Pengawasan
Pengawasan ialah tindakan yang harus dilakukan untuk menjamin bahwa
rencana-rencana dan tujuan-tujuan perusahaan telah dicapai. Kontrol jika diterapkan
dalam budget ialah usaha-usaha yang sistematis agar pimpinan perusahaan
diberitahukan, apakah pelaksanaan yang sebenarnya sesuai atau menyimpang dari
rencana-rencana,
tujuan-tujuan
dan
kebijaksanaan-kebijaksanaan
yang
telah
digariskan. Didalam proses pengawasan terdapat empat kegiatan, yaitu:
1. Penetapan standar untuk menilai.
2. Mengukur hasil kerja yang dicapai.
3. Membandingkan hasil yang dicapai dengan standar.
4. Mengambil tindakan apabila terjadi penyimpangan diantara hasil kerja dengan
standar yang ada.
Budget adalah standar karena dibuat berdasarkan standar hasil kerja dan
standar biaya yang berasal dan komponen biaya untuk suatu kegiatan. Tiap-tiap
komponen biaya dalam penyusunan didasarkan atas standar. Sebagai contoh, biaya.
material didapatkan dan standar kebutuhan material untuk suatu jumlah produksi
tertentu, selanjutnya diperhitungkan dengan harganya. Contoh lain adalah biaya
tenaga kerja didapatkan dan standar upah yang berlaku baik itu upah menurut waktu
(antara lain, mingguan, bulanan), upah borongan maupun adanya bonus dan lain-lain.
Sedangkan standar hasil kerja dibuat berdasarkan kemampuan tenaga kerja, peralatan
dan sebagainya dihubungkan faktor-faktor yang mempengaruhi kemampuan tersebut.
Sesuai dengan tujuan perusahaan pada umumnya maka budget ini dipakai sebagai
standar
untuk
memperkirakan keuntungan
perusahaan.
Kegiatan operasional
perusahaan harus didasarkan atas budget yang telah disusun.
Sistem Pembukuan
Agar supaya akuntansi kehutanan dapat berfungsi seperti tersebut dimuka
maka pembukuan harus sistematis yang dapat menyajikan laporan per jenis kegiatan
masukan (input) dan keluaran (output) per jenis kegiatan, beban per jenis kegiatan
terhadap keseluruhan dan sebagainya. Disamping itu secara organisasi perusahaan
maka setiap jenis kegiatan dipertanggung jawabkan oleh pemimpin departemen/
bagian/satuan organisasi yang bersangkutan.
Untuk memudahkan dalam pembukuan maka dilakukan sistem pembukuan
dengan misalnya:
01. Perencanaan
01. PAK (Penataan Areal Kerjal Pembuatan Petak-petak Kerja)
02. ITSP (Inventarisasi Tegakan Sebelum Penebangan)
01.03. Perencanaan; PAK
01.04. Perencanaan; ITSP
05. Pemungutan Hasil Hutan (PHH)
05.01. PHH; penebangan dan pembagian batang
05.02. PHH; Penyaradan
05.03. PHH; Muat bongkar
05.04. PHH; Pengangkutan
05.05. TPK
Demikian untuk jenis kegiatan lain analog dengan diatas.
C. Code dibelakang perincian kegiatan adalah komponen biaya penyusunan
01. Biaya atau upah pekerja langsung/operator/driver
02. Bahan bakar solar
03. Pelumas
04. Suku cadang
05. Sling (Wire rope)
06. Ban
07. Bahan makanan
08. Material lain
09. Bensin
Contoh:
01.02.01. Upah tenaga kerja langsung, ITSP, Perencanaan
05.04.06. Biaya Ban, Pengangkutan, PHH. Demikian seterusnya
Biaya Per Jenis Kegiatan dalam Perusahaan atau per perincian jenis Kegiatan
Untuk dapat menghitung biaya ini maka harus diketahui input (masukan) atau
komponennya.
Untuk kepentingan perusahaan secara garis besar akan dibuat belanja tahunan
yang akan diperinci menjadi bulanan baik rencana realisasinya.
Beban Biaya Per Komponen
Untuk jenis kegiatan atau perincian kegiatan dan prosentase per komponen.
Contoh 1. Tabel Komponen Biaya
Untuk kegiatan Perencanaan (01)
Bulan ………………………………
Pernyataan biaya seperti diatas memberikan informasi penilaian perusahaan
apakah masukan (input) komponen sudah sesuai dengan standar telah ditetapkan,
kalau ada penyimpangan dapat dipelajari lebih lanjut untuk perbaikan rencana maupun
pelaksanaan.
Selanjutnya prosentase setiap komponen memberikan informasi mengenai
kepakaan komponen terhadap biaya keseluruhan apabila terjadi perubahan biaya
terhadap komponen tersebut. Semakin besar prosentasenya maka akan semakin peka
terhadap perubahan. Dengan pernyataan biaya tersebut di atas akan dapat diketahui
dengan mudah apabila terjadi perubahan biaya pada komponen, salah satu, beberapa
komponen atau semua komponen dengan besarnya perubahan pada masing-masing
komponen tidak sama (misalnya komponen upah pekerja naik 15%, komponen bahan
bakar 25%, pelumas 30%, suku cadang 50%) sampai seberapa jauh pengaruhnya
terhadap biaya.
Secara keseluruhan, hal ini akan berkaitan dengan kenaikan biaya produksi
secara keseluruhan sehingga perlu ada penyesuaian terhadap harga jual agar supa
keuntungan tidak menurun dsbnya. Disamping itu informasi ini dapat dipakai untuk
keperluan penyediaan modal kerja dan keperluan penyediaan dan perusahaan.
Misalnya; modal kerja untuk upah pekerja harus tersedia kas untuk bahan material
mungkin dapat dengan krediUhutang atau gabungan Kas dan kredit/hutan dsbnya
secara kuantitatif menurut waktu sesuai dengan tata waktu kegiatan pengusahaan
hutan.
Beban Biaya per Jenis Kegiatan/ Rincian jenis
Kegiatan terhadap biaya produksi kayu bulat /M3
Tabel Beban Biaya per Jenis Kegiatan
Analisis Beban Biaya Per Jenis Kegiatan/Rincian Jenis Kegiatan per M3 mempunyai
beberapa fungsi seperti berikut:
1) Beban per jenis kegiatan/Rincian jenis kegiatan secara keseluruhan per M3.
Apabila dijumlahkan keseluruhan merupakan cerminan dari harga pokok produksi
per M3 sehingga secara singkat dan cepat dapat ditaksir keuntungan per M3
dengan metode seperti berikut:
Keuntungan sebelum pajak adalah Harga juaI/M3 dikurangi dengan seluruh beban
biaya per M3 = Misalnya p Rp /M.
Apabila diketahui volume produksi sebelum diketahui volume peroduksi sebesar q
M3/tahun, secara cepat dapat dihitung keuntungan sebelum pajak secara
keseluruhan adalah pq Rp/tahun. Informasi ini sangat penting bagi pemilik
perusahaan/pemegang saham manajemen perusahaaan secara keseluruhan.
2) Hal tersebut di atas dapat dicapai apabila pengawasan terhadap komponen biaya
per Jenis/rincian jenis kegiatan dilaksanakan dengan baik sehingga standar/tolok
ukur yang dipakai dapat tercapai. Demikian pula hasil kerja masing-masing jenis
kegiatan/rincian jenis kegiatan yang menjadi tanggung jawab departemen/bagian
organisasi yang bersangkutan. Disamping itu juga diperlukan koordinasi dan kerja
sama antar departemenl bagian dengan sebaik-baiknya.
3) Prosentase Jenis Kegiatan Rincian jenis kegiatan juga dapat dipakai untuk menilai
beban biaya/keseimbangan biaya dihubungkan dengan prinsip sustainabilitas.
Misalnya sampai seberapa jauh keseimbangan (%) antara blaya pemungutan hasil
dengan biaya sektor pembinaan hutan. Sektor pembinaan hutan perhubungan
dengan riap tegakan di masa mendatang. Aspek lain dapat dihubungkan dengan
aspek “Prosperity” yaitu sampai seberapa jauh prosentase kegiatan yang
mendukung “prosperity” Pembinaan masyarakat desa hutan (PMDH). Sedangkan
untuk penilaian kesejahteraan awan misalnya dapat dilihat prosentase beban biaya
umum Base Camp ilitas Karyawan) terhadap biaya total maupun biaya jenis
kegiatan, rincian jenis kagiatan lainnya. Kebijaksanaan perusahaan untuk efisiensi,
peningkatan kualitas dan kualitas kegiatan, fasilitas dan lain-Iainnya yang akan
mempengaruhi beban biaya dapat dilakukan secara cermat apabila tersedia
analysis biaya seperti tersebut di atas.
Harga Pokok Produksi
Untuk dapat menghitung laba rugi perusahaan diperlukan perhitungan harga
pokok produksi. Menurut pedoman perhitungan biaya produksi mencakup hal- hal-hal
seperti berikut:
Harga Pokok Produksi HPH, dihitung dan disajikan setiap HPH dengan
komponen seperti berikut:
1. Biaya perencanaan yang berhubungan dengan perolehan Hak Pengusahaan
Hutan (HPH) seperti luran Hak Pengusahaan Hutan, Rencana Karya Pengusahaan
Hutan biaya pelaksanaan Tata Batas Areal Kerja dan Rencana Karya Lima Tahun
direkapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsensi dan manfaat
sebagai biaya produksi. Biaya-biaya yang berhubungan dengan penyusunan RKT
dimasukkan sebagai biaya produksi dalam periode berjalan.
Biaya perencanaan diakui pada saat beban telah timbul.
a. luran Hak Pengusahaan Hutan (IHPH) diperhitungkan selama masa konsesi
HPH dengan tarip per haltahun dan dibayar untuk 20 tahun sehingga 1 HPH
seluruhnya = Luas areal HPH x tarip/ha x 20 tahun.
Amortisasi 1/20 x 1 HPH seluruhnya (total)
masuk biaya produksi
b. Rencana Karya Pengusahaan Hutan (RKPH)
Amortisasi = 1/20 x Biaya total RKPH
biaya produksi
c. Tata Batas
Amorsitasi = 1/20 x Biaya Total Tata Batas
biaya produksi
d. Rencana Karya Lima Tahun (RKL)
Amortisasi = 1/5 x Biaya Total RKL (5 tahun adalah masa manfaat RKL)
Biaya produksi
Biaya total tersebut di atas direkapitalisasi dan akan disajikan pada neraca
dalam bentuk nilai bersih setelah dikurangi dengan biaya penyusutannya
(amortisasi)
Biaya total tersebut di atas direkapitalisasi dan akan disajikan pada neraca
dalam bentuk nilai bersih setelah dikurangi dengan biaya penyusutannya
(amortisasi). Biaya perolehanlbiaya total termasuk beban yang ditangguhkan
sebagai aktiva lain. Aktiva lain ini tidak mempunyai nilai jual sehingga tidak
dapat dipakai sebagai jaminan hutang.
Sedangkan biaya penyusunan RKT di masukkan sebagai biaya produksi tahun
berjalan. Dalam biaya RKT secara terperinci termasuk PAK (Pertataan Areal
Kerja/Petak
-
Petak
Kerja),
ITSP
(Inventarisasi
Tegakan
Sebelum
Penebangan), Peta-peta dan kegiatan lain yang terkait.
2. Biaya penanaman sesuai dengan klasifikasinya ada yang dibebankan ke biaya
produksi dan ke beban lain-lain. Biaya yang berhubungan dengan kegiatan
penanaman pada hutan alam dibebankan sebagai biaya produksi hasil hutan.
Sedangkan biaya yang berhubungan dengan usaha penanaman bukan produksi
seperti penanaman untuk hutan lindung dibebankan sebagai beban lain-lain. Biaya
yang timbul sebagai akibat kegiatan pengusahaan hutan seperti:
a. biaya penanaman kembali untuk jalur terbang yang telah diproduksi
b. biaya penanaman tanaman kosong
c. biaya penanaman kiri-kanan jalan
d. lanscaping, dan
e. biaya untuk upaya untuk koservasi lainnya.
Harus diestimasi dan dibebankan sebagai biaya produksi walaupun kegiatannya
belum dilaksanakan. Kewajiban yang timbul karena belum dilaksanakan kegiatan
pengusahaan hutan diatas jumlahnya masih diestimisasi harus dievaluasi setiap
akhir periode. Selisih dan evaluasi tersebut dibebankan sebagai biaya produksi
atau pendapatan lain-lain (sesuai dengan butir 9e pada lampiran Surat Edaran
Dirjen Pengusahaan Hutan No. 123/IV-PPH/1995).
Dibebankan sebagai biaya produksi bila hasil perhitungan estimasi lebih rendah
dan biaya aktualitasnya. Dicatat sebagai pendapatan lain-lain hasil perhitungan
estimasi lebih tinggi dan biaya aktualnya. Dasar estimasi untuk biaya-biaya diatas
adalah selisih fisik antara jumlah yang tercantum dalam RKT dengan yang
dilaksanakan secara aktual dikalikan dengan biaya persatuan.
3. Biaya Pemeliharaan dan Pembinaan Hutan dibebankan ke biaya produksi. Biaya
ini, seperti biaya persemaian, biaya persiapan lapangan, biaya seleksi di bebankan
ke biaya produksi. Biaya yang timbul sebagai akibat kegiatan pemeliharaan dan
pembinaan hutan harus diestimisasi dan di bebankan sebagai Biaya Produksi
walaupun kegiatannya belum dilaksanakan. Kewajiban yang timbul karena belum
dilaksanakannya kegiatan pengusahaan hutan diatas dan jumlahnya masih
diestimisasi harus dievaluasi setiap akhir periode.
Selisih dan evaluasi tersebut dibebankan sebagai biaya produksi atau pendapatan
lain-lain. ini sesuai dengan Pemyataan Standar Akuntansi Keuangan No. 32
tentang Akuntansi Kehutanan par. 26 dan butir 9e pada Lampiran Surat Edaran
Dirjen Pengusahaan Hutan No. 123/1V-PPH/1995). Dibebankan sebagai biaya
produksi bila hasil perhitungan estimasi lebih rendah dan biaya aktualnya. Dicatat
sebagai pendapatan lain-lain bila hasil perhitungan estimisasi lebih tinggi dan biaya
aktualnya.
Dasar estimasi untuk biaya-biaya diatas adalah selisih fisik antara jumlah yang
tercantum dalam RKT dengari yang dilaksanakan secara aktual dikalikan dengan
biaya per satuan.
4. Biaya Pengendalian Kebakaran dan Pengamanan Hutan sesuai klasifikasinyã ada
yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa konsesi sebagai biaya
produksi atau langsung dibebankan ke biaya produksi.
Biaya yang timbul sehubungan dengan kegiatan pembangunan dan pengadaan
sarana pengendalian kebakaran dan pengamanan hutan meliputi tetapi tidak
terbatas pada pembangunan menara api, pos jaga, pembuatan hilaran api, dan
pengadaan mobil kebakaran karena memiliki masa manfaat lebih dari satu periode
akuntansi maka perlakuan akuntansinya adalah dikapitalisasi sebagai biaya yang
ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya, dengan masa manfaat
maksimum sampai akhir masa konsesi. Biaya investasi dengan manfaat lebih dari
satu tahun diamortisasi.
masa manfaat maksimal 20 tahun.
Amortisasi
biaya produksi
Biaya total dikapitalisasi dan akan disajikan pada neraca dalam bentuk nilai bersih
setelah dikurangi dengan biaya penyusutan (amortisasi).
Biaya-biaya yang berhubungan dengan usaha pengendalian kebakaran dan
pengamanan hutan meliputi pengerahan tenaga, penggunaan bahan dan
perlengkapan serta premi asuransi kebakaran dibebankan ke Biaya Produksi.
Biaya ini diakui pada saat bebannya telah timbul. Dasar estimasi untuk biaya-biaya
di atas adalah selisih fisik antara jumlah yang tercantum dalam RKT dengan yang
dilaksanakan secara aktual dikalikan biaya persatuan.
5. Biaya Pemungutan Hasil Hutan dibebankan ke Biaya Produksi. Termasuk dalam
biaya pemungutan hasil hutan adalah biaya penebangan, biaya pengangkutan dan
lokasi ke pasar, biaya sewa dok pemerintah daerah. Biaya ini diakui pada saat
bebannya telah timbul.
Dalam biaya pemungutan hasil hutan termasuk penebangan, pembagian batang,
penyaradan, muat bongkar, pengangkutan, TPK dan lain-lainnya dibebankan
kepada biaya produksi.
Sedangkan biaya tetap untuk peralatan eksploitasi yang mencakup penyusutan,
bunga modal dan sejenis secara keseluruhan akan digabung dengan kegiatan lain
untuk seluruh perusahaan akan muncul dalam neraca laba mgi pada biaya “non
operating expenses” yaitu penyusutan, pembayaran bunga untuk tahun yang
bersangkutan. Untuk beban biaya PFTH terhadap biaya produksi per m3 satuannya
adalah sama yaitu per m3.
6. Pemenuhan Kewajiban Terhadap Negara sesuai dengan klasifikasinya ada yang
dikapitalisasi dan kemudian diamortasi selama masa manfaat sebagai biaya
produksi atau Iangsung dibebankan ke biaya produksi.
Kewajiban perusahaan pengusahaan hutan terhadap negara antara lain meliputi
Kewajiban Teknis dan Kewajiban Finansial. Kewajiban Teknis meliputi, tetapi tidak
terbatas pada Analisa Mengenai Dampak Lingkungan (AMDAL), Penyajian
Evaluasi Lingkungan (PEL), Rencana Kelola Lingkungan dan Rencana Pemantaun
Lingkungan (RPL). Kewajiban Finansial meliputi, tetapi tidak terbatas meliputi luran
Hasil Hutan (IHH), Biaya Pengukuran dan Pengujian Hasil Hutan (BPPFIH), Dana
Reboisasi (DR) dan Pajak Bumi dan Bangunan (PBB).
Biaya yang berhubungan dengan kewajiban teknis dikapitalisasi sebagai beban
yang ditangguhkan dan diamortisasi selama masa manfaatnya sebagai biaya
produksi. Biaya yang berhubungan dengan kebijaksanaan finansial yang
ditetapkan pemerintah dibebankan sebagai biaya produksi. Dana Reboisasi dan
luran Hasil Hutan diakui sebagai biaya pada saat dibuat Laporan Hasil Produksi.
Karena perusahaan HPH merupakan wajib bayar maka ia memiliki hutang Dana
Reboisasi dan luran Hasil Hutan bila belum di bayar. Pada saat kayu tebangan
dijual
ke
IPKH,
hutang
Dana
Reboisasi
dan
luran
Hasil
Hutan
akan
dikompensasikan terhadap pendapatan yang diterima setelah perusahaan
perusahaan hutan menerbitkan Surat Pengalihan Kewajiban Penyetoran.
7. Biaya Pemenuhan Kewajiban Lingkungan dan Sosial sesuai dengan klasifikasinya
ada yang dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa manfaat sebagai
Biaya Produksi. Biaya yang timbul dapat dikelompokkan menjadi dua: biaya yang
berhubungan dengan studi diagnostik bina desa hutan biaya yang berhubungan
dengan pelaksanaan bina desa hutan.
Biaya yang berhubungan dengan studi diagnostik dibukukan sebagai beban
ditangguhkan dan diamortasi selama masa manfaatnya sebagai biaya produksi.
Biaya yang berhubungan dengan pelaksanaannya dibebankan sebagai biaya
produksi. Biaya ini diakui pada saat bebannya telah timbul.
8. Biaya Pembangunan Sarana dan Prasarana sesuai dengan klasifikasinya ada yang
dikapitalisasi dan kemudian diamortisasi selama masa manfaatnya dan dibukukan
sebagai biaya produksi. Biaya ini diakuai pada saat bebannya telah timbul.
Biaya pembangunan jalan induk dan jalan cabang yang umur pakainya (masa
manfaat) lebih dari 1 (satu) tahun, direkapitulasi dan disusutkan selama masa
manfaatnya penyusutan setiap tahunnya dibukukan sebagai biaya produksi
Sedangkan pembangunan jalan ranting yang fungsinya untuk langsung masuk ke
petak tebangan, umur pakai biasanya pada RKT berjalan dibebankan sebagai
biaya produksi. Untuk kepentingan tersebut di atas laporan pembangunan jalan
harus terperinci karena ada perbedaan dalam perlakuan akuntasinya.
Disamping pembangunan jalan, untuk sarana/prasarana lain seperti bangunan
(Base Camp) dan lain-lainnya yang umur pakainya lebih dan 1 (satu) tahun harus
dikapitalisasi atau merupakan aset (aktiva tetap) dan harus disusutkan setiap
tahunnya sesuai dengan masa manfaat (umur pakai). Biaya penyusutan masuk
dalam beban biaya produksi.
9. Terhadap biaya penelitian dan pengembangan, pendidikan dan latihan serta
asuransi tenaga kerja yang dinikmati unit kegiatan perusahaan yang berhubungan
langsung dengan kehutanan maka dicatat sebagai biaya produksi.
Seperti telah disebutkan di muka dalam suatu unit perusahaan hutan HPH,
kegiatan perusahaan (volume dan jenis) kegiatan telah dirumuskan dalam mekanisme
kelestarian hutan. Sebenarnya neraca perusahaan maupun laba rugi sudah dapat
diperkirakan secara cermat karena dalam perusahaan hutan terdapat hubungan yang
kuat dalam komponen-komponen penyusunan neraca/laba rugi dan besarnya kegiatan
dalam produksi (M3) maupun kegiatan lain yang dapat dihubungkan dengan produksi
(M3) dalam bentuk beban biaya. Beberapa komponen tersebut dapat dijelaskan
sebagai berikut:
A. Aktiva Tetap
Aktiva Tetap dalam perusahaan hutan yang dikelola dengan swalola harus
mempunyai modal berupa peralatan mekanisme untuk berbagai jenis kegiatan:
Traktor penyaradan “buldozer” untuk pembuatan jalan, truk untuk pengangkutan
kayu, loader/ unloader untuk muat bongkar. Besamya aktiva tetap berhubungan
langsung dengan skala produksi dan prestasi kerja peralatan yang akan
menentukan jenis dan peralatan yang dipakai. Sebagai contoh misalnya skala
produksi 150.000 M3/tahun.
a. Prestasi kerja Peralatan Penyaradan traktor 10.00 M3/tahun, maka perusahaan
tersebut harus mempunyai traktor sebanyak 15 buah yang merupakan aktiva
tetap.
b. Prestasi kerja Peralatan Angkutan Truk sebesar 20.000 M3/tahun untuk jarak
angkutan tertentu dan kapasitas muatan per trip tertentu, maka perusahaan
tersebut harus mempunyai 7,5 truk, dibulatkan menjadi 8 buah Truk merupakan
aktiva tetap.
Demikian pula untuk jenis dan jumlah peralatan lainnya. Dengan
mengetahui harga perolehan dan besarnya penyusutan maka akan diketahui
besarnya aktiva tetap.
B. Kewajiban
Besarnya kewajiban / hutang yang dihubungkan dengan modal tetap
keperluannya dapat dihitung berdasarkan cara perhitungan aktiva tetap seperti
diatas.
C. Aktiva Lancar
Keperluan aktiva lancar dalam perusahaan antara lain sangat terkait
dengan modal kerja perusahaan antara pembayaran upah/gaji, pembelian material
(bahan bakar, bahan pelumas, ban, suku cadang dll). Keperluan uang kas maupun
yang harus dibayarkan pada perusahan ditentukan oleh besarnya pembayaran
diatas yang ditentukan oleh banyaknya tenaga kerja.
Download