Teknik pengajaran unsur bahasa Dalam Bahasa Arab Oleh: Sri Guno Najib Chaqoqo 1. Pengajaran baca tulis Harus dimengerti bahwa bahasa Arab tida mengenal huruf fokal atau Sillabary, sehingga mengajarkan bahasa Arab berbeda dengan bahasa lain. Pengajaran baca tulis bisa dimulai dengan mengenalkan dua hal, yaitu pertama alphabetik (abjad), kemudian ang kedua struktur bunyi yang menggunakan harakat fatkhah, kasrah, dan dhummah. Metode ang pertama dalam pengajaran al Qur’an diajarkan oleh metode baghdadiyah, sedangkan metode struktur baca secara langsung oleh metode mutakhir seperti Qiroati, Yanbua, Iqra, dsb. 2. Teknik Pengajaran Struktur bahasa Semua bahasa memiliki struktur dengan karakter masing-masing. Bahasa Indonesia misalnya mengenal sistem Diterangkan Menerangkan untuk sebuah frase. Problematika ini tentu membutuhkan teknik pengajaran tersendiri. Dalam bahasa Arab, pengajaran struktur bahasa bisa melalui pengajaran kaidah, sebagaimana diajarkan di pesantren-pesatren salaf, dengan kitab-kitab yang bertingkat, mulai al Ajrumiyah (Jurumiyah), Imrithi, dan alfiyah. Dua kitab ini melalui model syair bait ang dihafalkan oleh para santri di pesantren salaf. Model pengenalan kaidah ini juga dilakukan di pondok modern. Bedanya, kalau pondok salaf menggunakan metode deduktif sedangkan pondok modern menggunakan metode induktif. Metode deduktif adalah dengan menetengahkan teori struktur bahasa, khususna nahwu, baru kemudian kepada contoh-contoh kalimatnya. Sementara itu, metode induktif adalah mengetengahkan contoh-contoh baru kemudian diambil kesimpulannya. Selain dengan teoritisasi kaidah, juga digunakan latihan-latihan (drill) agar pembelajar bisa membiasakan kaidah hingga tertanam kuat dalam ingatannya. 3. Teknik Pengajaran Kosakata Ahmad Fuad Fanani, mengutip Savier, bahwa belajar bahasa tida bisa melalui kamus. Ini mengindikasikan bahwa belajar kosakata bukanlah hal ang utama dalam pembelajaran bahasa. Ada dua penjelasan mengenai kosakata terkait makna sebuah kata, yaitu denotatif dan konotatif. Denotatif adalah makna ang sebenarna, sedangkan konotatif adalah makna kiasan. Dalam bahasa Arab dikenal dengan istilah makna haqiqi / Ashli dan makna idhafi . Ada lima hal ang perlu diperhatikan dalam pengajaran kosakata; 1. Pengajaran kosakata tida bisa berdiri sendiri 2. Ada pembatasan 3. Kontekstualisasi Kosakata 4. Terjemah dalam kosakata 1 5. Tingkat kesukaran Adapun tahapan pengajarannya adalah: a. Dengan mengenalkan kosakata melalui pendengaran b. Setelah bisa mendengarkan, maka diusahakan mengucapkan, c. Dan terakhir yaitu dengan mendapatkan makna kata itu. Tekniknya yaitu: 1. Mengenalkan konteks (siyaq al kalam) 2. Definisi kata (ta’rif) 3. Sinonim (muradif) 4. Antonim (dhid) 5. Model peraga benda asli atau tiruan 6. Gambar 7. Membaca kata 8. Menulis kata 9. Kuis 10. Dsb. Secara teknis, model-model ini bisa dikembangkan secara mandiri tergantung kebutuhan dari apa ang ingin dicapai oleh sebuah materi pengajaran. Prinsip bertahap sangat penting dalam pengajaran, sehingga kurikulum harus menunjang kepada target itu. Misalnya dari materi yang mudah ke materi yang sulit. Dari hal-hal ang ada di sekitar kita hingga yang jauh dan abstrak. 2