Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 1 PENGARUH PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 MERLUNG Oleh : Mutiara Sani ), Roseli Theis 2), Yelli Ramalisa 3) 1 ) Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2 ) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Email : 1) [email protected] 1 ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) terhadap hasil belajar matematika siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan pendekatan kuantitatif. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Posttest Only Control Design dengan dua kelas sampel yang masing-masing diberi posttest. Sampel yang terpilih adalah siswa kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan siswa kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Teknik pengambilan sampel yaitu simple random sampling. Metode pengumpulan data untuk penilaian hasil belajar siswa menggunakan posttest, dan lembar observasi. Analisis data untuk mengetahui pengaruh pembelajaran menggunakan uji t satu pihak, yaitu pihak kanan. Penelitian dilaksanakan di SMPN 1 Merlung di kelas VIII pada semester genap tahun ajaran 2016/2017. Sampel yang diteliti sebanyak 60 siswa yang terdiri dari 30 siswa kelas eksperimen dan 30 siswa kelas kontrol. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi dari pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan ekspositori. Hal ini juga dibuktikan dengan hasil uji thitung dibandingkan ttabel untuk nilai posttest dengan tingkat kepercayaan 95% didapatkan thitung > ttabel yaitu 2,16 > 1,6723, sehingga H1 diterima. Dengan demikian, pembelajaran menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa di kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung. Kata Kunci : hasil belajar siswa, metode quantum learning, media lagu, segitiga dan segiempat Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Page 2 PENGARUH PENDEKATAN MODEL-ELICITING ACTIVITIES (MEAs) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA PADA MATERI SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL DI KELAS VIII SMP NEGERI 1 MERLUNG Oleh : Mutiara Sani ), Roseli Theis 2), Yelli Ramalisa 3) 1 ) Alumni Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi 2 ) dan 3) Dosen Program Studi Pendidikan Matematika FKIP Universitas Jambi Email : 1) [email protected] 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Matematika yang bersifat abstrak adalah salah satu mata pelajaran yang berperan penting dalam pendidikan. Kenyataannya, matemati-ka belum diterima dengan senang hati oleh siswa. Hal ini dapat diantisipasi dengan memberikan wawasan dan arahan serta pendekatan yang tepat kepada siswa. Khususnya tentang penggunaan atau aplikasi matematika dalam bidang ilmu lain dalam kehidupan sehari-hari. Padahal, secara sengaja atau tidak sengaja maupun langsung atau tidak langsung, siswa menerapkan matematika dalam kehidupan sehari-hari. Sistem Persamaan Linear Dua Variabel (SPLDV) merupakan salah satu materi matematika yang di pelajari di kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP). Materi SPLDV merupakan materi yang sarat akan soal-soal yang berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, karena biasanya soal-soal pada materi ini berbentuk soal cerita dan berhubungan dengan kegiatan sehari-hari. Karena berhubungan de-ngan kehidupan sehari-hari siswa se-harusnya dapat mengkonstruksi pe-ngetahuan dan pengalaman yang di-miliki terhadap pembelajaran SPLDV yang akan dipelajari. Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Berdasarkan hasil observasi dan wawancara terhadap guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 1 Merlung, dijumpai bahwa dalam pembelajaran SPLDV kelas VIII seringkali nilai siswa berada di bawah kriteria ketuntasan minimal (KKM) yang ditetapkan yaitu 70. rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran sistem persamaan linear dua variabel adalah karena sebagian besar siswa tidak menyukai mata pelajaran matematika. Banyak siswa berpikir bahwa mata pelajaran matematika adalah mata pelajaran yang sulit, menakutkan, dan bahkan menjadi momok tersendiri bagi siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat Abdurrahman (2012:202) yang menyatakan bahwa matematika adalah bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa. Guru sebagai pengajar telah mengupayakan berbagai cara untuk meminimalisir hal tersebut. Dari hasil wawancara tersebut, didapatkan informasi bahwa rendahnya hasil belajar didasari dari pemikiran siswa bahwa matematika itu sulit, sehingga membuat siswa malas dan tidak tertarik pada matematika yang pada akhirnya membuat siswa tidak melibatkan dirinya secara aktif dalam pembelajaran. Padahal dalam pembelajaran, siswa Page 3 dituntut untuk selalu aktif. Sejalan dengan pernyataan ini, Dzulfikri (2013:517) menyatakan bahwa belajar aktif sangat diperlukan oleh siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang maksimum. Ketika siswa pasif, ada kecenderungan untuk cepat melupakan apa yang telah didapatkan dalam pembelajaran. Hal lain yang mempengaruhi adalah, dalam pembelajaran pada materi sistem persamaan linear dua variabel, siswa tidak mampu menentukan model matematika yang berhubungan dengan masalah yang diajukan, atau siswa tidak bisa menyelesaikan model matematika yang dibuat. Padahal, materi sistem persamaan linear dua variabel merupakan salah satu materi dalam matematika yang berkaitan erat dengan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Pada materi ini, siswa dituntut untuk dapat menyelesaikan masalah dengan cara memodelkan masalah menjadi model matematika. Sehingga, untuk mengatasi kesulitan siswa dalam memodelkan masalah, perlu ditanamkan pemahaman terhadap pemodelan dengan baik Salah satu pembelajaran yang berupaya mengaktifkan siswa dan membiasakan siswa mengubah suatu masalah ke dalam model matematika adalah pembelajaran dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs). Widyastuti (2011:142) menyatakan bahwa Model-Eliciting Activities (MEAs) adalah pembelajaran yang didasarkan pada situasi kehidupan nyata siswa, bekerja dalam kelompok kecil, dan menyajikan sebuah model matematika sebagai sebuah solusi. Berdasarkan alasan-alasan yang telah dijelaskan diatas, maka pada Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi penelitian ini akan dikaji tentang “Pengaruh Pendekatan ModelEliciting Activities (MEAs) Terhadap Hasil Belajar Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung”. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan adalah metode ekperimen dengan menggunakan suatu pendekatan kuantitatif. Arikunto (2014:9) menyatakan bahwa penelitian eksperimen dilakukan untuk melihat akibat suatu perlakuan, Penelitian dilakukan di SMP Negeri 1 Merlung. Penelitian dilaksanakan dengan menggunakan rancangan penelitian “The Randomized PosttestOnly Control Design”, dengan 2 kelas sampel, yaitu kelas eksperimen yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dan kelas kontrol yang diterapkan pembelajaran menggunakan pendekatan ekspositori. Populasi penelitian ini adalah siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung tahun ajaran 2016/2017, dengan teknik penentuan sampelnya menggunakan teknik simple random sampling. Data penelitian dikumpulkan menggunakan tes hasil belajar matematika setelah diberikan perlakuan pada masing-masing kelas sampel. Rancangan penelitian ini meliputi tiga tahap yaitu persiapan, pelaksanaan dan tahap akhir. Pada tahap persiapan dilakukan kegiatan: menngambil nilai ulangan siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Kota Jambi, menyiapkan rpp dan mempersiapkan pembelajaran dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) pada kelas eksperimen dan pendekatan ekspositori pada kelas Page 4 kontrol. Tahap pelaksanaan, pada kelas eksperimen dilakukan penerapan Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) sedangkan kelas kontrol dilakukan pembelajaran dengan pendekatan ekspositori. Pada tahap akhir, dilaksanakan posttest terhadap kedua kelas sampel, kemudian hasil yang didapat dianalisis dan akan didapatkan kesimpulan penelitian. Sebelumnya, data terlebih dahulu diuji normalitas dengan uji Lilliefors dan uji homogenitas dengan uji Bartlett, sebagai prasyarat sebelum masuk ketahap analisis data. Selanjutnya uji hipotesis yang digunakan adalah uji-t, yaitu untuk menguji apakah terdapat pengaruh yang nyata dari variabel bebasnya terhadap variabel terikatnya. Adapun hipotesis yang dirumuskan adalah: ๐ป0 โถ ๐1 ≤ ๐2 ๐ป1 โถ ๐1 > ๐2 Keterangan: H0 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan Model-Eliciting Activities lebih kecil atau sama dengan rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan ekspositori H1 : Rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan Model-Eliciting Activities lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan ekspositori. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Merlung, dengan Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi mengambil 2 kelas sampel dari 5 kelas populasi, dimana kelas VIII A sebagai kelas eksperimen dan kelas VIII B sebagai kelas kontrol. Kelas sampel yang terpilih telah mewakili seluruh populasi yang ada (representatif), artinya kelas sampel yang terpilih berdistribusi normal, homogen, dan memiliki kesamaan rata-rata yang dipilih menggunakan teknik random sampling. Analisis terhadap uji normalitas, homogenitas dan kesamaan ratarata populasi ini menggunakan nilai mentah ulangan matematika siswa. Analisis uji normalitas terhadap populasi dilakukan dengan menggunakan uji Lilliefors. Dari uji Lilliefors tersebut didapatkan semua kelas memenuhi kriteria L0 < Ltabel. Selanjutnya dilakukan uji homogenitas variansi terhadap kelas populasi dengan uji Bartlett dan diperoleh hasil ๐2 โ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐2 ๐ก๐๐๐๐ yaitu 2,4812 < 9,488 sehingga dapat disimpulkan bahwa kelima kelas mempunyai variansi homogen. Kemudian dilakukan uji kesamaan dua rata-rata dan diperoleh Fhitung < Ftabel yaitu 1,2399 < 2,1276. Sehingga dapat disimpulkan bahwa kemampuan matematika siswa kelima kelas tersebut tidak berbeda secara signifikan. Instrumen hasil belajar yang digunakan berupa posttest, dan lembar observasi. Sebelumnya soal posttest diuji cobakan diluar kelas sampel yaitu kelas VIII C. Uji coba soal posttest dilakukan untuk mendapatkan soal yang layak digunakan sebaga data dalam penelitian. Hasil uji coba tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini: Page 5 Tabel 1 Hasil Analisis Tingkat Kesukaran Uji Coba posttest Kriteria Jumlah Soal Terlalu Sukar Sukar 1 Sedang 2 Mudah 1 Terlalu Mudah - Berdasarkan tabel analisis tingkat kesukaran diatas, didapatkan soal yang akan diuji kan ke kelas sampel merata, artinya terdapat soal yang sukar, sedang, dan mudah. Tabel 2 Hasil Analisis Daya Beda Uji Coba posttest Kriteria Jumlah Soal Sangat Buruk Buruk Cukup 4 Baik Sangat Baik - Berdasarkan tabel analisis daya beda uji coba soal diatas, pada soal posttest semua soal berada pada kategori cukup. Selanjutnya, reliabilitas untuk soal posttest diuji dengan rumus alpha, diperoleh r11 = 0,5574. Hal ini menunjukkan bahwa reliabilitas tes hasil belajar yang dijadikan instrumen untuk soal posttest dalam penelitian adalah sedang, dan semua soal uji coba tersebut dapat digunakan dalam penelitian sebagai soal posttest. Setelah soal posttest diberikan maka didapatkan hasil sebagai berikut: Kelas Eksperimen Kontrol Tabel 3 Hasil posttest Rata-rata Simp. Baku 74,63 11,9351 67,03 15,1281 Setelah data didapatkan, maka hasil tes tersebut di uji kembali normalitas, homogenitas dan kesamaan dua rata-ratanya (uji hipotesis). Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Tabel 4 Hasil uji normalitas nilai posttest Posttest Uji Liliefors Eks. Kontrol Lhitung 0,1468 0,1032 Ltabel 0,1617 0,1617 Keterangan Berdistribusi Normal Dari tabel di atas terlihat bahwa Lo < Ltabel. Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil posttest kedua kelas sampel berdistribusi normal pada taraf kepercayaan 95%. Tabel 5 Hasil uji homogenitas nilai posttest Uji homogenitas Posttest ๐นโ๐๐ก๐ข๐๐ 1,6066 1,8606 ๐น๐ก๐๐๐๐ Keterangan Homogen Dari tabel di atas terlihat bahwa ๐นโ๐๐ก๐ข๐๐ < ๐น๐ก๐๐๐๐ . Berdasarkan hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hasil pretest dan posttest kedua kelas sampel mempunyai variansi homogen pada taraf kepercayaan 95%. Setelah didapat hasil belajar pada kelompok sampel normal dan homogen pada taraf kepercayaan 95%, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis terhadap data posttest. Dari hasil perhitungan diperoleh: ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ = 2,1603 dan ๐ก๐ก๐๐๐๐ = 1,6723 dengan ๐กโ๐๐ก๐ข๐๐ > ๐ก๐ก๐๐๐๐ yaitu 2,1603 > 1,6723, maka tolak H0 dan terima H1. Jadi dapat disimpulkan bahwa rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan ModelEliciting Activities lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar matematika siswa melalui pendekatan ekspositori. Penilaian lembar observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung, terdiri dari lembar observasi aspek afektif, psikomotorik, Page 6 dan juga lembar observasi aktifitas guru dan siswa. Tabel 8 Hasil Observasi Penilaian Aspek Afektif Kelas Eks. Kontrol N 30 30 Rata-Rata 3,26 2,96 Kategori Baik Baik Dari hasil tersebut terlihat bahwa hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Tabel 9 Hasil Observasi Penilaian Aspek Psikomotorik Kelas N Rata-Rata Kategori Eks. Kontrol 30 30 3,55 3,28 Sangat baik Baik Dari hasil tersebut terlihat bahwa hasil observasi aspek psikomotorik kelas eksperimen lebih baik dari kelas kontrol. Tabel 10 Hasil Observasi Aktivitas Guru Kelas N Rata-Rata Kategori Eks. Kontrol 30 30 94,38% 91,54% Sangat baik Sangat baik Tabel 11 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Kelas N Rata-Rata Kategori Eks. Kontrol 30 30 79,14% 74,81% Sangat baik Baik Dari hasil tersebut terlihat bahwa hasil observasi aktivitas guru dan siswa pada kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol Pembahasan Penelitian Hasil penelitian awal menunjukkan bahwa kelas eksperimen dan kelas kontrol berangkat dari kondisi awal yang sama. Hal ini Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi terbukti dari analisis yang dilakukan sebelum pengambilan kelas sampel terhadap nilai mentah hasil ujian semester kelas VIII (populasi) didapatkan kedua kelas sampel yang terpilih berdistribusi normal, homogen, dan memiliki rata-rata hasil belajar yang sama artinya kedua kelas sampel telah setara secara akademik. Berdasarkan analisis data yang telah dilakukan terhadap data posttest, diketahui rata-rata skor posttest kelas eksperimen adalah 74,63 dan rata-rata skor posttest kelas kontrol adalah 67,03. Skor rata-rata posttest kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Hal ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Andriani (2014) bahwa rata-rata hasil posttest siswa kelas eksperimen yang dibelajarkan dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata hasil posttest siswa kelas kontrol yang dibelajarkan dengan pendekatan konvesional. Hal ter-sebut didukung dengan uji hipotesis terhadap rata-rata skor posttest dengan menggunakan uji t satu pihak yaitu pihak kanan yang menghasilkan nilai uji thitung untuk nilai posttest adalah 2,16. Sedangkan ttabel dengan tingkat kepercayaan 95% adalah 1,6723. Karena thitung > ttabel yaitu 2,16 > 1,6723, maka H0 ditolak sedangkan H1 diterima yang artinya rata-rata nilai posttest kelas eksperimen dan kelas kontrol tidak sama. Dimana hasil posttest untuk siswa kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan hasil posttest siswa kelas kontrol. Maka ber-dasarkan data dan uji diatas dapat disimpulkan bahwa perlakuan yang diberikan pada kelas eksperimen dengan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities Page 7 (MEAs) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Hal ini sejalan dengan pendapat dari Sugiyono (2013:112) yang menyatakan bahwa, kalau terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok eksperimen dan kelompok kontrol, maka perlakuan yang diberikan berpengaruh secara signifikan. Hal ini juga sesuai dengan pendapat Sukestiyarno (2014:201) yakni apabila kelompok rataan eksperimen lebih tinggi daripada rataan kelompok kontrol, maka dengan diberi perlakuan pada kelompok eksperimen memberi pengaruh yang cukup berarti. Selain melihat hasil belajar siswa pada aspek pengetahuan, peneliti juga melihat hasil belajar siswa pada aspek afektif, dan psikomotorik. Hasil belajar siswa pada aspek afektif dan psikomotorik dinilai berdasarkan lembar observasi yang dinilai atau diamati oleh observer. Hal tersebut dilihat saat proses pembelajaran. Berdasarkan hasil analisis data observasi aspek afektif diketahui bahwa rata-rata hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen adalah 3,26 dan berada pada kategori baik. Sedangkan rata-rata hasil observasi aspek afektif kelas kontrol adalah 2,96 dan berada pada kategori baik. Meskipun kategori yang didapatkan adalah sama, namun perbandingan rata-rata hasil observasi aspek afektif berbeda yaitu hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 3,26 > 2,96. Hasil analisis data observasi aspek psikomotorik di-ketahui bahwa rata-rata hasil observasi penilaian aspek psikomotorik kelas eksperimen sebesar 3,55 dengan kategori sangat baik, sedangkan rata-rata hasil observasi penilaian aspek psikomotorik Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi kelas kontrol sebesar 3,28 dengan kategori baik. Jadi, dapat dilihat perbandingan rata-rata hasil observasi aspek psikomotorik kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 3,55 > 3,28. Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru diperoleh bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas guru kelas eksperimen adalah 94,38% dan berada pada kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil observasi aktivitas guru kelas kontrol adalah 91,54% dan berada pada kategori sangat baik. Meskipun kategori yang didapatkan adalah sama, namun perbandingan rata-rata hasil observasi aspek afektif berbeda yaitu hasil observasi aspek afektif kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 94,38% > 91,54%. Berdasarkan perhitungan hasil observasi tersebut dapat diketahui bahwa pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru dikedua kelas sampel memiliki nilai aktivitas yang sangat baik. Hal ini berarti guru sudah menjalankan proses pembelajaran dengan optimal baik pada kelas eksperimen yang menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) maupun pada kelas kontrol yang menggunakan pendekatan ekspositori. Dari hasil observasi aktivitas siswa diperoleh bahwa rata-rata hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen adalah 79,14% dan berada pada kategori sangat baik. Sedangkan rata-rata hasil observasi aktivitas siswa kelas kontrol adalah 74,81% dan berada pada kategori baik. Jadi, dapat dilihat bahwa hasil observasi aktivitas siswa kelas eksperimen lebih tinggi dari kelas kontrol yaitu 79,14% > 74,81%. Hal ini berarti siswa sudah Page 8 berusaha maksimal menjalankan proses pembelajaran di kedua kelas sampel. Menurut Hadi dalam Agusmawan,dkk, (2013:6) kriteria taraf keberhasilan tindakan ditentukan apabila analisis lembar observasi aktivitas siswa berada pada kategori baik dan sangat baik. Berdasarkan hasil pembahasan diatas maka dapat disimpulkan bahwa secara umum siswa yang diajar dengan pembelajaran menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) memiliki rata-rata hasil belajar yang lebih tinggi dari siswa yang diajar dengan menggunakan pendekatan ekspositori. Sehingga pembelajaran dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan hasil peneltian yang dilaksanakan mengenai pengaruh pendekatan ModelEliciting Activities (MEAs) terhadap hasil belajar siswa pada materi sistem persamaan linear dua variabel di kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung diperoleh beberapa kesimpulan sebagai berikut: Hasil belajar matematika siswa yang diajar dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) lebih tinggi dari pada hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ModelEliciting Activities (MEAs) yaitu sebesar 74,63 dan nilai rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori sebesar 67,03. Untuk hasil belajar aspek afektif Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi dilihat dari lembar observasi aspek afektif di kelas yang diajar dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) yaitu sebesar 3,29 berada pada kategori baik dan kelas yang diajarkan dengan pendekatan ekspositori sebesar 2,96 berada pada kategori baik. Sedangkan untuk hasil belajar aspek psikomotorik dilihat dari lembar observasi aspek psikomotorik di kelas yang diajar dengan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) yaitu sebesar 3,55 berada pada kategori sangat baik dan kelas yang diajarkan dengan pendekatan ekspositori sebesar 3,28 berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ModelEliciting Activities (MEAs) lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar siswa yang diajar dengan pendekatan ekspositori. Dengan demikian, “Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) berpengaruh terhadap hasil belajar matematika Siswa Pada Materi Sistem Persamaan Linear Dua Variabel di Kelas VIII SMP Negeri 1 Merlung”. Saran 1. Bagi guru yang akan menggunakan pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) di kelas disarankan untuk merancang kegiatan pembelajaran dengan memperhatikan durasi waktu, keadaan kelas dan siswa, serta bahan ajar atau alatalat penunjang lainnya sehingga prinsip-prinsip dari pen-dekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) dapat terlaksana semaksimal mungkin. 2. Peneliti hanya mengadakan penelitian dengan pendekatan ModelPage 9 Eliciting Activities (MEAs) pada materi sistem persamaan linear dua variabel saja, dan untuk penelitian selanjutnya disarankan untuk dilakukan pada materi lain. DAFTAR PUSTAKA Abdurrahman, M. 2012. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta: Rineka Cipta. Agusmawan. dkk. 2013. Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Pkn dengan Menggunakan Peta Konsep Di Kelas IV SD N 1 Bale. Jurnal Kreatif Tadulako (online), volume 6 nomor 9. Andriani, Dewi. 2014. Pengaruh Pendekatan Model-Eliciting Activities (MEAs) terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa. Jakarta: UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. Dzulfikri, M. & Joko. 2013. Pengaruh Metode Pembelajaran Aktif dengan Strategi Pembelajaran Reconnecting terhadap Hasil Belajar Siswa pada Mata Pelajaran Menggunakan Hasil Pengukuran kelas XI TITL semester 1 di SMKN 7 Surabaya. (Online) (http://ejournal.unesa.ac.id/arti cle/3954/44/article.pdf,diakses tanggal 6 Oktober 2016) Sugiyono. 2013. Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabetha. Sukestiyarno, YL, MS, Ph.D. 2014. Statistika Dasar. Yogyakarta: Penerbit Andi. Tim Penyusun. 2011. Panduan Penulisan Skripsi. Jambi: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Jambi. Mutiara Sani : Mahasiswa FKIP Universitas Jambi Widyastuti. 2011. Pengaruh Pembelajaran Model-Eliciting Activities terhadap Kemampuan Representasi Matematis Siswa. Prosiding Seminar Nasional Pendidikan MIPA. ISBN:978-9798510-32-8. Lampung: Lembaga Penelitian Universitas Lampung. Page 10