press release

advertisement
PRESS RELEASE
WORKSHOP TOPONIMI
PERANAN UNGEGN DALAM MENUNJANG KEGIATAN TIM NASIONAL DAN
PANITIA PEMBAKUAN NAMA RUPABUMI DI INDONESIA
Workshop Toponimi diselenggarakan pada tanggal 7 April 2011 di IPB International
Convention Center, Botani Square, Bogor. Tema dari Workshop adalah ”Peranan UNGEGN
(United Nations Group of Experts on Geographical Names) Dalama Menunjang Kegiatan
Tim Nasional dan Panitia Pembakuan Nama Rupabumi di Indonesia”. Organisasi
penyelenggara adalah Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional (Bakosurtanal),
bekerjasama dengan Ditjen Pemerintahan Umum, Kementerian Dalam Negeri.
Tujuan workshop adalah untuk memberi pemahaman tentang peranan UNGEGN dalam
menunjang lembaga otoritas nasional nama geografi/nama rupabumi (National Geographic
Names Authorities) semua negara anggota Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) dalam aktifitas
mengelola dan membakukan nama rupabumi di negara masing-masing.
Apa yang dimaksud dengan nama rupabumi? Nama rupabumi atau nama topografi atau namanama geografi atau nama-nama tempat adalah nama-nama yang digunakan untuk unsur-unsur
alami maupun unsur buatan manusia yang berada di permukaan bumi. Kemudian yang disebut
unsur alami adalah gunung, bukit, sungai, anak-sungai, teluk, selat, pulau, laut, danau, dst.,
dan yang disebut nama-nama unsur buatan manusia adalah nama-nama kota, desa, bandara,
pelabuhan, bendungan, jalan raya, jalan tol, kawasan pemukiman, kawasan administrasi
(provinsi, kabupaten, kecamatan, kota, desa, kawasan cagar alam, kawasan konservasi, taman
nasional, dsb). Berdasarkan luas wilayah laut teritorial Indonesia yang mencapai 3.166.163
km² dan keaneka-ragaman suku bangsa, dan menurut Summer Institute of Linguistics, AS
diperkirakan jumlah bahasa daerah yang ada di Indonesia adalah 731 bahasa daerah, tentunya
hal ini akan membawa dampak pada rancunya penulisan nama-nama rupabumi yang ada,
sehingga perlu pengelolaan dan penulisan yang baku. Inilah tugas utama dari lembaga otoritas
nasional nama-nama rupabumi di setiap negara anggota PBB. Di Indonesia lembaga tersebut
bernama Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi, yang mempunyai kebijakan dalam
pembakuan nama rupabumi.
Mengapa diperlukan pembakuan? Ambil suatu contoh di Indonesia: Nama nama gunung,
seperti Gunung Semeru (ditulis dengan dua kata terpisah, karena “gunung” adalah elemen
generik dari bentuk rupabumi dan “Semeru” nama dirinya, atau elemen spesifik). Kemudian
ada kota yang memakai kata gunung di dalam nama dirinya dan bagaimana menulisnya dalam
kaedah bahasa Indonesia yang benar, yaitu Kota Gunungsitoli (ditulis sebagai satu kata
”Gunungsitoli” karena elemen generiknya bukan gunung tetapi ”Kota”). Begitu juga kita
selalu menulis nama-nama kota Tanjungpinang, Pangkalpinang, Bukittinggi, Ujungpandang,
Muarajambi. Tetapi kita dapati kota pelabuhan di Jakarta ditulis ”Tanjung Priok”, yang
tentunya ini tidak konsisten dalam bahasa Indonesia. Seharusnya ditulis Tanjungpriok atau
Tanjungperiuk, Tanjungperak, Tanjungemas, dsb. Semua harus ditulis dalam satu kata karena
1
bukan nama suatu ”tanjung”. Contoh lain lagi seperti: Cimahi (kota), tetapi Ci Tarum ditulis
dua kata, karena Ci adalah elemen generik dari sungai, demikian Wai Seputih (sungai) dan
Waikambas (daerah konservasi gajah). Wai dan buka Way yang selama ini ditulis secara
resmi, karena ”wai” artinya ”air” atau ”sungai” yang berasal dari bahasa Polynesia.
Kebijakan pembakuan nama rupabumi tertuang di dalam PERPRES 112/2006 tentang Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi. Tim Nasional ini diketuai oleh Menteri Dalam Negeri,
dan beranggotakan antara lain Menteri Pertahanan, Menteri Luar Negeri, Menteri Kelautan dan
Perikanan, serta Menteri Pendidikan Nasional. Sekretaris I adalah Kepala BAKOSURTANAL
dan Sekretaris II adalah Dirjen Pemerintahan Umum, Depdagri. Dalam melaksanakan tugasnya
Tim Nasional dibantu oleh Tim Pelaksana dan Sekretariat. Sebagai Ketua Tim Pelaksana
adalah Kepala BAKOSURTANAL dan Wakil Ketua Dirjen Pemerintahan Umum Kementerian
Dalam Negeri. Di dalam menjalankan tugasnya Tim Pelaksana dibantu oleh Kelompok Pakar,
serta dapat membentuk kelompok-kelompok kerja jika diperlukan. Sekretariat Tim Nasional ini
sesuai dengan Perpres 112/2006 berkedudukan di BAKOSURTANAL. Dalam melaksanakan
tugas membakukan nama rupabumi di daerah, Tim Nasional Pembakuan Nama Rupabumi
dibantu oleh Panitia Pembakuan Nama Rupabumi Provinsi (PPNR Provinsi), dan Panitia
Pembakuan Nama Rupabumi Kabupaten/Kota (PPNR Kabupaten/Kota). Tugas-tugas Tim
Nasional Pembakuan Nama Rupabumi adalah :
a. menetapkan prinsip-prinsip, pedoman dan prosedur pembakuan nama-nama rupabumi;
b. membakukan secara nasional nama, ejaan dan ucapan unsur rupabumi di Indonesia dalam bentuk
gasetir nasional;
c. mengusulkan gasetir nasional untuk dijadikan sebagai bahan penyusunan rancangan Peraturan
Pemerintah mengenai pembakuan nama rupabumi di Indonesia;
d. memberikan pembinaan kepada pemerintah daerah dalam kegiatan inventarisasi, penamaan,
perubahan dan pembakuan nama rupabumi;
e. mewakili Indonesia dalam sidang-sidang di lingkungan Perserikatan Bangsa-Bangsa dan
pertemuan-pertemuan internasional yang berkaitan dengan penamaan dan pembakuan nama
rupabumi.
Peran PBB dalam pembakuan nama rupabumi sangat besar sejak tahun 60 an, yaitu dengan
membentuk UNGEGN (United Nations Group of Experts on Geographical Names). Tujuan
UNGEGN adalah membantu Negara-negara anggota PBB dalam membakukan nama-nama
rupabumi dengan merekomendasikan setiap negara membentuk lembaga otoritas nama
rupabumi di Negara masing-masing.
Pedoman dalam membakukan nama rupabumi mengacu pada resolusi-resolusi hasil Kongres
PBB tentang Pembakuan Nama Rupabumi (United Nations Conference on the Standardization
of Geographical Names), antara lain :
a.
Pembakuan internasional bertumpu pada pembakuan nasional
b.
Dalam wilayah kedaulatan masing-masing negara, adalah hak masing-masing negara
untuk menentukan nama-nama unsur geografinya.
c.
Di luar wilayah kedaulatan setiap Negara, pembakuan internasional diterapkan dengan
persetujuan semua Negara anggota PBB. Ini dilakukan melalui Resolusi dari United
Nations Conference on Standardization of Geographical Names (UNCSGN), yang
diadakan setiap 5 tahun sekali sejak tahun 1967.
2
d.
e.
Salah satu Resolusi UNCSGN No. 4 tahun 1967 adalah di tiap Negara anggota PBB
diusulkan mempunyai Otoritas Nama-Nama Geografis (National Geographical Names
Authority) yang mempunyai tugas pokok dan fungsi serta anggaran yang jelas untuk
kegiatan pembakuan nama rupabumi, pedoman pengumpulan data dan publikasi namabaku yang disebut gasetir (gazetteer) nama rupabumi untuk dipakai secara resmi oleh
semua pihak (pemerintah, masyarakat)
Pembakuan menyangkut tidak hanya menetapkan nama bakunya tetapi juga tata-cara
penulisan nama dan fonetiknya, sehingga diucapkan sama oleh semua orang.
Peran toponimi tidak hanya sekedar untuk keperluan pemetaan, tetapi terkait dengan aspekaspek ekonomi, sosial dan budaya. Contoh peran toponimi terhadap aspek-aspek tersebut,
antara lain: untuk perencanaan dalam menghitung jarak terpendek suatu site ekonomi
(aksesibilitas), bantuan-bantuan sosial untuk korban bencana alam, pelestarian budaya nenek
moyang, sekuriti dan pertahanan.
Informasi nama-nama rupabumi pada saat ini sudah berkembang pesat, sejalan dengan
perkembangan teknologi informasi. Saat ini nama-nama rupabumi sudah digunakan secara
global dalam sistem data online dan penting untuk menyajikan hasil analisis dan interpretasi
data spasial. Teknologi internet sudah menjadi sumber referensi nama rupabumi dan informasi
lain yang penting.
Penggalian sejarah budaya bangsa dapat dilakukan dengan pendekatan toponimi/nama
rupabumi. Sebagai contoh adanya penggunaan Wai di Sumatera, tetapi juga ditemukan di
Maluku, di Papua dan di daerah Pasifik. Dari fenomena ini dapat ditelusur adanya kaitan etnik
bangsa di wilayah Indonesia dengan di Pasifik, lebih jauh dapat ditelusur dengan penelitian
yang detil akan dapat diketahui migrasi etnik bangsa tersebut pada masa lalu. Dengan
pendekatan toponimi dapat digunakan untuk melestarikan budaya masa lalu nenek moyang kita
(intangible cultural heritage).
Jakarta, 7 April 2011
Panitia
Semua informasi dan pertanyaan tentang pembakuan nama rupabumi atau yang terkait dengan
Perpres 112/2006, silahkan hubungi email: [email protected] atau
[email protected]
3
Jam
JADWAL WORKSHOP TOPONIMI
Kamis, 7 April 2011
Acara
09.00 – 10.00
Registrasi / Pendaftaran Ulang
10.00 -10.15
Sambutan dan Pembukaan (Kepala Bakosurtanal)
10.15 -10.20
Pembacaan Do’a oleh H. Asadi Ibrahim
10.20 – 10.45
Rehat Kopi dan Konferensi Pers
SESI I
Moderator: Drs. Eko Subowo, MBA
Topik
Penyaji
Keterangan
10.45 – 11.15
Kebijakan Teknis Dalam
Pembakuan Nama Rupabumi
Kepala Bakosurtanal
11.15 – 11.45
Kebijakan Nasional Dalam
Pembakuan Nama Rupabumi
Dirjen PUM,
Kemdagri
11.45 – 12.00
Diskusi dan Tanya Jawab
12.00 – 13.00
ISHOMA
13.00 – 14.00
SESI II
Moderator: Dr. Budi Sulistyo, MSc.
Peranan UNGEGN Dalam
Pembakuan Nama
Drs. Sukendra Martha,
Rupabumi
M.Sc
Materi Untuk
Sidang
UNGEGN
Session ke 26
Presentasi :
- Country report
- Aktivitas terkait dengan Working Group
UNGEGN
14.00 – 14.30
Informasi Kebahasaan
Untuk Pembakuan Nama
Rupabumi
14.30 – 15.00
15.00 - selesai
Diskusi Panel
Penutupan
Prof. Dr. Multamia RMT
Lauder, MSE., DEA.
Kepala
BAKOSURTANAL
4
Download