10 BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Pemasaran Seorang manusia tidak akan pernah berhenti untuk melakukan komunikasi sebagai salah satu kebutuhan dasarnya. Judi C. Pearson dan Paul E. Nelson mengemukakan bahwa komunikasi mempunyai dua fungsi umum. Pertama, untuk kelangsungan hidup diri sendiri yang meliputi keselamatan fisik, meningkatkan kesadaran pribadi, menampilkan diri kita sendiri kepada orang lain dan mencapai ambisi pribadi. Kedua, untuk kelangsungan hidup masyarakat, tepatnya untuk memperbaiki hubungan sosial dan mengembangkan keberadaan suatu masyarakat.8 Berdasarkan hal itu, dapat dikatakan bahwa komunikasi memenuhi kebutuhan personal maupun sosial dari manusia. Fungsi komunikasi untuk memenuhi kebutuhan personal berupa komunikasi yang dilakukan seseorang terhadap dirinya sendiri. Fungsi komunikasi personal ini bertujuan agar seseorang itu dapat mengenali dan memahami dirinya sendiri, sehingga dia pun akan dapat berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya dengan baik. Hal ini berkaitan dengan fungsi komunikasi sebagai pemenuhan kebutuhan sosial. Dalam fungsi ini, komunikasi yang dilakukan seseorang merupakan cara seseorang tersebut dalam menunjukkan eksistensinya di 8 4 Mulyana, Deddy. Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, 2004.hal : 11 masyarakat atau lingkungan sosialnya. Sehingga dapat dikatakan bahwa komunikasi merupakan cara seseorang berhubungan dengan lingkungan lain diluar dirinya. Komunikasi pada dasarnya adalah suatu proses yang dinamis yang secara bersinambung mengubah pihak-pihak yang berkomunikasi. Komunikasi dapat dikatakan sebagai sebuah proses transaksi. Berdasarkan proses transaksi tersebut, maka orang-orang yang berkomunikasi dianggap sebagai komunikator yang secara aktif mengirimkan dan menafsirkan pesan.9 Setiap individu yang terlibat dalam sebuah proses komunikasi dalam pengertian di atas akan menjadi komunikator, yaitu sebagai pihak yang mengirimkan pesan kepada komunikan. Sebaliknya setiap individu pundapat menjadi komunikan, yaitu pihak yang menerima pesan yang dikirimkan oleh komunikator. Sehingga komunikasi yang terjadi merupakan sebuah proses timbal balik, dimana kedua pihak akan menjalankan peran sebagai komunikator maupun komunikan secara aktif. Komunikasi sebagai proses transaksi pun merupakan proses saling mengirimkan dan menafsirkan makna dari pesan yang disampaikan. John R.Wenburg dan William W. Wilmot mengatakan bahwa komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna.10 Senada dengan itu Stewart L.Tubbs dan Sylvia Moss pun mengungkapkan bahwa komunikasi adalah proses pembentukan makna di antara dua orang atau lebih.11 9 Ibid, hal:69 Ibid, hal:69 11 Ibid 10 12 Definisi-definisi di atas menegaskan bahwa sebagai sebuah proses transaksi, komunikasi harus menjadikan semua pihak yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut menjadi pihak yang saling berusaha untuk memahami setiap makna yang ada dalam proses komunikasi yang terjadi tersebut. Pertukaran dan penafsiran makna maupun informasi menjadi sangat penting dalam konteks komunikasi ini. Seperti juga yang dikatakan oleh oleh Donald Byker dan Loren J.Anderson bahwa komunikasi (manusia) adalah berbagi informasi antara dua orang atau lebih.12 Komunikasi antar manusia merupakan sebuah proses dimana setiap individu yang terlibat dalam proses komunikasi tersebut berperan untuk mengirimkan informasi maupun menafsirkan informasi tersebut. Komunikasi diatas didefinisikan sebagai sebuah proses, hal ini dikarenakan komunikasi merupakan kegiatan yang ditandai dengan tindakan, perubahan, pertukaran dan perpindahan. Terdapat kontinuitas dari setiap unsurnya.13 Komunikasi merupakan sebuah proses yang berkelanjutan dimana dimulai dari seseorang dilahirkan hingga saat kematiannya. Komunikasi merupakan salah satu kegiatan dalam pemasaran yang penting. Kotler mendefinisikan pemasaran sebagai sebuah proses yang membentuk hubungan antara produsen dengan individu atau kelompok dalam menyampaikan produk, yaitu barang dan jasa, dilakukan untuk memenuhi 12 13 Ibid Ibid 13 kebutuhan dan keinginan guna mencapai tingkat kepuasan yang lebih tinggi melalui penciptaan produk atau jasa yang lebih berkualitas. 14 Komunikasi yang dilakukan dalam proses pemasaran melingkupi banyak hal sehingga memang komunikasi merupakan aspek yang penting dalam pemasaran. Komunikasi memungkinkan produsen atau pemasar untuk menginformasikan produk atau jasanya kepada para konsumen. Melalui komunikasi, produsen pun bisa lebih dekat dengan para konsumennya, dan dapat mengetahui apa yang sebenarnya dibutuhkan oleh para konsumen tersebut. Dalam era consumer centric saat ini, konsumen menuntut lebih kepada para produsen. Setiap konsumen berharap untuk diperlakukan secara lebih personal. Sekarang komunikasi yang paling efektif untuk mendapatkan pelanggan adalah melalui komunikasi one to one. Komunikasi one to one merupakan komunikasi yang lebih personal. Komunikasi one to one yang dilakukan oleh produsen bertujuan untuk membuat setiap konsumen merasa diistimewakan dan hal ini diharapkan akan menambah kesetiaan atau loyalitas konsumen pada produk atau jasa tersebut. Komunikasi one to one merupakan komunikasi dua arah, di mana komunikasi yang terjadi tidak hanya berasal dari produsen atau pemasar saja melainkan juga berasal dari para konsumen. Konsumen dapat berkomunikasi dengan para pemasar secara langsung. Hal itu dapat dilakukan melalui layanan customer service, call 14 Kennedy, John E dan R. Dermawan Soemanagara. Marketing Communication Taktik Dan Strategi. Jakarta : PT. Bhuana Ilmu Populer, 2005. hal : 3 14 center, hot line atau layanan lain dimana konsumen dapat memberikan kritik dan sarannya mengenai produk, jasa atau layanan perusahaan secara langsung. Komunikasi one to one ini dimungkinkan karena perkembangan teknologi informasi yang pesat, dalam hal ini adalah internet. Sehingga menjadi lebih mudah bagi pemasar maupun konsumen untuk saling berkomunikasi, tanpa terbatas adanya jarak dan waktu. 2.2 Komunikasi Pemasaran Dalam Bidang Jasa Pada era saat ini selain produk manufaktur, bidang jasa pun mengalami perkembangan dan kemajuan yang pesat. Jasa pun menjadi bidang yang berperan penting bagi perekonomian. Hal itulah mengapa saat ini pemasaran jasa semakin berkembang. Menurut Zithaml dan Bitner jasa itu mencakup semua aktivitas ekonomi yang keluarannya bukanlah produk atau konstruksi fisik, yang secara umum konsumsi dan produksinya dilakukan pada waktu yang sama, dan nilai tambah yang diberikannya dalam bentuk (kenyamanan, hiburan, kecepatan, dan kesehatan) yang secara prinsip intangibel bagi pembeli pertamanya.15 Berdasarkan definisi diatas, nilai tambah dari jasa adalah berupa aspek-aspek intangibel bagi para pembeli pertamanya. Aspek intangibel atau intanginbilitas (ketidaknampakan) adalah aspek-aspek yang tidak berbentuk fisik dan tidak kasat mata dimana jasa tidak bisa dilihat, dirasakan, dicicipi,atau disentuh seperti yang 15 Yazid. Pemasaran Jasa: Konsep Dan Implementasi. Yogyakarta : Ekonisia, 2008. hal : 3 15 dapat dirasakan dari suatu barang atau produk. Intangibilitas inilah yang menjadi pembeda yang paling mendasar antara jasa dan produk. Sifat ketidaknampakkan merupakan aspek pembeda yang paling mendasar antara jasa dan produk. Hal ini juga yang membuat perbedaan pada komunikasi pemasaran pada bidang pemasaran jasa dengan pemasaran produk. Salah satu nilai tambah yang menonjol dalam pemasaran jasa adalah kualitas pelayanan yang diberikan dalam proses pemasaran jasa tersebut. Pelayanan adalah nafas dari sebuah perusahaan yang bergerak dibidang jasa. Kualitas pelayanan menjadi penting, terlebih dalam era consumer centric seperti saat ini, dimana persaingan menjadi semakin ketat dan konsumen dapat dengan mudah berpindah kepada pesaing yang dapat memberikan nilai lebih dibandingkan dengan yang lain. Saat ini makin banyak perusahaan yang bergerak dibidang jasa yang menyadari bahwa mempertahankan konsumen yang telah dimiliki lebih utama daripada memfokuskan kepada upaya mencari konsumen baru. Kesadaran tersebut diwujudkan melalui perlakuan dan pengakuan organisasi bahwa konsumen adalah partner dan sebagai konsekuensinya, perusahaan harus memiliki komitmen jangka panjang yang kuat untuk mempertahankan hubungan dengan konsumen melalui kualitas pelayanan yang makin efektif dan efisien dan terus melakukan inovasi terhadap jasa yang ditawarkan. 16 2.3 Konsep Kualitas Layanan Konsep kualitas layanan pada dasarnya memberikan persepsi secara konkrit mengenai kualitas suatu layanan. Konsep kualitas layanan ini merupakan suatu revolusi secara menyeluruh, permanen dalam mengubah cara pandang manusia dalam menjalankan atau mengupayakan usaha-usahanya yang berkaitan dengan proses dinamis, berlangsung, terus menerus didalam memenuhi harapan, keinginan dan kebutuhan. Hal ini sesuai dengan teori ”Quality” yang dikemukakan oleh Marcel, bahwa keberhasilan suatu tindakan jasa ditentukan oleh kualitas. Kualitas merupakan apresiasi tertinggi dari tindakan pelayanan. 16 Stemvelt menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu persepsi tentang revolusi kualitas secara menyeluruh yang terpikirkan dan menjadi suatu gagasan yang harus dirumuskan (formulasi) agar penerapannya (implementasi) dapat diuji kembali (evaluasi), untuk menjadi suatu proses yang dinamis, berlangsung, terus menerus dalam memenuhi kepuasan pelanggan.17 Teori ”tujuan” yang dikembangkan oleh Samuelson bahwa tujuan adalah asumsi kepuasan yang disesuaikan dengan tingkat kualitas layanan. 18 Konsep kualitas layanan pada dasarnya adalah suatu standar kualitas yang harus dipahami di dalam memberikan pelayanan yang sebenarnya tentang pemasaran 16 17 18 Marcel, Davidson,Service Quality in Concept and Theory. USA: Published by American Press,2003. Hal 192 Stemvelt, Robert C. (Diterjemahkan oleh Purwoko) Perception of Service Quality. Massachusetts : Allyn and Bacon,.2010, hal 210 Samuelson, Jeniston, Application of Quality Service Theory. USA: John Wiley and Sons, 2000. Hal 84 17 dengan kualitas layanan. Hal tersebut bukan hanya bersifat cerita atau sesuatu yang mengada-ada, tetapi harus disesuaikan dengan suatu standar yang layak, seperti standar ISO (International Standardization Organization), sehingga dianggap sebagai suatu kondisi yang sehat untuk tujuan atau pemakaian, memiliki keselarasan dengan spesifikasi, kebebasan dengan segala kekurangannya, membentuk kepuasan pelanggan, memiliki kredibilitas yang tinggi dan merupakan kebanggaan. Parasuraman19 menyatakan bahwa konsep kualitas layanan adalah suatu pengertian yang kompleks tentang mutu, tentang memuaskan atau tidak memuaskan. Konsep kualitas layanan dikatakan bermutu apabila pelayanan yang diharapkan lebih kecil daripada pelayanan yang dirasakan (bermutu). Dikatakan konsep kualitas layanan memenuhi harapan, apabila pelayanan yang diharapkan sama dengan yang dirasakan (memuaskan). Demikian pula dikatakan persepsi tidak memenuhi harapan apabila pelayanan yang diharapkan lebih besar daripada pelayanan yang dirasakan (tidak bermutu). Berdasarkan pengertian di atas terdapat tiga tingkat konsep kualitas layanan yaitu: 1. Bermutu (quality surprise), bila kenyataan pelayanan yang diterima melebihi pelayanan yang diharapkan pelanggan. 19 Parasuraman, A. Valerie, 2001. (Diterjemahkan oleh Sutanto) Delivering Quality Service. New York : The Free Press, 2001. Hal: 165 18 2. Memuaskan (satisfactory quality), bila kenyataan pelayanan yang diterima sama dengan pelayanan yang diharapkan pelanggan. 3. Tidak bermutu (unacceptable quality), bila ternyata kenyataan pelayanan yang diterima lebih rendah dari yang diharapkan pelanggan. Uraian tersebut di atas, menjadi suatu penilaian di dalam menentukan berbagai macam model pengukuran kualitas layanan. Peter 20 menyatakan bahwa untuk mengukur konsep kualitas layanan , maka dilihat dari enam tinjauan yang menjadi suatu penilaian dalam mengetahui konsep kualitas layanan yang diadopsi dari temuan-temuan hasil penelitian antara lain sebagai berikut: 1. Gronroos Perceived Service Quality Model yang dibuat oleh Gronroos. Pendekatan yang dilakukan adalah dengan mengukur harapan akan kualitas layanan (expected quality) dengan pengalaman kualitas layanan yang diterima (experienced quality) dan antara kualitas teknis (technical quality) dengan kualitas fungsi (functional quality). Titik fokus dalam perbandingan itu menggunakan citra organisasi jasa (corporate image) pemberi jasa. 2. Heskett’s Service Profit Chain Model. Model ini dikembangkan oleh Heskett’s21 dengan membuat rantai nilai profit. Dalam rantai nilai tersebut dijelaskan bahwa kualitas layanan internal (internal quality service) lahir dari karyawan yang puas (employee satisfaction). Karyawan yang puas akan 20 21 Peter, J.H.,. Service Management in Managing The Image. Jakarta:Trisakti University.2003.hal 99 Hesketts, Robert. Service Profit Chain Model. California Press :Prentice Hall. 1990. Hal 120 19 memberi dampak pada ketahanan karyawan (employee retention) dan produktivitas karyawan (employee productivity), yang pada gilirannya akan melahirkan kualitas layanan eksternal yang baik. Kualitas layanan eksternal yang baik akan melahirkan kepuasan pelanggan (customer satisfaction), loyalitas pelanggan (customer loyalty), dan pada akhirnya meningkatkan penjualan dan profitabilitas. 3. Normann’s Service Management System. Model ini dikembangkan oleh Normann’s22yang menyatakan bahwa sesungguhnya jasa itu ditentukan oleh partisipasi dari pelanggan, dan evaluasi terhadap kualitas layanan tergantung pada interaksi dengan pelanggan. Sistem manajemen pelayanan bertitik tolak pada budaya dan filosofi yang ada dalam suatu organisasi jasa. 4. Service Quality Model (SERVQUAL Model). Model ini dikembangkan oleh Parasuraman, Zeithaml dan Berry. Pengukuran dalam model ini menggunakan skala perbandingan multi dimensional antara harapan (expectation) dengan persepsi tentang kinerja (performance). Uraian tersebut di atas memberikan suatu pemahaman yang kuat bahwa di dalam menumbuhkan adanya konsep kualitas layanan kepada pelanggan, maka pihak perusahaan layanan jasa asuransi harus menumbuhkan dan memberikan kekuatan terhadap pentingnya kualitas layanan yang diberikan. 22 Norman, Davis, 1992. Service Management System. USA:Prentice Hall Ohio University Press.1992. hal 45 20 Dalam definisi tentang kualitas, baik yang konvensional maupun yang strategik, dikatakan bahwa pada dasarnya kualitas mengacu kepada pengertian pokok berikut: 1. Kualitas terdiri dari sejumlah keistimewaan jasa, baik keistimewaan langsung maupun keistimewaan atraktif yang memenuhi keinginan pelanggan dan dengan demikian memberikan kepuasan atas penggunaan jasa itu. 2. Kualitas terdiri dari segala sesuatu yang bebas dari kekurangan atau kerusakan. Berdasarkan pengertian dasar tentang kualitas di atas, tampak bahwa kualitas selalu berfokus pada pelayanan pelanggan (customer service focused quality). Dengan demikian jasa-jasa didesain sedemikian rupa serta pelayanan diberikan untuk memenuhi keinginan pelanggan. Karena kualitas mengacu kepada segala sesuatu yang menentukan kepuasan pelanggan, suatu jasa yang dihasilkan baru dikatakan berkualitas apabila sesuai dengan keinginan pelanggan, dimanfaatkan dengan baik, serta dijasasi (dihasilkan) dengan cara yang baik dan benar. Tinjauan Parasuraman23 menyatakan bahwa di dalam memperoleh kualitas layanan jasa yang optimal, banyak ditentukan oleh kemampuan di dalam memadukan unsur-unsur yang saling berkaitan di dalam menunjukkan adanya suatu layanan yang terpadu dan utuh. Suatu kualitas layanan jasa akan komparatif dengan unsur-unsur yang mendukungnya, yaitu: 23 Parasuraman, Op Cit, 2001 hal: 152 21 (1) adanya jasa jasa yang sesuai dengan bentuk pelayanan yang dapat memberikan kepuasan kepada pelanggan, (2) penyampaian informasi yang kompleks, terformalkan dan terfokus di dalam penyampaiannya, sehingga terjadi bentuk-bentuk interaksi antara pihak yang memberikan pelayanan jasa dan yang menerima jasa (3) memberikan penyampaian bentuk-bentuk kualitas layanan jasa sesuai dengan lingkungan jasa yang dimiliki oleh suatu organisasi jasa. 2.3.1 Dimensi Kualitas Layanan Dengan bertambah maju dan pesatnya zaman maka persaingan pasar menjadi semakin ketat, hal ini ditandai dengan berkembangannya berbagai jenis media baru dan semakin canggihnya konsumen. Hal ini menuntut konsep komunikasi pemasaran untuk turut berkembang. Konsep komunikasi pemasaran tidak hanya terbatas pada lima bauran komunikasi, yaitu periklanan, promosi penjualan, hubungan masyarakat dan publisitas, penjualan secara pribadi dan pemasaran langsung. Tom Duncan dalam buku Principles of Advertising & IMC memperjelas pengertian Integrated Marketing Communication (IMC) dan komunikasi pemasaran dengan delapan tekniknya yaitu iklan, PR, promosi penjualan, pemasaran langsung, kemasan, event dan sponsorship, serta pelayanan pelanggan. IMC sendiri dipandang sebagai fungsi strategis dalam menebar pesan-pesan merek (perencanaan, implementasi hingga evaluasi) untuk menciptakan kedekatan hubungan dengan pelanggan, melakukan integrasi untuk 22 menghasilkan sinergi.24 Salah satu teknik komunikasi pemasaran yang penting adalah Customer Service (pelayanan pelanggan). Tujuannya adalah untuk memelihara dan meningkatkan hubungan psikologis antara produsen dan pelanggan serta memantau berbagai keluhan dari para pelanggan. Pemeliharaan loyalitas dari para pelanggan perlu tetap dijaga agar mereka tidak beralih ke produk pesaing. Bahkan para pelanggan ini merupakan mediator yang efektif dalam komunikasi pemasaran karena memiliki Safety Credibility (kepercayaan keamanan). Pelayanan pelanggan menjadi semakin penting pada sebuah perusahaan jasa, dimana pelayanan menjadi nilai jual utama dari sebuah jasa.25 Service merupakan keunggulan bersaing yang memiliki daya tahan paling lama. Hal ini dikarenakan service tidak mudah ditiru, karena melibatkan orang (people), teknologi (technology), dan modal (capital). Modal masih bisa dicari, teknologi pun masih bisa dibeli, tetapi tidak dengan kompensasi seseorang dalam memberikan service kepada pelanggan. Service membutuhkan dukungan orang-orang yang mempunyai passion of service yang tidak bisa dibangun dalam tempo sesaat. Oleh karena itu, service merupakan senjata yang ampuh untuk memenangkan persaingan di pasar yang sedang didera arus komoditasi produk. Fitur produk bisa 24 http://elqorni.wordpress.com/2008/06/03/spirit-orkestra-komunikasipemasaran/11November2014/15.30 WIB 25 http://adepope.dagdigdug.com/11November2014/15.45 WIB 23 sama, teknologi bisa serupa, tetapi service harus berbeda sehingga produk tetap memiliki keunikan jika dibandingkan dengan produk pesaing.26 Terutama bagi perusahaan yang bergerak dalam bidang bussiness tobusiness (B2B), program loyalitas pelanggan langsung melekat ke tingkat service (service level) yang diberikan perusahaan kepada para pelanggannya. Pelanggan yang memberikan kontribusi profit margin terbesar dan mempunyai komitmen paling tinggi terhadap perusahaan akan mendapatkan tingkat service paling tinggi. Sebaliknya, perusahaan yang memberikan kontribusi profit margin lebih kecil dan memiliki komitmen yang lebih rendah dengan perusahaan akan mendapatkan tingkat service yang lebih rendah.27 Kualitas pelayanan dari suatu perusahaan menjadi penentu kualitas hubungan yang baik dengan para pelanggannya. Hal itulah mengapa pelayanan yang diberikan oleh perusahaan, dalam hal ini adalah para karyawan atau staff, kepada para pelanggannya menjadi sangat penting. Untuk kualitas pelayanan atau service quality, saat ini yang masih sangat populer adalah konsep ServQual yang dikembangkan oleh Parasuraman, Berry dan Zeithaml. ServQual adalah konsep yang paling banyak digunakan oleh pelaku bisnis 26 Kartajaya, Hermawan. Boosting Loyalty Marketing Perfomance: Menggunakan Teknik Penjualan, Customer Relationship Management, dan Servis Untuk Mendongkrak Laba. Jakarta : MarkPlus, Inc. 2007. 27 Ibid, hal 114-115 24 di seluruh dunia yang berkecimpung dalam hal pelayanan pelanggan. 28 Konsep ServQual ini terdiri dari lima dimensi, yaitu29: 1. Tangible Tangible adalah penampilan fisik yang membuat suatu layanan akan berlangsung dengan baik. Suatu pelayanan atau service tidak dapat dilihat, tidak bisa di cium dan tidak dapat di raba, maka aspek tangible menjadi penting sebagai ukuran terhadap pelayanan. Pelanggan akan cenderung untuk menggunakan indra penglihatan untuk menilai suatu kualitas pelayanan. Aspek tangible dapat berupa penampilan secara fisik, peralatan, karyawan serta sarana komunikasi. Tangible yang baik akan mempengaruhi persepsi pelanggan. Pada saat yang bersamaan aspek tangible ini juga merupakan salah satu sumber yang akan mempengaruhi harapan pelanggan. Karena tangible yang baik, maka harapan responden menjadi lebih tinggi. Oleh karena itu, penting bagi suatu perusahaan untuk mengetahui seberapa jauh aspek tangible yang tepat, yaitu masih memberikan impresi yang positif terhadap kualitas pelayanan yang diberikan tetapi tidak menyebabkan harapan pelanggan yang terlalu tinggi. Selain itu, perlu disadari oleh perusahaan bahwa aspek tangible ini umumnya lebih penting bagi pelanggan baru. tingkat kepentingan aspek ini umumnya lebih rendah bagi pelanggan yang sudah lama menjalin hubungan dengan penyedia jasa. 28 29 Ibid, hal: 57 Ibid,hal : 40-41 25 Implikasinya, apabila perusahaan sangat fokus mengandalkan pelanggan lama sebagai strategi pertumbuhan, maka investasi dalam dimensi tangible ini perlu selektif. 2. Reliability Reliability adalah seberapa jauh perusahaan bisa memenuhi apa yang dijanjikan atau yang ditawarkan kepada pelanggan. Terdapat dua aspek dalam dimensi ini. Pertama adalah kemampuan perusahaan untuk memberikan pelayanan seperti yang dijanjikan. Kedua adalah seberapa jauh suatu perusahaan mampu memberikan pelayanan yang akurat atau tidak ada error. Perusahaan harus menepati janji yang diberikan kepada para pelanggan, sehingga penting dalam beriklan atau berpromosi, suatuperusahaan tidak memberikan janji yang berlebihan atau tidak sesuai, karena pelanggan yang kecewa karena janji yang berlebihan adalahpelanggan yang paling sulit diajak kembali. Oleh karena itu, pada saat menentukan janji yang ditawarkan kepada pelanggan dalam suatu iklan, perlu memastikan bahwa perusahaan mampu untuk memberikan sesuai dengan yang dijanjikan. Diperlukan koordinasi dengan departemen lain seperti bagian produksi, bagian penjualan, bagian pengiriman dan bagian lain yang terkait dalam upaya untuk memberikan pelayanan yang maksimal kepada pelanggan. 3. Responsiveness 26 Responsiveness adalah kemampuan atau keinginan untuk membantu pelanggan dengan menyediakan pelayanan yang tepat waktu, seperti sensitif terhadap kebutuhan, fleksibel, mau berusaha lebih dari seharusnya, memperhatikan secara personal, serta keinginan untuk menindak lanjuti dan menyelesaikan masalah. Pelayanan yang responsive atau yang tanggap juga sangat dipengaruhi oleh sikap front-line staf. Salah satunya adalah kesigapan dan ketulusan dalam menjawab pertanyaan atau permintaan pelanggan. 4. Assurance Assurance adalah kemampuan perusahaan atau front-line staff dalam menanamkan rasa percaya dan keyakinan kepada para pelanggannnya. Ada 4 aspek dari dimensi ini, yaitu keramahan, kompetensi, kredibilitas, dan keamanan. Keramahan adalah salah satu aspek kualitas pelayanan yang paling mudah untuk dilihat. Ramah berarti banyak senyum dan bersikap sopan. Sehingga perusahaan harus mengkomunikasikan mengenai pentingnya keramahan bagi front-line staf. Aspek kedua adalah kompetensi, yaitu kemampuan perusahaan, terutama front-line staf untuk dapat memberikan jawaban untuk setiap pertanyaan pelanggan maupun memberikan solusi atau saran dari masalah yang dihadapi oleh pelanggan. Oleh karena itu, sangatlah penting untuk terus memberikan training kepada karyawan gugus depan mengenai pengetahuan produk dan hal-hal yang sering menjadi pertanyaan pelanggan. 27 Aspek ketiga adalah reputasi. Reputasi meliputi tingkat keyakinan dan kepercayaan yang dapat diperoleh dari pelanggan terhadap kualitas sebuah pelayanan dari sebuah perusahaan. Dan aspek keempat dari dimensi assurance ini adalah security. Perusahaan harus mampu untuk memberikan rasa aman kepada para pelanggannya, sehingga pelanggan akan selalu merasa aman pada saat melakukan transaksi atau pada saat mengkonsumsi jasa yang diberikan oleh perusahaan. 5. Empathy Empathy adalah tingkat kepedulian dan perhatian individual yang diberikan kepada pelanggan.30 Dimensi empathy ini menjadi lebih penting bagi kelompok menengah ke atas. Hal ini sesuai dengan teori perkembangan kebutuhan manusia dari ”Maslow”. Pada tingkat semakin tinggi, kebutuhan manusia tidak lagi dengan hal-hal yang primer. Selain kebutuhan fisik, keamanan dan sosial terpenuhi, maka dua kebutuhan lagi akan dikejar oleh manusia, yaitu kebutuhan ego dan aktualisasi. Dua kebutuhan terakhir dari teori maslow inilah yang banyak berhubungan dengan dimensi empathy. Pelayanan yang empathy memang sangat memerlukan sentuhan pribadi. Tetapi perlu dicatat bahwa sentuhan pribadi ini hanya menjadi maksimal, kalau perusahaan mempunyai sistem database yang efektif. Tanpa hal ini, sulit untuk menerapkan pelayanan yang empathy. Pelayanan yang berempati akan mudah 30 Griffin, Jill. Customer Loyalty : Menumbuhkan Dan Mempertahankan Kesetiaan Pelanggan. Jakarta : Erlangga, 2003 28 diciptakan kalau setiap karyawan perusahaan mengerti kebutuhan spesifik pelanggannya dan menyimpan hal ini dari hatinya. 2.4 Konsep Kepuasan Setiap layanan yang diberikan, senantiasa berorientasi pada tujuan memberikan kepuasan kepada pelanggan. PJ. Johnson dalam Purwoko 31 kepuasan seorang pelanggan dapat terlihat dari tingkat penerimaan pelanggan yang didapatkan. Tanda dari kepuasan tersebut diidentifikasi sebagai berikut: (1) senang atau kecewa atas perlakuan atau pelayanan yang diterima (2) mengeluh atau mengharap atas perlakuan yang semestinya diperoleh (3) tidak membenarkan atau menyetujui sesuatu yang bertautan dengan kepentingannya (4) menghendaki pemenuhan kebutuhan dan keinginan atas berbagai pelayanan yang diterima. Keempat tanda tersebut di atas akan berbeda-beda sesuai dengan bentuk pelayanan jasa yang diterima. 31 Purwoko, Bambang, A. Asocial Security Highlight in Indonesia: An Economic Perspective.Jakarta: Komunika Jaya Pratama.2000. hal 208 29 Untuk memperoleh kepuasan, maka seorang pengembang pemasaran jasa harus memperhatikan pemenuhan kepuasan pelanggan. 32 Pelanggan yang puas akan menjadi pioneer atau penentu untuk kontinuitas berlangsungnya suatu bisnis jasa. Syarat dalam menentukan tingkat kepuasan pelanggan diketahui dari adanya sikap: senang, sering berkunjung, memberitahu temannya, dan memberikan solusi atas apa yang dirasakan atas pelayanannya. Secara pribadi, pelanggan yang puas akan loyal terhadap berbagai penawaran jasa yang diberikan.33 Menurut Keagen dalam buku karya Tjiptono34 mengemukakan bahwa kepuasan pelanggan ditentukan oleh dua hal yaitu keluhan dan harapan pelanggan terhadap jasa yang diterima. Apabila menerima perlakuan yang baik, sesuai dan memuaskan pelanggan akan merasa terpenuhi harapannya, ditandai dengan adanya perasaan senang. Sedangkan apabila penerimaan perlakuan kurang baik, tidak sesuai, memberi kesan negatif dan tidak memuaskan, dianggap bahwa pelayanan yang diberikan tidak sesuai harapan, yang menyebabkan pelanggan mengeluh, keluhan tersebut menandakan bahwa pelanggan merasa kecewa. Rangkuti kepuasan pelanggan terhadap suatu jasa ditentukan oleh tingkat kepentingan pelanggan sebelum menggunakan jasa dibandingkan dengan hasil 32 Tirtomulyo, Abadi, 1999. Peningkatan Kepuasan Konsumen dalam Tinjauan Pemasaran Jasa.Jakarta:Rajawali Press. 1999. hal 24 33 Ibid 34 Tjiptono, Fandy. Kepuasan dalam Pelayanan. , Jakarta :Salemba Empat. 2004.hal 24 30 persepsi pelanggan terhadap jasa tersebut setelah pelanggan merasakan kinerja jasa tersebut.35 Salah satu faktor yang menentukan kepuasan pelanggan adalah kualitas layanan yang terdiri dari 5 dimensi pelayanan. Kesenjangan merupakan ketidaksesuaian antara pelayanan yang dipersepsikan (perceived service) dan pelayanan yang diharapkan (expected service). 2.5 Pengertian Pelanggan Di dalam era perdagangan bebas dewasa ini, perusahaan dituntut untuk menemukan dan membangun sistem manajemen yang mampu secara profesional memperhatikan para pelanggannya. Dua hal yang menjadi pertimbangan utama perusahaan dalam melakukan pelayanan kepada pelanggan ini adalah pertama karena semakin mahalnya biaya perolehan pelanggan baru dalam iklim kompetisi yang sedemikian ketat, kedua adalah adanya kenyataan bahwa tingkat kemampuan perusahaan berbanding lurus dengan pertumbuhan hubungan antara perusahaan dan pelanggan. Pentingnya peranan pelanggan bagi kelangsungan hidup perusahaan seringkali diungkapkan oleh para pelaku bisnis dengan cara mengungkapkannya dalam bentuk pujian dan kebanggaan kepada pelanggan. Kata pelanggan adalah istilah yang sangat 35 Rangkuti, Freddy,. Konsep Pengukuran Kepuasan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.2004. hal 40 31 akrab dengan dunia bisnis di Indonesia dimulai dari pedagang kecil hingga pedagang besar, dari industri rumah tangga hingga industri berskala internasional, dari perusahaan yang bergerak di bidang produksi barang hingga perusahaan yang bergerak di bidang jasa sangat mengerti apa arti kata pelanggan itu. Dimana pelanggan adalah pihak yang memakai nilai, mereka membentuk harapan akan nilai.36 Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan pelanggan diartikan sebagai pelanggan, pandangan tradisional ini menyimpulkan, bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Menurut Webster’s 1928 Dictionary dalam Hamdani37 pelanggan adalah : ”Seseorang yang beberapa kali datang ke tempat yang sama untuk membeli suatu barang atau peralatan”. Menurut Irawan38 mengemukakan bahwa: ” Pelanggan adalah orang yang paling penting dalam perusahaan.” Sedangkan Rangkuti 39 mengemukakan bahwa ”Pelanggan adalah orang yang mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa. 36 Hurriyati, Ratih. Bauran Pemasaran dan Loyalitas Konsumen, cetakan pertama, Bandung: Alfabeta.2005. hal 106 37 Hamdani A. Lopiyoadi Rambat. Manajemen Pemasaran Jasa, cetakan pertama, edisi kedua,Jakarta: Salemba Empat. 2006. hal 143 38 39 Irawan, Handi, 10 Prinsip Kepuasan Pelanggan, cetakan kelima.Jakarta:Elex Media Komputindo, 2004. Hal 1 Rangkuti, Fredy. Teknik Mengukur dan Strategi Meningkatkan Kepuasan Pelanggan dan Analisis Kasus PLN – JP, Jakarta : Gramedia Pustaka Utama, 2006. hal 318 32 Seseorang bisa disebut pelanggan tanpa perlu membeli produk atau jasa, melainkan cukup hanya mengkonsumsi atau menggunakan produk atau jasa tersebut.” Pelanggan tidak bergantung kepada kita, tetapi kita yang bergantung kepadanya. Pelanggan tidak pernah menganggu pekerjaan kita, sebab dia adalah tujuan dari pekerjaan kita. Kita tidak melakukan yang baik dengan melayani dia, tetapi justru pelangganlah yang memberikan kesempatan kepada kita untuk dapat melayani dia. Tidak seorang pun dapat memenangkan apabila berargumentasi dengan pelanggan, sebab pelanggan adalah orang yang membawa kita kepada pemenuhan kebutuhannya. Oleh karena itu, adalah pekerjaan kita untuk dapat memperlakukan pelanggan yang menguntungkan bagi pelanggan dan juga buat perusahaan kita. Pelanggan dapat dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu : 1. Pelanggan internal Pelanggan internal atau konsumen internal adalah orang-orang yang terlibat dalam proses penyediaan jasa atau proses produksi barang, sejak dari perencanaan, penciptaan jasa atau pembuatan barang, sampai dengan pemasaran dan penjualan dan pengadministrasian. Mereka itu antara lain adalah jajaran direksi, manajer, pimpinan bagian, pimpinan seksi, penyelia, dan para pegawai organisasi komersial (perusahaan), pengurus dan pegawai organisasi non komersial (nirlaba), pegawai pada instansi pemerintah. 2. Pelanggan eksternal 33 Pelanggan eksternal atau konsumen eksternal adalah semua orang yang berada di luar organisasi komersil atau organisasi non komersil, yang menerima layanan penyerahan barang atau jasa dari organisasi (perusahaan). Apabila ditinjau dari sisi kegiatan komersil dan non komersil, pelanggan eksternal tersebut dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu : a) Kelompok pelanggan dalam kegiatan komersil Penerima layanan yang termasuk kelompok pelanggan dalam kegiatan komersil adalah sebagai berikut : - Mereka yang berada di pasar konsumen, yaitu para konsumen/pelanggan selaku pemakai akhir. - Di pasar produsen/industri, yaitu para produsen yang membeli barang modal untuk digunakan sebagai alat pengolah dan yang membeli bahan baku untuk diolah kembali. - Di pasar pedagang perantara, yaitu para pedagang perantara yang membeli produk untuk dijual kembali. - Di pasar pemerintah yaitu, instansi-instansi pemerintah pusat dan daerah yang membeli produk untuk memenuhi keperluannya. b) Kelompok pelanggan dalam kegiatan non-komersil Penerima layanan yang termasuk kelompok pelanggan kegiatan non-komersil adalah mereka yang menerima layanan dari penyedia layanan non-komersil 34 yang sifat layanannya cuma-cuma atau dengan mengeluarkan pembayaran yang sepadan dengan manfaat yang diperolehnya. Pelanggan seperti pelanggan bank, pasien rumah sakit, penumpang pesawat, pembeli di pasar swalayan, pembeli makanan di restoran, tamu hotel, pelanggan bengkel, bisa merasa tidak puas kalau kebutuhan dan harapannya tidak dipenuhi. Pelanggan akan sangat puas kalau apa yang dialami lebih baik dari yang diharapkan dan akan kecewa kalau terjadi sebaliknya. Dalam perusahaan yang bergerak di bidang jasa, pelanggan adalah orang yang menggunakan jasa pelayanan. Dalam dunia perbankan nasabah diartikan pelanggan, pandangan tradisional ini menyimpulkan, bahwa pelanggan adalah orang yang berinteraksi dengan perusahaan setelah proses produksi selesai, karena mereka adalah pengguna produk. Sedangkan orang yang berinteraksi dengan perusahaan sebelum proses produksi berlangsung adalah dianggap sebagai pemasok. Jadi dengan kata lain, pelanggan adalah seseorang yang secara kontinyu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu produk atau mendapatkan suatu jasa dan membayar produk atau jasa tersebut. 2.6 Pengertian Loyalitas Pelanggan Loyalitas merupakan hal yang penting, sebab strategi pemasaran yang sukses dan didukung oleh pelanggan yang setia, seyogyanya menghasilkan konsumenkonsumen yang loyal. Salah satu cara yang dilakukan oleh perusahaan dalam 35 meningkatkan loyalitas pelanggan adalah dengan meningkatkan kepuasan pelanggan dengan merek produk yang ditawarkan kepada konsumen. Isitilah loyalitas sudah sering diperdengarkan oleh pakar marketing maupun praktisi bisnis, loyalitas merupakan konsep yang tampak mudah dibicarakan dalam konteks sehari-hari, tetapi menjadi lebih sulit ketika dianalisis maknanya. Banyak pelaku bisnis akan setuju bahwa mencapai loyalitas pelanggan adalah hal yang baik. Pelanggan yang loyal lebih baik dari pada pelanggan yang kurang loyal. Dan memiliki pelanggan yang loyal biasanya menghasilkan dividen sepanjang perjalanan bisnis perusahaan tersebut Sebagaimana diketahui bahwa tujuan dari suatu bisnis adalah untuk menciptakan para pelanggan merasa puas. Terciptanya kepuasan dapat memberikan beberapa manfaat, diantaranya hubungan antara perusahaan dengan pelanggannya menjadi harmonis sehingga memberikan dasar yang baik bagi pembelian ulang dan terciptanya kesetiaan terhadap merek serta membuat suatu rekomendasi dari mulut ke mulut (word of mouth) yang menguntungkan bagi perusahaan.40 Loyalitas pelanggan adalah komitmen pelanggan terhadap suatu merek, toko atau pemasok berdasarkan sifat yang sangat positif dalam pembelian jangka panjang. Dari pengertian ini dapat diartikan bahwa kesetiaan terhadap merek diperoleh karena adanya kombinasi dari kepuasan dan keluhan. Sedangkan kepuasan pelanggan 40 Tjiptono, Fandy. Prinsip & Dinamika Pemasaran. Edisi Pertama. Yogyakarta: J & J Learning.2000. hal 105 36 tersebut hadir dari seberapa besar kinerja perusahaan untuk menimbulkan kepuasan tersebut dengan meminimalkan keluhan sehingga diperoleh pembelian jangka panjang yang dilakukan oleh konsumen.41 Loyalitas pelanggan sangat penting artinya bagi perusahaan yang menjaga kelangsungan usahanya maupun kelangsungan kegiatan usahanya. Pelanggan yang setia adalah mereka yang sangat puas dengan produk dan pelayanan tertentu, sehingga mempunyai antusiasme untuk memperkenalkannya kepada siapapun yang mereka kenal. Selanjutnya pada tahap berikutnya pelanggan yang loyal tersebut akan memperluas “kesetiaan” mereka pada produk-produk lain buatan produsen yang sama. Dan pada akhirnya mereka adalah konsumen yang setia pada produsen atau perusahaan tertentu untuk selamanya. 42 Konsumen yang loyal tidak diukur dari berapa banyak dia membeli, tapi dari berapa sering dia melakukan pembelian ulang, termasuk disini merekomendasikan orang lain untuk membeli.43 Menurut Sutisna,44 loyalitas dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok yaitu loyalitas merek (brand loyalty) dan loyalitas toko (store loyalty)”. 41 Ibid. hal 110 Ibid 43 Kotler, Philip. Manajemen Pemasaran: Analisis, Perencanaan, Implementasi dan Kontrol, Edisi 9, Jilid 2, New Jersey : Prentice-Hall, Inc2008. Hal 560 42 44 Sutisna, Perilaku Konsumen & Komunikasi Pemasaran, cetakan ketiga, Bandung.: Rosdakarya. 2003. hal 41 Remaja 37 Misalnya seorang konsumen yang sudah sangat sering melakukan pembelian terhadap suatu satu merek produk, tidak ada lagi merek yang dipertimbangkan untuk dibeli selain merek produk dibelinya. Ketika merek produk itu tidak tersedia di toko yang ditujunya, dia terus berusaha mencari produk itu sampai ke tempat yang jauh sekalipun. Bahkan ketika merek barang itu tidak tersedia, dan petugas penjualan mengatakan merek produk yang dicarinya akan datang beberapa hari kemudian, dia bersedia menunggunya. Jika ada konsumen dalam pembeliannya berperilaku seperti itu, maka bisa disebut konsumen itu sangat loyal terhadap merek pilihannya (brand loyalty).45 Hurriyati46 mengemukakan bahwa : Loyalitas konsumen (pelanggan) adalah komitmen konsumen bertahan secara mendalam untuk berlangganan kembali atau melakukan pembelian ulang produk/jasa terpilih secara konsisten dimasa yang akan datang, meskipun pengaruh situasi dan usaha-usaha pemasaran mempunyai potensi untuk menyebabkan perubahan perilaku. Berdasarkan pengertian di atas, dapat dijelaskan bahwa loyalitas lebih mengacu pada wujud perilaku dari unit-unit pengambilan keputusan untuk melakukan pembelian secara terus menerus terhadap barang/jasa suatu perusahaan yang dipilih. Keuntungan-keuntungan yang akan diperoleh perusahaan apabila memiliki konsumen yang loyal antara lain : 45 46 Loc.cit Huriyati Op.Cit hal. 129 38 1. Dapat mengurangi biaya pemasaran (karena biaya untuk menarik konsumen yang baru lebih mahal). 2. Dapat mengurangi biaya transaksi. 3. Dapat mengurangi biaya turn over konsumen (karena penggantian konsumen yang lebih sedikit). 4. Dapat meningkatkan penjualan silang, yang akan memperbesar pangsa pasar perusahaan. 5. Mendorong word of mouth yang lebih positif, dengan asumsi bahwa pelanggan yang loyal juga berarti mereka yang merasa puas. 6. Dapat mengurangi biaya kegagalan (Seperti biaya penggantian, dll). Selanjutnya menurut Usmara47 Loyalitas adalah komitmen yang mendalam untuk membeli kembali atau berlanggan kembali suatu produk atau jasa yang dipilih di masa mendatang, dengan cara membeli merek yang sama secara berulang-ulang, meskipun pengaruh situasional dan usaha-usaha pemasaran secara potensial menyebabkan tingkah laku untuk berpindah. Jika produk tidak mampu memuaskan pelanggan, pelanggan akan bereaksi dengan cara exit (pelanggan menyatakan berhenti membeli merek atau produk) dan voice (pelanggan menyatakan ketidak puasan secara langsung pada perusahaan) 47 Usmara, Usri. Pemikiran Kreatif Pemasaran, cetakan pertama, Yogyakarta: Amara Books. 2008, hal. 122 39 2.6.1 Karakteristik Loyalitas Loyalitas merupakan kondisi psikologis (attitudinal dan behavioral) yang berkaitan dengan sikap terhadap produk, konsumen akan membentuk keyakinan, menetapkan suka dan tidak suka, dan memutuskan apakah mereka ingin membeli produk. Menurut Brown dalam Hurriyati,48 dimensi sikap merupakan niat dan preferensi pelanggan untuk membeli suatu jasa atau produk tertentu. Niat untuk membeli atau niat untuk merekomendasi dan preferensi pada suatu perusahaan merupakan faktor penting dalam menentukan bisnis di masa yang akan datang. Semakin besar niat pelanggan untuk membeli ulang atau niat untuk merekomendasikan suatu perusahaan jasa memberikan suatu indikasi bahwa perusahaan jasa tersebut mempunyai bisnis yang cerah di masa depan. Sehingga dimensi sikap ini merupakan indikasi yang baik untuk pengukuran loyalitas pelanggan. Dengan kata lain, dimensi ini akan memberikan indikasi apakah pelanggan akan tetap membeli lagi atau pindah pada perusahaan jasa lainnya. Pelanggan yang loyal merupakan aset penting bagi perusahaan, hal ini dapat dilihat dari karakteristik yang dimilikinya, sebagaimana diungkapkan Hurriyati49 pelanggan yang loyal memiliki karakteristik sebagai berikut : 1. Melakukan pembelian secara teratur (Makes Regular repeat purchases) 2. Membeli di luar lini produk/jasa (purchases across product and service lines) 48 49 Huriyati Op.Cit hal. 133 Ibid 130 40 3. Merekomendasikan produk lain (Refers other) 4. Menunjukkan kekebalan dari daya tarik produk sejenis dari pesaing (Demonstrates an immunity to the full of the competition) 2.6.2 Merancang dan Menciptakan Loyalitas Kaitannya dengan pengalaman pelanggan50 mengungkapkan bahwa loyalitas pelanggan tidak bisa tercipta begitu saja, tetapi harus dirancang oleh perusahaan, adapun tahap-tahap perancangan loyalitas tersebut adalah sebagai berikut : 1. Define Customer Value (Definisi Nilai Pelanggan) a. Identifikasi segmen pelanggan sasaran b. Definisikan nilai pelanggan sasaran dan tentukan nilai pelanggan mana yang menjadi pendorong keputusan pembelian dan penciptaan loyalitas c. Ciptakan diferensiasi brand promise 2. Design The Branded Customer Experience (Merancang Merek dengan Pengalaman Pelanggan) a. Mengembangkan pemahaman costumer experience (pengalaman pelanggan) b. Merancang perilaku karyawan untuk merealisasikan brand promise c. Merancang perubahan strategi secara keseluruhan untuk merealisasikan pengalaman pelanggan yang baru 50 Ibid 41 3. Equip People and deliver Consistenly (Melengkapi Pengetahuan dan Keahlian Karyawan) a. Mempersiapkan pemimpin untuk menjalankan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan b. Melengkapi pengetahuan dan keahlian karyawan untuk mengembangkan dan memberikan pengalaman kepada pelanggan dalam setiap interaksi yang dilakukan pelanggan terhadap perusahaan c. Memperkuat kinerja perusahaan melalui pengukuran dan tindakan kepemimpinan. 4. Sustain and enchance performance (Mengembangkan dan Mengkomunikasikan Hasil) a. Gunakan respon timbal balik pelanggan dan karyawan untuk memelihara pelanggan secara berkesinambungan dan mempertahankan pengalaman pelanggan b. Membentuk kerja sama antara sistem HRD (Human Resource develoment) dengan proses bisnis yang terlibat langsung dalam memberikan dan menciptakan pengalaman pelanggan. c. Secara terus menerus mengembangkan dan mengkomunikasikan hasil untuk menanamkan perusahaan. Branded Custumer Experience yang telah dijalankan