1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Produksi Singkong di Indonesia menurut Badan Pusat Statistik, mencapai lebih dari 24 juta ton pada tahun 2012 dan menduduki peringkat kelima terbesar dunia. Hal ini menyisakan permasalahan lingkungan, yaitu limbah berupa kulit singkong. Kulit singkong mencapai 10-20 % dari umbi, dan lapisan periderm mencapai 0,5-2,0 % dari total berat umbi (Onwueme, 1978), lapisan cortex yang berwarna putih mencapai 8-19,5%. Dengan data tersebut maka limbah kulit singkong mencapai 2,3 juta ton – 4,6 juta ton per tahun. Sampai saat ini kulit singkong masih belum dimanfaatkan secara optimal. Masyarakat biasanya hanya memanfaatkan kulit singkong untuk pakan ternak atau bahkan hanya dibuang, padahal kulit singkong masih mengandung zat gizi. Dalam 100 gram kulit singkong terkandung 8,11 gram protein; 15,20 gram serat kasar; 0,22 gram pektin; 1,29 gram lemak; 0,63 gram kalsium (Rukmana, 1997). Kulit singkong mengandung serat yang cukup tinggi yaitu 15,20 gram per 100 gram kulit singkong. Serat telah lama diketahui sebagai komponen pangan yang menyehatkan pencernaan. Serat berperan dalam pencegahan kanker kolon (Daldiyono dkk, 1990), berguna mengurangi asupan kalori sehingga mencegah obesitas (Ranakusuma, 1990), menurunkan kadar kolesterol, serta baik bagi penderita Diabetes Mellitus. 1 2 Berdasarkan uraian diatas, peneliti ingin memanfaatkan kulit singkong menjadi suatu produk pangan yang bernilai ekonomis. Berdasarkan kandungan karbohidrat, kulit singkong memiliki kadar karbohidrat yang cukup tinggi yaitu 67% dibandingkan dengan kadar karbohidrat terigu sebesar 77%. Permasalahannya, kulit singkong mengandung Asam Sianida (HCN) yang tinggi serta tidak mengandung protein penyusun gluten. Tidak adanya kandungan gluten dalam kulit singkong akan mempengaruhi kualitas adonan roti. Dalam pembuatan roti, gluten berperan membentuk sifat viskoelastis yang akan membentuk sifat tekstural roti yang baik. Tanpa adanya gluten, maka kualitas tekstural roti yang diperoleh tidak baik. Menurut Cuzin dan Labat (1992), kulit singkong mengandung sianida berkisar antara 150 sampai 360 mg HCN per kg berat segar. Asam sianida memiliki toksisitas sangat tinggi, yaitu LD 50 : 1-2 mg/kg BB oral (Gery Schmitz, et al. 2008). Artinya dosis intake oral asam sianida dapat menyebabkan kematian 50 % hewan uji dengan dosis 1-2 mg/kg Berat Badan. Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka kadar HCN pada kulit singkong harus diturunkan sampai batas aman. Batas aman tepung singkong menurut SNI yaitu ≤ 40 ppm, sementara batas untuk tepung kulit singkong sebagai pakan ternak adalah ≤ 50 ppm (Anonim, 2013). Menurut Rukmana (1997), kadar HCN 50 ppm tergolong tidak berbahaya sedangkan menurut Tweyongyere dan Katongole (2002), batas aman sianida adalah dibawah 30 ppm. Sianida dalam kulit singkong dapat dihilangkan dengan perlakuan 3 tertentu seperti fermentasi, perendaman, pengeringan, pengecilan ukuran, serta perebusan. Perendaman kulit singkong selama 7 hari dapat mengurangi kandungan sianida pada kulit singkong menjadi 6,2 - 23,5 mg/kg (Oboh, 2005). Tepung kulit singkong yang diperoleh kemudian digunakan untuk substitusi terigu pada pembuatan roti tawar. Pemilihan Roti Tawar sebagai produk didasarkan pada kenyataan bahwa Roti Tawar telah memasyarakat sebagai makanan sehari-hari. Permasalahan lainnya, kulit singkong sangat mudah rusak selama penyimpanan. Kerusakan ini meliputi reaksi enzimatis yang menyebabkan kulit singkong menjadi kecoklatan. Untuk itu perlu dilakukan upaya pengolahan guna memperpanjang umur simpan kulit singkong, sehingga penggunaannya menjadi lebih luas. Agar kulit singkong dapat bertahan lama sebelum diolah menjadi produk, maka kulit singkong dikeringkan dan ditepungkan. Dalam penelitian ini dilakukan proses perendaman kulit singkong dalam air selama 3 hari dan 7 hari. Perlakuan ini diharapkan dapat menurunkan kadar HCN pada kulit singkong sampai batas aman. B. Rumusan Masalah 1. Seberapa besar perendaman dapat menurunkan kadar HCN pada kulit singkong? 2. Bagaimanakah karakteristik roti tawar yang tepung terigunya disubstitusi dengan tepung kulit singkong? 3. Berapa substitusi terigu dengan tepung kulit singkong agar diperoleh Roti Tawar yang masih disukai panelis? 4 C. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah : 1. Mengetahui seberapa besar penurunan HCN pada kulit singkong setelah perendaman selama 3 hari dan 7 hari. 2. Mengetahui karakteristik roti tawar yang komponen terigunya disubstitusi dengan tepung kulit singkong. 3. Menentukan besarnya substitusi terigu oleh tepung kulit singkong agar diperoleh Roti Tawar yang masih disukai panelis. D. Manfaat Penelitian 1. Meningkatkan nilai guna kulit singkong menjadi tepung sehingga dapat digunakan untuk keperluan pangan yang lebih luas. 2. Memberikan gambaran kepada masyarakat untuk memanfaatkan tepung kulit singkong sebagai campuran dalam pembuatan Roti Tawar. 3. Memberikan informasi tentang kandungan kimiawi dan sifat fisik tepung kulit singkong serta sifat Roti Tawar yang dihasilkan.