HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR OGRANISASI DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI RUANG RAWAT INAP RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA Emma Frida Manurung : : E-mail: [email protected] ABSTRAK THE RELATIONSHIP BETWEEN THE FACTORS INDIVIDUAL ORGANIZATION AND THE IMPLEMENTATION OF DOCUMENTATION OF NURSING CARE PLANS ON THE IN-PATIENT WARDS OF THE PGI CIKINI, HOSPITAL JAKARTA Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambar hubungan faktor individu dan faktor organisasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat inap rumah sakit PGI Cikini. Penelitian merupakan penelitian disktiptive correlational yang mengumpulkan datanya secara cross sectional. sampel penelitian adalah perawatan pelaksana diruang rawat inap rumah sakit PGI Cikin jakarta, dengan total sampele 129 perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan adalah instrumen faktor individu (umur,tinkat pendidikan, lama kerja, pelatihan pendokumentasi) dan faktor organisasi (supervisi, uraian tugas, dan penghargaan) dari teori dan konsep prilaku /kinerja gipson (1996) dan instrumen pendokumentasian dielaborasi dari instrumen depkes RI 1997 dan telah disesuaikan dengan kebutuhan penelitian instrumen faktor individu terdira dari 4 pertanyaan. Hasil uji coba validiatas dan realibilitas instrumen menggunakan Alpha cronbach dengan hasil baik. Masing masing 0,9497 dan 0,8160. Hasil penelitian faktor individu adalah kelompok umur 25-40 tahun sebanyak (54,26%),tingkat pendidikan tertinggi yaitu D III KEPERAWATAN (71,32%), lama kerja < 5 tahun (36,43%) dan responden yang pernah mengikuti pelatihan dokumentasi asuhan keperawatan (37,21%) dan hasil penelitian organisasi adalah sepervisi pimpinan yang disarankan perawat pelaksana dengan kategori baik 46,5% uraian tugas dengan kategori baik 48,1% dan penghargaan pimpinan rumah sakit yang dirasakan perawat pelaksana dengan kategori baik adalah 41,9%. Analisa statistik (p < 0,05) mernunjukkan bahwa ad hubungan yang bermakna antara faktor organisasi dengan pendokumentasian aasuhan keperawatan, sedangkan pada faktor individu yaitu umur, tingkat pendidikan, lama kerja dan pelatihan dokumentasi yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan adalah tingkat pendidikan.hasil penelitian menunjukkan bahwa Vol 1 No 5 Januari 2013 1 faktor yang paling berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Adalah penghargaan dan pendidikan . Vol 1 No 5 Januari 2013 2 PENDAHULUAN adalah meningkatkan mutu pelayanan keperawatan, menghasilkan praktek Abad 21adalah suatu abad yang di keperawatan profesional , mendukung awali dengan globalisasi yang melanda semua pengembangan peneliti dan ilmu pengetahuan. negara di dunia termasuk indonesia. Persaingan jasa kesehatan pada era globalisasi semakin Menurut Doeges (1999) dan Nursalam meningkat rumah sakit sebagai salah satu (2002)mengatakan bahwa dari segi hukum jika tatanan pemberi jasa pelayanan di tuntut suatu kejadian / aktivitas tidak di mampu menyediakan pelayanan kesehatan dokumentasikan maka aktivitas/ tindakkan yang aman melalui tenaga kesehatan yang tersebut tidak pernah dilakukan. Hal ini berarti profesional (DepKes,1999) keperawatan bila perawat tidak mendokumentasikan menduduki. Posisi ini makin menjadi penting tindakkan asuhan keperawatan pasien maka karena mutu pelayanan di tentukan oleh tindakkan keperawatan tersebut tidak pernah di kualitas pelayanan keperawatan. Pernyataan ini lakukan sehingga tidak ada kesinambungan sesuai dengan pernyataan Tappen (1998) yang asuhan keperawatan dan akan menurunkan menyatakan bahwa pelayanan yang di berikan mutu asuhan keperawatan. Sesuai dengan di rumah sakit sebagian besar pelayanan pendapat tersebut Gray Habor College Nursing keperawatan yaitu sekitar 50%, rumah sakit (GHCN, 2004) dalam penelitian menyatakan sebagian besar adalah perawat sesuai dengan tindakkan keperawatan dilaksanakan tetapi DepKes RI 2003 bahwa jumlah perawat perawat pelaksana tidak mendokumentasikan mancapai 62% dari tenaga kesehatan. Menurut ke dalam format yang tersedia sehingga PPNI ( 1999) Sumber daya D III keperawatan keluarga pasien menuntut perawat karena tidak dan keperawatan profesional pemula di memberikan pelayanan kepada pasien, harapkan mampu mengelola praktik akhirnya rumah sakit mengalami kerugian keperawatan profesional untuk meningkatkan besar 60.000 – 200.000$ USA penelitian asuhan keperawatan. Untuk meningkatan mutu perilaku kinerja perawat telah banyak di asuhan keperawatan menurut Kozier (1990), lakukan tetapi penelitian yang berhubungan dibutuh kan asuhan keperawatan yang baik dengan faktor individu dan faktor organisasi pemberian asuhan keperawatan dan dengan pendokumentasian asuahn keperawatan pendokumentasiannya selama 24 jam sehari belum pernah di lakukan. Di rumah sakit PGI mengenai pengkajian,diagnosa,rencana Cikini akhir tahun 2003 telah di bentuk keperawatan ,pelaksanaan dan evaluasi kelompok kerja sistem penghargaan dan menurut Nursalam (2002) manfaat jenjang kharir perawat klinik dan sedang pendokumentasian asuhan keperawatan adalah menunggu penetapan dari pimpinan rumah sebagai alat komunikasi kepada perawat dan sakit PGI Cikini untuk menikatkan motivasi tenaga kesehatan lain mengenai tindakkan apa perawat dalam bekerja . yang sudah dan akan di laksanakan kepada Berdasarka fenomena tersebut di atas, pasien sedangkan menurut Doenges (1999) untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas manfaat dokumentasi asuhan keperawatan tentang kinerja perawat dalam melakukan Vol 1 No 5 Januari 2013 3 dokumentasi asuhan kepearawatan, perlu di lakukan penelitian tentang pendokumentasian asuhan keperawatan dengan faktor individu yaitu umur, tingkat pendidikan, lama kerja dan pelatihan dokumentasi serta faktor organisasi khususnya supervisi, uraian tugas dan penghargaan di rumah sakit PGI Cikini, jakarta TINJAUAN PUSTAKA Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku / kinerja Umur Menurut tyson dan jacson (2001) mengatakan bahwa sampai usia seseorang, sedangkan umur 25 / 40 tahun adalah puncak karir seseorang dan umur di atas 40 tahun adalah mas penurunan karir. Hubungan umur dengan perilaku menurut suwarto ( 1999), semangkin tua seseorang maka produktivitas semangkin menurun, sedangkan menurur suwagian (1999 ) bahwa umur mempunyanyi kitan yang erat dengan berbagai segi kehidupan organisasional, kaitan umur dengan tingakat kedewasaan teknis dan kedewasaan psikologis. Kedewasaan teknis berkaitan dengan keterampilan melaksanakan tugas, sedangkan kedewasaan psikologis menunjukan kematangan jiwa dalam arti semagkin bijak sana, mamapu mengendalikan emosi, mangkin mampu berfikir rasional, toleran terhadap perbedaan pandangan dan prilaku. Pendapat yang berbeda terdapat pada hasil penelitian panjaitan (2001 ) di rumah sakit Gatot Sruboto jakarta di nyatakan bahwa tidak ad hubungan yang bermakna antara umur dan kinerja, demikian juga hasil penelitian jasmarijal (2000 ) di rumah sakit DrM. Jamil pandang, semangkin lama seseorang bekerja, maka semangkin terampil dan berpengalaman pula dalam melaksanakan pekerjaannya. Pelatihan Pelatihan merupakan dari proses pendidikan untuk memperoleh pengetahuan dan keterampilan ( noto atmodjo ,1992 ) menurut handokko (2000) mengatakan bahwa pelatiahn meningkatkan kemampuan, pengetahuan, keterampilan pekerjaan. Dengan demikian maka sebagian tinggi pengetahuan seseorang maka semangkin baik pendokumentasian asuhan keperawatannya Status Perkawinan Menurut siagian (1995 ) mengatakan bahwa status perkawinan berpengaruh pada prilaku karyawan dalam kehidupan organisasinya, baik secara positif maupun negatif. Dengan demikian status di perkawinan mempengaruhi prilaku kearah positif yaitu memiliki motivasi dan tinggkat kepuasan kerja yang lebih tinggi, sehingga karyawan yang telah menikah memiliki pencapaian kinerja yang lebih dari pada yang belum menikah. Lama Kerja Menutut robbin (1998 ) bahwa lama kerja dan sampel 143 orang di dapatkan tidak ada pengaruhb umur dengan pendokumentasian asuhan keperawatan ( hal ini mungkin karena faktor kebetulan saja ) dari uraian di atas di simpulkan responden yang berumur tua di harapkan mampu melaksanakan asuhan keperawatan dengan baik, khusus dalam pendokumentasian asuhan keperawatan. Jenis Kelamin Vol 1 No 5 Januari 2013 4 Hubungan jenis kelamin dengan prilaku/kinerja menurut suwarto (1999), perbedaan antara laki – laki dan perempuan dalam kinerja adalah sangat kecil. Jadi perawat laku – laki dan permpuan tidak berbeda dalam melaksanakan pendokumentasian asuhan keperawatan Pendidikan Pendidikan adlah proses penyampaian informasi kepada seeseorang untuk mendapatkan perubahan prilaku (noto atmodjo , 1993 ) meenurut siagian (1999), semangkin tinggi pendidikan seseorang semangkin tinggi pula keinginannya untuk mendapatkan pengetahuan keteranpilan yang dimilikinya. Menurut seedy dan jacson (2000) mengaktakan bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan perawat maka semangkin tinggi kemampuannya dalam menerapkan proses keperawatan sesuai dengan pendapat tersebut di atas perawat akan meningkat pengetahuannya apa bila memperoleh proses belajar melalui pelatihan Faktor Psikologis persepsi menurut suwarto (1999) mengatakan bahwa persepsi adalah kognitip yang di gunakan oleh seseorang untuk menafsirkan dan memahami dunia sekitarnya. Menurut Gibson & robbin (1999)mengatakan bahwa persepsi adalah penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut pengalaman sendiri. Persepsi mencakup penerimaan stimulus,perorganisasian stimulus, dan penerjemahan stimulus ataua penafsiran stimulus yang telah di organisasi dengan cara yang dapat menguraikan prilaku dalam bntuk sikap . Sikap Menurut Robbin (1996) dan suwarto (1996) sikap merupakan faktor penentu prilaku, dan berhubungan dengan persepsi kepribadian dan motivasi. Manager perlu mengetahui bahwa sikap dapat di pelajari, sikap menentukan kecendrungan terhadap segi tertentu, sikap memberikan dasar emosional bagi berhubungan antar pribadi seorang dan pengenalan terhadap orang lain dan sikap do organisasikan serta dekat dengan inti kepribadian. Kepribdian terdiri dari prilaku khas yang brbeda yang dapat di susun dalam bentuk beberapa hierarki. Menurut suwarto (1999), kepribadian seseorang adalah kombinasi khas ciri-ciri kejiwaan yang kita gunakan untuk mengambarkan seseorang. Menurut Tyson & jackson (2002)mengatakan bahwa kepribadian seseorang adalah cara spesifik seseorang untuk berfikir dan bertindak ketika sedang menyesuaikan diri dengan lingkungan. Kepribadian adalah aspek khusus individual dan merupakan pondasi sebagian besar prilaku individu. Jadi kepribadian adalah yang mendasari sebagian besar prilaku individu. Belajar menurut suwarto (1999), belajar adalah setiap perubahan yang relatif tetap dalam segala prilaku yang terjadi sebagai hasil dari pengalaman. Sedangkan menurut notoatmodjo (1993) belajar pada dasarnya adalah penyempurnaan kemampuan-kemampuan pada organisme biologis dan psikis yang di perlukan Vol 1 No 5 Januari 2013 5 dalam hubungan manusia dengan dunia luar dalam hubungannya hidup masyarakat. Dari uraian diats disimpulkan bila responden banyak belajar maka pendokumentasian asuhan keperawatan akan berubah sesuai dengan kedewasaan fisik dan psikis telah di capai maka pendokumentasian asuhan keperawatan akan dilakukan dengan baik. Motivasi Menurut suwarto (1999) dan aditama (1999), motivasi adalah sebagai kesediaan untuk melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh kemampuan usaha guna memasukkan kebutuhan individu. Sedangkan kebutuhan adalah keadaan batin yang membuat hasil-hasil tertentu tampak menarik. Menurut Aditama (1999) mengatakan bahwa motivasi adalah suatu proses pemberian motiv (penggerak) pada karyawan agar dapat dibekerjakan dengan baik sehinnga tujuan organisasi tercapai secara efesien. yang harus diselenggarakan, kehidupan invividu maupun antara satuan kerja. Faktor Organisi terdiri: Sumber Daya Manusia Manusia merupakan sumber daya paling penting dalam upaya mencapai keberhasilan. Menurut Stoneer dan Freeman (1999), Tulus (1994), menyatakan bahwa tujuan-tujuan organisasiakn terwujud dengan adanya aspek manusia,karena sumber daya manusia menunjukkan organisasi dengan bakat kecakapan,keterampilan,kreatifitas dan karya. Pernyataan ini sesuai dengan ilyas (2000) yang mengatakan bahwa tanpa kehandalan manusia / sumber daya manusia institusi pelayanan maka institusi/ rumah sakit tersebut tidak ada artinya. Dari pernyataan di atas maka sumber daya manusia di atur agar tujuan organisasi dapat tercapai. Tujuan dari mamagemen sumber daya manusia menurut ilyas (2002) adalah untuk meningkatkan dan mengembangkan kapasitas sumber daya manusia dengan pelatihan,kesempatan/ peluang mengembangkan dan memastikan karir tersendiri untuk setiap SDM. Untuk mendpat kan sumber daya manusia yang handal maka sumber daya manusia perlu di rencanakan. Kepemimpinan Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi orang lain bekerja mencapai tujuan organisasi (Swansburg dan Swansburg,1999) menurut pendapat siagian (1996) kepeminpinan sebagai menejer merupakan motor dan daya penggerak dari semua sumber-sumber yang tersedia pada suatu organisasi Faktor Organisasi Menurut gibson (1996 dalam ilyas, 2002) menyatakan bahwa faktor organisasi terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan, penghargaan,struktur organisasi,urian tugas/disain bekrja dan supervisi,mempengaruhi prilaku individu, Menurut Thoha (2000) dan djatmiko (2002), organisasi merupakan kumpulan orangorang yang selalu membutuhkankan berkomunikasi dengan sesama. Dalam organisasi anggota organisasi tidak dapat hidup terisolir karene pencapaian tujuan organisasi, strategi yang akan di jalankan,kebutuhan yang akan dilaksanakan Sruktur organisasi rencana yang harus direalisasikan, program Vol 1 No 5 Januari 2013 6 Sruktur organisasi menunjukan gari asuhan keperawatan serta sebagai sarana kewenangan (line of authirity) dan rentan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan . kembali (span of control) tingkatan sruktur tersebut yang sekaligus membedan ruang lingkup tanggu jawap dan perannya masing- 1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan masing (vesijo,1995). Menurut Nurachman (1999) dokumentasi keperawatan adalah sekumpulan informasi yang mencerminkan bukan hanya identitas Supervisi klien tetapi juga merupakan data yang Supervisi merupakan bagian dari fungsi menjelaskan pengalaman klien sebagai pengarahan/directing,supervisi diartikan dampak dari masalah kesehtan yang sedang sebagai pengamatan atau pengawasan secara di alaminya . langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang 2. Dampak/ManfaatPenerapan Dokumentasi sifatnya pengarahan dalam fungsi manajemen Keperawatan yang berperan untuk mempertahankan agar Menurut nursalam (2002) adalah dapat segala kegiatan yang telah diprogram dapat digunakan ulang untuk keperluan yang dilaksanakan dengan baik dan lancar . bermanfaat , mengkomunikasikan kepada Uraian tugas tenaga kesehatan apa yang sudah dan akan Menurut Kartono(2000) dan tyson & jagson dilakukan nkepada pasien,dan manfaat data (2001) mengatakan bahwa kerja merupakan pasien yang akurat serta dapat dicatat, dan aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan menurut Doenges (1999) manfaat diri dan keluarganya,sehingga dapat dokumentasi keperawatan adalah memberikan bobot dan isi kehidupan. meningkatkan mutu pelayanan keperawatan penghargaan atau reward adalah sebuah , meningkatkan keterrampilan teknis dan intelektual untuk tenaga kategori perilaku yang menyangkut pemberian keperawatan,meningkatkan citra manfaat-manfaat yang nyata kepada seseorang keperawatan,meningkatkan rasa solidaritas karena kinerjanya yang efektif , keberhasilan dan rasa kesatuan perawat, menggambarkan yang siknifikan dan bantuan yang bermanfaat otonom dan tanggung jawap (yukl,1994) perawat,menghasilkan praktik keperawatan yang propesional,mendukung Dokumentasi Keperawatan pengembangan penelitian/rised,mendukung Dokumentasi keperawatan adalah media pengembangan ilmu komunikasi yang efektif antar profesi dalam pengetahuan,meningkatkan perawat dalam suatu tim pelayanan kesehatan untuk melihat pengambilan keputusan,meningkatkan dan menganalisa perkembangan kondisi klien kepuasan kerja ,untuk perencanaan perawatan pasien ,sebagai 3. Tujuan Dokumentasi Keperawatan indikator kualitas pelayanan kesehatan,sumber Menurut Doenges,et al (1999) tujuan data untuk penelitian dalam pengembangan dokumentasi keperawatan adalah untuk keperawatan,pertanggunggugatan pelaksanaan menvalidasi asuhan keperawatan,menjamin Vol 1 No 5 Januari 2013 7 perkembangan dokumantasi dengan mengkaitkan fokus terhadap kriteria hasil klien , memvalidasi konsistensi inter disiplin dan mengkomunikasikan tujuan tindakan dan perkembangan. Bila pendokumentasian tidak lengkap, maka pelanggan maupun rumah sakit akan mengalami kerugian. Terjadi tuntutan pada Rumah Sakit karena perawat tidak mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilaksanakan terhadap pasien, keluarga pasien menuntut perawat, sehingga rumah salkit mengalami kerugian sebesar 60.000 s/d 200.000 $ USA ( Gray Habor College Nursing, 2004). Kerugian ini tidak akan terjadi bila perawat mendokumentasikan tindakan keperawatan dengan baik dan benar. 4. Pendekatan pada Dokumentasi Keperawatan Proses keperawatan menurut Yura dan Walsh (1998), Doenges (2000) demikian juga Nurachmah (2004) mengatakan bahwa proses keperawatan terdiri dari 5 tahap : yaitu tahap pengkajian keperawayan, identifikasi/analisis masalah ( diagnosa keperawatan), perencanaan,implementasi dan evaluasi. Tahap ini tidak berdiri sendiri, tetapi saling ketergantungan. Dibawah ini akan diuraikan mulai dari tahapan pengkajian sampai dengan tahap evaluasi, yaitu: Pengkajian Keperawatan Pengkajian adalah tahapan pertama proses keperawatan. Aktifitas keperawatan di mulai ketika pasien berhubungan dengan sistem pelayanan kesehatan. Selama pengkajian data tentang status kesehatan dikumpulkan, dilandasi, diorganisasikan, dikelompokkan kedalam bentuk tertentu dan dikomunikasikan secara verbal atau tertulis. Diagnosa Keperawatan Meurut Gordon (1987 dalam carpenito,1997) mengatakan bahwa rumusan diagnosa keperawatan mengandung 3 (tiga) komponen utama yaitu : masalah, penyebab dan sign / symptom. Disamping itu, untuk merumuskan diagnosa / resiko cukup menuliskan Masalah (Problem = P) dan penyebab (Etimologi = E), karena masalah belum terjadi sehingga data pendukung (sign/symptom) tidak diperlukan. Perencanaan Keperawatan Menurut Craven dan Hirnle (2000), perencanaan merupakan suatu kegiatan dimana perawat / keluarga menyusun dan merencanakan kegiatan keperawatan / intervensi yang dibutuhkan untuk mencegah, menurunkan dan mengurangi penyakit. Untuk merumuskan tindakan dalam rencana keperawatan perlu mempertimbangkan 4 jenis tindakan keperawatan yaitu: “tindakan observasi, tindakan langsung keperawatan, tindakan pendidikan dan tindakan kolaborasi”. Implementasi Keperawatan Menurut Craven& Hirnle (2000), aktivitas inimerupakan perencanaan dari rencana keperawatan, sehingga harus mengacu pada rencana keperawatan yang telah disusun sehingga akan lebih terarah. Tanpa rencana keperawatan,maka implementasi keperawatan tidak terarah dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Evaluasi Keperawatan Menurut Craven & Harnle (2000) evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang memungkinkan perawat menetapkan apakah rencana efektif dan bagaimana rencana selanjutnya, merevisi rencana atau menghentikan rencana. Vol 1 No 5 Januari 2013 8 Sesuai dengan tujuan penelian, maka KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN pendokumentasian asuhan keperawatan diuji DEFENISIOPERASIONAL hubungannya dengan beberapa variable faktor Kerangka Konsep individu dan faktor organisasi, sehingga hasil Kerangka konsep yang dikembangkan pada uji hipotesis secara keseluruhan akan penelitian ini adalah didasarkan atas menggambarkan hipotesis umum kesimpulan penulis pada penelusuran pustaka bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan METODE PENELITIAN berhubungan denga faktor organisasi. Untuk Desain Penelitian Penelitian ini merupakan studi diskriptif mengetahui hubungan variable-variabel kuantitatif yang bersifat kolerasi dengan tersebut secara konseptual di gambarkan pendekatan Cross Sectional, yang bertujuan dengan skema sebagai berikut meneliti hubungan faktor organisasi dengan penerapan dokumentasi asuhan keperawatan. \ Populasi dan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh perawat pelaksana yang berkerja di ruang rawat inap RS PGI Jakarta. Dalam penelitian ini penentuan sampel dilakukan secara random. Untuk mendapatkan random representatif maka ditentukan prosentase Dependen sampel yang diambil dalam setiap ruangan penentuan besarnya sampel pada penelitian ini individu V.Faktor Dependen menggunakan rumus. Untuk mendapatkan random yang representatif maka ditentukan 1. Umur prosentase sampel yang diambil dalam setiap 2. Pendidikan ruang dengan rumus: 3. Lama Kerja 4. Penelitian Dokumentasi Jumlah PP masing-masing ruang rawat inap Rumus = X 135 Jumlah populasi Faktor Organisasi perawat ruang rawat inap 1. Supervisi 2. Uraian Tugas Tempat Penelitian 3. Penghargaan Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap yaitu pada ruang Anak, ruang penyakit Dalam, Pendokumentasian Asuhan ruang Bedah dan ruang Khusus PGI Cikini Keperarawatan Jakarta. Upaya peningkatan kualitas pelayanan keperawatan terlihat dari pelaksanaan penelitian dan peduli terhadap kesejahteraan Hipotesis Vol 1 No 5 Januari 2013 9 perawat, di Rumah Sakit PGI Cikini sudah untuk mengukur pendapat, sikap, harapan dan dibentuk POKJA system penghargaan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang jenjang karir professional perawat klinik. tentang fenomena sosial. c. Instrumen Pendokumentasian Asuhan Keperawata. Instrument ini dibuat oleh peneliti mengacu Etika Penelitian pada instrumen format A Depkes RI 1997dan Sebelum penelitian dilakukan terlebih PPNI 1997. dahulu surat permohonan persetujuan penelitian disampaikan pada Direktur rumah Pengelolahan dan Pengumpulan Data sakit PGI Cikini Jakarta,dengan tembusan ke Pada saat penelitian responden di undang ke unit-unit terkait untuk memperoleh persetujuan ruang khusus yang telah disediakan. Selama 15 penelitian. Sebagai pertimbangan etik, menit pertama diberi penjelasan mengenai penelitian memperhatian aspek self tujuan, peran subyek, kerahasiaan data dan determination,privacy, anonymity dan akibat yang mungkin timbul pada penelitian protection discomfrort (Gribich,1999,Hammers’ey & Atkinson, 1995; Pengolahan dan Analisis Data polit & Hungler,1999) Pengolahan Editing Alat Pengumpulan Data Editing dilakukan untuk memeriksa ulang 1. Jenis instrumen kelengkapan dan konsistensi dari setiap Instrunen yang digunakan dalam pengumpulan jawaban pada setiap instrumen yang telah diisi. data adalah kuesioner yang dikembangkan oleh Coding peneliti sendiri berdasarkan data teoritis dan Instrument yang telah diperiksa selanjutnya yang sesuai dengan kebutuhab penelitian. diberi kode pada setiap pernyataan dalam 2. Sistem Skoring instrumen, sehingga memudahkan pengelolaan a. Faktor individu data selanjutnya. Instrument pengumpulan data tentang faktor Entry individu terdiri dari 4 (empat) item yaitu Data kemudian dimasukkan dalam komputer pertanyaan tentang umur, pendidikan, lama sesuai dengan format dalam data file untuk kerja dan penilaian dokumentasi asuhan dianalisa lebih lanjuit. Cleaning keperawatan yang pernah diikuti. Data yang telah dimasukkan ke dalam file b. Faktor organisasi Bentuk instrument faktor organisasi adalah komputer kemudian dilakukan pengecekan data skala Likert, jumlah pertanyaan 26 dengan dan korweksi sehingga data siap untuk empat pilihan ganda (1 = sangat tidak setujuh, dianalisa. 2 = tidak setujuh; 4 = sangat setuji). Penggunaan pernyataan skala Likert, pemilihan Analis Data metode ini karena merupakan teknik yang Analis Univariat sederhana dalam melakukan penghitungan, selain itu metode ini juga sering digunakan Vol 1 No 5 Januari 2013 10 Tujuan analisis ini adalah untuk melihat gambaran distribusi frekuensi responden menurut berbagai karakteristik. Analisis Bivariat Analisis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. a. Analisis Multivariat Dari hasil analisis multivariat kita dapat mengetahui variabel independen yang paling signifikan hubungan terhadap variabel dependen. pengganggu, sedangkan variabel dependen yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan. HASIL PENELITIAN Analisis Univariat Bertujuan mengetahui karakteristik dari variabel penelitian maka masing-masing variabel dianalisis untuk frekuensi dan prosentase, data yang di analisis berturut-turut yaitu penyajian pendokumentasian asuhan keperawatan, faktor individu. Hubungan Pendidikan Formal Keperawatan Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analissi antara pendidikan formal keperawatan responden dengan pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh bahwa 60,90% responden yang mempunyai pendidikan formal D III / AKPER mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Analisis Bivariat Analissi bivariat adalah untuk mengetahui hubungan antara dua variabel dependen dan variabel independen. Dalam penelitian ini variabel independen adalah yaitu faktor individu ( usia, pendidikan,lama kerja dan pelatihan dokumentasi asuhan keperawatan ) sedangkan faktor organisasi ( supervisi, uraian tugas dan penghargan ) sedangkan variabel dependen adalah pedokumentasian asuhan keperawatan. Hubungan faktor individu dengan pendokumentasian asuhan keperawatan Dalam penelitian sub variabel umur, pendidikan, lama kerja dan penelitian dokumentasi asuhan keperawatan disebut sebagai variabel Hubungan Antara Umur Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analisis hubungan antara umur responden dengan pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh bahwa ada 63% responden yang berumur kurang dari 25 tahun mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Hubungan Antara Lama Kerja Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analisis hubungan antara lama kerja dengan pendokumentasia asuhan keperawatan diperoleh bahwa ada 55,80% responden dengan kerja lebih dari 10 tahun, ada 43,60% responden dengan lama kerja antara 5-1 tahun dan ada 61,70% responden dengan lama kerja <5 tahun mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Hubungan Pelatihan Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.Hasil analisis hubungan antara pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan pendokumentasian asuhan Vol 1 No 5 Januari 2013 11 keperawatan diperoleh bahwa ada 52,10% responden yang pernah mengikuti pelatihan pendokumentasian asuhan keperawatan mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Hubungan faktor organisasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hubungan Supervisi Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analisis hubungan antara supervisi pimpinan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh 65% responden yang mendapat supervisi baik mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Sedangkan diantara responden yang mendapat supervisi kurang 44,93% responden mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Hubungan Uraian Tugas Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analisis hubungan antara uraiaan tugas dengan pendokumentasiaan asuhan keperawatan diperoleh bahwa 64,52% responden yang uraian tugasnya baik mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Hubungan Penghargaan Dengan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan. Hasil analisa hubungan antara penghargaan dan pimpinan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan diperoleh 68,50% responden yang mendapat penghargaan baik mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik. Analisisi Multivariat Analisis multivariat bertujuan mendapatkan variabel yang paling bermakna hubungannya dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hubungan variabel indenpenden dengan dependen dilakukan melalui uji Regresi Logistik dengan syarat yaitu : p value <0,25 (Hastono, 2001. Langkah pertama dalam uji ini adalah melakukan regres logistik sederhana untuk mendapatkan kandidat pada uji regresi logistik ganda. Analisis Regresi Logistik Sederhana Analisis regresi logistik sederhana pada dasarnya uji bivariat yang dilakukan untuk mendapatkan kandidat uji regresi logistik ganda. Variabel yang mempunyai nilai P wald kurang dari 0,25 dijadikan kandidat untuk analisis regresi logistik ganda. Analisis Regresi Logistik Ganda Lima variabel yaitu supervisi, uraian tugas, penghargaan, pendidikan dan lama kerja secara bersama diuji dengan regresi logistik ganda metode backward yang bertujuan untuk mendapat variabel yang paling benar kontribusinya terhadap pendokumentasian asuhan keperawatan. PEMBAHASAN Interpretasi Dan Diskusi Hasil Penelitian. Faktor Individu Umur Respnden yang berumur kurang dari 25 tahun ada 20,93% dan yang berumur 25-40 tahun 54,26% dan responden yang berumur lebih dari 40 tahun 24,81% dengan median 29 dan SD = 9,23. Umur responden yang terendah adalah 22 tahun yang tertua adalah 52 tahun. Hasil penelitian ini bertentanga dengan pendapat Gibson (1999) dan siagian (1999) Vol 1 No 5 Januari 2013 12 yang mengatakan bahwa makin bertambah usia maka kinerja/pendokumentasianasuhan keperawatan akan lebih baik. Demikian juaga Manurung (2003) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kelompok umur responden berhubungan dengan penerapan fase-fase komunikasi terapeutik, makin bertambah umur makin baik penerapan fase-fase komunikasi terapeutik demikian juaga penjahitan (2001) dalam penelitiannya mengatakan bahwa kelompok umur responden berhubungan dengan perilaku perawat pelaksana. Pendidikan Formal Keperawatan Dilihat dari pendidikan formal responden dalam penelitian ini 71,32% D III keperawatan yaitu pendidikan personal pemula ( PPNI 1997 ) diharapkan dapat mendokumentasikan asuhan keperawatan dengan baik dari hasil penelitian didapatkan responden dengan DIII keperawatan hanya 60,90% pendokumentasian asuhan keperawatan baik selebihnya 39,10% asuhan keperawatan yang kurang baik dan hanya 37,80% responden dengan pendidikan SPR/SPK pendokumentasianya baik, sedangkan 62,20% pendokumentasiannya kurang baik. Lama Kerja Dari hasil distribusi lama kerja ada 36,43% responden dengan lama kerja kurang dari 5 tahun, ada 30,23% responden dengan lama kerja 5-10 tahun dan ada 33,34% responden dengan lama kerja lebih dari 10 tahun. Hal ini berarti bahwa responden dengan lama kerja kurang dari 5 tahun,5-10 tahun dan lama kerja lebih dari 10 tahun tidak ada hubungan yang bermakna dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian ini diperkuat oleh penelitian Nyoman (2000) dalam hasil penelitiannya dinyatakan bahwa tidak ada hubungan lama kerja dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil ini bertentanga dengan pendapat Mitchel (1982) dan Graito (1988) dalam Arichman (1999)menyatakan bahwa semakin lama perawat bekerja maka semakin terampil dalam melaksanakan pekerjaannya. Penelitian Dokumentasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak ada hubungan antara pelatihan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil penelitian yang memperkuat adalah Nyoman (2002)dalam penelitiannya dinyatakan bahwa tidak ada hubungan pelatihan dengan perilaku kerja perawat pelaksana dalam mencegah infeksi nosokomial. Hasil penelitian ini bertentangan dengan pendapat Atmojo (1992) dan Handoko (1999) mengatakan bahwa pelatihan meningkatkan kemampuan, pengetahuan dan keterampilan. Hubungan Faktor Organisasi Dan Pendokumentasian Asuhan Keperawatan Supervise Sesuai dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori baik adalah 80% (Depkes RI 1997), maka supervisi yang baik pimpinan dalam penelitian ini adalah 80%. Supervise yang baik dari pimpinan didapatkan 46,50% responden. Nilai supervise ini masih jauh dari yang diharapkan. Namun pimpinan kurang memberikan informasi terhadap hasil pengamatan keterampilan perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan pasiaen sehingga perawat pelaksana tidak mengetahui dan tidak menyadari kekurangannya dalam hal pendokumentasian asuhan keperawatan. Sehingga nilai pendokumentasian asuhan keperawatan dari tahun 2002 sampai tahun 2003 masih belum baik. Saat ini supervisi pendokumentasian asuhan keperawatan telah dilaksanakan dan dalm proses peningkatan ditandai dengan Vol 1 No 5 Januari 2013 13 diskusi antara pimpinan dengan perawat pelaksana tentang pemahaman dokumentasian asuhan keperawatan di rumah sakit PGI Cikini, agar pendokumentasian dengan kriteria baik dapat dicapai sesuai dengan harapan. Uraian Tugas Sesuai dengan pendokumentasian asuhan keperawatan dengan kategori baik adalah 80% (Depkes RI 1997), maka uraian tugas yang baik dalam penelitian ini adalah 80%. Keadaan ini memberikan arti bahwa uraian tugas kepada perawat pelaksana dalam pendokumentasian asuhan keperawatan dirasakan masih kurang 48,06%. Perawat akan mempunyai kinerja baik bila uraian tugasnya baik. Peneliti berpendapat, hasil yang kurang ini dapat terjadi uraian tugas yang jelas dan terperinci di rumah sakit PGI Cikini baru ditetapkan pada tahun2003 dari manajemen puncak keperawatan. Penghargaan Yang mengatakan penghargaan baik dari pimpinan didapatkan 41,86% responden.nilai penghargaan ini masih jauh yang di harapkan.keadaan ini memberikan arti bahwa penghargaan yang diberikan dalam pendokumentasian asuhan keperawatan di rasakan masih kurang 58,14 % rata-rata penghargaan dari pimpinan adalah 68,8 % nilai ini adalah nilai penghargaan yang masih kurang Peneliti berpendapat, hasil yang kurang ini juga dapat terjadi karena pimpinan keperawatan dan rumah sakit masih kurang memberikan penghargaan terhadap perawat pelaksana secara adil deskiriptif dengan instrument penelitian angket yang menyakan pendapat responden Implikasi untuk keperawatan Hasil penelitian ini dapat sebagai gambaran keadaan rumah sakit PGI Cikini khususnya bidang keperawatan untuk meningkatkan peran supervise, uraian tugas yang jelas dan memberikan penghargaan yang sesuai agar motivasi perawat pelaksana tinggi untuk melaksanakan asuhan keperawatan dan pendokumentasian di rumah sakit PGI Cikini SIMPULAN DAN SARAN Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam penelitian ini, dapat lah dibuat kesimpulan serta sasaran sebagai berikut : Pendokumentasi asuhan keperawatan di rumah sakit PGI Cikini dengan kategori baik ( 54,26 ) Gambaran factor individu menunjukan bahwa kelompok umur responden yang jumlah tinggi adalah umur 25-40 tahun sebanyak ( 54,26 %) yang mendomisili tingkat pendidikan adalah DIII Keperawatan ada sebanyak ( 71,32 ) lama kerja <5 tahun adalah yang terbanyak yaitu ( 36,43 % ) Saran 1.Untuk pimpinan rumah sakit PGI cikini Memberikan pengarahan kepada perawat dengan menyetujui dan menetapkan sistem penghargaan dan jenjang karir perawat klinik yang telah dirancang oleh bidang keperawatan rumah sakit PGI Cikini Jakarta 2.Untuk pimpinan perawat rumah sakit PGI cikiniBeri penghargaan berupa pujian kepada perawat pelaksana bila melaksanakan pekerjaan dengan baik khususnya melakukan pedokumentasian asuhan keperawatan pasien Keterbatasan Penelitian Sampel ( bias sampel ) responden yang menjadi subyek penelitian sebanyak 129 perawat pelaksana yang tersebar di 18 ruang rawat inap RS PGI Cikini.penelitian ini bersifat DAFTAR PUSTAKA Vol 1 No 5 Januari 2013 14 Aditama, ( 2002 ).Manajemen admintistrasi Rumah Sakit, Edisi Penerbit universitasIndonesia,Jakarta: UI Press Bertens,K.(2004). Etika Keperwatan Kristen Dalam pelayanan perawatan diskusi Panel RS PGI Cikini,Jakarta Haryati (1999). Hubungan antara pengetahuan aspek hokum dari perawat dan karakteristik perawat Handoko, (2000). Manajemen,edisi2 (ed-2) BPFE-Yogyakarta Hariyati,(1999). Hubungan antara pengetahuan Aspek hukum dari Perawat dan karakteristik perawat terhadap kualitas pendokumentasian keperawatan, di Rumah sakit Bratha Yudha.Tesis tidak Publikasikan Manurung.(2003). Hubungan Karakteistik Individu dan organisasi dengan penerapan komunikasi terapautik di ruang rawat inap perjan rumah sakit persahabatan, Jakarta, tesis tidak dipublikasikan Vol 1 No 5 Januari 2013 15