Vol 1 No 5 Januari 2013 1 HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN

advertisement
HUBUNGAN FAKTOR INDIVIDU DAN FAKTOR OGRANISASI
DENGAN PENDOKUMENTASIAN ASUHAN KEPERAWATAN DI
RUANG
RAWAT INAP RUMAH SAKIT PGI CIKINI JAKARTA
Emma Frida Manurung : : E-mail: [email protected]
ABSTRAK
THE RELATIONSHIP BETWEEN THE FACTORS INDIVIDUAL
ORGANIZATION AND THE IMPLEMENTATION OF
DOCUMENTATION OF NURSING CARE PLANS
ON THE IN-PATIENT WARDS OF THE PGI
CIKINI, HOSPITAL JAKARTA
Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan gambar hubungan faktor individu dan
faktor organisasi dengan pendokumentasian asuhan keperawatan di ruang rawat
inap rumah sakit PGI Cikini. Penelitian merupakan penelitian disktiptive
correlational yang mengumpulkan datanya secara cross sectional. sampel
penelitian adalah perawatan pelaksana diruang rawat inap rumah sakit PGI Cikin
jakarta, dengan total sampele 129 perawat pelaksana. Instrumen yang digunakan
adalah instrumen faktor individu (umur,tinkat pendidikan, lama kerja, pelatihan
pendokumentasi) dan faktor organisasi (supervisi, uraian tugas, dan penghargaan)
dari teori dan konsep prilaku /kinerja gipson (1996) dan instrumen
pendokumentasian dielaborasi dari instrumen depkes RI 1997 dan telah
disesuaikan dengan kebutuhan penelitian instrumen faktor individu terdira dari 4
pertanyaan. Hasil uji coba validiatas dan realibilitas instrumen menggunakan
Alpha cronbach dengan hasil baik. Masing masing 0,9497 dan 0,8160. Hasil
penelitian faktor individu adalah kelompok umur 25-40 tahun sebanyak
(54,26%),tingkat pendidikan tertinggi yaitu D III KEPERAWATAN (71,32%),
lama kerja < 5 tahun (36,43%) dan responden yang pernah mengikuti pelatihan
dokumentasi asuhan keperawatan (37,21%) dan hasil penelitian organisasi adalah
sepervisi pimpinan yang disarankan perawat pelaksana dengan kategori baik
46,5% uraian tugas dengan kategori baik 48,1% dan penghargaan pimpinan rumah
sakit yang dirasakan perawat pelaksana dengan kategori baik adalah 41,9%.
Analisa statistik (p < 0,05) mernunjukkan bahwa ad hubungan yang bermakna
antara faktor organisasi dengan pendokumentasian aasuhan keperawatan,
sedangkan pada faktor individu yaitu umur, tingkat pendidikan, lama kerja dan
pelatihan dokumentasi yang berhubungan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan adalah tingkat pendidikan.hasil penelitian menunjukkan bahwa
Vol 1 No 5 Januari 2013
1
faktor yang paling berhubungan dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
Adalah penghargaan dan pendidikan .
Vol 1 No 5 Januari 2013
2
PENDAHULUAN
adalah
meningkatkan
mutu
pelayanan
keperawatan,
menghasilkan
praktek
Abad 21adalah suatu abad yang di keperawatan
profesional
,
mendukung
awali dengan globalisasi yang melanda semua pengembangan peneliti dan ilmu pengetahuan.
negara di dunia termasuk indonesia. Persaingan
jasa kesehatan pada era globalisasi semakin
Menurut Doeges (1999) dan Nursalam
meningkat rumah sakit sebagai salah satu (2002)mengatakan bahwa dari segi hukum jika
tatanan pemberi jasa pelayanan di tuntut suatu kejadian / aktivitas tidak di
mampu menyediakan pelayanan kesehatan dokumentasikan maka aktivitas/ tindakkan
yang aman melalui tenaga kesehatan yang tersebut tidak pernah dilakukan. Hal ini berarti
profesional
(DepKes,1999)
keperawatan bila perawat tidak mendokumentasikan
menduduki. Posisi ini makin menjadi penting tindakkan asuhan keperawatan pasien maka
karena mutu pelayanan di tentukan oleh tindakkan keperawatan tersebut tidak pernah di
kualitas pelayanan keperawatan. Pernyataan ini lakukan sehingga tidak ada kesinambungan
sesuai dengan pernyataan Tappen (1998) yang asuhan keperawatan dan akan menurunkan
menyatakan bahwa pelayanan yang di berikan mutu asuhan keperawatan. Sesuai dengan
di rumah sakit sebagian besar pelayanan pendapat tersebut Gray Habor College Nursing
keperawatan yaitu sekitar 50%, rumah sakit (GHCN, 2004) dalam penelitian menyatakan
sebagian besar adalah perawat sesuai dengan tindakkan keperawatan dilaksanakan tetapi
DepKes RI 2003 bahwa jumlah perawat perawat pelaksana tidak mendokumentasikan
mancapai 62% dari tenaga kesehatan. Menurut ke dalam format yang tersedia sehingga
PPNI ( 1999) Sumber daya D III keperawatan keluarga pasien menuntut perawat karena tidak
dan keperawatan profesional pemula di memberikan pelayanan kepada pasien,
harapkan
mampu
mengelola
praktik akhirnya rumah sakit mengalami kerugian
keperawatan profesional untuk meningkatkan besar 60.000 – 200.000$ USA penelitian
asuhan keperawatan. Untuk meningkatan mutu perilaku kinerja perawat telah banyak di
asuhan keperawatan menurut Kozier (1990), lakukan tetapi penelitian yang berhubungan
dibutuh kan asuhan keperawatan yang baik dengan faktor individu dan faktor organisasi
pemberian
asuhan
keperawatan
dan dengan pendokumentasian asuahn keperawatan
pendokumentasiannya selama 24 jam sehari belum pernah di lakukan. Di rumah sakit PGI
mengenai
pengkajian,diagnosa,rencana Cikini akhir tahun 2003 telah di bentuk
keperawatan ,pelaksanaan dan evaluasi kelompok kerja sistem penghargaan dan
menurut
Nursalam
(2002)
manfaat jenjang kharir perawat klinik dan sedang
pendokumentasian asuhan keperawatan adalah menunggu penetapan dari pimpinan rumah
sebagai alat komunikasi kepada perawat dan sakit PGI Cikini untuk menikatkan motivasi
tenaga kesehatan lain mengenai tindakkan apa perawat dalam bekerja .
yang sudah dan akan di laksanakan kepada
Berdasarka fenomena tersebut di atas,
pasien sedangkan menurut Doenges (1999) untuk mendapatkan gambaran yang lebih jelas
manfaat dokumentasi asuhan keperawatan tentang kinerja perawat dalam melakukan
Vol 1 No 5 Januari 2013
3
dokumentasi asuhan kepearawatan, perlu di
lakukan penelitian tentang pendokumentasian
asuhan keperawatan dengan faktor individu
yaitu umur, tingkat pendidikan, lama kerja dan
pelatihan dokumentasi serta faktor organisasi
khususnya supervisi, uraian tugas dan
penghargaan di rumah sakit PGI Cikini,
jakarta
TINJAUAN PUSTAKA
Faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku
/ kinerja
Umur
Menurut tyson dan jacson (2001) mengatakan
bahwa sampai usia seseorang, sedangkan umur
25 / 40 tahun adalah puncak karir seseorang
dan umur di atas 40 tahun adalah mas
penurunan karir. Hubungan umur dengan
perilaku menurut suwarto ( 1999), semangkin
tua seseorang maka produktivitas semangkin
menurun, sedangkan menurur suwagian (1999 )
bahwa umur mempunyanyi kitan yang erat
dengan
berbagai
segi
kehidupan
organisasional, kaitan umur dengan tingakat
kedewasaan teknis dan kedewasaan psikologis.
Kedewasaan
teknis
berkaitan
dengan
keterampilan melaksanakan tugas, sedangkan
kedewasaan
psikologis
menunjukan
kematangan jiwa dalam arti semagkin bijak
sana, mamapu mengendalikan emosi, mangkin
mampu berfikir rasional, toleran terhadap
perbedaan pandangan dan prilaku. Pendapat
yang berbeda terdapat pada hasil penelitian
panjaitan (2001 ) di rumah sakit Gatot Sruboto
jakarta di nyatakan bahwa tidak ad hubungan
yang bermakna antara umur dan kinerja,
demikian juga hasil penelitian jasmarijal (2000
) di rumah sakit DrM. Jamil pandang,
semangkin lama seseorang bekerja, maka
semangkin terampil dan berpengalaman pula
dalam melaksanakan pekerjaannya.
Pelatihan
Pelatihan merupakan dari proses
pendidikan untuk memperoleh pengetahuan
dan keterampilan ( noto atmodjo ,1992 )
menurut handokko (2000) mengatakan bahwa
pelatiahn
meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan, keterampilan pekerjaan. Dengan
demikian maka sebagian tinggi pengetahuan
seseorang
maka
semangkin
baik
pendokumentasian asuhan keperawatannya
Status Perkawinan
Menurut siagian (1995 ) mengatakan bahwa
status perkawinan berpengaruh pada prilaku
karyawan dalam kehidupan organisasinya, baik
secara positif maupun negatif. Dengan
demikian status di perkawinan mempengaruhi
prilaku kearah positif yaitu memiliki motivasi
dan tinggkat kepuasan kerja yang lebih tinggi,
sehingga karyawan yang telah menikah
memiliki pencapaian kinerja yang lebih dari
pada yang belum menikah.
Lama Kerja
Menutut robbin (1998 ) bahwa lama kerja dan
sampel 143 orang di dapatkan tidak ada
pengaruhb umur dengan pendokumentasian
asuhan keperawatan ( hal ini mungkin karena
faktor kebetulan saja ) dari uraian di atas di
simpulkan responden yang berumur tua di
harapkan mampu melaksanakan asuhan
keperawatan dengan baik, khusus dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Jenis Kelamin
Vol 1 No 5 Januari 2013
4
Hubungan jenis kelamin dengan prilaku/kinerja
menurut suwarto (1999), perbedaan antara laki
– laki dan perempuan dalam kinerja adalah
sangat kecil. Jadi perawat laku – laki dan
permpuan tidak berbeda dalam melaksanakan
pendokumentasian asuhan keperawatan
Pendidikan
Pendidikan
adlah
proses
penyampaian
informasi
kepada
seeseorang
untuk
mendapatkan perubahan prilaku (noto atmodjo
, 1993 ) meenurut siagian (1999), semangkin
tinggi pendidikan seseorang semangkin tinggi
pula keinginannya untuk mendapatkan
pengetahuan keteranpilan yang dimilikinya.
Menurut seedy dan jacson (2000) mengaktakan
bahwa semangkin tinggi tingkat pendidikan
perawat
maka
semangkin
tinggi
kemampuannya dalam menerapkan proses
keperawatan sesuai dengan pendapat tersebut
di
atas
perawat
akan
meningkat
pengetahuannya apa bila memperoleh proses
belajar melalui pelatihan
Faktor Psikologis
persepsi
menurut suwarto (1999) mengatakan bahwa
persepsi adalah kognitip yang di gunakan oleh
seseorang untuk menafsirkan dan memahami
dunia sekitarnya. Menurut Gibson & robbin
(1999)mengatakan bahwa persepsi adalah
penafsiran objek, tanda dan orang dari sudut
pengalaman sendiri. Persepsi mencakup
penerimaan stimulus,perorganisasian stimulus,
dan penerjemahan stimulus ataua penafsiran
stimulus yang telah di organisasi dengan cara
yang dapat menguraikan prilaku dalam bntuk
sikap .
Sikap
Menurut Robbin (1996) dan suwarto
(1996) sikap merupakan faktor penentu prilaku,
dan berhubungan dengan persepsi kepribadian
dan motivasi. Manager perlu mengetahui
bahwa sikap dapat di pelajari, sikap
menentukan kecendrungan terhadap segi
tertentu, sikap memberikan dasar emosional
bagi berhubungan antar pribadi seorang dan
pengenalan terhadap orang lain dan sikap do
organisasikan serta dekat dengan inti
kepribadian.
Kepribdian terdiri dari prilaku khas
yang brbeda yang dapat di susun dalam bentuk
beberapa hierarki. Menurut suwarto (1999),
kepribadian seseorang adalah kombinasi khas
ciri-ciri kejiwaan yang kita gunakan untuk
mengambarkan seseorang. Menurut Tyson &
jackson (2002)mengatakan bahwa kepribadian
seseorang adalah cara spesifik seseorang untuk
berfikir dan bertindak ketika sedang
menyesuaikan diri dengan lingkungan.
Kepribadian adalah aspek khusus individual
dan merupakan pondasi sebagian besar prilaku
individu. Jadi kepribadian adalah yang
mendasari sebagian besar prilaku individu.
Belajar
menurut suwarto (1999), belajar adalah setiap
perubahan yang relatif tetap dalam segala
prilaku yang terjadi sebagai hasil dari
pengalaman. Sedangkan menurut notoatmodjo
(1993) belajar pada dasarnya adalah
penyempurnaan kemampuan-kemampuan pada
organisme biologis dan psikis yang di perlukan
Vol 1 No 5 Januari 2013
5
dalam hubungan manusia dengan dunia luar
dalam hubungannya hidup masyarakat.
Dari uraian diats disimpulkan bila responden
banyak belajar maka pendokumentasian asuhan
keperawatan akan berubah sesuai dengan
kedewasaan fisik dan psikis telah di capai
maka pendokumentasian asuhan keperawatan
akan dilakukan dengan baik. Motivasi
Menurut suwarto (1999) dan aditama (1999),
motivasi adalah sebagai kesediaan untuk
melakukan usaha tingkat tinggi guna mencapai
tujuan organisasi, yang dikondisikan oleh
kemampuan
usaha
guna
memasukkan
kebutuhan individu. Sedangkan kebutuhan
adalah keadaan batin yang membuat hasil-hasil
tertentu tampak menarik. Menurut Aditama
(1999) mengatakan bahwa motivasi adalah
suatu proses pemberian motiv (penggerak)
pada karyawan agar dapat dibekerjakan dengan
baik sehinnga tujuan organisasi tercapai secara
efesien.
yang harus diselenggarakan, kehidupan
invividu maupun antara satuan kerja.
Faktor Organisi terdiri:
Sumber Daya Manusia
Manusia merupakan sumber daya
paling penting dalam upaya mencapai
keberhasilan. Menurut Stoneer dan Freeman
(1999), Tulus (1994), menyatakan bahwa
tujuan-tujuan organisasiakn terwujud dengan
adanya aspek manusia,karena sumber daya
manusia menunjukkan organisasi dengan bakat
kecakapan,keterampilan,kreatifitas dan karya.
Pernyataan ini sesuai dengan ilyas (2000) yang
mengatakan bahwa tanpa kehandalan manusia /
sumber daya manusia institusi pelayanan maka
institusi/ rumah sakit tersebut tidak ada artinya.
Dari pernyataan di atas maka sumber daya
manusia di atur agar tujuan organisasi dapat
tercapai. Tujuan dari mamagemen sumber daya
manusia menurut ilyas (2002) adalah untuk
meningkatkan dan mengembangkan kapasitas
sumber
daya
manusia
dengan
pelatihan,kesempatan/
peluang
mengembangkan dan memastikan karir
tersendiri untuk setiap SDM. Untuk mendpat
kan sumber daya manusia yang handal maka
sumber daya manusia perlu di rencanakan.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah proses mempengaruhi
orang lain bekerja mencapai tujuan organisasi
(Swansburg dan Swansburg,1999) menurut
pendapat siagian (1996) kepeminpinan sebagai
menejer merupakan motor dan daya penggerak
dari semua sumber-sumber yang tersedia pada
suatu organisasi
Faktor Organisasi
Menurut gibson (1996 dalam ilyas,
2002) menyatakan bahwa faktor organisasi
terdiri dari: sumber daya, kepemimpinan,
penghargaan,struktur
organisasi,urian
tugas/disain
bekrja
dan
supervisi,mempengaruhi prilaku individu,
Menurut Thoha (2000) dan djatmiko
(2002), organisasi merupakan kumpulan orangorang
yang
selalu
membutuhkankan
berkomunikasi dengan sesama.
Dalam organisasi anggota organisasi tidak
dapat hidup terisolir karene pencapaian tujuan
organisasi,
strategi
yang
akan
di
jalankan,kebutuhan yang akan dilaksanakan Sruktur organisasi
rencana yang harus direalisasikan, program
Vol 1 No 5 Januari 2013
6
Sruktur
organisasi
menunjukan
gari asuhan keperawatan serta sebagai sarana
kewenangan (line of authirity) dan rentan pendidikan bagi mahasiswa keperawatan .
kembali (span of control) tingkatan sruktur
tersebut yang sekaligus membedan ruang
lingkup tanggu jawap dan perannya masing- 1. Pengertian Dokumentasi Keperawatan
masing (vesijo,1995).
Menurut Nurachman (1999) dokumentasi
keperawatan adalah sekumpulan informasi
yang mencerminkan bukan hanya identitas
Supervisi
klien tetapi juga merupakan data yang
Supervisi merupakan bagian dari fungsi
menjelaskan pengalaman klien sebagai
pengarahan/directing,supervisi
diartikan
dampak dari masalah kesehtan yang sedang
sebagai pengamatan atau pengawasan secara
di alaminya .
langsung terhadap pelaksanaan pekerjaan yang
2. Dampak/ManfaatPenerapan
Dokumentasi
sifatnya pengarahan dalam fungsi manajemen
Keperawatan
yang berperan untuk mempertahankan agar
Menurut nursalam (2002) adalah dapat
segala kegiatan yang telah diprogram dapat
digunakan ulang untuk keperluan yang
dilaksanakan dengan baik dan lancar .
bermanfaat , mengkomunikasikan kepada
Uraian tugas
tenaga kesehatan apa yang sudah dan akan
Menurut Kartono(2000) dan tyson & jagson
dilakukan nkepada pasien,dan manfaat data
(2001) mengatakan bahwa kerja merupakan
pasien yang akurat serta dapat dicatat, dan
aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan
menurut
Doenges
(1999)
manfaat
diri
dan
keluarganya,sehingga
dapat
dokumentasi
keperawatan
adalah
memberikan bobot dan isi kehidupan.
meningkatkan mutu pelayanan keperawatan
penghargaan atau reward adalah sebuah
, meningkatkan keterrampilan teknis dan
intelektual
untuk
tenaga
kategori perilaku yang menyangkut pemberian
keperawatan,meningkatkan
citra
manfaat-manfaat yang nyata kepada seseorang
keperawatan,meningkatkan rasa solidaritas
karena kinerjanya yang efektif , keberhasilan
dan rasa kesatuan perawat, menggambarkan
yang siknifikan dan bantuan yang bermanfaat
otonom
dan
tanggung
jawap
(yukl,1994)
perawat,menghasilkan praktik keperawatan
yang
propesional,mendukung
Dokumentasi Keperawatan
pengembangan penelitian/rised,mendukung
Dokumentasi keperawatan adalah media
pengembangan
ilmu
komunikasi yang efektif antar profesi dalam
pengetahuan,meningkatkan perawat dalam
suatu tim pelayanan kesehatan untuk melihat
pengambilan
keputusan,meningkatkan
dan menganalisa perkembangan kondisi klien
kepuasan
kerja
,untuk perencanaan perawatan pasien ,sebagai
3. Tujuan Dokumentasi Keperawatan
indikator kualitas pelayanan kesehatan,sumber
Menurut Doenges,et al (1999) tujuan
data untuk penelitian dalam pengembangan
dokumentasi keperawatan adalah untuk
keperawatan,pertanggunggugatan pelaksanaan
menvalidasi asuhan keperawatan,menjamin
Vol 1 No 5 Januari 2013
7
perkembangan
dokumantasi
dengan
mengkaitkan fokus terhadap kriteria hasil
klien , memvalidasi konsistensi inter disiplin
dan mengkomunikasikan tujuan tindakan
dan perkembangan. Bila pendokumentasian
tidak lengkap, maka pelanggan maupun
rumah sakit akan mengalami kerugian.
Terjadi tuntutan pada Rumah Sakit karena
perawat tidak mendokumentasikan tindakan
keperawatan yang dilaksanakan terhadap
pasien, keluarga pasien menuntut perawat,
sehingga rumah salkit mengalami kerugian
sebesar 60.000 s/d 200.000 $ USA ( Gray
Habor College Nursing, 2004). Kerugian ini
tidak
akan
terjadi
bila
perawat
mendokumentasikan tindakan keperawatan
dengan baik dan benar.
4. Pendekatan pada Dokumentasi Keperawatan
Proses keperawatan menurut Yura dan
Walsh (1998), Doenges (2000) demikian
juga Nurachmah (2004) mengatakan bahwa
proses keperawatan terdiri dari 5 tahap :
yaitu tahap pengkajian keperawayan,
identifikasi/analisis masalah ( diagnosa
keperawatan),
perencanaan,implementasi
dan evaluasi. Tahap ini tidak berdiri sendiri,
tetapi saling ketergantungan. Dibawah ini
akan diuraikan mulai dari tahapan
pengkajian sampai dengan tahap evaluasi,
yaitu:
Pengkajian Keperawatan
Pengkajian adalah tahapan pertama proses
keperawatan. Aktifitas keperawatan di mulai
ketika pasien berhubungan dengan sistem
pelayanan kesehatan. Selama pengkajian data
tentang status kesehatan dikumpulkan,
dilandasi, diorganisasikan, dikelompokkan
kedalam bentuk tertentu dan dikomunikasikan
secara verbal atau tertulis. Diagnosa
Keperawatan
Meurut Gordon (1987 dalam carpenito,1997)
mengatakan
bahwa
rumusan
diagnosa
keperawatan mengandung 3 (tiga) komponen
utama yaitu : masalah, penyebab dan sign /
symptom. Disamping itu, untuk merumuskan
diagnosa / resiko cukup menuliskan Masalah
(Problem = P) dan penyebab (Etimologi = E),
karena masalah belum terjadi sehingga data
pendukung (sign/symptom) tidak diperlukan.
Perencanaan Keperawatan
Menurut Craven dan Hirnle (2000),
perencanaan merupakan suatu kegiatan dimana
perawat
/
keluarga
menyusun
dan
merencanakan
kegiatan
keperawatan
/
intervensi yang dibutuhkan untuk mencegah,
menurunkan dan mengurangi penyakit. Untuk
merumuskan
tindakan
dalam
rencana
keperawatan perlu mempertimbangkan 4 jenis
tindakan keperawatan yaitu: “tindakan
observasi, tindakan langsung keperawatan,
tindakan pendidikan dan tindakan kolaborasi”.
Implementasi Keperawatan
Menurut Craven& Hirnle (2000), aktivitas
inimerupakan perencanaan dari rencana
keperawatan, sehingga harus mengacu pada
rencana keperawatan yang telah disusun
sehingga akan lebih terarah. Tanpa rencana
keperawatan,maka implementasi keperawatan
tidak terarah dan tidak dapat dilaksanakan
dengan baik.
Evaluasi Keperawatan
Menurut Craven & Harnle (2000) evaluasi
adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang memungkinkan perawat menetapkan
apakah rencana efektif dan bagaimana rencana
selanjutnya,
merevisi
rencana
atau
menghentikan rencana.
Vol 1 No 5 Januari 2013
8
Sesuai dengan tujuan penelian, maka
KERANGKA KONSEP, HIPOTESIS DAN pendokumentasian asuhan keperawatan diuji
DEFENISIOPERASIONAL
hubungannya dengan beberapa variable faktor
Kerangka Konsep
individu dan faktor organisasi, sehingga hasil
Kerangka konsep yang dikembangkan pada uji hipotesis secara keseluruhan akan
penelitian ini adalah didasarkan atas menggambarkan hipotesis umum
kesimpulan penulis pada penelusuran pustaka
bahwa pendokumentasian asuhan keperawatan METODE PENELITIAN
berhubungan denga faktor organisasi. Untuk Desain Penelitian
Penelitian ini merupakan studi diskriptif
mengetahui
hubungan
variable-variabel
kuantitatif
yang bersifat kolerasi dengan
tersebut secara konseptual di gambarkan
pendekatan Cross Sectional, yang bertujuan
dengan skema sebagai berikut
meneliti hubungan faktor organisasi dengan
penerapan dokumentasi asuhan keperawatan.
\
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah
seluruh perawat pelaksana yang berkerja di
ruang rawat inap RS PGI Jakarta. Dalam
penelitian ini penentuan sampel dilakukan
secara random. Untuk mendapatkan random
representatif maka ditentukan prosentase
Dependen
sampel yang diambil dalam setiap ruangan
penentuan besarnya sampel pada penelitian ini
individu
V.Faktor
Dependen
menggunakan rumus. Untuk mendapatkan
random yang representatif maka ditentukan
1. Umur
prosentase sampel yang diambil dalam setiap
2. Pendidikan
ruang dengan rumus:
3. Lama Kerja
4. Penelitian Dokumentasi
Jumlah PP masing-masing ruang rawat inap
Rumus =
X 135
Jumlah
populasi
Faktor Organisasi
perawat ruang rawat inap
1. Supervisi
2. Uraian Tugas
Tempat Penelitian
3. Penghargaan
Penelitian dilaksanakan di ruang rawat inap
yaitu pada ruang Anak, ruang penyakit Dalam,
Pendokumentasian Asuhan
ruang Bedah dan ruang Khusus PGI Cikini
Keperarawatan
Jakarta. Upaya peningkatan kualitas pelayanan
keperawatan
terlihat
dari
pelaksanaan
penelitian dan peduli terhadap kesejahteraan
Hipotesis
Vol 1 No 5 Januari 2013
9
perawat, di Rumah Sakit PGI Cikini sudah untuk mengukur pendapat, sikap, harapan dan
dibentuk POKJA system penghargaan dan persepsi seseorang atau sekelompok orang
jenjang karir professional perawat klinik.
tentang fenomena sosial.
c. Instrumen Pendokumentasian Asuhan
Keperawata.
Instrument ini dibuat oleh peneliti mengacu
Etika Penelitian
pada instrumen format A Depkes RI 1997dan
Sebelum penelitian dilakukan terlebih PPNI 1997.
dahulu
surat
permohonan
persetujuan
penelitian disampaikan pada Direktur rumah Pengelolahan dan Pengumpulan Data
sakit PGI Cikini Jakarta,dengan tembusan ke Pada saat penelitian responden di undang ke
unit-unit terkait untuk memperoleh persetujuan ruang khusus yang telah disediakan. Selama 15
penelitian.
Sebagai
pertimbangan
etik, menit pertama diberi penjelasan mengenai
penelitian
memperhatian
aspek
self tujuan, peran subyek, kerahasiaan data dan
determination,privacy,
anonymity
dan akibat yang mungkin timbul pada penelitian
protection
discomfrort
(Gribich,1999,Hammers’ey & Atkinson, 1995; Pengolahan dan Analisis Data
polit & Hungler,1999)
Pengolahan
Editing
Alat Pengumpulan Data
Editing dilakukan untuk memeriksa ulang
1. Jenis instrumen
kelengkapan dan konsistensi dari setiap
Instrunen yang digunakan dalam pengumpulan jawaban pada setiap instrumen yang telah diisi.
data adalah kuesioner yang dikembangkan oleh Coding
peneliti sendiri berdasarkan data teoritis dan Instrument yang telah diperiksa selanjutnya
yang sesuai dengan kebutuhab penelitian.
diberi kode pada setiap pernyataan dalam
2. Sistem Skoring
instrumen, sehingga memudahkan pengelolaan
a. Faktor individu
data selanjutnya.
Instrument pengumpulan data tentang faktor Entry
individu terdiri dari 4 (empat) item yaitu Data kemudian dimasukkan dalam komputer
pertanyaan tentang umur, pendidikan, lama sesuai dengan format dalam data file untuk
kerja dan penilaian dokumentasi asuhan dianalisa lebih lanjuit.
Cleaning
keperawatan yang pernah diikuti.
Data yang telah dimasukkan ke dalam file
b. Faktor organisasi
Bentuk instrument faktor organisasi adalah komputer kemudian dilakukan pengecekan data
skala Likert, jumlah pertanyaan 26 dengan dan korweksi sehingga data siap untuk
empat pilihan ganda (1 = sangat tidak setujuh, dianalisa.
2 = tidak setujuh; 4 = sangat setuji).
Penggunaan pernyataan skala Likert, pemilihan Analis Data
metode ini karena merupakan teknik yang Analis Univariat
sederhana dalam melakukan penghitungan,
selain itu metode ini juga sering digunakan
Vol 1 No 5 Januari 2013
10
Tujuan analisis ini adalah untuk melihat
gambaran distribusi frekuensi responden
menurut berbagai karakteristik.
Analisis Bivariat
Analisis ini bertujuan untuk mengetahui
hubungan antara variabel independen dengan
variabel dependen.
a. Analisis Multivariat
Dari hasil analisis multivariat kita dapat
mengetahui variabel independen yang paling
signifikan
hubungan
terhadap
variabel
dependen.
pengganggu, sedangkan variabel dependen
yaitu pendokumentasian asuhan keperawatan.
HASIL PENELITIAN
Analisis Univariat
Bertujuan mengetahui karakteristik dari
variabel penelitian maka masing-masing
variabel dianalisis untuk frekuensi dan
prosentase, data yang di analisis berturut-turut
yaitu penyajian pendokumentasian asuhan
keperawatan, faktor individu.
Hubungan
Pendidikan
Formal
Keperawatan Dengan Pendokumentasian
Asuhan Keperawatan.
Hasil analissi antara pendidikan formal
keperawatan
responden
dengan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
diperoleh bahwa 60,90% responden yang
mempunyai pendidikan formal D III / AKPER
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan
dengan baik.
Analisis Bivariat
Analissi bivariat adalah untuk mengetahui
hubungan antara dua variabel dependen dan
variabel independen. Dalam penelitian ini
variabel independen adalah yaitu faktor
individu ( usia, pendidikan,lama kerja dan
pelatihan dokumentasi asuhan keperawatan )
sedangkan faktor organisasi ( supervisi, uraian
tugas dan penghargan ) sedangkan variabel
dependen adalah pedokumentasian asuhan
keperawatan.
Hubungan
faktor
individu
dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan Dalam
penelitian sub variabel umur, pendidikan, lama
kerja dan penelitian dokumentasi asuhan
keperawatan
disebut
sebagai
variabel
Hubungan
Antara
Umur
Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil analisis hubungan antara umur responden
dengan pendokumentasian asuhan keperawatan
diperoleh bahwa ada 63% responden yang
berumur
kurang
dari
25
tahun
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan
dengan baik.
Hubungan Antara Lama Kerja Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil analisis hubungan antara lama kerja
dengan pendokumentasia asuhan keperawatan
diperoleh bahwa ada 55,80% responden dengan
kerja lebih dari 10 tahun, ada 43,60%
responden dengan lama kerja antara 5-1 tahun
dan ada 61,70% responden dengan lama kerja
<5
tahun
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan dengan baik.
Hubungan
Pelatihan
Dengan
Pendokumentasian
Asuhan
Keperawatan.Hasil analisis hubungan antara
pelatihan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan dengan pendokumentasian asuhan
Vol 1 No 5 Januari 2013
11
keperawatan diperoleh bahwa ada 52,10%
responden yang pernah mengikuti pelatihan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan
dengan baik.
Hubungan
faktor
organisasi
dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan.
Hubungan Supervisi Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil analisis hubungan antara supervisi
pimpinan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan diperoleh 65% responden yang
mendapat supervisi baik mendokumentasikan
asuhan keperawatan dengan baik. Sedangkan
diantara responden yang mendapat supervisi
kurang 44,93% responden mendokumentasikan
asuhan keperawatan dengan baik.
Hubungan Uraian Tugas Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil analisis hubungan antara uraiaan tugas
dengan
pendokumentasiaan
asuhan
keperawatan
diperoleh
bahwa
64,52%
responden yang uraian tugasnya baik
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan
dengan baik.
Hubungan
Penghargaan
Dengan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan.
Hasil analisa hubungan antara penghargaan dan
pimpinan dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan diperoleh 68,50% responden yang
mendapat
penghargaan
baik
mendokumentasikan
asuhan
keperawatan
dengan baik.
Analisisi Multivariat
Analisis multivariat bertujuan mendapatkan
variabel yang paling bermakna hubungannya
dengan
pendokumentasian
asuhan
keperawatan. Hubungan variabel indenpenden
dengan dependen dilakukan melalui uji Regresi
Logistik dengan syarat yaitu : p value <0,25
(Hastono, 2001. Langkah pertama dalam uji ini
adalah melakukan regres logistik sederhana
untuk mendapatkan kandidat pada uji regresi
logistik ganda.
Analisis Regresi Logistik Sederhana
Analisis regresi logistik sederhana pada
dasarnya uji bivariat yang dilakukan untuk
mendapatkan kandidat uji regresi logistik
ganda. Variabel yang mempunyai nilai P wald
kurang dari 0,25 dijadikan kandidat untuk
analisis regresi logistik ganda.
Analisis Regresi Logistik Ganda
Lima variabel yaitu supervisi, uraian tugas,
penghargaan, pendidikan dan lama kerja secara
bersama diuji dengan regresi logistik ganda
metode backward yang bertujuan untuk
mendapat variabel yang paling benar
kontribusinya terhadap pendokumentasian
asuhan keperawatan.
PEMBAHASAN
Interpretasi Dan Diskusi Hasil Penelitian.
Faktor Individu
Umur
Respnden yang berumur kurang dari 25 tahun
ada 20,93% dan yang berumur 25-40 tahun
54,26% dan responden yang berumur lebih dari
40 tahun 24,81% dengan median 29 dan SD =
9,23. Umur responden yang terendah adalah 22
tahun yang tertua adalah 52 tahun.
Hasil penelitian ini bertentanga dengan
pendapat Gibson (1999) dan siagian (1999)
Vol 1 No 5 Januari 2013
12
yang mengatakan bahwa makin bertambah usia
maka
kinerja/pendokumentasianasuhan
keperawatan akan lebih baik. Demikian juaga
Manurung (2003) dalam penelitiannya
mengatakan bahwa kelompok umur responden
berhubungan dengan penerapan fase-fase
komunikasi terapeutik, makin bertambah umur
makin baik penerapan fase-fase komunikasi
terapeutik demikian juaga penjahitan (2001)
dalam penelitiannya mengatakan bahwa
kelompok umur responden berhubungan
dengan perilaku perawat pelaksana.
Pendidikan Formal Keperawatan
Dilihat dari pendidikan formal responden
dalam penelitian ini 71,32% D III keperawatan
yaitu pendidikan personal pemula ( PPNI 1997
) diharapkan dapat mendokumentasikan asuhan
keperawatan dengan baik dari hasil penelitian
didapatkan
responden
dengan
DIII
keperawatan hanya 60,90% pendokumentasian
asuhan keperawatan baik selebihnya 39,10%
asuhan keperawatan yang kurang baik dan
hanya 37,80% responden dengan pendidikan
SPR/SPK
pendokumentasianya
baik,
sedangkan 62,20% pendokumentasiannya
kurang baik.
Lama Kerja
Dari hasil distribusi lama kerja ada 36,43%
responden dengan lama kerja kurang dari 5
tahun, ada 30,23% responden dengan lama
kerja 5-10 tahun dan ada 33,34% responden
dengan lama kerja lebih dari 10 tahun. Hal ini
berarti bahwa responden dengan lama kerja
kurang dari 5 tahun,5-10 tahun dan lama kerja
lebih dari 10 tahun tidak ada hubungan yang
bermakna dalam hal pendokumentasian asuhan
keperawatan. Hasil penelitian ini diperkuat
oleh penelitian Nyoman (2000) dalam hasil
penelitiannya dinyatakan bahwa tidak ada
hubungan
lama
kerja
dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil
ini bertentanga dengan pendapat Mitchel
(1982) dan Graito (1988) dalam Arichman
(1999)menyatakan bahwa semakin lama
perawat bekerja maka semakin terampil dalam
melaksanakan pekerjaannya.
Penelitian Dokumentasi Asuhan
Keperawatan
Berdasarkan hasil uji statistik didapatkan tidak
ada hubungan antara pelatihan dengan
pendokumentasian asuhan keperawatan. Hasil
penelitian yang memperkuat adalah Nyoman
(2002)dalam penelitiannya dinyatakan bahwa
tidak ada hubungan pelatihan dengan perilaku
kerja perawat pelaksana dalam mencegah
infeksi nosokomial. Hasil penelitian ini
bertentangan dengan pendapat Atmojo (1992)
dan Handoko (1999) mengatakan bahwa
pelatihan
meningkatkan
kemampuan,
pengetahuan dan keterampilan.
Hubungan Faktor Organisasi Dan
Pendokumentasian Asuhan Keperawatan
Supervise
Sesuai dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan kategori baik adalah 80%
(Depkes RI 1997), maka supervisi yang baik
pimpinan dalam penelitian ini adalah 80%.
Supervise yang baik dari pimpinan didapatkan
46,50% responden. Nilai supervise ini masih
jauh dari yang diharapkan. Namun pimpinan
kurang memberikan informasi terhadap hasil
pengamatan keterampilan perawat pelaksana
dalam pendokumentasian asuhan keperawatan
pasiaen sehingga perawat pelaksana tidak
mengetahui
dan
tidak
menyadari
kekurangannya dalam hal pendokumentasian
asuhan
keperawatan.
Sehingga
nilai
pendokumentasian asuhan keperawatan dari
tahun 2002 sampai tahun 2003 masih belum
baik. Saat ini supervisi pendokumentasian
asuhan keperawatan telah dilaksanakan dan
dalm proses peningkatan ditandai dengan
Vol 1 No 5 Januari 2013
13
diskusi antara pimpinan dengan perawat
pelaksana tentang pemahaman dokumentasian
asuhan keperawatan di rumah sakit PGI Cikini,
agar pendokumentasian dengan kriteria baik
dapat dicapai sesuai dengan harapan.
Uraian Tugas
Sesuai dengan pendokumentasian asuhan
keperawatan dengan kategori baik adalah 80%
(Depkes RI 1997), maka uraian tugas yang baik
dalam penelitian ini adalah 80%. Keadaan ini
memberikan arti bahwa uraian tugas kepada
perawat pelaksana dalam pendokumentasian
asuhan keperawatan dirasakan masih kurang
48,06%. Perawat akan mempunyai kinerja baik
bila uraian tugasnya baik.
Peneliti berpendapat, hasil yang kurang ini
dapat terjadi uraian tugas yang jelas dan
terperinci di rumah sakit PGI Cikini baru
ditetapkan pada tahun2003 dari manajemen
puncak keperawatan.
Penghargaan
Yang mengatakan penghargaan baik dari
pimpinan didapatkan 41,86% responden.nilai
penghargaan ini masih jauh yang di
harapkan.keadaan ini memberikan arti bahwa
penghargaan
yang
diberikan
dalam
pendokumentasian asuhan keperawatan di
rasakan masih kurang 58,14 % rata-rata
penghargaan dari pimpinan adalah 68,8 % nilai
ini adalah nilai penghargaan yang masih
kurang
Peneliti berpendapat, hasil yang kurang ini juga
dapat terjadi karena pimpinan keperawatan dan
rumah sakit masih kurang memberikan
penghargaan terhadap perawat pelaksana
secara adil
deskiriptif dengan instrument penelitian angket
yang menyakan pendapat responden
Implikasi untuk keperawatan
Hasil penelitian ini dapat sebagai gambaran
keadaan rumah sakit PGI Cikini khususnya
bidang keperawatan untuk meningkatkan peran
supervise, uraian tugas yang jelas dan
memberikan penghargaan yang sesuai agar
motivasi perawat pelaksana tinggi untuk
melaksanakan asuhan keperawatan dan
pendokumentasian di rumah sakit PGI Cikini
SIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan hasil dan pembahasan dalam
penelitian ini, dapat lah dibuat kesimpulan
serta sasaran sebagai berikut :
Pendokumentasi asuhan keperawatan di rumah
sakit PGI Cikini dengan kategori baik ( 54,26 )
Gambaran factor individu menunjukan bahwa
kelompok umur responden yang jumlah tinggi
adalah umur 25-40 tahun sebanyak ( 54,26 %)
yang mendomisili tingkat pendidikan adalah DIII Keperawatan ada sebanyak ( 71,32 ) lama
kerja <5 tahun adalah yang terbanyak yaitu (
36,43 % )
Saran
1.Untuk pimpinan rumah sakit PGI cikini
Memberikan pengarahan kepada perawat
dengan menyetujui dan menetapkan sistem
penghargaan dan jenjang karir perawat klinik
yang
telah
dirancang
oleh
bidang
keperawatan rumah sakit PGI Cikini Jakarta
2.Untuk pimpinan perawat rumah sakit PGI
cikiniBeri penghargaan berupa pujian kepada
perawat pelaksana bila melaksanakan
pekerjaan dengan baik khususnya melakukan
pedokumentasian asuhan keperawatan pasien
Keterbatasan Penelitian
Sampel ( bias sampel ) responden yang
menjadi subyek penelitian sebanyak 129
perawat pelaksana yang tersebar di 18 ruang
rawat inap RS PGI Cikini.penelitian ini bersifat DAFTAR PUSTAKA
Vol 1 No 5 Januari 2013
14
Aditama, ( 2002 ).Manajemen admintistrasi
Rumah
Sakit,
Edisi
Penerbit
universitasIndonesia,Jakarta: UI Press
Bertens,K.(2004). Etika Keperwatan Kristen
Dalam pelayanan perawatan diskusi
Panel RS PGI Cikini,Jakarta
Haryati (1999). Hubungan antara pengetahuan
aspek hokum dari perawat dan
karakteristik perawat
Handoko, (2000). Manajemen,edisi2 (ed-2)
BPFE-Yogyakarta
Hariyati,(1999). Hubungan antara
pengetahuan Aspek hukum dari
Perawat dan karakteristik perawat
terhadap kualitas pendokumentasian
keperawatan, di Rumah sakit Bratha
Yudha.Tesis tidak Publikasikan
Manurung.(2003). Hubungan Karakteistik
Individu
dan
organisasi
dengan
penerapan komunikasi terapautik di
ruang rawat inap perjan rumah sakit
persahabatan,
Jakarta, tesis tidak
dipublikasikan
Vol 1 No 5 Januari 2013
15
Download