BAB VII KETERKAITAN MODAL DAN TIPOLOGI PEMIMPIN LOKAL DENGAN KETERLIBATANNYA DALAM TAHAPAN PROGRAM PNPM MANDIRI PERDESAAN PEMBANGUNAN INFRASTRUKTUR 7.1. Pengaruh Kepemilikan Modal pada Tahapan Program 7.1.1. Tahapan Perencanaan Umumnya pada sebuah program terdiri dari tiga tahapan yaitu tahapan perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi. Salah satu cara untuk melihat peran pemimpin lokal dalam program PNPM Mandiri Perdesaan adalah dengan melihat keterlibatannya dalam tahapan program tersebut. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dapat dilihat dari dua indikator yaitu kehadiran dan konsep program. Kehadiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat perencanaan program, sedangkan konsep program adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menentukan konsep program yang dilaksanakan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan perencanaan dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap perencanaan. Hasil analisis statistik dapat dilihat pada Tabel 16. Tabel 16. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Perencanaan PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal Modal YT AQ DM AR t Sig. t Sig. t Sig. t Sig. M. Internal 2,896 0,007* 3,909 0,000* 5,403 0,000* 27,567 0,000* M. Eksternal 1,917 0,064* 3,918 0,000* 5,449 0,000* 25,754 0,000* Ket: ---* = berpengaruh pada 10 %, t = Statistik Uji 82 Hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan eksternal semua pemimpin lokal berpengaruh nyata pada tahap perencanaan. Hal ini juga didukung dengan hasil analisis tabulasi silang juga menunjukkan pada pemimpin lokal YT sebanyak 27,3 persen menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh serta selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan. Persentase ini secara tidak langsung mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal pada pemimpin lokal YT berpengaruh nyata dimana semakin tinggi modal internal yang dimiliki maka semakin tinggi keterlibatan YT pada tahapan perencanaan. Sama halnya dengan analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ. Pada pemimpin lokal AQ sebanyak 27,3 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahap perencanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ tidak sebaik jawaban pada pemimpin lokal YT. Namun tetap menunjukkan bahwa modal internal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap perencanaan. Sedikit berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal ini terlibat dalam tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 60,6 persen. Hal ini masih menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal yang dimiliki DM dan AR maka semakin rendah pula keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Dengan demikian hasil analisis tersebut mendukung hasil analisis statistik sebelumnya yaitu modal internal berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Kemudian pada modal eksternal hasil analisis tabulasi silang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh dan selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan program. Persentase yang cukup tinggi ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal dan pada pemimpin lokal YT berpengaruh nyata dikarenakan semakin tingginya 83 modal eksternal yang dimiliki pemimpin lokal maka semakin tinggi pula keterlibatannya. Sedikit berbeda dengan analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ menunjukkan bahwa sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah pemimpin lokal AQ terlibat atau tidak dalam tahapan perencanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ pada modal eksternal tidak sebaik jawaban responden terhadap modal internal yang dimiliki pemimpin lokal YT, namun tetap menunjukkan bahwa modal eksternal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap perencanaan. Hal ini dikarenakan persentase itu menunjukkan bahwa semakin rendah modal eksternal yang dimiliki maka semakin rendah pula keterlibatan AQ pada tahapan perencanaan. Sedangkan pada pemimpin lokal DM dan AR, responden yang menjawab tidak tahu mengenai kepemilikan modal eksternal dan keterlibatan DM dan AR pada tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 60,6 persen. Persentase ini menunjukkan bahwa semakin rendah kepemilikan modal eksternal yang dimiliki oleh pemimpin lokal DM dan AR, maka semakin rendah pula keterlibatannya pada tahapan perencanaan, sehingga responden tidak mengetahui hal tersebut. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa modal eksternal yang dimiliki DM dan AR masih berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. 7.1.2. Tahapan Pelaksanaan Tahap berikutnya adalah tahap pelaksanaan. Keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap pelaksanaan dapat dilihat dari tiga hal yaitu, sumbangsih pemikiran, sumbangsih materi, dan keterlibatan sebagai anggota proyek. Sumbangsih pemikiran yang dimaksud dalam penelitian ini adalah keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan pemikirannya dalam mengambil kebijakan saat pelaksanaan program. Sedangkan yang dimaksud dengan sumbangsih materi adalah kemampuan pemimpin lokal dalam mendukung pelaksanaan program dengan materi (uang) yang dimilikinya. Terakhir adalah keterlibatan sebagai 84 anggota proyek, yang dimaksud dengan keterlibatan sebagai anggota proyek adalah keterlibatan secara aktif pemimpin lokal dalam hal-hal teknis dilapangan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan pelaksanaan dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap pelaksanaan. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing – masing pemimpin lokal pada modal internal dan eksternal yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 17. Tabel 17. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Pelaksanaan PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal Modal M. Internal M. Eksternal YT AQ t Sig. 1,835 0,076* -0,215 Ket: ---* = berpengaruh pada t = Statistik Uji 0,831 t DM Sig. 9,903 0,000* 9,196 0,000* AR t Sig. t Sig. 6,477 0,000* 6,091 0,000* 5,526 0,000* 6,184 0,000* 10 % Merujuk pada Tabel 17, terlihat bahwa modal internal dan eksternal berpengaruh nyata pada semua pemimpin lokal, kecuali modal eksternal pada pemimpin lokal YT. Hal ini juga didukung dengan analisis tabulasi silang yang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 18,2 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahapan pelaksanaan program. Persentase ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya bahwa modal internal dan pada keterlibatan pemimpin lokal YT berpengaruh nyata. Namun sebanyak 60,6 persen menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh namun tidak terlibat dalam kegiatan pada tahapan perencanaan. Persentase ini menunjukkan bahwa walaupun YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh, pada kenyataannya responden mengatakan bahwa YT tidak hadir dalam tahap pelaksanaan. 85 Analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ menunjukkan bahwa sebanyak 15,2 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang berpengaruh dan sering terlibat dalam kegiatan pada tahap pelaksanaan. Walaupun terlihat jawaban responden terhadap pemimpin lokal AQ memiliki persentase yang lebih rendah pada pemimpin lokal YT, hal ini tetap menunjukkan bahwa modal internal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap pelaksanaan. Begitu pula dengan modal eksternal yang dimiliki AQ. Sebanyak 15,2 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh namun sering terlibat dalam kegiatan pada tahap pelaksanaan Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh serta responden tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal ini terlibat dalam tahapan perencanaan sebanyak 54,5 persen dan 57,6 persen. Kemudian pada modal eksternal, DM dan AR memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh serta tidak hadir dalam kegiatan pada tahapan pelaksanaan sebanyak 33,3 persen dan 15,2 persen. Hal ini dikarenakan kondisi fisik DM dan AR serta lokasi dari pembangunan yang cukup jauh dengan tempat tinggal pemimpin lokal. Persentase tersebut menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal dan eksternal yang dimiliki DM dan AR maka semakin rendah pula keterlibatannya dalam tahapan perencanaan. Dengan demikian hasil analisis tersebut mendukung hasil analisis statistik sebelumnya yaitu modal internal dan eksternal berpengaruh nyata terhadap keterlibatannya dalam tahapan pelaksanaan. 7.1.3. Tahapan Evaluasi Tahap terakhir adalah tahap evaluasi. Keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap evaluasi dapat dilihat dari dua hal yaitu, keterlibatan serta kritik dan saran. Keterlibatan yang dimaksud pada tahap evaluasi dalam penelitian ini adalah keikutsertaan pemimpin lokal dalam rapat atau musyawarah yang diadakan saat program berakhir. Sedangkan yang dimaksud dengan kritik dan saran adalah 86 keterlibatan pemimpin lokal dalam menyumbangkan kritik, saran, atau argumen terhadap program yang telah dilaksanakan. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan evaluasi dipengaruhi oleh modal yang dimilikinya. Oleh sebab itu pertama kali perlu dilihat apakah kepemilikan modal berpengaruh terhadap keterlibatan masing-masing pemimpin lokal pada tahap evaluasi. Berikut adalah hasil uji statistik pada masing – masing pemimpin lokal pada modal internal da eksternal yang lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 18. Tabel 18. Hasil Regresi Linear Sederhana, Pengaruh Modal Internal dan Eksternal Terhadap Keterlibatan Pemimpin Lokal dalam Tahapan Evaluasi PNPM Mandiri Perdesaan, Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga, Tahun 2011 Pemimpin Lokal Modal YT AQ DM AR t Sig. t Sig. t Sig. t Sig. M. Internal 3,350 0,002* 3,597 0,001* 4,139 0,000* 17,347 0,000* M. Eksternal 1,490 0,146 3,737 0,001* 4,095 0,000* 17,452 0,000* Ket: ---* = berpengaruh pada t = Statistik Uji 10 % Merujuk pada Tabel 18, hasil analisa statistik menunjukkan bahwa kepemilikan modal internal dan eksternal semua pemimpin lokal berpengaruh nyata terhadap keterlibatan semua pemimpin lokal pada tahapan evaluasi, kecuali modal eksternal pada pemimpin lokal YT yang mana menurut analisa statistik menunjukkan bahwa modal eksternal tidak berpengaruh nyata. Hasil analisis statistik ini juga didukung dengan analisis tabulasi silang yang menunjukkan bahwa pada pemimpin lokal YT sebanyak 30,3 persen menjawab pemimpin lokal YT memiliki modal internal yang sangat berpengaruh serta selalu terlibat dalam kegiatan pada tahapan evaluasi. Persentase ini menunjukkan bahwa semakin berpengaruh modal internal yang dimiliki oleh YT maka semakin tinggi pula keterlibatan YT dalam tahapan evaluasi. Namun sebanyak 60,6 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal YT memiliki modal eksternal yang berpengaruh tetapi responden tidak mengetahui apakah YT terlibat atau tidak dalam tahapan evaluasi. Persentase yang cukup tinggi ini mendukung hasil uji statistik 87 sebelumnya bahwa modal eksternal pada pemimpin lokal YT tidak berpengaruh nyata. Hal ini dikarenakan walaupun YT memiliki modal eksternal yang tinggi, masyarakat atau responden tidak mengetahui bagaimana keterlibatan YT pada tahapan evaluasi. dengan demikian secara tidak langsung analisis ini mendukung hasil uji statistik sebelumnya. Sedikit berbeda dengan hasil analisis tabulasi silang pada pemimpin lokal AQ. Pada pemimpin lokal AQ sebanyak 33,3 persen responden menjawab bahwa AQ memiliki modal internal yang sedikit berpengaruh dan tidak hadir dalam kegiatan pada tahap evaluasi dan sebanyak 30,3 persen responden menjawab bahwa pemimpin lokal AQ memiliki modal eksternal yang sedikit berpengaruh namun responden tidak mengetahui apakah AQ hadir atau tidak dalam kegiatan pada tahap evaluasi. persentase ini menunjukkan bahwa modal internal dan eksternal yang dimiliki AQ berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal dalam tahap evaluasi, dikarenakan persentase ini menunjukkan bahwa semakin rendah modal internal yang dimiliki oleh AQ maka semakin rendah pula keterlibatan AQ pada tahap evaluasi. Tidak jauh berbeda dengan pemimpin lokal DM dan AR. Pada kedua pemimpin lokal ini, responden yang menjawab bahwa DM dan AR memiliki modal internal yang tidak berpengaruh dan responden tidak mengetahui apakah pemimpin lokal tersebut terlibat atau tidak dalam tahap evaluasi sebanyak 48,5 persen untuk pemimpin lokal DM dan sebanyak 60,6 persen untuk pemimpin lokal AR. Selain itu responden juga tidak mengetahui kepemilikan modal eksternal DM dan AR serta tidak mengetahui apakah kedua pemimpin lokal tersebut terlibat dalam tahapan evaluasi sebanyak 48,5 persen dan 60,6 persen. Hal ini menunjukkan bahwa dikarenakan semakin rendah kepemilikan modal internal dan eksternal pemimpin maka semakin rendah pula keterlibatanya dalam tahap evaluasi, sehingga responden tidak mengetahuinya. Oleh sebab itu, hasil analisis ini mendukung hasis analisis sebelumnya bahwa modal internal dan eksternal berpengaruh nyata terhadap keterlibatan pemimpin lokal DM dan AR pada tahap evaluasi. 88 7.2. Tipologi Pemimpin Lokal Tipologi pemimpin lokal dapat dibentuk berdasarkan informasi yang diperoleh melalui pengukuran Indeks Casey pemimpin lokal, Uji Nilai Tengah serta basis yang dimiliki oleh masing-masing pemimpin lokal. Berdasarkan pembahasan mengenai basis dan kepemilikan modal pemimpin lokal pada bab sebelumnya, diketahui bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki basis yang berbeda dan memiliki modal internal yang dominan dibandingkan modal eksternal yang dimilikinya. Selanjutnya untuk melihat tingkat keterlibatan pemimpin lokal pada tahapan program menunjukkan kecenderungan keterlibatan masing-masing pemimpin lokal cukup beragam (lihat Tabel 19). . Tabel 19. Tipologi Pemimpin Lokal Berdasarkan Basis dan Modal yang dimiliki oleh Pemimpin Lokal. Tipe Basis Pemimpin Lokal Tipe 1 Keturunan Modal Internal M.M M.S Tahapan Program M.E Perencanaan Pelaksanaan Evaluasi Rendah Rendah Rendah Tipe 2 Pemerintahan Tinggi Tinggi Tinggi Tipe 3 Agama Tinggi Tinggi Rendah Tipe 4 Terpelajar Tinggi Rendah Rendah V V PL AR V V YT V DM V Ket : 1. M.M = Modal Manusia 2. M.S = Modal Sosial 3. ME = Modal Ekonomi 4. PL = Pemimpin Lokal Tabel 19 menunjukkan bahwa masing-masing pemimpin lokal memiliki kecenderungan yang berbeda dalam keterlibatannya pada tahapan program. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat empat tipologi pemimpin lokal. Pertama, pemimpin lokal tipe 1 yang memiliki basis keturunan dan memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang lebih rendah dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, lebih cenderung terlibat dalam tahap perencaaan. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal. Selain itu dikarenakan posisi AR yang lebih AQ 89 kepada sesepuh desa, sehingga beliau hanya sering terlibat dalam tahap perencanaan untuk diminta pendapatnya sebelum program dilaksanakan. Kedua, pemimpin lokal tipe 2 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis pemerintahan dan memiliki modal manusia, sosial, ekonomi yang paling tinggi dibandingkan ketiga pemimpin lokal lainnya, cenderung terlibat dalam semua tahapan program (perencanaan, pelaksanaan, evaluasi). Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh pemimpin lokal YT. Hal ini menunjukkan bahwa pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam semua tahapan program dikarenakan pengalaman, tingkat pendidikan, dan khususnya kemampuan yang dimiliki pemimpin lokal. Ketiga, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia dan sosial yang sama dan lebih tinggi dari modal ekonominya, cenderung terlibat dalam tahap evaluasi. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh DM. Pemimpin lokal DM yang memiliki jumlah yang sama untuk indeks pengaruh modal manusia dan modal sosial. Nilai indeks yang sama ini menunjukkaan bahwa pemimpin lokal dengan basis agama dalam pengaruhnya dengan keterlibatannya dalam tahap evaluasi, selain memanfaatkan modal manusia yang dimilikinya, juga memanfaatkan akumulasi kemampuan jaringan yang dimilikinya serta dukungan grup kolektif dan reputasi yang baik.lahir berdasarkan basis keturunan, pemerintahan dan terpelajar, cenderung memiliki modal manusia yang paling tinggi, terkecuali DM. Dengan kata lain, ketiga pemimpin lokal tersebut berpengaruh dan terlibat dalam tahapan program dikarenakan kemampuan, pengalaman, dan tingkat pendidikan yang dimiliki pemimpin lokal. Keterlibatan pemimpin lokal pada tahap evaluasi menurut responden cukup tinggi dikarenakan DM sebagai agama sering diminta pendapatnya untuk mengevaluasi jalannya program. Apabila melihat modal internal yang dimiliki DM, pemimpin lokal DM memiliki indeks pengaruh modal sosial dan modal manusia yang sama. Dengan demikian, pemimpin lokal DM selain memiliki kemampuan, DM juga memiliki jaringan dalam mengkontrol jalannya program, selain itu DM juga memiliki dukungan dan reputasi yang baik sehingga evaluasi yang dilakukan oleh pemimpin lokal DM dapat diterima masyarakat. 90 Keempat, pemimpin lokal tipe 3 yaitu pemimpin lokal yang memiliki basis agama dan memiliki modal manusia yang tinggi serta modal sosial dan ekonomi yang rendah, cenderung terlibat dalam tahap pelaksanaan. Pemimpin lokal tipe ini diwakili oleh AQ. Hal ini dikarenakan posisi AQ sebagai bedahara TPK sehingga menuntut AQ untuk terlibat langsung dalam pembangunan infrastruktur, selain itu AQ memiliki modal manusia yang tinggi, dimana kemampuan yang dimilikinya dapat mendorong keterlibatannya pada tahap pelaksanaan. Adapun jika melihat tipologi berdasarkan sintesis analisa Casey, maka ditemukan bahwa tipologi pemimpin lokal pada Desa Dramaga yaitu berada pada tipologi modal manusia dan modal moral. Tipologi ini menunjukkan bahwa pengaruh pemimpin lokal didasari oleh kemampuan yang dimilikinya dalam menjalankan tugasnya sebagai pemimpin, tingkat pendidikan. pengalamannya baik pada bidang maupun di luar bidangnya, serta didukung oleh opini positif masyarakat tentang pemimpin lokal tersebut. Hal ini sesuai dengan penelitian tesis Yanti (2004) mengenai Peran Tokoh Adat dalam Mengkomunikasikan Usaha Pengelolaan dan Pelestarian Hutan di Sumatra Barat. Dengan demikian kemampuan dalam diri pemimpin lokal yang didukung kepercayaan masyarakat merupakan faktor penting yang mendukung pemimpin lokal tersebut dapat berpengaruh terhadap masyarakat Desa Dramaga, Kecamatan Dramaga.