PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DAN SIKAP TOLERANSI BERAGAMA MASYARAKAT DESA PESANGGRAHAN KECAMATAN GUDO KABUPATEN JOMBANG Qurrotul Ainiyah1, Latifatul Ulfah2 Program Studi S-1 Pendidikan Agama Islam, STIT al Urwatul Wutsqo Jombang, e-MAIL: [email protected] ABSTRACT Peace is human need. This is able to create safety and peace in life. However, it is not too easy in creating the enabling communities because of the many challenges of life that even causing intolerance and differences of race, culture, and religion. This reality has become part of life in Indonesia which has a lot of cultures. There are three religious affiliations people of Pesanggrahan, such as Islam, Christianity and Buddhism, the people live in peace, however. The research purpose is multicultural education pattern of society, religious tolerance, the supporting and obstacle factor in implementing the life. This research result is expected to be able to use as consideration in realizing toler1 2 Dosen tetap STIT Al Urwatul Wutsqo Jombang Tenaga Pengajar TK Sedaru Gudo Jombang, Alumni S-1 Pendidikan Agama Islam STIT al Urwatul Wutsqo Jombang 509 International Seminar on Islamic Civilization ance and inter religious harmony. This study is qualitative with case study approach about people life of Pesanggrahan Gudo Jombang. To collect the data, the researcher used observation, in depth interview, and documentation techniques. The data then analyzed using Miles & Huberman model such as reduction, display, and verification data. The data validity is tested by triangulation technique. By this way the data can be drawn easily. The research result showed community conditions of Pesanggrahan are: they live with mutual respect, maintain the right and obligation between the different religious, mutual help and cooperation in the social field. The tollerance ownwed by Pesanggrahan people has grown up from their awareness of solidarity in life. This is done through formal and non formal education, habituation, solidarity in all activities, and awareness hereditary. Keywords: multicultural education, religious tolerance ABSTRAK Manusia membutuhkan kehidupan yang damai. Suatu kehidupan yang dapat menciptakan rasa aman dan tentram dalam menjalani kehidupan bersosial. Namun tidak mudah seperti yang kita pikir untuk menciptakan masyarakat yang kondusif dengan tantangan kehidupan yang bermacammacam dapat membuka kemungkinan intoleran dan perbedaan dalam ranah ras, budaya dan agama. Realitas ini telah menjadi bagian yang tidak dapat terpisahkan dari kehidupan masyarakat Indonesia yang kaya akan budaya. Di desa Pesanggrahan Gudo Jombang menganut tiga macam agama yaitu Islam, Kristen, dan Budha. tetapi kerukunan antar umat beragama terlihat dalam kehidupan masyarakatnya. Penelitian ini berfokus pada Pola Pendidikan Multikultural masyarakat, sikap toleransi beragama 510 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... masyarakat, dan Faktor pendukung dan pengahambat dalam penerapanya. Sehingga diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan bahan pertimbangan dalam mewujudkan sikap toleransi dan kerukunan antar umat beragama. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan jenis penelitian studi kasus pada masyarakat Desa Pesanggrahan Gudo Jombang. Pengumpulan data dilakukan dengan observasi, wawancara, dokumentasi. Analisis data dilakukan dengan analisis data deskriptif menggunakan teknik triangulasi, model analisinya dengan model Miles dan Huberman yaitu reduksi data, data displai, dan verifikasi. Sehingga dengan itu dapat memberikan makna terhadap data yang berhasil dikumpulkan, dan dari makna itulah ditarik kesimpulan. Hasil penelitian menunjukkan: Kondisi Masyarakat Desa pesanggarahan Saling menghargai dan menghormati meski berbeda kepercayaan, saling menjaga hak dan kewajiban antara kelompok yang berbeda agama, saling membantu dan bekerjasama dibidang sosial kemasyarakatan dan Sikap toleransi yang dimiliki masyarakat Pesanggrahan sudah tumbuh dari kesadaraan masyarakat akan pentingnya kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini melalui pendidikan formal dan non formal, pembiasaan, kebersamaan dalam berbagai kegiatan, dan penyadaran secara turun temurun. Kata Kunci: pendidikan multikultural, sikap toleransi beragama A. PENDAHULUAN Manusia adalah makhluk individu sekaligus sebagai makhluk sosial. Sebagai makhluk sosial tentunya manusia dituntut untuk mampu berinteraksi dengan individu lain dalam rangka memenuhi kebutuhannya. Dalam menjalani 511 International Seminar on Islamic Civilization kehidupan sosial dalam masyarakat, seorang individu akan dihadapkan dengan kelompok- kelompok yang berbeda warna dengannya salah satunya adalah perbedaan agama.3 Kehidupan sosial dalam kelompok masyarakat tidak bisa dipungkiri akan terjadi suatu intoleran, baik yang berkaitan dengan ras,budaya, maupun agama. Dalam rangka menjaga keutuhan dan persatuan dalam masyarakat maka diperlukan sikap saling menghormati dan saling menghargai, sehingga intoleran yang dapat menimbulkan pertikaian bisa dihindari. Masyarakat juga dituntut untuk saling menjaga hak dan kewajiban diantara mereka antara yang satu dengan yang lainnya. Banyak para ahli dan pemuka agama telah berusaha dengan segala cara demi terciptanya hubungan yang mesra dan harmonis diantara umat beragama, di negeri Indonesia yang terkenal sangat pluralistik ini. Melalui tulisan-tulisan baik buku, majalah, jurnal bahkan melalui seminar dan mimbar-mimbar “khutbah” mereka senantiasa menyarankan akan arti pentingnya kerjasama dan dialog antar umat beragama. Meskipun nampaknya, saran-saran mereka belum memiliki hasil yang maksimal. Seringnya konflik dan pertikaian yang menggunakan “baju agama”, seperti masih saling curiga mencurigai antara umat Islam dan Kristen serta kepada agama-agama lainya, cukup membuktikan kegagalan para penganjur “perdamaian” tersebut. Meskipun begitu, “doktrin” perdamaian dan persahabatan ini harus senantiasa kita teruskan, kemudian kita coba kembangkan 3 Sujarwo, Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Manusia dan Fenomena Sosial Budaya (Yogyakarta: Pustaka Pelajar: 2010), 289. 512 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... dan dakwahkan, melalui strategi-strategi baru yang lebih efektif dan relevan, kepada masyarakat sekitar kita. Keberhasilan dalam merealisasinya tujuan mulia yaitu perdamaian dan persaudaraan abadi di antara masyarakat yang pada realitasnya memang memiliki agama dan iman berbeda, dapat diperoleh adanya keberanian mengajak mengetahui pendidikan ataupun pemahaman agama yang berwawasan keanekaragaman, yaitu pendidikan Islam multikultural. untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Karena itu, toleransi merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Toleransi antar umat beragama adalah cara agar kebebasan beragama dapat terlindungi dengan baik. Kebebasan dan toleransi tidak dapat diabaikan. Toleransi antar umat beragama merupakan sesuatu yang penting dalam kehidupan sehari-hari dalam bermasyarakat.Toleransi berfungsi sebagai penertib, pengaman, pendamai, dan pemersatu dalam komunikasi dan interaksi sehingga terpelihara kelestarian lingkungan hidup dan terwujudnya hubungan baik antara sesama anggota masyarakatnya.4 Toleransi beragama atau dalam ajaran islam menyebutnya dengan tasamuh termasuk tuntunan ajaran Allah SWT yang disampaikan nabi Muhammad SAW. Toleransi di dalam masyarakat majemuk diperbolehkan asalkan tidak saling 4 Zainuddin Ali, Ilmu Pendidikan Islam (Jakarta: Bumi Aksara 2008), 57. 513 International Seminar on Islamic Civilization mencampuri ketentuan hukum agama yang dianut masingmasing. Karena berbeda agama akan berbeda pula hukum yang diterapkannya.5 Dengan dasar hukum firman Allah sebagai berikut: Artinya: “Hai manusia sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal”. (QS. Al-Hujurat: 13) Toleransi diterapkan dalam rangka mewujudkan masyarakat yang dinamis, yakni kesadaran hidup berdampingan secara damai dan harmonis ditengah tengah masyarakat Indonesia yang beragam. Bahkan bisa dikatakan bahwa keberlangsungan Bhineka Tunggal Ika dan tumbuhnya kesadaran akan pentingnya penerimaan terhadap perbedaan tergantung pada sejauh mana toleransi diterima di masyarakat. Untuk itu maka intoleransi dan tindakan kekerasan atas nama agama yang seakan tidak ada habisnya perlu adanya pemecah dalam setiap permasalahan yang muncul. 5 Departemen Agama, Al-Qur’an dan Terjemahnya (Jakarta: Pustaka AlMubin. 2013),54 514 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... Masyarakat di Desa Pesanggrahan, Kecamatan Gudo, Kabupaten Jombang menganut tiga agama, yaitu Agama Islam, Kristen dan Budha. Adanya tiga kepercayaan yang berbeda itu memang tidak terjadi intoleran antar komunitas yang berbeda agama, tidak saling bermusuhan ataupun adanya pertikaian yang mengakibatkat kerusakan atau korban jiwa, dan tidak adanya diskriminasi terhadap kaum minoritas. akan tetapi kaum mayoritas bertoleransi dan beinteraksi dengan baik kepada kaum minoritas, saling menjaga rasa dan karsa, hidup berdampingan dengan damai. Kondisi masyarakat desa Pesanggrahan yang bertenggang rasa, bertoleransi, saling menghargai serta membekali masyarakatnya agar memiliki pemahaman yang inklusif dan menyeluruh yang menghargai perbedaan, menjadi sebuah hal yang menarik untuk diteliti, untuk mengetahui hal hal yang melatar belakang terwujudnya tata kehidupan masyarakat yang bertoleransi, dan saling menghargai ini. B. KAJIAN LITERATUR 1. Pendidikan Multikultural Tujuan pendidikan yang terdapat dalam UndangUndang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Membentuk manusia yang beriman, bertaqwa, berakhlak mulia, berkepribadian, memiliki ilmu pengetahuan dan teknologi, keterampilan, sehat jasmani dan rohani, memiliki rasa seni, serta bertanggung jawab dalam masyarakat, bangsa, dan negara.6 Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut, walaupun secara eksplisit 6 UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003 515 International Seminar on Islamic Civilization tidak menyebutkan kata-kata Islam, namun subtansinya memuat ajaran Islam. Dalam rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut mengandung nilai-nilai ajaran Islam yang telah terobjektivasi, yakni ajaran Islam yang telah mentransformasi kedalam nilai-nilai yang telah disepakati dalam kehidupan nasional. Rumusan tujuan pendidikan nasional tersebut memperlihatkan tentang kuatnya pengaruh ajaran Islam ke dalam pola pikir bangsa Indonesia. Atau dengan istilah lain tujuan dari pendidikan di atas sangat relevan dengan kondisi sosial masyarakat bangsa Indonesian yang mencita-citakan perdamain abadi di antara perbedaan yang telah ada. Al Hujurat ayat 13 memberikan beberapa pemahaman tentang menyikapi perbedaan. Perbedaan gender, bangsa, suku, bahasa, warn akulit, adalah semata-mata perbedaan artificial yang sudah dikonstruk Allah dalam rangka pemenuhan kebutuhan kelengkapan hidup dan kehidupan di dunia. Inilah yang kemudian disebut sunnahtullah yang bisa menimpa siapa saja di dunia. Mengingat perbedaan tersebut merupakan sunnatullah, maka siapapun wajib mengakui keberadaan orang lain sebagai bagian dari yang lain. Maka siapapun yang mengingkarinya, berarti menyalahi, bahkan keluar dari sunnatullah atau mungkin menantang kodratnya. Karena Islam dibawa ke muka bumi justru untuk menciptakan nilai-nlai universal sebagaimana misinya besarnya agama “pendamai” dan “perahmat”(rahmatan lil al-alamin).7 7 Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Pemikiran Gus Dur,.122-124 516 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... Corak masyarakat Indonesia yang bhinneka tunggal ika ini bukan hanya pada keanekaragaman suku bangsa, melainkan juga keanekaragaman kebudayaan yang ada dalam masyarakat Indonesia secara keseluruhan. Eksistensi keberagaman kebudayaan tersebut selalu dijaga/terjaga yang bisa tampak dalam sikap saling menghargai, menghormati, toleransi antara satu kebudayaan dengan kebudayaan yang lainnya. Dalam konteks ini ditegaskan, bahwa perbedaan bukan menjadi penghalang untuk bersatu padu meraih tujuan dan mewujudkan cita-cita dalam kehidupan berbangsa dan bernegara sebagaimana termaktub dalam UUD 1945 dan Pancasila.8 Multikultural secara etismologi berasala dari kata multi, yang berarti banyak atau beragam.Dan kultural yang berarti budaya. Keragaman budaya itulah arti dari multicultural. Keragaman budaya mengidikasikan bahwa terdapat berbagai macam budaya yang memiliki ciri khas tersendiri, yang saling berbeda dan dapat dibrdakan satu sama lain.9 Multikulturalisme, secara sederhana dapat dirumuskan sebagai sistem nilai atau kebijakan yang menghargai keragaman dalam suatu masyarakat yang didasarkan kepada kesediaan untuk menerima dan menghargai keberadaan kelompok lain yang berbeda suku, etnik, gender, maupun agama Islam sejak awal telah mengajarkan nilai-nilai penghormatan dan penghargaan 8 9 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural,.235. Bambang Rustanto, Masyarakat Multikultur di Indonesia, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2015), 39- 40. 517 International Seminar on Islamic Civilization atas keberbedaan yang ada, apapun perbedaan yang muncul di bumi ini.10 Masyarakat yang harus mengapresiasi pendidikan multikultural adalah masyarakat yang secara objektif memiliki anggota yang heterogen dan pluralis. Paling tidak, heterogenitas dan pluralitas anggotanya bisa dilihat dari eksistensi keragaman suku, ras, aliran (agama), dan budaya (kultural). Dalam pendidikan multikultural, selalu nmuncul dua kata kunci: pluralitas dan kultural. Sebab, pemahaman terhadap pluralitas mencakup segala perbedaan dan keragaman, apa pun bentuk perbedaan dan keragamannya. Sedangkan kultur itu sendiri tidak bisa terlepas dari empat tema penting: aliran (agama), ras (etnis), suku, dan budaya. Corak masyarakat yang beraneka ragam ini yang sering disebut dengan masyarakat Multikultural. Maka masyarakat multikultural adalah suatu masyarakat yang terdiri berbagai elemen baik dari suku, ras, agama, pendidikan, ekonomi, politik, bahasa, dan lai-lain. Yang hidup dalam suatu kelompok masyarakat yang memiliki suatu pemerintahan tetapi dalam masyarakat itu masingmasing terdapat segmen-segmen yang tidak bisa disatukan.11 Pendidikan multikultural adalah sebagai pendidikan tentang keragaman keagamaan dan kebudayaan dalam merespon perubahan sosio-kultural dan lingkungan masyarakat tertentu. Dalam konteks ini, pendidikan dituntut mampu merespon perkembangan keragaman masyarakat, sebagaimana tuntutan persamaan hak setiap 10 11 Agus Mahfud, Ilmu Pendidikan Pemikiran Gus Dur,.122. Ngainun Nain & Ahmad Sauqi, Pendidikan Multikultural......,40 518 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... kelompok sosial. Dalam konteks Pendidikan Islam pluralis-multikultural, sebagaimana yang menjadi tema disini multikultural adalah sikap menerima kemajemukan ekspresi budaya manusia dalam memahami pesan utama agama, terlepas dari rincian anutannya. Basis utamanya dieksplorasi dengan melandaskan pada ajaran Islam, sebab dimensi Islam menjadi dasar pembeda sekaligus titik tekan dari konstruksi pendidikan ini.12 Setidaknya ada 4 alasan utama multikultural harus diakomodir dalam sistem pendidikan, diantaranya sebagai berikut: a. Realitas Bangsa yang plural, perbedaan kelompokkelompok keagamaan, kelompok etnik sosiokultural yang semakin meningkat dari segi ukuran dan seknifikansi politiknya, telah melahirkan tuntunan agar kebijakan dan program-progam social reponsif terhadap kebutuhan dan kepentingan keragaman tersebut. Memenuhi tuntutan ini akan menghendaki lebih kepekaan cultural (cultural sensitivity), koalisi pelangi dan negosiasi- kompromi secara pluralistic pula. Ketegangan etnik dan kelompok-kelompok kepentingan tertentu dapat diakselerasi, dan akibatnya terjadi persaingan terhadap berbagai sumber daya yang terbatas seperti lapangan pekerjaan, perumahan, kekuasaan politik,dan sebagainya.13 12 Ngainun Nain & Ahmad Sauqi, Pendidikan Multikultural: Konsep Dan Aplikasi(Yogyakarta: Ar Ruzz Media 2008), 49-51. 13 Amin Abdullah, Pendidikan Agama Era multicultural- Multireligius (Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban PSAP, 2005), 2-3. 519 International Seminar on Islamic Civilization b. Menghindari pandangan yang menyamakan kebudayaan dengan kelompok etnik. Artinya, tidak perlu lagi mengasosiasikan kebudayaan semata-mata dengan kelompok-kelompok etnik sebagaimana yang terjadi selama ini. Secara tradisional, para pendidik lebih mengasosiasikan kebudayaan dengan kelompok kelompok social yang relatif self sufficient, ketimbang dengan sejumlah orang yang secara terus menerus dan berulang-ulang terlibat satu sama lain dalam satu atau lebih kegiatan.14 c. Pengaruh budaya dan etnisitas terhadap perkembangan manusia dalam banyak etnisitas terhadap dapat dipandang sebagai fenomena persepsi diri self-perception suatu komunitas etnik adalah komunitas yang mempercayai dirinya sebagai memiliki asal usul etnik yang sama. Berbagai kebiasan-kebiasaan kultural yang sama, mempunyai nenek moyang yang sama sejarah dan mitologi bersama. Kebudayaan membentuk perilaku, sikap, dan nilai manusia. Perilaku manusia adalah hasil dari proses sosialisasi,dan sosialisasi selalu terjadi dalam konteks lingkungan etnik kultural tertentu. Etnisitas dapat di definisikan sebagai kesadaran kolektuf kelompok yang menanamkan rasa yang berasal dari keanggotaan dalam komunitas yang terikat oleh keturunan dan kebudayaan yang sama. Pengaruh budaya dan etnisitas sejak awal telah nyata dan terus menjangkau keseluruhan proses perkembangan dan pertumbuhan manusia.15 14 15 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural......,.192 Zakkiyudin Baidhawi, Pendidikan…... 26-30. 520 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... d. Pendidikan multikultural meningkatkan kompetensi dalam beberapa kebudayaan.kebudayaan yang akan di adopsi, itu di tentukan oleh situasi dan kondisi secara proposional. Kesadaran ini menjauhkan kita dari konsep dwi budaya atau dikotomi antara pribumi dan non pribumi.16 Pendidikan Multikultural berusaha menjaga kebudayaan suatu masyarakat dan memindahkannya kepada generasi berikutnya, menumbuhkan tata nilai, memupuk persahabatan antara individu yang beraneka ragam suku, ras, dan agama, mengembangkan sikap saling memahami, serta mengerjakan keterbukaan dan dialog.17 2. Toleransi Beragama Toleransi adalah kemampuan untuk menghormati sifat dasar, keyakinan, dan perilaku yang dimiliki oleh orang lain. Dalam literatur agama Islam, toleransi disebut dengan tasamuh yang dipahami sebagai sifat atau sikap menghargai, membiarkan, atau membolehkan pendirian (pandangan) orang lain yang bertentangan dengan pandangan kita. Secara prinsip metodologis, toleransi adalah penerimaan terhadap yang tampak sampai kepalsuannya tersingkap. Toleransi relevan dengan epistemologi. Ia juga relevan dengan etika, yaitu sebagai prinsip menerima apa yang dikehendaki sampai 16 17 Choirul Mahfud, Pendidikan….... 193 Ali Maksum, Pluralisme Dan Multikulturalisme Paradigma Baru Pendidikan Islam Di Indonesia. (Tlogomas Malang: Aditya Media Publising, 2011), 203. 521 International Seminar on Islamic Civilization ketidaklayakannya tersingkap. Dan toleransi adalah keyakinan bahwa keanekaragaman agama terjadi karena sejarah dengan semua faktor yang mempengaruhinya, baik kondisi ruang, waktu, prasangka, keinginan, dan kepentingannya yang berbeda antara satu agama dengan agama lainnya.18 Menurut Mahmoud M. Ayyoub Pluralitas adalah sebuah kenyataan hidup dimana setiap orang harus berusaha sampai pada sikap saling memahami satu sama lain. Dasar pluralitas agama adalah kesatuan tujuan dan dialog yang terbuka. Toleransi beragama berarti membiarkan, menghargai dan membolehkan mereka yang berbeda agama, keyakinan, dan pemahaman keagamaan untuk hidup bersama-sama dalam masyarakat. Toleransi beragama tersebut, berarti seperangkat nilai atau tata krama yang mengarahkan prilaku manusia agar bisa menghargai orang lain yang berbeda agama.19 Jadi toleransi merupakan konsep modern untuk menggambarkan sikap saling menghormati dan saling bekerjasama di antara kelompok-kelompok masyarakat yang berbeda baik secara etnis, bahasa, budaya, politik, maupun agama. Toleransi, karena itu, merupakan konsep agung dan mulia yang sepenuhnya menjadi bagian organik dari ajaran agama-agama, termasuk agama Islam. Toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling 18 19 Ngainun Nain & Ahmad Sauqi, Pendidikan Multikultural,.77 Ali Maksum, Pluralisme.,135 522 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Ada dua fase dialog yang harus ditempuh untuk membangun keharmonisan hubungan beragama. Pertama, saling mengenal. Kaum muslim harus mengetahui bahwa kristen menyembah satu tuhan, bukan tuhan yang tiga. Sebaliknya, kristen harus mengetahui bahwa kaum muslim tidak Menyembah Muhammad dan islam bukanlah agama pedang, tetapi Islam adalah agama tauhid. Islam dan kristen sesungguhnya mempunyai dimensi moral dan spiritual sepeerti yang disampaikan oleh rasul perjanjian lama. Kedua, kesatuan Iman (alsyirkah al-imaniyyah). Inilah tujuan tertinggi dari dialog. Artinya, ketika iman seorang Muslim semakin mendalam lewat perenungan iman seorang kristen dan penganut agama lainnya. Tujuannya bukan terletak pada meyakinkan penganut agama lain untuk masuk agama islam atau sebaliknya, tetapi bagaimana kita berusaha bersama-sama melihat kerja Tuhan dalam sejarah dan peradaban kita.20 20 Ngainun Nain & Ahmad Sauqi, Pendidikan Multikultural.,96-99. 523 International Seminar on Islamic Civilization C. METODE PENELITIAN Ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, yaitu suatu penelitian penggalian pengalaman langsung yang didasari dan mengambarkan kondisi yang yang ada tanpa pengaruh oleh teori dan asumsi yang ada sebelumnya. Kehadiran Penelitian ini adalah menemukan dan mengidentifikasi data-data yang terkait dengan focus penelitian yang menggunakan observer penuh. Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan dan harus berperan serta, sebab peranan penelitilah yang menentukan keseluruhan skenarionya. Dalam hal ini, peneliti betindak sebagai instrumen kunci, partisipan penuh sekaligus pengumpul data, sedangkan instrumen yang lain sebagai penunjang. Penelitian ini dilaksankan di Desa Pesanggrahan Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang yang mempunyai latar belakang Masyarakat yang terdiri dari berbagi etnis dan agama. Teknik pengumpulan data dengan wawancara, observasi dan dokumentasi. Adapun beberapa kriteria untuk dipilih sebagai informan sebagai sumber data utama, yaitu: Warga Desa Pesanggrahan asli yang sudah menetap lebih dari 15 tahun. yang telah berumur lebih dari 30 tahun, dan yang mempunyai anak atau peserta didik. Untuk analisis data digunakan model analisis interaktif Miles dan Huberman, yaitu proses aktivitas dalam analisis data yang meliputi reduksi data, yaitu pencatatan secara teliti dan rinci dari data yang diperoleh dari lapangan cukup banyak. Penyajian data yaitu menyajikan data dari proses reduksi yang benbentuk tabel, grafik, dan sejenisnya agar 524 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... terorganisasi sehingga mudah difahami dan penarikan kesimpulan yaitu adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi dari kesimpulan awal yang bersifat sementara kemudian diperkuat dengan bukti berikutnya. Untuk pengujian keabsahan data, dilakukan dengan Teknik Perpanjangan keikutsertaan, Ketekunan pengamatan, Triangulasi, Pengecekan atau diskusi sejawat, Kecukupan referensi, Kajian kasus negative, dan Pengecekan anggota. D. HASIL PENELITIAN 1. Data Kondisi Obyek Penelitian Desa Pesanggrahan merupakan salah satu desa di wilayah kecamatan Gudo, yang memiliki tiga dusun yaitu Pesanggrahan, Surak, dan Cikaran. Mempunyai wilayah seluas 91,25 Ha dengan jumlah pendudukan sebanyak 1.095 jiwa. Obyek penelitian hanya di dua dusun, yaitu dusun pesanggrahan dan dusun surak, karena mempunyai penduduk yang berbeda agama. Di dusun Pesanggrahan ada sekitar 85% penduduk penganut agama islam, 10% penduduk penganut agama Kristen, dan 5% penganut agama budha. Di dusun Surak 762 jiwa, sekitar 95% penganut agama Islam dan sisanya 5% Kristen. Secara geografis Desa Pesanggrahan berada di Kecamatan Gudo Kabupaten Jombang Jawa Timur. Terletak diantara beberapa desa, yaitu: sebelah Barat berbatasan dengan Desa Wangkal Kepuh, Barat Daya berbatasan dengan Desa Mejoyolosari, sebelah Utara berbatasan dengan Desa Krembangan, sebelah Timur berbatasan Desa Sukopinggir dan sebelah Selatan 525 International Seminar on Islamic Civilization berbatasan dengan Desa Gudo. Di desa Pesanggrahan terdapat lembaga pendidikan formal yaitu; PAUD Al Muttaqin dan Qoryah Toyyibah, RA Muslimat Cikaran, MI Sabilun Najjah, Mts H Agus Salim Gudo, dan SMA H Wahid Hasyim. Sedangkan lembaga pendiidkan non formal seperti TPQ di Mushola dan Masjid setempat bagi umat Islam, gereja sebagai tempat kegiatan kebaktian dan pendidikan kerohanian umat kristen, dan lembaga pendidikan Tridharma di Vihara bagi umat budha. 2. Data Toleransi Beragama Berdasar data yang diperoleh selama penelitian, diketahui bahwa kehidupan masyarakat desa pesanggrahan yang berbeda agama terjaga dengan baik tidak pernah terjadi masalah yang menimbulkan perpecahan warga yang berbeda agama, beliau juga mengatakan bahwa masyarakat Pesanggrahan saling hormat-menghormati antara kaum mayoritas dan kaum minoritas. Belum pernah ada kasus yang berlatar belakang dari perbedaan agama. Hal ini dapat dibuktikan dari tidak saling mengganggu ketika beribadah dan saling bantu membantu antar warga.21 Hasil wawancara tersebut dibuktikan dengan temuan dari observasi tentang kegiatan perayaan kemerdekaan, bersih desa yang dilakukan pada bulan syuro yaitu selamatan, sedekah desa dan kerja bakti atau kegiatan desa maka semua warga mengikutinya tanpa terkecuali. Jika ada kegiatan Israk Mi’raj, Maulud nabi, Asyura, Idul 21 Hasil Wawancara dengan Informan 2, Bapak H Watono 526 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... Fitri, dan Idul Adha, Megengan (selamatan sebelum memasuki Puasa Ramadhan), maka yang diberi tidak hanya tetangga yang beragama Islam, yang beragama Kristen dan Budha juga diberi. Sebaliknya ketika akan ada perayaan Natal kenaikan isa almasih, kelahiran isa almasih (natal),kamis putih, jumat agung, dan lain-lain bagi umat kristen, imlek, keng thi kong, cap go meh, cheng beng, Genta, dan lain-lain bagi umat Budha, maka mereka juga mengirimkan makanan kepada orang Islam, tetapi berupa kue agar terhindar dari keraguan dagingnya halal atau tidak.22 Bahkan menurut penuturan salah satu tokoh masyarakat pada setiap bulan ramadhan, di dusun Pesanggrahan diadakan buka bersama yang dihadiri bukan hanya umat islam tetapi dari beberapa agama lain, bahkan turut membantu dan membagikan takjil berbuka kepada kaum dhuafa di bulan ramadhan bagi umat islam di sekitar nya. Kondisi masyarakat yang rukun antar umat beragama lebih ditekankan pada adat dan budaya warga desa ini sudah ada sejak dahulu, sejak nenk moyang atau leluhurnya yang tidak pernah membedakan kepercayaan, yang penting rukun dan saling menghormati. Sebagai generasi penerus yang bisa dilakukan adalah menjaga dan melestarikan adat dan budaya yang dianggap sesuai dengan norma-norma kemayarakatan. Apabila ada anggota masyarakat baru yang datang terkadang merasa janggal dan belum terbiasa dengan kenekaragaman 22 observasi 527 International Seminar on Islamic Civilization masyarakat seperti ini, dan sempat menimbulkan isu negatif, namun itu dapat diatasi dengan kesadaran masyarakat itu sendiri dan mulai terbiasa dengan sendirinya.23 3. Data Pendidikan Multikultural Pendidikan Multikultural dilaksanakan oleh: a. Tokoh masyarakat dan aparat desa jika sedang ada pertemuan dengan semua tokoh dan anggotanya dari yang berlainan agama, maka selalu mengingatkan atau memberi pengarahan agar saling mengerti, saling memahami, saling menyadari, dan apabila ada salah satu dari agama lain membutuhkan sesuatu kita saling membantu.24 b. Tokoh tiga agama yang selalu menyelipkan pesanpesan kehidupan beragama yang rukun, baik ketika pengajian, rutinan, khutbah, selamatan dan lain sebagainya bagi umat Islam. Kegiatan kebaktiaan atau kerohaian bagi umat kristen dan ketika ada kegiatan keagamaan di Vihara maupun perkumpulan keagamaan umat Budha. c. Para guru, pendidik atau ustadzah di lembaga pendidikan baik formal maupun non formal, yang selalu mengingatkan untuk selalu menjaga kerukunan kepada anak didiknya. Mereka juga berupaya untuk tidak membedakan perlakuan terhadap kaum 23 24 Wawancara dengan Informan 5, Ibu Indah, Wawancara dengan Informan 3, Bapak Teguh Firmansyah, 528 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... mayoritas dan minoritas dalam hal pelayanan pendidikan. d. Para orang tua selalu memberika pengertian tentang enaknya hidup rukun, sebagaimana mereka juga diajari dan diberi contoh oleh orang tuanya dulu.25 E. PEMBAHASAN Berdasarkan temuan data di atas, maka dapatlah dianalisa bahwa di masyarakat desa Pesanggrahan Kecamatan Gudo: 1. Terjaganya kerukunan sikap toleransi beragama dengan baik. Warga desa Pesanggrahan hidup saling menghargai dan saling membantu, tidak mengganggu satu sama lain yang berbeda agama, saling menghargai sehingga integrasi sosial terjaga dengan baik 2. Tidak adanya diskriminasi diantara kaum mayoritas terhadap kaum minoritas. Dan sebaliknya tidak ada pemberontakan dari kaum minoritas. Umat islam di desa ini menjadi kaum mayoritas, walupun menjadi kaum mayoritas umat Islam tidak semena-mena terhadap kaum minoritas, tetapi berperan besar dalam menjaga kerukunan umat beragama. 3. Masyarakat dengan agama dan kepercayaan masingmasing damai dengan ibadahnya sendiri-sendiri, tidak ada gangguan dari kelompok yang lain. Walaupun di satu tempat terdapat beberapa tempat ibadah mereka beribadah dengan tenang tanpa hawatir gangguan 25 Wawancara dengan Informan 1, Bapak Edy Suprapto, 529 International Seminar on Islamic Civilization apapun, berbaur dan berinteraksi tanpa merasa ada perbedaan kepercayaan. Kondisi ini Toleransi beragama di Desa Pesanggrahan jika dianalisa bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam berinteraksi sosial. Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Ada dua fase ditempuh oleh masyarakat untuk membangun keharmonisan hubungan beragama, adalah mereka saling mengenal pada agama lain untuk diambil persamaannya, yaitu kesatuan Iman sebagai tujuan tertinggi dari kehidupan beragama. E. KESIMPULAN Diantara upaya untuk menjaga perdamaian diantara komunitas yang berbeda agama dan keyakinan, seperti kondisi di masyarakat desa Pesanggrahan, yaitu; 1. Dengan memberi pemahaman tentang wawasan pluralmultikultural kepada masyarakat muda dan tua akan pentingnya menjaga kerukunan dan toleransi. Memang di masyarakat Desa Pesanggrahan tidak terjadi permasalahan apa-apa, akan tetapi realitas toleransi dan kerukunan antar umat beragama di Desa Pesanggrahan supaya terus dipupuk melalui pendidikan islam 530 Pendidikan Multikultural Dan Sikap Tolenransi Beragama Masyarakat... multikultural. Sehingga Islam sebagai agama mayoritas bisa mengaplikasikan pendidikan yang berwawasan plural-multikultural dalam kehidupan sehari-hari. 2. Disamping pemahaman agama, juga diberi pemahaman tentang pengakuan sosial terhadap komunitas agama lain tanpa terkecuali. Pengakuan sosial ini dalam artian hubungan sesama manusia, tidak masuk ke ranah Aqidah dan ibadah. Kondisi Masyarakat Desa pesanggarahan Saling menghargai dan menghormati meski berbeda kepercayaan, saling menjaga hak dan kewajiban antara kelompok yang berbeda agama, saling membantu dan bekerjasama dibidang sosial kemasyarakatan dan Sikap toleransi yang dimiliki masyarakat Pesanggrahan sudah tumbuh dari kesadaraan masyarakat akan pentingnya kebersamaan dalam hidup bermasyarakat. Hal ini melalui pendidikan formal dan non formal, pembiasaan, kebersamaan dalam berbagai kegiatan, dan penyadaran secara turun temurun. F. REFERENSI [1]. Abdullah, Amin. 2005. Pendidikan Agama Era multicultural- Multireligius. Jakarta: Pusat Studi Agama dan Peradaban PSAP [2]. Ali, Zainuddin. 2008. Ilmu Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara [3]. Baidhawi, Zakkiyudin, Pendidikan…... 26-30. 531 International Seminar on Islamic Civilization [4]. Departemen Agama. Al-Qur’an dan Terjemahnya Jakarta: Pustaka Al-Mubin. [5]. Mahfud, Agus. Ilmu Pendidikan Pemikiran Gus Dur. Yogyakarta; Nadi Pustaka, 2012 [6]. Mahfud, Choirul. Pendidikan Multikultural. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, 2011 [7]. Maksum, Ali. 2011. Pluralisme Dan Multikulturalisme Paradigma Baru Pendidikan Islam Di Indonesia. Aditya Media Publising. [8]. Naim, Ngainun dan Sauqi, Ahmad. 2008. Pendidikan Multikultural: Konsep Dan Aplikasi. Yogyakarta: Ar Ruzz Media. [9]. Rustanto, Bambang. 2015. Masyarakat Multikultur di Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [10]. Sujarwo. 2010. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, Manusia dan Fenomena Sosial Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar [11]. UU Sikdiknas No 20 Tahun 2003 [1]. 532