KAJIAN PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN BERBAGAI PERUSAHAAN DI SURAKARTA Trio Handoko ABSTRACT Research goal is to know management consistancy to using basic accrual for making financial statement and to understand resistantions in case basic accrual is useless. And as an independent variable are Employee skill, size of company, and degree of understanding about financial report and basic accrual, and consistancy to use basic accrual is a dependent variable. Surakarta is research area with 30 respondens from manufacture and trading company. This research using multiple tinier regretion analisys to know consistancy level to use basic accrual on order making financial report at manufacture and trading company in Surakarta. Beside multiple linier regretion, this research also use t test, F test and determination coefficient and also multiple corelation to show degree of relationship between influence variables and influenced variables. From data analisys has know that consistancy level to use basic accrual in arranging financial statement manufacture and trading company in Surakarta is 54%. This means, manufacture and trading company in Surakarta is understands enought about basic accrual and has been applied as a basic in making financial report. Key word : Basic accrual accountancy, under-standing of accrual basic, consistancy of using accrual basic. PENDAHULUAN A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi keuangan. Proses auntansi keuangan ini diatur oleh prinsip akuntansi yang lazim diterima, yang menentukan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan, bagaimana informasi itu diorganisasi, diukur, digabungkan dan disesuaikan, dan akhirnya bagaimana informasi disajikan dalam laporan keuangan. Ikatan Akuntansi Indonesia mengakui bahwa asumsi dasar akuntansi adalah kelangsungan usaha dan akrual. Akuntansi akrual lebih memfokuskan pada transaksi dan kejadian ekonomi lain yang mempunyai konsekuensi terhadap kas, bukan pada penerimaan atau pengeluaran lain secara langsung. Dalam dasar akrual, transaksi dan kejadian ekonomi lain dicatat pada saat terjadinya, pendapatan diakui dan dicatat pada saat terjdi transaksi pendapatan tersebut dan biaya diakui pada saat diadakan pengeluran dan mengurangi pendapatan untuk menentukan “net income” (IAI SAK). Dengan dasar akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada saat kejadian (bukan pada saat kas atau setoran kas diterima atau dibayar) dan dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada periode yang bersangkutan. Tetapi keuangan yang disusun atas dasar akrual memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya informasi masa lalu yang melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran kas dimasa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan diterima dimasa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan atas dasar akrual menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lain yang paling berguna bagi pemakai pengambil keputusan ekonomi. Sesuai dengan uraian di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam penelitian ini adalah : 1. Berapakah tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan pada peruahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta? 2. Apakah ada hubungan antara variabel independen (besar perusahaan, tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual, dan tingkat kecakapan karyawan) dengan variabel dependen yaitu ketaatan penggunaan dasar akrual? 3. Apakah terdapat kendala dalam melaksana-kan dasar akrual ? Seandainya ada, apa raja kendala tersebut? B. Tinjauan Pustaka - Pengertian Accrual Basis (Dasar Akrual) Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi keuangan. Tujuan dasar akuntansi keuangan dalam laporan keuangan adalah menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai terutama pemilik dan kreditur dalam mengambil keputusan ekonomi. Penggunaan informasi akuntansi keuangan yang tepat memerlukan suatu pengetahuan mengenai karakteristik dan keterbatasan akuntansi keuangan. Pemakaian akuntansi keuangan tanpa suatu pengetahuan umum mengenai karakteristik dan keterbatasan informasi akuntansi keuangan dapat mengakibatkan kesalahan dan salah tafsir. Salah satu karakteristik laporan keuangan adalah akrual, dimana dalam TAPB Statement No. 4, paragraf 35 menyebutkan akrual adalah : Pengaruh transaksi dan kejadian lain terhadap aktiva dan utang suatu perusahaan bisnis, diakui dan dilaporkan pada periode waktu yang bersangkutan daripada ketika menerima atau mengeluarkan kas (Kieso, 1992). - Cash Basis Versus Accrual Basis Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya disusun atas dasar asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya dimasa depan. Oleh karenanya akuntan mencatat kemungkinan arus kas masuk dimasa mendatang sebagai peningkatan aset dan sebagai pendapatan. Arus kas masuk sering terjadi sebelum perusahaan melaksanakan kontrak kerja (pendapatan diterima dimuka). Dalam hal ini peningkatan asset telah 2 - - - - - - dicatat, tetapi kewajiban juga diakui sebagai pengganti pendapatan. Setelah pekerjaan (kontrak) selesai dikerjakan, barulah rekening kewajiban dihapus dan dimasukkannya rekening pendapatan. Dari keterangan di atas dapatlah diketahui bahwa arus kas masih berhubungan erat dengan realisasi pendapatan dan arus kas keluar berhu-bungan erat dengan biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Accrual dan Defferal (Kieso, 1992) Yang termasuk dalam rekening akrual adalah piutang pendapatan (Accrued revenues) dan hutang biaya (Accrued expenses), sedang rekening defferal adalah hutang penghasilan (Unearned revenues) dan biaya dibayar dimuka (prepaid expenses). Piutang Pendapatan (Accrued revenues) Piutang pendapatan atau disebut pen-dapatan akrual merupakan pendapatan yang masih akan diterima, yiitu pendapatan yang sudah diperoleh tetapi masih belum dicatat dalam rekening-rekeniug. Oleh karena itu setiap akhir periode harus dibuat penyesuaian untuk mencatat pendapatan itu. Hutang biaya (Accrued expenses) Hutang bays atau biaya akrual atau biaya yang masih akan dibayar adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar dan belum dicatat dalam rekening. Oleh karena itu setiap pagoda harus dibuat penyesuaian agar biaya-biaya seperti itu dapat dibebankan dalam periode yang bersangkutan. Hutang Penghasilan (Unearned revenues) Hutang penghasilan atau pendapatan diterima dimuka atau penghasilan defferal adalah peneritnaan dari pendapatan, tetapi bukan merupakan pendapatan untuk periode tersebut atau dengan kata lain merupakan pendapatan periode yang akan datang, yang diterima dalam periode sekarang. Biaya dibayar dimuka (prepaid expenses) Biaya dibayar dimuka “atau hiaya defferal adalah biaya-biaya yang sudah dibayar tetapi belum dibebankan sebagai biaya pada periode itu. Biaya dibayar dimuka ini sering timbul apabila perusahaan membayar biaya-biaya. Untuk beberapa periode sekaligus, sehingga dari jumiah pengeluaran tadi sebagian lagi akan dibebankan pada periode mendatang. Pada waktu terjadinya pengeluaran kas, pencatatan bisa dilakukan dengan mendebit rekening hiaya atau rekening aktiva. Oleh karena itu tidak semua pengeluaran itu menjadi hiaya, maka perlu diadakan penyesuaian agar sebagian pengeluaran itu menjadi biaya, maka perlu diadakan penyesuaian agar sebagian pengeluaran tadi bisa dibebankan pada periode mendatang. Pada waktu terjadinya pengeluaran kas, pencatatan bisa dilakukan dengan mendebit rekening biaya atau rekening aktiva (Thacher, 1979). Penyesuaian Pembukuan 3 - Dalam penerapan dasar akrual, dibutuh-kan adanya jurnal/ayat penyesuaian untuk transaksi/rekening yang berada dalam 2 atau lehih periode akuntansi, dan informasi dalam laporan keuangan akan menjadi lebih berguna bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelum- nya. Untuk dapat dibandindkan seheum laporan keuangan disusun perlu diadakan penyesuaian terlebih dabolu. Tujuan dari jurnal penyesuaian adalah untuk menentu-kan secara pasti pendapatan dan biaya yang tidak ditempatkan pada periode seharusnya (FASB, 1980). Neraca Lajur (FASB, 1980). Dalam perusahaan-perusahaan kecil dimana jumlah rekening yang ada di buku besar tidak begitu banyak, maka penyusun-an laporan keuangannya dapat dilakukan secara langsung dari neraca saldo yang telah disesuaikan. Tetapi di dalam perusahaan-perusahaan yang memiliki rekening-rekening buku besar yang banyak jumlahnya, penyusunan laporan keuangan secara langsung dari neraca saldo yang sudah disesuaikan tidaklah mudah. Cara yang demikian tidak jarang menimbulkan kealahan di dalam menyusun kaporan keuangan dan apabila dapat diketahui bahwa telah terjadi suatu kesalahan, maka usaha untuk mencari letak kesalahannya serangkali membutuhkan waktu yang lam. Oleh karena itu agar penyusunan laporan keuangan dapat dilakukan dengan teliti, dibutuhkan suatu alat yang disebut Neraca lajur. Neraca lajur adalah suatu kertas berkolom-kolom (berlajur-lajur) yang direncanakan secara khusus untuk meng-himpun semua data-data akuntansi yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan dengan cara yang sistematis. Sebenarnya neraca lajur lebih tepat disebut sebagai kertas kerja yang digunakan sebagai alat bantu di dalam menyusun laporan keuangan. neraca lajur bukan merupakan bagian dari catatan-catatan akuntansi yang formal dan karena sifatnya tidak formal, maka penyusunannya dapat juga dilakukan dengan menggunakan pensil sehingga lebih mudah dikoreksi apabila terjadi kesalahan. C. Tujuan Penelitian 1. Untuk mengetahui tingkat ketaatan manajemen dalam penggunaan dasar akrual untuk penyusunan laporang keuangan. 2. Untuk mengetahui hambatan-hambaan yang menjadi penyebab tidak dilaksanakannya dasar akrual. D. Manfaat Penelitian 1. Mengetahui pentingnya asumsi dasar akuntansi akrual. 2. Meningkatkan pemahaman tentang dasar akrual (accrual basis) terutama dalam praktek. 4 METODE PENELITIAN A. Daerah Penelitian dan Obyck Penelitian Penelitian dilakukan di Surakarta, dan sebagai obyek penelitian adalah perusahaan Manufaktur dan Perdagangan. B. Teknik Pengumpulan Data 1. Data primer Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana datanya berupa jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau quistionnaire karena untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan mengajukan sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar. 2. Data Sekunder Dalam penelitian ini data sekunder diperoleh dari KANDEPPERINDAG Surakarta untuk mengetahui nama-nama perusahaan, bentuk dan jenis usahanya. C. Analisis Data Untuk menganalisis data yang dikumpul-kan dan dikelompokkan dalam suatu tabel dengan tingkat golongan data yang ada, maka untuk mengetahui tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual digunakan analisis sebagai berikut (Djarwanto, 1994). 1. Analisis regresi berganda, dengan rumus : Y = a + b1X1, b1X1 + b1X1 Dimana : Y = ketaatan penggunaan dasar akrual X1 = kecakapan karyawan X2 = besar perusahaan X3 = tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual a = intercept b = koefisien regresi parsial. 2. Uji t dengan langkah : a. Menentukan Ho : = 0 Ho : ≠ 0 b. Level of significan yang dipergunakan (a) adalah 0,05 c. Kriteria pengujian Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel d. Perhitungan thitung = Sb 3. Koefisiensi Determinasi 5 2 R = Yi Yi 2 Yi Yi 2 Jumlah persepsi variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresinya dapat dirumuskan dengan koefesien Determinasi, yaitu : 1 – r1 = 1 - Yi Yi 2 Yi Yi 2 Dari dua persamaan tersebut diatas dapat dirumuskan kembali yaitu : r = V r2 atau r = V 1 - (1 - r2) dimana = r2 = koefesien Determinasi 2 1-r = koefesien non Determinasi 2 (Yi-Yi) = Variasi (selisih) yang dijelaskan oleh garis regresi (Yi-Yi)2 = Variasi kesimpulan. Sehingga dapat disimpulkan, karena 0<r <1 maka Ho ditolak atau dikatakan ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel dependen. 4. Uji F, dengan langkah : a. Menentukan Ho = 1 = 2 = ... = k H1 ≠ 1 ≠ 2 = ... = k b. Level of significan yang dipergunakan (α) adalah 0,05. c. Kriteria Pengujian Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel d. Perhitungan R2 / k 1 R 2 N k 1 e. Analisis Korelasi Produk Moment Pearson SP r SS k .SS y Fh Keterangan : SP = sum of product SSx= sum square dari variabel X SSy = sum square dari variabel Y r = koefisieni korelasi Pearson Rumus untuk SP, SSx dan SSy adalah sebagai berikut : X Y x. y SP : N 6 SS x X 2 X X SS y Y 2 Y Y 2 2 N 2 2 N N= jumlah pengamatan ari masing- masing variabel x = (X - X) X : mean dari variabel x y=(Y- Y) Y : mean dari variabel y HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Analisis Regresi Berganda Data yang dianalisis adalah sampel data responden mengenai dasar penyusunan laporan keuangan mereka. Setelah dilakukan kompu-tasi atas data yang telah diperoleh, maka harga koefisien regresi adalah sebagai berikut : a = 19,2041 b1 = 1,3926 b2 = 5,0481 b3 = 1,6242 Dengan demikian dapat ditemukan persamaan taksiran regresi berganda sebagai berikut : Y = 19,20 + 1,39X1 + 5,05X2 + 1,62X3 = 19,20 + 1,39(5,53)+ 5,05(2,37) + 1,62(9,47) = 19,20 + 7,69 + 11,97 + 15,34 = 54,20 2. Uji t test (Djarwanto, 1994). Dalam pengujian ini adalah untuk membukti-kan ada hubungan (pengaruh) yang signifikan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan salah satu variabel dengan anggapan bahwa variabel lainnya tetap. a. Pengujian koefisien variabel kecakapan karyawan. Langkah-langkah pengujian : 1) Hipotesis Ho : = 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor keca kapan karyawan) Hi : ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor kecakapan karayawan) 2) Level of signifikansi ( a ) 0,05; ttabel= 2,056 3) Kriteria pengujian Ho diterima apabila -ttabel<thitung<ttabel Ho ditolak apabila thilung>ttabel atau -thitung < -ttabel 4) Hasil perhitungan thitung = 3,394 (data dilampirkan). 7 5) Kesimpulan Karena thitung > ttabel atau 3,394>2,056 maka Ho ditolak. Dengan demikian variabel kecakapan karyawan mem-punyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel ketaatan penggunaan dasar akrual pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta. b. Pengujian koefisien variabel besar perusahaan Langkah-langkah pengujian : 1) Hipotesis Ho : 2 = 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor besar perusa-haan) Ho : 2 ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor besar perusahaan) 2) Level of signifikansi (α) 0,05; ttabel= 2,056 3) Kriteria pengujian Ho diterima apabila –ttabel <thitung<ttabel Ho ditolak apabila thitung > tabel atau -thitung < 4tabel 4) Hasil perhitunganng = 4,837 (data dilampirkan). 5) Kesimpulan Karena thitung atau 4,837>2,056 maka Ho ditolak. Dengan demikian variabel besar perusahaan mempu-nyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel ketaatan penggunaan dasar akrual pada perusahaau manufaktur dan perdagangan di Surakarta. c. Pengujian koefisien variabel tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual Langkah-langkah pengujian : 1) Hipotesis Ho : 3 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor tingkat penge-tahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual) Ho : 3 ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan faktor tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual) 2) Level of signifikansi (α) 0,05; Ftabel=2,056 3) Kriteria pengujian Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel 4) Hasil perhitungan thitung = 2,371 (data dilampirkan). 5) Kesimpulan Karena thitung > ttabel atau 2,371 > 2,056 maka Heditolak. Dengan demikian variabel tingkat pengetahu-an tentang laporan keuangan dan dasar akrual mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel 8 ketaatan penggunaan dasar akrual pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta. 3. Uji F Pengujian hipotesa dengan uji F test digunakan untuk mengetahui secara total. Langkah-langkah a. Hipotesis Ho : 1 2 = 0, (tidak ada hubungan antara kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual dengan ketaatan penggunaan dasar akrual) Ho : 1 ≠ 2 ≠ 0, (ada hubungan antara kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual dengan ketaatan penggunaan dasar akrual) b. Level of significan (a) 0,05 ; Ftabel= 2,99. c. Kriteria pengujian Ho diterinia apabila Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel d. Dari hasil perhitungan dengan meng-gunakan komputer diperoleh Fhitung = 45,746 e. Kesimpulan Karena atau 45,746>2,99 maka Ho ditolak berarti secara serentak ada pengaruh yang positif antara variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap variabel dependen (Y) 4. Koefisien Determinasi (R2) Perhitungan yang dibantu dengan alat komputer menghasilkan angka sebesar 0,8407 (84,07%), hal ini berarti bahwa sumbangan variabel kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual (X) terhadap variasi (naik turunnya) ketaatan penggunaan dasar akrual (Y) secara bersama-sama sebesar 84,07%, sedangkan sisanya sebesar 15,93% dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak diteliti. 5. Analisis Korelasi berganda Analisis korelasi berganda ini digunakan untuk menunjukkan derajad hubungan antara variabel-variabel pengaruh dengan variabel-variabel terpengaruh (tergantung). Besarnya harga koefisien korelasi akan berada dalam interval -1 dan +1 atau -1 < 12 < 1 dengan penjelasan sebagai berikut : Jika R = 1 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan positif yang erat. 9 Jika R = 0 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan satu sama lain. Jika R = -1 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan negatif yang erat. Dari hasil perhitungan komputasi diketahui koefisien korelasi (adjusted R Squared) sebesar 0,8223. Dari angka koefisien korelasi berganda tersebut dapat diartikan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel tingkat kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual dengan tingkat kataatan penggunaan dasar akrual. Ini berarti terdapat hubungan searah yang erat antara variabel-variabel penelitian dengan digunakannya dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan 1. Dari hasil analisis diketahui persamaan sebagai berikut : Y = 19,20 + 1,39X1 + 5,05X2 + 1,62X3 Dengan demikian diketahui : X1 = 5,53 X2 = 2,37 X3 = 9,47 Sehingga dapat diketahui nilai Y sebesar 54,20%. Maka tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta adalah sebesar 54%. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menufaktur dan perdagangan di Surakarta cukup memahami tentang dasar akrual dan telah menggunakan sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. 2. Hasil pengujian koefitsien regresi secara individu (t test) dapat diketahui sebagai berikut : a. Uji t terhadap 1 (kecakapan karyawan) Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (3,394) > ttabel (2,056). Dengan demikian kecakapan karyawan mempunyai pengaruh terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual. b. Uji t terhadap 2 (besar perusahaan) : Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (4,837) > (2,056). Dengan demikian besar perusahaan mempunyai pengaruh terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual. c. Uji t terhadap 2 (tingkat pengetahuan) : Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (2,371) > ttabel (2,056). Dengan demikian tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual mempunyai pengaruh terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual. 10 3. Dari hasil pengujian keberartian secara keseluruhan dari variabel kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual digunakan uji F. Diketahui Fhitung = 45,746 dan Ftabel = 2,99. Karena Fhitung > atau 45,746 > 2,99. Berarti ada pengaruh yang besar antara variabel kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta. 4. Hasil pengujian Koefisien Determinasi (R2) Dalam perhitungan koefisien determinasi (R2) = 0,8407. Berarti variabel independen berpengaruh sebesar 84,07% terhadap variabel dependen, sedangkan yang 15,93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya. 5. Dari angka korelasi berganda (Adjusted R Squared) sebesar 0,8223 dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ketiga variabel independen dalam mengukur tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual. 6. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat hambatan dalam penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan. B. Saran 1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat kesulitan menerapkan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuang-an. Walaupun tetap masih ada perusahaan yang belum menggunakan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuang-an. Oleh karena itu penulis menyarankan agar IAI mengeluarkan pernyataan supaya dunia bisnis lebih memasyarakatkan penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan untuk pihak ekstern karena dasar akrual ini akan menggambarkan keadaan yang sesungguh-nya yang tidak menyesatkan pembaca laporan keuangan. 2. Diharapkan supaya diajarkan dasar akrual secara lebih mendalam terutama untuk siswa SMK agar siswa semakin betul tentang dasar penyusunan laporan keuangan. DAFTAR PUSTAKA TAPB Statement No. 4, Basic Concept and Accounting Principles Underlying Financial Statement of Business Enterprises, 1987 (Ter-jemahan Drs. Erwan Dukat, Akt). Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, James C. Coldurell, Principles Accounting, 5 th Ed. USA, 1993. Charles T. Horgren, Gary L, Introduction Financial Accounting, 4 th ed, New York, 1990. Djarwanto Ps, Pandestu Subagyo, Statistik Induktif, Edisi 4, Yogyakarta, 1994. 11 Donald E. Kieso, Jerny J. Weygant, Inter-mediate Accounting, Canada, 1992. FASB Concept No.3, Element of Financial Statement of Business Enterprises, 1980. IAI SAK buku 1, PSAK No. 3, Jakarta. Ronald J. Thacher, Accounting Principles, 2” Ed, Prentice Hall, 1979. Suwarjono, TA No. 1, Pokok-pokok Pikiran Patton & Littleton tentang Prinsip Akuntansi untuk Perseroan, Edisi I, Yogyakarta, 1985. 12