KAJIAN PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN

advertisement
KAJIAN PENGGUNAAN LAPORAN KEUANGAN BERBAGAI
PERUSAHAAN DI SURAKARTA
Trio Handoko
ABSTRACT
Research goal is to know management consistancy to using basic accrual for
making financial statement and to understand resistantions in case basic accrual is
useless. And as an independent variable are Employee skill, size of company, and
degree of understanding about financial report and basic accrual, and consistancy to
use basic accrual is a dependent variable. Surakarta is research area with 30
respondens from manufacture and trading company.
This research using multiple tinier regretion analisys to know consistancy
level to use basic accrual on order making financial report at manufacture and trading
company in Surakarta. Beside multiple linier regretion, this research also use t test, F
test and determination coefficient and also multiple corelation to show degree of
relationship between influence variables and influenced variables.
From data analisys has know that consistancy level to use basic accrual in
arranging financial statement manufacture and trading company in Surakarta is 54%.
This means, manufacture and trading company in Surakarta is understands enought
about basic accrual and has been applied as a basic in making financial report.
Key word : Basic accrual accountancy, under-standing of accrual basic,
consistancy of using accrual basic.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang dan Perumusan Masalah
Laporan keuangan merupakan hasil akhir proses akuntansi keuangan.
Proses auntansi keuangan ini diatur oleh prinsip akuntansi yang lazim diterima,
yang menentukan informasi yang dicantumkan dalam laporan keuangan,
bagaimana informasi itu diorganisasi, diukur, digabungkan dan disesuaikan, dan
akhirnya bagaimana informasi disajikan dalam laporan keuangan.
Ikatan Akuntansi Indonesia mengakui bahwa asumsi dasar akuntansi
adalah kelangsungan usaha dan akrual. Akuntansi akrual lebih memfokuskan
pada transaksi dan kejadian ekonomi lain yang mempunyai konsekuensi terhadap
kas, bukan pada penerimaan atau pengeluaran lain secara langsung. Dalam dasar
akrual, transaksi dan kejadian ekonomi lain dicatat pada saat terjadinya,
pendapatan diakui dan dicatat pada saat terjdi transaksi pendapatan tersebut dan
biaya diakui pada saat diadakan pengeluran dan mengurangi pendapatan untuk
menentukan “net income” (IAI SAK).
Dengan dasar akrual, pengaruh transaksi dan peristiwa lain diakui pada
saat kejadian (bukan pada saat kas atau setoran kas diterima atau dibayar) dan
dicatat dalam catatan akuntansi serta dilaporkan dalam laporan keuangan pada
periode yang bersangkutan. Tetapi keuangan yang disusun atas dasar akrual
memberikan informasi kepada pemakai tidak hanya informasi masa lalu yang
melibatkan penerimaan dan pembayaran kas, tetapi juga kewajiban pembayaran
kas dimasa depan serta sumber daya yang merepresentasikan kas yang akan
diterima dimasa depan. Oleh karena itu, laporan keuangan atas dasar akrual
menyediakan jenis informasi transaksi masa lalu dan peristiwa lain yang paling
berguna bagi pemakai pengambil keputusan ekonomi.
Sesuai dengan uraian di atas, maka permasalahan yang diajukan dalam
penelitian ini adalah :
1. Berapakah tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual dalam penyusunan
laporan keuangan pada peruahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta?
2. Apakah ada hubungan antara variabel independen (besar perusahaan, tingkat
pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual, dan tingkat
kecakapan karyawan) dengan variabel dependen yaitu ketaatan penggunaan
dasar akrual?
3. Apakah terdapat kendala dalam melaksana-kan dasar akrual ? Seandainya ada,
apa raja kendala tersebut?
B. Tinjauan Pustaka
- Pengertian Accrual Basis (Dasar Akrual)
Laporan keuangan adalah hasil akhir proses akuntansi keuangan.
Tujuan dasar akuntansi keuangan dalam laporan keuangan adalah
menyediakan informasi keuangan bagi para pemakai terutama pemilik dan
kreditur dalam mengambil keputusan ekonomi. Penggunaan informasi
akuntansi keuangan yang tepat memerlukan suatu pengetahuan mengenai
karakteristik dan keterbatasan akuntansi keuangan. Pemakaian akuntansi
keuangan tanpa suatu pengetahuan umum mengenai karakteristik dan
keterbatasan informasi akuntansi keuangan dapat mengakibatkan kesalahan
dan salah tafsir. Salah satu karakteristik laporan keuangan adalah akrual,
dimana dalam TAPB Statement No. 4, paragraf 35 menyebutkan akrual
adalah : Pengaruh transaksi dan kejadian lain terhadap aktiva dan utang suatu
perusahaan bisnis, diakui dan dilaporkan pada periode waktu yang
bersangkutan daripada ketika menerima atau mengeluarkan kas (Kieso, 1992).
- Cash Basis Versus Accrual Basis
Laporan keuangan suatu perusahaan biasanya disusun atas dasar
asumsi kelangsungan usaha perusahaan dan akan melanjutkan usahanya
dimasa depan. Oleh karenanya akuntan mencatat kemungkinan arus kas
masuk dimasa mendatang sebagai peningkatan aset dan sebagai pendapatan.
Arus kas masuk sering terjadi sebelum perusahaan melaksanakan kontrak
kerja (pendapatan diterima dimuka). Dalam hal ini peningkatan asset telah
2
-
-
-
-
-
-
dicatat, tetapi kewajiban juga diakui sebagai pengganti pendapatan. Setelah
pekerjaan (kontrak) selesai dikerjakan, barulah rekening kewajiban dihapus
dan dimasukkannya rekening pendapatan. Dari keterangan di atas dapatlah
diketahui bahwa arus kas masih berhubungan erat dengan realisasi pendapatan
dan arus kas keluar berhu-bungan erat dengan biaya yang dikeluarkan oleh
perusahaan.
Accrual dan Defferal (Kieso, 1992)
Yang termasuk dalam rekening akrual adalah piutang pendapatan
(Accrued revenues) dan hutang biaya (Accrued expenses), sedang rekening
defferal adalah hutang penghasilan (Unearned revenues) dan biaya dibayar
dimuka (prepaid expenses).
Piutang Pendapatan (Accrued revenues)
Piutang pendapatan atau disebut pen-dapatan akrual merupakan
pendapatan yang masih akan diterima, yiitu pendapatan yang sudah diperoleh
tetapi masih belum dicatat dalam rekening-rekeniug. Oleh karena itu setiap
akhir periode harus dibuat penyesuaian untuk mencatat pendapatan itu.
Hutang biaya (Accrued expenses)
Hutang bays atau biaya akrual atau biaya yang masih akan dibayar
adalah biaya-biaya yang sudah terjadi tetapi belum dibayar dan belum dicatat
dalam rekening. Oleh karena itu setiap pagoda harus dibuat penyesuaian agar
biaya-biaya seperti itu dapat dibebankan dalam periode yang bersangkutan.
Hutang Penghasilan (Unearned revenues)
Hutang penghasilan atau pendapatan diterima dimuka atau
penghasilan defferal adalah peneritnaan dari pendapatan, tetapi bukan
merupakan pendapatan untuk periode tersebut atau dengan kata lain
merupakan pendapatan periode yang akan datang, yang diterima dalam
periode sekarang.
Biaya dibayar dimuka (prepaid expenses)
Biaya dibayar dimuka “atau hiaya defferal adalah biaya-biaya yang
sudah dibayar tetapi belum dibebankan sebagai biaya pada periode itu. Biaya
dibayar dimuka ini sering timbul apabila perusahaan membayar biaya-biaya.
Untuk beberapa periode sekaligus, sehingga dari jumiah pengeluaran tadi
sebagian lagi akan dibebankan pada periode mendatang. Pada waktu
terjadinya pengeluaran kas, pencatatan bisa dilakukan dengan mendebit
rekening hiaya atau rekening aktiva. Oleh karena itu tidak semua pengeluaran
itu menjadi hiaya, maka perlu diadakan penyesuaian agar sebagian
pengeluaran itu menjadi biaya, maka perlu diadakan penyesuaian agar
sebagian pengeluaran tadi bisa dibebankan pada periode mendatang. Pada
waktu terjadinya pengeluaran kas, pencatatan bisa dilakukan dengan mendebit
rekening biaya atau rekening aktiva (Thacher, 1979).
Penyesuaian Pembukuan
3
-
Dalam penerapan dasar akrual, dibutuh-kan adanya jurnal/ayat
penyesuaian untuk transaksi/rekening yang berada dalam 2 atau lehih periode
akuntansi, dan informasi dalam laporan keuangan akan menjadi lebih berguna
bila dapat dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelum- nya.
Untuk dapat dibandindkan seheum laporan keuangan disusun perlu diadakan
penyesuaian terlebih dabolu. Tujuan dari jurnal penyesuaian adalah untuk
menentu-kan secara pasti pendapatan dan biaya yang tidak ditempatkan pada
periode seharusnya (FASB, 1980).
Neraca Lajur (FASB, 1980).
Dalam perusahaan-perusahaan kecil dimana jumlah rekening yang ada
di buku besar tidak begitu banyak, maka penyusun-an laporan keuangannya
dapat dilakukan secara langsung dari neraca saldo yang telah disesuaikan.
Tetapi di dalam perusahaan-perusahaan yang memiliki rekening-rekening
buku besar yang banyak jumlahnya, penyusunan laporan keuangan secara
langsung dari neraca saldo yang sudah disesuaikan tidaklah mudah. Cara yang
demikian tidak jarang menimbulkan kealahan di dalam menyusun kaporan
keuangan dan apabila dapat diketahui bahwa telah terjadi suatu kesalahan,
maka usaha untuk mencari letak kesalahannya serangkali membutuhkan
waktu yang lam. Oleh karena itu agar penyusunan laporan keuangan dapat
dilakukan dengan teliti, dibutuhkan suatu alat yang disebut Neraca lajur.
Neraca lajur adalah suatu kertas berkolom-kolom (berlajur-lajur) yang
direncanakan secara khusus untuk meng-himpun semua data-data akuntansi
yang dibutuhkan pada saat perusahaan akan menyusun laporan keuangan
dengan cara yang sistematis. Sebenarnya neraca lajur lebih tepat disebut
sebagai kertas kerja yang digunakan sebagai alat bantu di dalam menyusun
laporan keuangan. neraca lajur bukan merupakan bagian dari catatan-catatan
akuntansi yang formal dan karena sifatnya tidak formal, maka penyusunannya
dapat juga dilakukan dengan menggunakan pensil sehingga lebih mudah
dikoreksi apabila terjadi kesalahan.
C. Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui tingkat ketaatan manajemen dalam penggunaan dasar
akrual untuk penyusunan laporang keuangan.
2. Untuk mengetahui hambatan-hambaan yang menjadi penyebab tidak
dilaksanakannya dasar akrual.
D. Manfaat Penelitian
1. Mengetahui pentingnya asumsi dasar akuntansi akrual.
2. Meningkatkan pemahaman tentang dasar akrual (accrual basis) terutama
dalam praktek.
4
METODE PENELITIAN
A. Daerah Penelitian dan Obyck Penelitian
Penelitian dilakukan di Surakarta, dan sebagai obyek penelitian adalah
perusahaan Manufaktur dan Perdagangan.
B. Teknik Pengumpulan Data
1. Data primer
Penelitian ini menggunakan metode survei, dimana datanya berupa
jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan yang diajukan atau quistionnaire
karena untuk memperoleh data tersebut dilakukan dengan mengajukan
sejumlah pertanyaan yang tersusun dalam suatu daftar.
2. Data Sekunder
Dalam
penelitian
ini
data
sekunder
diperoleh
dari
KANDEPPERINDAG Surakarta untuk mengetahui nama-nama perusahaan,
bentuk dan jenis usahanya.
C. Analisis Data
Untuk menganalisis data yang dikumpul-kan dan dikelompokkan dalam
suatu tabel dengan tingkat golongan data yang ada, maka untuk mengetahui
tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual digunakan analisis sebagai berikut
(Djarwanto, 1994).
1. Analisis regresi berganda, dengan rumus : Y = a + b1X1, b1X1 + b1X1
Dimana :
Y
= ketaatan penggunaan dasar akrual
X1 = kecakapan karyawan
X2 = besar perusahaan
X3 = tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual
a
= intercept
b
= koefisien regresi parsial.
2. Uji t dengan langkah :
a. Menentukan
Ho :  = 0
Ho :  ≠ 0
b. Level of significan yang dipergunakan (a) adalah 0,05
c. Kriteria pengujian
Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel
Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel
d. Perhitungan
thitung =

Sb
3. Koefisiensi Determinasi
5
2
R =
Yi  Yi 2
Yi  Yi 2
Jumlah persepsi variasi yang tidak dapat dijelaskan oleh garis regresinya
dapat dirumuskan dengan koefesien Determinasi, yaitu :
1 – r1 = 1 -
Yi  Yi 2
Yi  Yi 2
Dari dua persamaan tersebut diatas dapat dirumuskan kembali yaitu :
r = V r2 atau r = V 1 - (1 - r2)
dimana =
r2
= koefesien Determinasi
2
1-r
= koefesien non Determinasi
2
(Yi-Yi) = Variasi (selisih) yang dijelaskan oleh garis regresi
(Yi-Yi)2 = Variasi kesimpulan.
Sehingga dapat disimpulkan, karena 0<r <1 maka Ho ditolak atau
dikatakan ada pengaruh antara variabel independen terhadap variabel
dependen.
4. Uji F, dengan langkah :
a. Menentukan
Ho = 1 = 2 = ... = k
H1 ≠ 1 ≠ 2 = ... = k
b. Level of significan yang dipergunakan (α) adalah 0,05.
c. Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila Fhitung < Ftabel
Ho ditolak apabila Fhitung > Ftabel
d. Perhitungan
R2 / k
1  R 2 N  k  1
e. Analisis Korelasi Produk Moment Pearson
SP
r
SS k .SS y
Fh 


Keterangan :
SP = sum of product
SSx= sum square dari variabel X
SSy = sum square dari variabel Y
r = koefisieni korelasi Pearson
Rumus untuk SP, SSx dan SSy adalah sebagai berikut :
X Y   x. y
SP :  
N
6
SS x  X 2 
X   X
SS y  Y 2 
Y   Y
2
2
N
2
2
N
N= jumlah pengamatan ari masing- masing variabel
x = (X - X)
X : mean dari variabel x
y=(Y- Y)
Y : mean dari variabel y
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
1. Analisis Regresi Berganda
Data yang dianalisis adalah sampel data responden mengenai dasar
penyusunan laporan keuangan mereka. Setelah dilakukan kompu-tasi atas data
yang telah diperoleh, maka harga koefisien regresi adalah sebagai berikut :
a = 19,2041
b1 = 1,3926
b2 = 5,0481
b3 = 1,6242
Dengan demikian dapat ditemukan persamaan taksiran regresi berganda
sebagai berikut :
Y = 19,20 + 1,39X1 + 5,05X2 + 1,62X3
= 19,20 + 1,39(5,53)+ 5,05(2,37) + 1,62(9,47)
= 19,20 + 7,69 + 11,97 + 15,34
= 54,20
2. Uji t test (Djarwanto, 1994).
Dalam pengujian ini adalah untuk membukti-kan ada hubungan
(pengaruh) yang signifikan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan salah
satu variabel dengan anggapan bahwa variabel lainnya tetap.
a. Pengujian koefisien variabel kecakapan karyawan.
Langkah-langkah pengujian :
1) Hipotesis
Ho :  = 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual
dengan faktor keca kapan karyawan)
Hi :  ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual dengan
faktor kecakapan karayawan)
2) Level of signifikansi ( a ) 0,05; ttabel= 2,056
3) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila -ttabel<thitung<ttabel
Ho ditolak apabila thilung>ttabel atau -thitung < -ttabel
4) Hasil perhitungan thitung = 3,394 (data dilampirkan).
7
5) Kesimpulan
Karena thitung > ttabel atau 3,394>2,056 maka Ho ditolak. Dengan
demikian variabel kecakapan karyawan mem-punyai pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap variabel ketaatan penggunaan dasar akrual
pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta.
b. Pengujian koefisien variabel besar perusahaan
Langkah-langkah pengujian :
1) Hipotesis
Ho : 2 = 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual
dengan faktor besar perusa-haan)
Ho : 2 ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar akrual
dengan faktor besar perusahaan)
2) Level of signifikansi (α) 0,05; ttabel= 2,056
3) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila –ttabel <thitung<ttabel
Ho ditolak apabila thitung > tabel atau -thitung < 4tabel
4) Hasil perhitunganng = 4,837 (data dilampirkan).
5) Kesimpulan
Karena thitung atau 4,837>2,056 maka Ho ditolak. Dengan
demikian variabel besar perusahaan mempu-nyai pengaruh yang
signifikan dan positif terhadap variabel ketaatan penggunaan dasar akrual
pada perusahaau manufaktur dan perdagangan di Surakarta.
c. Pengujian koefisien variabel tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan
dan dasar akrual
Langkah-langkah pengujian :
1) Hipotesis
Ho : 3 0, (tidak ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar
akrual dengan faktor tingkat penge-tahuan tentang laporan keuangan dan
dasar akrual)
Ho : 3 ≠ 0, (ada hubungan antara ketaatan penggunaan dasar
akrual dengan faktor tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan
dasar akrual)
2) Level of signifikansi (α) 0,05; Ftabel=2,056
3) Kriteria pengujian
Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel
Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel
4) Hasil perhitungan thitung = 2,371 (data dilampirkan).
5) Kesimpulan
Karena thitung > ttabel atau 2,371 > 2,056 maka Heditolak. Dengan demikian
variabel tingkat pengetahu-an tentang laporan keuangan dan dasar akrual
mempunyai pengaruh yang signifikan dan positif terhadap variabel
8
ketaatan penggunaan dasar akrual pada perusahaan manufaktur dan
perdagangan di Surakarta.
3. Uji F
Pengujian hipotesa dengan uji F test digunakan untuk mengetahui secara
total.
Langkah-langkah
a. Hipotesis
Ho : 1 2 = 0, (tidak ada hubungan antara kecakapan karyawan, besar
perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar
akrual dengan ketaatan penggunaan dasar akrual)
Ho : 1 ≠ 2 ≠ 0, (ada hubungan antara kecakapan karyawan, besar perusahaan
dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan dan dasar akrual dengan
ketaatan penggunaan dasar akrual)
b. Level of significan (a) 0,05 ; Ftabel= 2,99.
c. Kriteria pengujian Ho diterinia apabila
Ho diterima apabila –ttabel < thitung < ttabel
Ho ditolak apabila –thitung > ttabel atau –thitung < -ttabel
d. Dari hasil perhitungan dengan meng-gunakan komputer diperoleh Fhitung =
45,746
e. Kesimpulan
Karena atau 45,746>2,99 maka Ho ditolak berarti secara serentak ada
pengaruh yang positif antara variabel independen (X1, X2, dan X3) terhadap
variabel dependen (Y)
4. Koefisien Determinasi (R2)
Perhitungan yang dibantu dengan alat komputer menghasilkan angka
sebesar 0,8407 (84,07%), hal ini berarti bahwa sumbangan variabel kecakapan
karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan
dan dasar akrual (X) terhadap variasi (naik turunnya) ketaatan penggunaan dasar
akrual (Y) secara bersama-sama sebesar 84,07%, sedangkan sisanya sebesar
15,93% dipengaruhi oleh faktor yang lain yang tidak diteliti.
5. Analisis Korelasi berganda
Analisis korelasi berganda ini digunakan untuk menunjukkan derajad
hubungan antara variabel-variabel pengaruh dengan variabel-variabel terpengaruh
(tergantung). Besarnya harga koefisien korelasi akan berada dalam interval -1 dan
+1 atau -1 < 12 < 1 dengan penjelasan sebagai berikut :
Jika R = 1 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan
positif yang erat.
9
Jika R = 0 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan
satu sama lain.
Jika R = -1 atau mendekati, maka masing-masing variabel mempunyai hubungan
negatif yang erat.
Dari hasil perhitungan komputasi diketahui koefisien korelasi (adjusted R
Squared) sebesar 0,8223. Dari angka koefisien korelasi berganda tersebut dapat
diartikan bahwa terdapat hubungan yang cukup kuat antara variabel tingkat
kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan
keuangan dan dasar akrual dengan tingkat kataatan penggunaan dasar akrual. Ini
berarti terdapat hubungan searah yang erat antara variabel-variabel penelitian
dengan digunakannya dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan.
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Dari hasil analisis diketahui persamaan sebagai berikut :
Y = 19,20 + 1,39X1 + 5,05X2 + 1,62X3
Dengan demikian diketahui :
X1 = 5,53
X2 = 2,37
X3 = 9,47
Sehingga dapat diketahui nilai Y sebesar 54,20%. Maka tingkat
ketaatan penggunaan dasar akrual dalam penyusunan laporan keuangan pada
perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta adalah sebesar 54%.
Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan menufaktur dan perdagangan di
Surakarta cukup memahami tentang dasar akrual dan telah menggunakan
sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
2. Hasil pengujian koefitsien regresi secara individu (t test) dapat diketahui
sebagai berikut :
a. Uji t terhadap 1 (kecakapan karyawan)
Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (3,394) > ttabel
(2,056). Dengan demikian kecakapan karyawan mempunyai pengaruh
terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual.
b. Uji t terhadap 2 (besar perusahaan) :
Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (4,837) > (2,056).
Dengan demikian besar perusahaan mempunyai pengaruh terhadap
ketaatan penggunaan dasar akrual.
c. Uji t terhadap 2 (tingkat pengetahuan) :
Dengan signifikan 0,05 dapat diketahui bahwa thitung (2,371) > ttabel
(2,056). Dengan demikian tingkat pengetahuan tentang laporan keuangan
dan dasar akrual mempunyai pengaruh terhadap ketaatan penggunaan
dasar akrual.
10
3. Dari hasil pengujian keberartian secara keseluruhan dari variabel kecakapan
karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang laporan
keuangan dan dasar akrual terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual
digunakan uji F. Diketahui Fhitung = 45,746 dan Ftabel = 2,99. Karena Fhitung >
atau 45,746 > 2,99. Berarti ada pengaruh yang besar antara variabel
kecakapan karyawan, besar perusahaan dan tingkat pengetahuan tentang
laporan keuangan dan dasar akrual terhadap ketaatan penggunaan dasar akrual
pada perusahaan manufaktur dan perdagangan di Surakarta.
4. Hasil pengujian Koefisien Determinasi (R2)
Dalam perhitungan koefisien determinasi (R2) = 0,8407. Berarti variabel
independen berpengaruh sebesar 84,07% terhadap variabel dependen,
sedangkan yang 15,93% dipengaruhi oleh faktor-faktor lainnya.
5. Dari angka korelasi berganda (Adjusted R Squared) sebesar 0,8223 dapat
disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang erat antara ketiga variabel
independen dalam mengukur tingkat ketaatan penggunaan dasar akrual.
6. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat hambatan dalam
penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan.
B. Saran
1. Dari hasil penelitian diketahui bahwa tidak terdapat kesulitan menerapkan
dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuang-an. Walaupun tetap
masih ada perusahaan yang belum menggunakan dasar akrual sebagai dasar
penyusunan laporan keuang-an. Oleh karena itu penulis menyarankan agar
IAI mengeluarkan pernyataan supaya dunia bisnis lebih memasyarakatkan
penggunaan dasar akrual sebagai dasar penyusunan laporan keuangan untuk
pihak ekstern karena dasar akrual ini akan menggambarkan keadaan yang
sesungguh-nya yang tidak menyesatkan pembaca laporan keuangan.
2. Diharapkan supaya diajarkan dasar akrual secara lebih mendalam terutama
untuk siswa SMK agar siswa semakin betul tentang dasar penyusunan laporan
keuangan.
DAFTAR PUSTAKA
TAPB Statement No. 4, Basic Concept and Accounting Principles Underlying
Financial Statement of Business Enterprises, 1987 (Ter-jemahan Drs. Erwan
Dukat, Akt).
Belverd E. Needles, Henry R. Anderson, James C. Coldurell, Principles Accounting,
5 th Ed. USA, 1993.
Charles T. Horgren, Gary L, Introduction Financial Accounting, 4 th ed, New York,
1990.
Djarwanto Ps, Pandestu Subagyo, Statistik Induktif, Edisi 4, Yogyakarta, 1994.
11
Donald E. Kieso, Jerny J. Weygant, Inter-mediate Accounting, Canada, 1992.
FASB Concept No.3, Element of Financial Statement of Business Enterprises, 1980.
IAI SAK buku 1, PSAK No. 3, Jakarta.
Ronald J. Thacher, Accounting Principles, 2” Ed, Prentice Hall, 1979.
Suwarjono, TA No. 1, Pokok-pokok Pikiran Patton & Littleton tentang Prinsip
Akuntansi untuk Perseroan, Edisi I, Yogyakarta, 1985.
12
Download