meningkatkan hasil belajar matematika dengan menggunakan

advertisement
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MENGGUNAKAN STRATEGI
PEMBELAJARAN REALISTIC MATHEMATIC EDUCATION (RME)
Rizki Aulia Elissa
Sekolah Dasar Negeri 106824
Corresponding author: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa, jenis penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas
dengan menggunakan strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dengan sasaran utama untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa. Penelitian ini
dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran matematika di kelas tersebut. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah
apakah dengan penggunaan strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa pada pokok bahasan jaring-jaring bangun ruang. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengerahui
peningkatan hasil belajar siswa dengan menggunakan strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME). Untuk
memperoleh data dalam penelitian ini maka peneliti melakukan observasi dan tes. Adapun observasi yang dilakukan
meliputi observasi guru dan siswa. Sedangkan tes dilaksanakan setelah dilakukan pre test, siklus I dan II. Dari setiap tes
yang dilakukan diperoleh nilai siswa mengalami peningkatan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran
matematika dengan menggunakan strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil
belajar matematika siswa kelas V SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa. Dari hasil temuan penelitian di atas dapat
disimpulkan bahwa hipotesis yang diajukan yaitu dengan menggunakan strategi pembelajaran Realistic Mathematic
Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa
dapat diterima.
Kata kunci : pendidikan ilmu-ilmu sosial, karakter warga negara, era global
PENDAHULUAN
Guru mempunyai peran vital dalam proses pendidikan karena guru merupakan ujung tombak pencapaian hasil
belajar siswa. Dalam menjalankan tugasnya sehari-hari, setiap guru yang akan melaksanakan tugasnya di dalam kelas
disadari atau tidak akan memilih strategi tertentu agar pelaksanaan pembelajaran yang dilakukan di kelas berjalan lancar
dan mencapai hasil yang optimal. Akan tetapi kenyataan yang ada di lapangan masih banyak ditemukan kondisi
pembelajaran yang masih menggunakan strategi pembelajaran yang tidak sesuai dengan pencapaian tujuan pembelajaran.
Oleh karena itu, guru harus dapat memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan materi yang akan diajarkan agar
siswa tidak merasa bosan ataupun jenuh dalam mengikuti pembelajaran dan siswa dapat lebih aktif serta terlibat pada saat
proses belajar mengajar berlangsung. Karena kesalahan dalam memilih strategi pembelajaran akan mengakibatkan
proses belajar mengajar tidak berlangsung secara efektif.
Pembelajaran yang dilakukan guru saat ini masih didominasi oleh guru, siswa kurang dilibatkan sehingga terkesan
monoton dan timbul kejenuhan pada siswa. Khususnya dalam pelajaran matematika. Padahal, matematika merupakan
pengetahuan yang harus dimiliki oleh setiap siswa khususnya siswa sekolah dasar. Matematika sangat berguna dalam
kehidupan sehari-hari. Matematika sangat penting untuk dipelajari karena dapat mengembangkan kemapuan berfikir,
analisis, daya ingat dan rasio siswa. Namun, dalam kenyataannya guru yang terlihat lebih aktif dalam proses pembelajaran
dari pada siswa, sehingga siswa cenderung menunggu sajian materi dari guru tanpa berusaha untuk menyelesaikan
masalah yang dihadapi dalam pembelajaran matematika serta kaitan pembelajaran matematika tersebut dalam kehidupan
sehari-hari. Matematika dianggap pelajaran yang sulit karena siswa tidak memahami apa yang disampaikan oleh guru.
Hal serupa juga terlihat dari hasil pengamatan lapangan peneliti ke salah satu Sekolah Dasar di Kecamatan Tanjung
Morawa yaitu SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa. Dari hasil penelitian awal tersebut peneliti menemukan bahwa
strategi pembelajaran yang digunakan guru masih bersifat konvensional, dimana guru lebih berperan aktif dari pada siswa
dalam proses pembelajaran. Guru hanya menggunakan metode ceramah dan tidak menggunakan media maupun alat
peraga. Akibatnya banyak siswa yang tidak paham tentang materi yang disampaikan oleh guru apalagi kaitannya pada
kehidupan sehari-hari. Siswa tahu jika bentuk-bentuk bangun ruang adalah kubus, balok, dsb. Tapi siswa tidak tahu untuk
apa dan dimana dapat dijumpai bentuk-bentuk bangun ruang tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Siswa beranggapan
bahwa pelajaran yang diberikan hanya materi yang harus dihafal dan bersifat abstrak. Hal ini mengakibatkan hasil belajar
siswa pada pelajaran Matematika di kelas V SD Negeri No.101879 Tanjung Morawa masih sangat rendah. Dari jumlah
siswa secara keseluruhan yaitu 30 orang siswa, hanya 6 orang siswa yang mencapai nilai di atas standar ketuntasan
minimum yaitu nilai 60 atau dengan kata lain hanya 20% dari jumlah siswa yang mendapat nilai tinggi dan tuntas dalam
1
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
165
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
pembelajaran matematika. Sedangkan 24 orang lainnya atau 80% dari jumlah siswa mendapatkan nilai di bawah standar
ketuntasan minimum.
PEMBAHASAN
Belajar merupakan salah satu bentuk prilaku yang sangat penting bagi kelangsungan hidup manusia. Belajar
membantu manusia menyesuaikan diri (adaptasi) dengan lingkungannya. Dengan adanya proses belajar inilah manusia
bertahan hidup (survived). Belajar secara sederhana dikatakan sebagai proses perubahan dari belum mampu menjadi
sudah mampu, terjadi dalam jangka waktu tertentu. Menurut Sukmadinata (2005:5) hasil belajar atau achievement
merupakan realisasi atau pemekaran dari kecakapan-kecakapan potensial atau kapasitas yang dimiliki seseorang.
Penguasaan hasil belajar oleh seseorang dilihat dari prilakunya, baik prilaku dalam bentuk penguasaan pengetahuan,
keterampilan berpikir maupun ketrampilan motorik.
Sedangkan menurut Skiner (dalam Ibrahim dan Nurdin, 2003:273) mengatakan bahwa hasil belajar merupakan
respon (tingkah laku) yang baru. Pada dasarnya respon yang baru itu sama pengertiannya dengan tingkah laku
(pengetahuan, sikap, ketrampilan) yang baru. Dalam melakukan kegiatan belajar terjadi proses berfikir yang melibatkan
kegiatan mental, terjadi penyusunan hubungan informasi-informasi yang diterima sehingga timbul suatu pemahaman dan
penguasaan terhadap materi yang diberikan. Dengan adanya pemahaman dan penguasaan yang didapat setelah melalui
proses belajar mengajar maka siswa telah memahami suatu perubahan dari yang tidak diketahui menjadi diketahui.
Perubahan inilah yang disebut dengan hasil belajar. Namun dalam pelaksanaannya, pasti terdapat kendala yaitu kesuliatan
belajar yang dialami siswa. Adapun langkah-langkah yang ditempuh guru untuk mendiagnosis kesulitan belajar siswa
menurut Weener & Senf (dalam Syah, 2008) sebagai berikut : a) Melakukan Pengamatan kelas untuk melihat perilaku
penyimpangan siswa ketika mengikuti peajaran; b) Memeriksa penglihatan dan pendengaran siswa khususnya yang diduga
mengalami kesulitan belajar; c) Mewawancarai orangtua atau wali siswa untuk mengetahui hal keluarga yang mungkin
menimbulkan kesulitan belajar; d) Memberikan tes diagnosik bidang kecakapan tertentu untuk mengetahui hakikat kesulitan
belajar yang dialami siswa; e) Memberikan tes kemampuan intelejensi (IQ) khususnya kepada siswa yang mengalami
kesulitan belajar.
Keberhasilan seseorang memperoleh hasil belajar tidak terlepas pada beberapa faktor yang mempengaruhinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar tidak hanya berasal dari dalam diri siswa melainkan dari lingkungan luar
yang berkaitan erat dengan siswa. Seperti yang diungkapkan oleh Ahmadi dan Rohani (1991:92) faktor-faktor yang
mempengaruhi hasil belajar seseorang adalah sebagai berikut : a) Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dari dalam
individu itu sendiri. Faktor internal terdiri dari faktor biologis dan faktor psikologis; b) Faktor Eksternal yaitu faktor yang
bersumber dari luar individu itu sendiri. Faktor eksternal meliputi faktor lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan
lingkungan masyarakat.
Tahun 2001 Realistic Mathematic Education (RME) mulai merambah Indonesia dan berkembang di Asia setelah
sebelumnya berhasil diterapkan di Eropa dan Amerika. Awalnya Institut Freudental Belanda pada tahun 1971
mengembangkan sebuah strategi pembelajaran yang diberi nama Realistic Mathematic Education (RME). Pembelajaran ini
mengaitkan aktivitas manusia dan matematika harus dihubungkan secara nyata terhadap konteks kehidupan sehari-hari
siswa sebagai suatu sumber pengembangan ilmu pengetahuan. Setelah siswa terlibat secara bermakna dalam peroses
belajar, maka proses tersebut dapat ditingkatkan ke tingkat yang lebih tinggi. Pada proses pembentukan pengetahuan baru
tersebut, siswa bertanggung jawab terhadap proses belajarnya sendiri. Peran guru hanya sebagai fasilitator belajar. Seperti
dikemukakan oleh Gravemeijer (dalam Daitin Tarigan, 2006:5) “Peran guru harus berubah dari seorang validator
(menyalahkan/membenarkan) menjadi pembimbing yang menghargai setiap kontribusi (pekerjaan dan jawaban) siswa”.
Guru harus mampu membangun pengajaran yang interaktif dan memberi kesempatan kepada siswa untuk
menyumbangkan pendapatnya pada proses belajar. Selain itu, guru hendaknya membimbing siswa untuk menggunakan
hal-hal yang dekat dengan kehidupan sehari-hari dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu, pembelajaran matematika
disarankan berangkat dari aktivitas manusia. Pada dasarnya, Realistic Mathematic Education (RME) membimbing siswa
untuk menemukan kembali konsep-konsep matematika yang pernah ditemukan para ahli matematika.
Salah satu materi pembelajaran matematika yang penting dilaksanakan di sekolah dasar adalah bangun ruang.
Bangun ruang mempunyai bentuk yang beragam dan banyak ditemukan dalam kehidupan sehari-hari. Beberapa contoh
bangun ruang yang sering ditemukan dalam kehidupan sehari-hari antara lain dadu, bak mandi, kotak kosmetik, kotak
kapur, kotak TV, dsb. Adapun pengertian bangun ruang menurut Suharjana (2008:5) bangun ruang adalah bagian ruang
yang dibatasi oleh himpunan titik-titik yang terdapat pada seluruh permukaan bangun tersebut. Bentuk bangun ruang yang
paling sederhana dan banyak dijumpai dalam keseharian adalah kubus dan balok.
Jadi, pembelajaran matematika adalah suatu proses atau kegiatan guru mata pelajaran matematika dalam
mengajarkan matematika kepada siswanya dengan menggunakan strategi tertentu yang di dalamnya terkandung upaya
guru untuk menciptakan iklim dan pelayanan terhadap kemampuan, kompetensi, minat bakat, dan kebutuhan siswa yang
beragam agar terjadi interaksi optimal antara guru dengan siswa serta antar siswa.
Strategi Realistic Mathematic Education (RME) adalah suatu cara penyajian bahan ajar yang dilakukan oleh guru
pada proses belajar mengajar dengan melibatkan pikiran, kemampuan analisis, penglihatan, pendengaran dan psikomotor
yang dimiliki siswa. Sehingga memberikan kesempatan kepada siswa untuk menemukan sendiri materi yang ada dalam
tujuan pembelajaran yang tentunya dengan bimbingan guru. Dalam pelaksanaan proses belajar mengajar pada strategi ini
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
166
Prosiding Seminar Nasional Tahunan Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Medan Tahun 2017
membutuhkan alat peraga yang sering dijumpai dalam kehidupan sehari-hari. Alat peraga yang berkaitan dengan materi ini
adalah berbagai macam kotak seperti : kotak kapur, kotak sabun, dsb.
Pada penelitian ini, digunakan analisis deskripsi kualitatif, yaitu suatu metode penelitian yang bersifat
menggambarkan kenyataan atau fakta yang sesuai dengan data yang diperoleh dengan tujuan untuk mengetahui respon
siswa terhadap kegiatan pembelajaran serta aktifitas siswa selama proses pembelajaran berlangsung untuk analisis tingkat
keberhasilan atau persentase tingkat ketuntasan belajar siswa setelah proses belajar mengajar berlangsung pada tiap
siklusnya, dilakukan dengan cara memberikan evaluasi berupa soal tes tertulis pada setiap akhir siklus.
Hasil penelitian yang diperoleh dari 30 orang siswa pada tes awal (pre test) hanya terdapat 6 siswa yang tuntas
dalam belajar dengan persentase 20%. Sedangkan 24 siswa tidak tuntas dengan persentase 80%. Nilai rata-rata yang
diperoleh siswa adalah 44. Dengan demikian dilakukan siklus I untuk melihat peningkatan hasil belajar siswa. Dari siklus I
diperoleh hasil 16 siswa yang tuntas dengan persentase 53,33% dan 14 siswa yang tidak tuntas dengan persentase
46,67% dan nilai rata-rata yang diperoleh sebesar 65. Pada siklus I hasil belajar siswa mengalami peningkatan sebesar
33,33% dibandingkan pada saat dilakukan pre test. Namun hasil tersebut belum mencapai target yang diharapkan oleh
peneliti yaitu siswa yang tuntas mencapai 80%. Selanjutnya peneliti melakukan siklus II agar hasil yang diperoleh siswa
sesuai dengan yang diharapkan dan pembelajaran dirasa lebih optimal. Dari siklus II diperoleh hasil 26 siswa dinyatakan
tuntas dengan persentase 86,67% dan 4 siswa tidak tuntas dengan persentase 13,33% dan nilai rata-rata yang diperoleh
siswa 75,33. Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II meningkat sebesar 33,34%
dibandingkan pada siklus I. dengan demikian dapat dikatakan bahwa pembelajaran matematika dengan menggunakan
strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V
SD Negeri No. 101879 Tanjung Morawa.
SIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang telah disajikan dalam BAB IV maka dapat diambil kesimpulan bahwa : a) Dari hasil
pelaksanaan siklus II, diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 86,67% atau 26 orang siswa; b)
Dengan menggunakan strategi pembelajaran Realistic Mathematic Education (RME) dapat meningkatkan hasil belajar
siswa pada materi jaring-jaring bangun ruang; dan c) Dari hasil pelaksanaan siklus I, yang kemudian dilanjutkan dengan
pemberian post test maka diperoleh tingkat ketuntasan belajar siswa secara klasikal sebesar 53,33% atau 16 orang siswa
tuntas.
REFERENSI
Ahmadi dan Rohani. 1991. Pengolahan Pengajaran. Jakarta: Rhineka Cipta
Ibrahim, Nurdin. 2003. Pemanfaatan Tutorial Audio Interaktif: Jakarta. Bumi Aksara.
Sukmadinata, Syaodih, Nana. 2005. Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Syah, Muhibbin, 2003. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Tarigan, Daitin, 2006. Pembelajaran Matematika Realistik, Jakarta: Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi
http://semnasfis.unimed.ac.id
e-ISSN: 2549-5976
p-ISSN: 2549-435X
167
Download