7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN

advertisement
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS
A. Kajian Pustaka
1.
Pembelajaran IPS di Kelas IV SD
a. Karakteristik siswa kelas IV SD
Setiap
siswa
memiliki
karakteristik
yang
berbeda-beda.
Karakteristik merupakan karakter atau sifat dasar. Sebagai mahkluk
individual, siswa mempunyai karakteristik yang khas (unik) yang hanya
dimiliki oleh dirinya sendiri sehingga setiap siswa memiliki perbedaanperbedaan individual yang secara alami ada pada setiap pribadi siswa.
Menurut Nasution masa usia sekolah dasar berlangsung dari usia enam
tahun hingga usia dua belas tahun (Djamarah, 2011: 123).
Piaget menjelaskan tahap-tahap perkembangan anak secara hierarki
yang terdiri dari empat tahap. Tahap pertama, yaitu tahap sensori motoris
(0-2 tahun) ditandai dengan interaksi fisik baik dengan orang maupun
benda dilingkungannya melalui refleks sederhana menggenggam dan
menghisap. Tahap kedua adalah tahap pra operasional (2-6 tahun) ditandai
dengan anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya melalui penggunaan
simbol-simbol, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai di
lingkungannya saja. Tahap ketiga adalah tahap operasi konkret (6/7- 11/12
tahun), anak sudah mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum
dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Dalam tahap ini rasa sosial anak
mulai tumbuh. Terakhir, anak menuju tahap operasi formal (11/12 tahun
keatas), anak sudah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentukbentuk lebih kompleks (Yusuf, 2012: 6).
Siswa kelas IV SD berusia antara 10-11 tahun, menurut Piaget anak
dengan usia antara 10-11 tahun masuk kedalam tahap operasional konkret.
Tahap operasional konkret ini dalam sekolah dasar masuk pada masa kelas
tinggi. Yusuf (2012 : 25) mengemukakan bahwa masa kelas-kelas tinggi
sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0
7
8
tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada usia ini ialah: 1) adanya minat
terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan
adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang
praktis; 2) amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar; 3) menjelang
akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus,
yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai
menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus); 4) sampai kira-kira umur
11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya
untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini
pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan
berusaha untuk menyelesaikannya; 5) pada masa ini, anak memandang
nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai
prestasi sekolah; 6) anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok
sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama, dalam permainan itu
biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang
tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri.
Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli
di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD pada umumnya
berusia antara 10-11 tahun. Karakteristik siswa umur 10-11 tahun
tergolong pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini
ditandai dengan adanya proses-proses penting yang terjadi pada diri siswa.
Pada tahap operasional konkret, siswa mulai belajar mengembangkan
ketrampilan fisik, belajar bersosialisasi dengan orang lain, dan membentuk
serta mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dalam
kehidupan sosial. Pada tahap ini juga siswa telah mampu berpikir secara
logis dan sistematis serta mulai melihat sesuatu berdasarkan persepsinya
tetapi hanya melalui pengertian konkret, anak belum mampu berpikir
secara abstrak. Siswa menyukai aktivitas belajar dan bermain, mereka
menyukai hal-hal menarik seperti gambar, permainan, olahraga, lagu, dan
cerita sehingga ketika guru menyampaikan materi pelajaran hendaknya
menggunakan menggunakan model serta media pembelajaran karena
9
model serta media pembelajaran membantu siswa untuk memahami materi
pelajaran.
Melalui model Think, Talk, and Write siswa lebih aktif dalam
mengikuti pembelajaran karena memiliki kesempatan mengembang diri
serta membantu siswa
dalam
meningkatkan
keterampilan proses
bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya. Penggunaan media
pembelajaran inovatif seperti multimedia juga mampu membangkitkan
gairah belajar siswa karena mampu membangkitkan rasa ingin tahu. Oleh
karena itu, model Think, Talk, and Write dengan multimedia sesuai dengan
karakteristik siswa kelas IV.
b. Pembelajaran IPS
1) Belajar
Menurut Gredler, “Belajar
adalah proses orang memperoleh
berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap” (Warsita, 2008: 62).
Selanjutnya, Cronbach menyatakan, “Belajar merupakan suatu aktivitas
yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari
pengalaman” (Djamarah, 2011: 13). Sementara itu, Slameto mengatakan
“Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk
memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan,
sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungannya” (Djamarah, 2011:13).
Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
belajar merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar dan
disengaja yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan ini merupakan hasil
pengalaman individu melalui interaksi dengan lingkungannya.
2) Proses Belajar
Proses berasal dari bahasa Latin, yaitu processus yang berarti
berjalan ke depan (Sobur, 2011: 234). Pada konteks belajar, proses
dimaksudkan sebagai urutan atau langkah menuju tujuan belajar.
10
Reber (Sobur, 2011: 235) menyatakan bahwa proses belajar
merupakan cara atau langkah yang memungkinkan perubahan serta
tercapainya hasil tertentu. Proses belajar merupakan suatu aktivitas yang
menekankan pada cara belajar siswa, cara siswa berinteraksi dengan guru
serta keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri (Sobur, 2011 :
235). Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar merupakan cara atau
langkah yang menekankan pada kegiatan belajar melalui interaksi antara
pebelajar dengan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar.
Wittig (Sobur, 2011: 239) menyebutkan proses belajar terjadi
dalam tiga tahap yaitu: a) aqcusition (menerima informasi), dimulai dari
siswa menerima informasi sebagai stimulan dan merespon stimulan
tersebut sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru; b) storage
(penyimpanan informasi), proses penyimpanan ini terjadi begitu siswa
memperoleh informasi; c) retrieval (mendapatkan kembali informasi),
merupakan tahap mengkatifkan kembali informasi yang disimpan siswa.
Tahapan ini terjadi ketika siswa menjawab pertanyaan atau memecahkan
masalah.
3) Pembelajaran
Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang merupakan
proses perubahan sikap. Pengertian belajar sangatlah kompleks tergantung
pada teori-teori belajar yang dianut. Di dalam Undang-undang Nomor 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan
bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik
dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Hamalik (2014:57) menyatakan, “Pembelajaran adalah suatu
kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material,
fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai
tujuan pembelajaran”. Unsur manusiawi terdiri dari manusia yang terlibat
dalam sistem pengajaran, yaitu guru, siswa, dan tenaga kependidikan.
Unsur material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide,
audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan
11
kelas, perlengkapan audio visual, dan juga komputer. Prosedur meliputi
jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dan
sebagainya.
Selanjutnya, Warsita menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah
segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada
diri peserta didik” (2008 : 85). Sementara itu, Gagne mengungkapkan
bahwa “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam
kapasitas manusia yang dapat dipertahankan dan ditingkatkan levelnya”
(Huda, 2013:3).
Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa
pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik, peserta didik, serta
sumber belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang efektif
dan efisien sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran
yang diharapkan. Proses belajar akan berpengaruh pada hasil belajar.
Semakin baik kualitas proses belajar semakin baik pula hasil belajar siswa.
4) Hasil Belajar
Menurut Suprijono (2012:5) “hasil belajar adalah pola-pola
perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
keterampilan”. Lindgren (Suprijono, 2012) mengemukakan bahwa hasil
belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap.
Menurut Bloom (Suprijono, 2012: 6-7) hasil belajar mencakup
kemampuan
kognitif,
afektif,
dan
psikomotorik.
Masing-masing
domain/ranah tersebut dirinci lagi menjadi beberapa kemampuan sebagai
berikut: a) domain Kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan),
comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), apllication
(menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis
(mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan
evaluation (menilai); b) domain Afektif adalah receiving (sikap
menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization
(organisasi), dan characterization (karakterisasi); c) domain Psikomotor
meliputi initiatory, pre-routine, dan reuntinized.
12
Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan hasil belajar
adalah keluaran dari suatu interaksi belajar yang mempengaruhi tingkat
perkembangan mental seseorang. Hasil belajar ini meliputi tiga ranah yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik.
5) Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar
Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi akibat kegiatan
belajar yang dilakukan oleh individu. Perubahan tersebut adalah hasil dari
proses belajar. Untuk memperoleh hasil belajar, dalam prosesnya
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Munadi (2012 : 24) menyatakan bahwa
hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor
eksternal.
Faktor internal terdiri atas faktor fisiologis dan faktor psikologis.
Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi fisik secara umum seperti
kondisi jasmani, kesehatan serta gizi. Sementara itu, faktor psikologis
berkaitan dengan itelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi dan daya
nalar. Sementara itu, faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan
faktor instrumental. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik atau
lingkungan alam dan lingkungan sosial. Adapun faktor instrumental
merupakan faktor yang dirancang untuk mencapai hasil belajar yang
diharapkan. Faktor instrumental berupa kurikulum, sarana dan prasarana
serta kemampuan guru dalam menyampaikan materi.
Suharjo
(2006:
46-47)
mengemukakan
faktor-faktor
yang
memengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor
internal (individual) dan faktor eksternal (sosial) yang berasal dari luar diri
anak. Faktor internal yang terdapat dalam diri anak meliputi: kematangan/
pertumbuhan, inteligensi, latihan, motivasi, dan sifat-sifat pribadi anak.
Sedangkan, faktor eksternal meliputi: keadaan keluarga, pergaulan anak
dengan masyarakat dan kelompok sebaya, tokoh pribadi acuan, dan
tuntutan bahan pelajaran oleh guru.
Dengan
demikian
dapat
disimpulkan
faktor-faktor
yang
memengaruhi belajar dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal yang
13
berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar
diri individu. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikis.
Sedangkan, faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan
faktor masyarakat.
c. Hakikat IPS
1) Mata Pelajaran IPS
Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa disingkat IPS
merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa
di sekolah dasar. Nama IPS lebih dikenal dengan nama social
studies di negara lain. Definisi IPS menurut National Council for
Social Studies/NCSS (Sapriya, 2012:10) adalah sebagai berikut:
Social studies is the integrated study of the social sciences and
humanities to promote civic competence. Within the school program,
social studies provides coordinated, systematic study drawing upon
such disciplines as anthropology, economics, geography, history,
law, philosophy, political science, psychology, religion, and
sociology, as well as appropriate and content from the
humanities, mathematics, and natural science. The primary
purpose of social studies is to help young people develop the ability
to make informed and reasoned decisions for the public good as
citizens of a culturally diverse, democratic society in an
interdependent world.
Definisi
yang
disampaikan
oleh
NCSS
di
atas,
dapat
diartikan bahwa IPS (studi sosial) merupakan integrasi atau perpaduan
dari ilmu-ilmu sosial dan budaya untuk meningkatkan kemampuan
kewarganegaraan. Dalam program sekolah, studi sosial memberikan studi
yang sistematis dan terkoordinasi dalam disiplin ilmu seperti antropologi,
ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi,
agama, dan sosiologi, dan juga materi yang sesuai dari humaniora,
matematika, dan IPA.
Gunawan (2013: 17) menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran
yang menelaah tentang manusia dan dunianya. Sementara itu, Somantri
(Sapriya, 2012: 11) menyatakan bahwa Pendidikan IPS adalah
14
penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan
humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan
disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan
pendidikan.
Jadi, IPS merupakan
suatu
program
pendidikan
yang
mengintegrasikan atau memadukan konsep-konsep terpilih dari beberapa
disiplin ilmu sosial dan humaniora
yang
mengkaji
seperangkat
peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial yang diorganisasikan dan
disajikan
secara
ilmiah
dan
pedagogis
untuk
mengembangkan
pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap kondisi sosial masyarakat
ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis.
2) Tujuan IPS
Di dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran IPS
agar peserta didik memiliki kemampuan, (1) mengenal konsep-konsep
yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2)
memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin
tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan
sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial
dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi,
bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di
tingkat lokal, nasional, dan global (Sapriya, 2012: 194-195).
Pendapat
lainnnya
tentang
tujuan
mata
pelajaran
IPS
diungkapkan oleh Fajar (2009: 110) yaitu, (1) mengajarkan konsepkonsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan
melalui pendekatan pedagogis dan psikologis, (2) mengembangkan
kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah,
dan keterampilan sosial, (3) membangun komitmen dan kesadaran
terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) meningkatkan
kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang
majemuk, baik secara nasional maupun global.
15
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS
adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa
untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya serta memiliki sifat mental yang positif agar siswa
mampu untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, bekerjasama,
berkomunikasi dan berkompetensi dalam kehidupan masyarakat yang
majemuk, baik ditingkat lokal, nasional, dan global. Untuk mencapai
tujuan tersebut, dibutuhkan keterampilan dan kemampuan guru dalam
memilih metode, model dan strategi pembelajaran terus ditingkatkan,
agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya
pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk
menjadi manusia dan warga negara yang baik.
3) Materi IPS kelas IV
Materi IPS yang dipelajari di kelas IV semester genap dapat
dilihat dengan penjabaran sebagai berikut:
Tabel 2.1 SK dan KD materi IPS
Standar Kompetensi
2. Mengenal sumber daya
alam, kegiatan ekonomi
dan kemajuan teknologi di
lingkungan
kabupaten
atau kota.
Kompetensi Dasar
2.1 Mengenal aktivitas ekonomi
yang berkaitan dengan sumber
daya alam dan potensi lain di
daerahnya.
2.2 Mengenal pentingya koperasi
dalam
meningkatkan
kesejahteraan masyarakat.
2.3 Mengenal
perkembangan
teknologi
produksi,
komunikasi dan transportasi
serta
pengalaman
dalam
menggunakannya.
2.4 Mengenal permasalahan sosial
di daerahnya.
(Indikator dapat dilihat pada silabus lampiran 2 halaman 135)
Adapun materi IPS kelas IV yang akan dipelajari pada penelitian
ini antara lain:
16
Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan
ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan
kabupaten atau kota.
Kompetensi Dasar
: 2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi,
komunikasi dan transportasi serta pengalaman
dalam menggunakannya.
Materi yang dipelajari secara ringkas adalah sebagai berikut:
Teknologi merupakan ilmu yang menggali berbagai ilmu
terapan. Teknologi juga sering dipakai untuk menyebut berbagai jenis
peralatan yang mempermudah hidup kita. Jadi teknologi dapat berwujud
ilmu dapat pula berupa peralatan. Teknologi diciptakan untuk
mempermudah manusia melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan.
Penggunaan teknologi membuat pekerjaan yang dulunya membutuhkan
tenaga yang besar, sekarang bisa dilakukan dengan tenaga kecil;
pekerjaan yang dulunya membutuhkan waktu lama, sekarang hanya
membutuhkan waktu yang sangat singkat.
Pembelajaran tentang perkembangan teknologi di kelas IV
mempelajari perkembangan teknologi produksi, transportasi, dan
komunikasi.
a) Perkembangan Teknologi Produksi
Teknologi produksi merupakan alat dan cara yang
digunakan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa.
Masyarakat pada masa lalu sudah dapat memanfaatkan sumber
daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun teknologi
yang digunakannya masih sangat sederhana.
Ketika ilmu pengetahuan berkembang maka berkembang
pula teknologi. Alat yang memudahkan pekerjaan manusia banyak
ditemukan. Contoh: pada masa lalu penggemburan tanah dilakukan
dengan dicangkul
atau dibajak sedangkan
di
masa kini
menggunakan alat bermesin (traktor), masyarakat masa lalu
menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dengan rakitan
17
yang sederhana sedangkan saat ini menggunakan alat teknologi
modern. (Sumber: BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial SD/ MI 4)
b) Perkembangan Teknologi Komunikasi
Ketika teknologi belum berkembang seperti sekarang,
orang kesulitan berkomunikasi secara lisan dengan orang yang
letaknya jauh. Kini kita sangat mudah melakukan komunikasi lisan
meskipun letaknya berjauhan. Kita dapat berbicara secara langsung
kepada orang yang letaknya jauh melalui pesawat telepon, radio,
televisi dan internet. Komunikasi tertulis melalui surat dari dulu
sampai sekarang masih dilakukan orang. Sebelum ditemukan
kertas, biasanya orang menulis surat pada daun, pelepah pohon
atau kulit batang. Surat diantar oleh seorang kurir (pengantar
surat). Pada masa lalu mereka mengantar surat dengan berjalan
kaki atau menunggang kuda.
Masyarakat masa kini menulis di atas kertas dengan cara
tulis tangan atau diketik. Cepat atau lambatnya pengiriman
tergantung pada biaya atau perangko yang diberikan. Sekarang kita
pun dapat mengirim surat lewat faksimile. Alat komunikasi tertulis
lainnya adalah koran, majalah, dan buku yang disebut media cetak.
Telepon genggam dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk
mengirim pesan tertulis yang biasa disebut dengan SMS (Short
Message Service) dan e-mail atau surat elektronik. (Sumber: BSE,
Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk Kelas IV SD/MI)
c) Perkembangan Teknologi Transportasi
Secara
garis
besar
alat
transportasi
dapat
kita
kelompokkan menjadi tiga yaitu transportasi darat, air, dan udara.
Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang
masih sederhana, seperti pedati, delman, dan kuda. Teknologi
transportasi tersebut masih menggunakan tenaga hewan dan
manusia. Kemampuan jelajahnya juga masih sangat terbatas dan
memerlukan
waktu
yang
lama.
Sekarang
orang
masih
18
menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat
utama. Saat ini berkembang pula kendaraan bermesin lainnya. Alat
transportasi bermesin seperti sepeda motor, mobil, dan kereta api
merupakan alat transportasi yang modern.
Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi
air seperti perahu dayung, rakit, dan perahu layar. Perahu dayung
dan rakit digerakkan oleh kekuatan tenaga manusia. Masyarakat
kini menggunakan perahu bermotor dan kapal sebagai alat
transportasi air. Pesawat terbang merupakan angkutan udara yang
sangat
canggih.
Perjalanan
pesawat
terbang
lebih
cepat
dibandingkan dengan angkutan darat atau angkutan laut. Saat ini
terdapat berbagai jenis alat angkutan udara antara lain helikopter,
pesawat tempur, dan pesawat penumpang. Bahkan kini manusia
dapat menjelajah luar angkasa dengan menggunakan pesawat luar
angkasa. (Sumber: BSE, Cerdas Pengetahuan Sosial 4 untuk Kelas
IV SD/MI)
2. Penerapan Model Pembelajaran TTW dengan Multimedia
a. Hakikat Model Pembelajaran
1) Model Pembelajaran
Suprijono (2012 : 46) menyatakan bahwa model pembelajaran
adalah pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi
dan memberi petunjuk kepada guru di dalam kelas. Menurut Arends
(Suprijono, 2012 : 46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu
pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan
pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan
pengelolaan kelas. Sementara itu, Joyce dan Weill (Huda, 2013 : 73)
mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola
yang digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi
instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di
setting berbeda.
19
Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model
pembelajaran adalah pola yang direncanakan untuk digunakan sebagai
acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai
tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran menunjukkan secara
rinci kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, urutan
kegiatan-kegiatan tersebut, serta jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa
sehingga ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak akan terjadi
kesalahpahaman antara guru dengan siswa.
2) Model Pembelajaran Kooperatif
Pembelajaran kooperatif menurut Woolfolk (Warsono dan
Hariyanto, 2014 : 161) merupakan suatu pengaturan yang memungkinkan
para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok campuran dengan
kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika
kelompoknya mencapai suatu keberhasilan. Penghargaan yang diberikan
dapat menambah semangat serta antusias siswa dalam mengikuti
pembelajaran. Pemberian penghargaan juga membuat siswa lain yang
belum memperoleh penghargaan terpacu untuk belajar lebih baik agar
mendapatkan penghargaan.
Suprijono (2012:54) memaparkan bahwa,” Model pembelajaran
kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja
kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau
diarahkan oleh guru”. Selanjutnya, menurut Watson (Warsono dan
Hariyanto, 2014 : 160), “Model pembelajaran kooperatif adalah
lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bekerjasama dalam suatu
kelompok kecil yang heterogen dan mengerjakan tugas akademiknya”.
Berdasarkan paparan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
model
pembelajaran
kooperatif
merupakan
pembelajaran
yang
melibatkan siswa secara langsung melalui kerja kelompok yang bersifat
heterogen. Model pembelajaran ini menekankan kerjasama kelompok
dalam
menyelesaikan
tugas
akademik
untuk
mencapai
suatu
20
keberhasilan. Kelompok yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan
baik akan menadapatkan penghargaan.
Terdapat banyak tipe dalam model pembelajaran kooperatif
salah satunya di antaranya yaitu, STAD (Student Teams Achievement
Devisions), GI (Group Investigations), Jigsaw, NHT (Number Head
Together), Make a Match (mencari pasangan), TGT (Team Games
Tournament) dan Think, Talk, and Write (TTW).
3) Think, Talk, and Write (TTW)
Model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW) pertama kali
dikenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Think, Talk, and Write (TTW)
merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta
didik
untuk
menulis,
menekankan
perlunya
peserta
didik
mengkomunikasikan hasil pemikirannya (Shoimin, 2014 : 212). Aktivitas
Think, Talk. and Write yang dilakukan dapat menumbuhkembangkan
kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik.
Sementara itu, Huda (2013 : 218) menyatakan bahwa Think, Talk, Write
(TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa lisan dan
menulis bahasa tersebut dengan lancar. Yamin dan Ansari (2012: 90)
menyebutkan bahwa Think, Talk, and Write merupakan teknik yang
diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Teknik ini didasarkan pada
kegiatan berpikir, berbicara dan menulis. Alur Think, Talk and Write
dimulai dari kegiatan berpikir melalui proses membaca, selanjutnya
kegiatan berbicara melalui diskusi dan berbagi ide dan menuliskan hasil
diskusi.
Menurut Huda (2013) ada tiga unsur penting dalam model
Think, Talk, and Write. Tiga unsur tersebut yaitu:
a) Think (berpikir), merupakan aktivitas berpikir siswa dengan
membaca teks soal. Selanjutnya memahami soal dengan membuat
catatan kecil berupa langkah menyelesaiakan permasalah dengan
pengetahuannya serta bahasanya sendiri
21
b) Talk (berbicara), pada tahapan ini siswa dibentuk dalam kelompokkelompok heterogen untuk mendiskusikan hasil pemikiran masingmasing anggota kelompok. Kemudian bersama kelompok, siswa
dapat menyelesaikan soal yang siswa dapatkan.
c) Write (menulis), pada tahap menulis, siswa menuliskan hasil diskusi
pada LKS. Aktivitas menulis merupakan kegiatan mengkontruksikan
ide setelah berdiskusi dengan menuangkan pemikiran siswa dalam
bentuk tulisan.
Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat
disimpulkan bahwa model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW)
adalah model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk
mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat dan
menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan cara berkelompok.
Model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW) memungkinkan
siswa belajar mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain
serta menuangkan pengetahuannya dalam bentuk tulisan sesuai dengan
bahasa dan pemahamannya berdasarkan materi yang telah dipelajari.
4) Langkah-langkah Model Pembelajaran TTW
Shoimin (2014: 214) menyebutkan langkah-langkah model
Think, Talk, and Write (TTW) yaitu:
a) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan
oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya.
b) Siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat
catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak
ketahui dalam masalah tersebut. ketika peserta didik membuat
catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) Setelah itu
peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut
secara individu.
c) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa)
d) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup
untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Pemahaman
22
dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan
dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan.
e) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan
pengetahuan berupa jawaban
atas soal (berisi
landasan,
keterkaitan konsep, metode dan solusi) dan bentuk tulisan (write)
dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik
menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi.
f) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
g) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan
kesimpulan atas materi yang dipelajari.
Huda (2013: 220) menyebutkan langkah-langkah model Think,
Talk, and Write (TTW) yaitu:
a) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan
secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi.
b) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup
untuk membahas isi catatan (talk). dalam hal ini mereka sendiri
untuk
menyampaikan
ide-ide dalam diskusi.
Pemahaman
dibangun melalui interaksi diskusi, diharapkan diskusi dapat
menghasilkan solusi.
c) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat
pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write).
d) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan
kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu
atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk
menyajikan
jawaban,
sedangkan
kelompok
lain
memberi
tanggapan.
Selanjutnya, Yamin dan Ansari (2012: 90) menyebutkan langkahlangkah model Think, Talk, and Write (TTW) yaitu:
23
a) Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang
memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta
prosedur pelaksanannya.
b) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan
secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think).
c) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk
membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator
lingkungan belajar.
d) siswa
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan
sebagai
hasil
kolaborasi (write).
Berdasarkan pendapat ahli di atas
dapat disimpulkan bahwa
langkah-langkah model pembelajaran Think, Talk, and Write, yaitu (1)
Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan; (2) Guru membagikan
LKS; (3) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan
membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan
tidak ketahui dalam masalah tersebut.
Proses ini merupakan proses
berpikir (think); (4) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5
siswa); (5) Siswa berinteraksi dan berdiskusi dengan teman untuk
membahas isi catatan (talk); (6) Siswa mengkonstruksi sendiri
pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasikan dalam bentuk
tulisan (write); (7) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi
kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan; (8)
Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.
b. Hakikat Media Pembelajaran
1) Media Pembelajaran
Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara
harfiah diartikan sebagai tengah, penghantar atau perantara (Munadi,
2012 : 6). Menurut Daryanto media pembelajaran merupakan alat dan
bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (2013:5). Alat dan
24
bahan
yang digunakan merupakan perantara bagi guru dalam
menyampaikan materi pembelajaran.
Selanjutnya, Munadi (2012: 7) memaparkan bahwa “Media
pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan
menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta
lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan
proses belajar secara efisien dan efektif “ Media digunakan sebagai
perantara untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang siswa untuk
belajar sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan
efisien.
Berdasarkan penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa
media pembelajaran merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk
menyampaikan
informasi
berupa
materi
pembelajaran
sehingga
terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Jadi,
penggunaan media pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan
pembelajaran. Media pembelajaran mampu membantu siswa dalam
memahami materi yang disampaikan oleh guru.
2) Macam-macam Media Pembelajaran
Bretz membagi media berdasarkan indera yang terlibat sehingga
ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar setiap media yaitu suara,
visual dan gerak (Munadi, 2012 : 52). Rasyad mengungkapkan bahwa
klasifikasi media berdasarkan indera disebabkan pada pemahaman bahwa
panca indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (Munadi, 2012
: 53-54). Media pembelajaran berdasarkan indera yang terlibat dibagi
oleh Munadi menjadi empat macam yaitu media audio, media visual,
media audio visual dan multimedia (2012 : 54).
Sementara itu menurut bentuk penyajian dan cara penyajiannya
Susilana dan Riyana (2007: 13) membagi media menjadi beberapa
kelompok yaitu: a) kelompok kesatu: grafis, bahan cetak dan gambar
diam; b) kelompok kedua: media proyeksi diam; c) kelompok ketiga:
media audio; d) kelompok keempat: media audio visual diam; e)
25
kelompok kelima: media gambar hidup/film; f) kelompok keenam: media
televisi; dan g) kelompok ketujuh: multi media.
Pada penelitian ini, peneliti menggunakan multimedia karena
merupakan media pembelajaran inovatif yang mampu melibatkan
berbagai indera dalam pembelajaran serta melibatkan banyak media
pembelajaran. Multimedia cocok digunakan untuk mata pelajaran IPS
yang memiliki banyak materi yang harus dipelajari.
3) Multimedia
Munadi memaparkan bahwa multimedia merupakan media yang
melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran (2012 : 57).
Selanjutnya, Anitah mengungkapkan bahwa multimedia merupakan
kombinasi media tradisional yang dihubungkan dengan komputer untuk
menyajikan teks, grafis, gambar, suara dan video (2010 : 56). Sementara
itu,
Smaldino
mengungkapkan
bahwa
multimedia
merupakan
penggunaan berbagai media secara berurutan maupun simultan untuk
menyajikan suatu informasi (Anitah, 2010 : 56).
Berdasarkan paparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa
multimedia adalah media pembelajaran yang berupa berbagai media yang
dapat menampilkan teks, grafis, gambar, suara dan video untuk
menyampaikan materi pembelajaran. Multimedia tidak selalu berupa
media yang berkaitan dengan penggunaan komputer tetapi juga media
tradisional. Media tradisional ini bisa berupa lembar kerja siswa, media
cetak maupun berupa media konkret yang penggunaannya digabungkan
sehingga dalam kegiatan pembelajaran terdapat banyak media sebagai
sarana penunjang pembelajaran.
4) Macam-macam Multimedia
Multimedia memiliki beberapa macam. Smaldino (Anitah, 2010:56)
mengklasifikasikan multimedia menjadi 5 macam. Adapun macammacam multimedia menurut Smaldino sebagai berikut:
a) Multimedia Kits, merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi
lebih dari satu jenis media yang diorganisasikan untuk satu topik.
26
Jenis ini termasuk CD-ROM, slides, audiotape, videotape, gambar
diam, model, media cetak, OHT, lembar kerja siswa, gambar,
grafis, serta objek.
b) Hypermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materimateri yang tidak berurutan. Hypermedia mengacu pada software
komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan
audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah
pemakai beralih ke suatu informasi.
c) Media interaktif, merupakan media yang meminta pebelajar unntuk
mempraktikan suatu keterampilan dan menerima balikan. Media
interaktif menciptakan lingkungan belajar berbasis komputer.
d) Virtual Reality, merupakan media yang melibatkan pengalaman
multi sensori dan berinteraksi dengan fenomena sebagaimana yang
ada di dunia nyata.
e) Expert System, merupakan paket software yang mengajarkan
kepada pebelajar bagaimana memecahkan masalah yang kompleks
dengan menerapkan kebijakan para ahli secara kolektif di
lapangan.
Penelitian ini menggunakan multimedia kits sebagai media
pembelajaran. Multimedia kits tersebut berupa slide power point, video
dan lembar kerja siswa.
5) Penerapan Model Pembelajaran Think, Talk and Write (TTW)
dengan Multimedia
Penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan multimedia
adalah menerapkan model pembelajaran model yang memfasilitasi peserta
didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan
pendapat dan menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan cara
berkelompok yang didalamnya melibatkan penggunaan multimedia.
Adapun langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk and Write
(TTW) dengan multimedia adalah sebagai berikut:
1) Guru menjelaskan materi menggunakan multimedia.
27
2) Guru membagikan LKS.
3) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan
membuat catatan kecil secara individu (think).
4) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa).
5) Siswa berdiskusi untuk membahas isi catatan pada LKS (talk).
6) Siswa
mengkonstruksi
sendiri
pengetahuan
yang
memuat
pemahaman dan komunikasikan dalam bentuk tulisan (write).
7) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok,
sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan.
8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi.
3. Penelitian yang Relevan
Terdapat beberapa penelitian yang relevan sesuai dengan yang
peneliti lakukan yaitu pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rivard
dan Straw (2000: 29) tentang The Effect of Talk and Writing on Learning
Science: An Exploratory Study. Merupakan penelitian yang relevan dengan
penelitian yang peneliti lakukan. Kesimpulan terhadap penelitian ini bahwa
penerapan Talk dan Writing dapat meningkatkan kemampuan belajar ilmu
pengetahuan, gender juga berpengaruh terhadap talk dan write. Hal ini
ditandai dengan keaktifan talk dan Write yang mengalami peningkatan pada
tiap siklusnya. Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan penelitian yang
peneliti lakukan walaupun tidak semua variabel bebasnya yaitu pada talk
dan write. Penelitian tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran
siswa. Perbedaannya terletak pada aspek yang diamati yaitu dalam
penelitian yang peneliti lakukan, yang diteliti mengenai peningkatan
pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi produksi, teknologi
komunikasi dan teknologi transportasi.
Penelitian berikutnya dilakukan oleh Alviyani (2015) dengan judul
“Penggunaan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Think-Talk-Write
(TTW) dengan Media Benda Konkret dalam Peningkatan Keterampilan
Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar” juga
28
merupakan penelitian yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat
ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 73,08 %, siklus II menunjukkan
ketuntasan siswa sebesar
84%, dan pada siklus ke III menunjukkan
ketuntasan sebesar 88, 46%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
model pembelajaran kooperatif tipe Think-talk-write dapat meningkatkan
keterampilan menyelesaikan soal cerita matematika di kelas IV SDN 5
Kebumen. Persamaan dari penelitian ini adalah penggunaan model
pembelajaran Think Talk and Write serta kelas yang diteliti sedangkan
perbedaannya terletak pada mata pelajaran serta tempat penelitian dan juga
media yang digunakan.
Penelitian lainnya dilakukan oleh Khaq (2015) dengan judul “
Penerapan Teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia dalam
Peningkatan Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri Watuagung
Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian ini menunjukkan ketuntasan
siswa pada siklus I sebesar 59%, pada siklus II sebesar 81,82 % dan pada
siklus III sebesar 90,91%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan
multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS di SD Negeri
Watuagung. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan
diteliti adalah penggunaan multimedia sebagai media pembelajaran serta
mata pelajaran yang diteliti yaitu IPS. Sementara itu, perbedaannya terletak
pada model pembelajaran yang digunakan, kelas yang diteliti, serta tempat
penelitian.
Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh
Satyapraksha dan Sudhansu (2014) dengan judul penelitian “Effect of Multi
media teaching on Achievement in Biology”. Penelitian ini menunjukkan
bahwa penggunaan multimedia mampu meningkatkan hasil belajar siswa
pada pembelajaran Biologi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang
akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan multimedia sebagai media
pembelajaran. Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian
yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain mata pelajaran yang diteliti,
kelas yang diteliti dan tempat penelitian.
29
B. Kerangka Berpikir
Siswa kelas IV SD berusia antara 10-11 tahun, karakteristik siswa umur
10-11 tahun tergolong pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret
ini ditandai dengan adanya proses-proses penting yang terjadi pada diri siswa.
Pada tahap operasional konkret, siswa mulai belajar mengembangkan ketrampilan
fisik,
belajar bersosialisasi
dengan orang lain, dan membentuk
serta
mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dalam kehidupan
sosial. Hal ini merupakan modal bagi siswa dalam memahami konsep IPS yang
kompleks. IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan
atau memadukan konsep-konsep terpilih dari beberapa disiplin ilmu sosial dan
humaniora yang mengkaji seperangkat peristiwa yang berkaitan dengan isu
sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk
mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap kondisi sosial
masyarakat ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Jadi,
perlu adanya pembelajaran yang inovatif serta berorientasi pada keaktifan siswa
sehingga siswa mudah memahami materi IPS, khususnya materi Perkembangan
Teknologi.
Pembelajaran IPS tanpa melibatkan siswa secara aktif mengakibatkan
kepasifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kepasifan siswa akan berakibat
pada kurang optimalnya hasil belajar siswa. Penggunaan model merupakan salah
satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Adanya banyak model-model
pembelajaran inovatif dan kreatif salahsatunya adalah model Think, Talk, and
Write (TTW). Model Think, Talk, and Write (TTW) adalah model pembelajaran
yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir,
mengemukakan pendapat dan menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan
cara berkelompok.
Penggunaan media sebagai medium atau perantara untuk membantu
mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran juga tidak kalah
penting. Dalam penelitian ini selain menerapkan model Think, Talk, and Write
30
(TTW), peneliti juga menggunakan multimedia dalam melaksanakan tindakan
penelitian. Multimedia merupakan media pembelajaran yang berupa berbagai
media yang dapat menampilkan teks, grafis, gambar, suara dan video untuk
menyampaikan materi pembelajaran.
Melalui penerapan model Think, Talk, and Write (TTW) dengan
multimedia diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis, terlibat
secara langsung dalam pembelajaran, mampu mengemukakan pendapatnya dan
belajar bekerja sama dalam kelompok sehingga dengan menerapkan model Think,
Talk and Write (TTW) dengan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS
tentang Perkembangan Teknologi pada siswa kelas IV. Berikut ini merupakan
skema kerangka berpikir penerapan model pembelajaran TTW dengan
multimedia:
Kondisi Awal
Karaketristik siswa kelas IV SD yaitu
berpikir
logis,
mengembangkan
keterampilan fisik, serta mulai belajar
bersosialisasi.
IPS merupakan program pendidikan yang
mengintegrasikan atau memadukan konsepkonsep terpilih dari beberapa disiplin ilmu
sosial dan humaniora yang mengkaji
seperangkat
peristiwa yang
berkaitan
dengan isu sosial yang diorganisasikan
dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis
untuk mengembangkan pengetahuan dan
pemahaman siswa terhadap kondisi sosial
masyarakat ketika memasuki kehidupan
bermasyarakat yang dinamis
Kondisi Akhir
Melalui penerapan model Think, Talk, and
Write pembelajaran IPS dapat meningkat.
Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir
Tindakan
Menerapkan
model
Think, Talk, and Write
dengan multimedia.
Menjadikan pembelajaran aktif
dengan melibatkan siswa dalam
pembelajaran, mendorong siswa
berpikir kritis, mampu
mengemukakan pendapatnya dan
belajar bekerja sama dalam
kelompok.
31
C. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang
relevan dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan
dalam penelitian ini, yaitu jika penerapan model pembelajaran Think, Talk and
Write (TTW) dengan multimedia dilaksanakan sesuai langkah yang benar, maka
dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Mangli Tahun
Ajaran 2015/2016.
Download