7 BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS A. Kajian Pustaka 1. Pembelajaran IPS di Kelas IV SD a. Karakteristik siswa kelas IV SD Setiap siswa memiliki karakteristik yang berbeda-beda. Karakteristik merupakan karakter atau sifat dasar. Sebagai mahkluk individual, siswa mempunyai karakteristik yang khas (unik) yang hanya dimiliki oleh dirinya sendiri sehingga setiap siswa memiliki perbedaanperbedaan individual yang secara alami ada pada setiap pribadi siswa. Menurut Nasution masa usia sekolah dasar berlangsung dari usia enam tahun hingga usia dua belas tahun (Djamarah, 2011: 123). Piaget menjelaskan tahap-tahap perkembangan anak secara hierarki yang terdiri dari empat tahap. Tahap pertama, yaitu tahap sensori motoris (0-2 tahun) ditandai dengan interaksi fisik baik dengan orang maupun benda dilingkungannya melalui refleks sederhana menggenggam dan menghisap. Tahap kedua adalah tahap pra operasional (2-6 tahun) ditandai dengan anak mulai timbul pertumbuhan kognitifnya melalui penggunaan simbol-simbol, tetapi masih terbatas pada hal-hal yang dijumpai di lingkungannya saja. Tahap ketiga adalah tahap operasi konkret (6/7- 11/12 tahun), anak sudah mengetahui simbol-simbol matematis, tetapi belum dapat menghadapi hal-hal yang abstrak. Dalam tahap ini rasa sosial anak mulai tumbuh. Terakhir, anak menuju tahap operasi formal (11/12 tahun keatas), anak sudah mempunyai pemikiran yang abstrak pada bentukbentuk lebih kompleks (Yusuf, 2012: 6). Siswa kelas IV SD berusia antara 10-11 tahun, menurut Piaget anak dengan usia antara 10-11 tahun masuk kedalam tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini dalam sekolah dasar masuk pada masa kelas tinggi. Yusuf (2012 : 25) mengemukakan bahwa masa kelas-kelas tinggi sekolah dasar, kira-kira umur 9,0 atau 10,0 sampai umur 12,0 atau 13,0 7 8 tahun. Beberapa sifat khas anak-anak pada usia ini ialah: 1) adanya minat terhadap kehidupan praktis sehari-hari yang konkret, hal ini menimbulkan adanya kecenderungan untuk membandingkan pekerjaan-pekerjaan yang praktis; 2) amat realistik, ingin mengetahui, ingin belajar; 3) menjelang akhir masa ini telah ada minat kepada hal-hal dan mata pelajaran khusus, yang oleh para ahli yang mengikuti teori faktor ditafsirkan sebagai mulai menonjolnya faktor-faktor (bakat-bakat khusus); 4) sampai kira-kira umur 11,0 tahun anak membutuhkan guru atau orang-orang dewasa lainnya untuk menyelesaikan tugas dan memenuhi keinginannya. Selepas umur ini pada umumnya anak menghadapi tugas-tugasnya dengan bebas dan berusaha untuk menyelesaikannya; 5) pada masa ini, anak memandang nilai (angka rapor) sebagai ukuran yang tepat (sebaik-baiknya) mengenai prestasi sekolah; 6) anak-anak pada usia ini gemar membentuk kelompok sebaya biasanya untuk dapat bermain bersama-sama, dalam permainan itu biasanya anak tidak lagi terikat kepada peraturan permainan yang tradisional (yang sudah ada), mereka membuat peraturan sendiri. Berdasarkan beberapa pendapat yang telah dikemukakan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa siswa kelas IV SD pada umumnya berusia antara 10-11 tahun. Karakteristik siswa umur 10-11 tahun tergolong pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini ditandai dengan adanya proses-proses penting yang terjadi pada diri siswa. Pada tahap operasional konkret, siswa mulai belajar mengembangkan ketrampilan fisik, belajar bersosialisasi dengan orang lain, dan membentuk serta mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dalam kehidupan sosial. Pada tahap ini juga siswa telah mampu berpikir secara logis dan sistematis serta mulai melihat sesuatu berdasarkan persepsinya tetapi hanya melalui pengertian konkret, anak belum mampu berpikir secara abstrak. Siswa menyukai aktivitas belajar dan bermain, mereka menyukai hal-hal menarik seperti gambar, permainan, olahraga, lagu, dan cerita sehingga ketika guru menyampaikan materi pelajaran hendaknya menggunakan menggunakan model serta media pembelajaran karena 9 model serta media pembelajaran membantu siswa untuk memahami materi pelajaran. Melalui model Think, Talk, and Write siswa lebih aktif dalam mengikuti pembelajaran karena memiliki kesempatan mengembang diri serta membantu siswa dalam meningkatkan keterampilan proses bertanya dan mengomunikasikan pengetahuannya. Penggunaan media pembelajaran inovatif seperti multimedia juga mampu membangkitkan gairah belajar siswa karena mampu membangkitkan rasa ingin tahu. Oleh karena itu, model Think, Talk, and Write dengan multimedia sesuai dengan karakteristik siswa kelas IV. b. Pembelajaran IPS 1) Belajar Menurut Gredler, “Belajar adalah proses orang memperoleh berbagai kecakapan, keterampilan dan sikap” (Warsita, 2008: 62). Selanjutnya, Cronbach menyatakan, “Belajar merupakan suatu aktivitas yang ditunjukkan oleh perubahan tingkah laku sebagai hasil dari pengalaman” (Djamarah, 2011: 13). Sementara itu, Slameto mengatakan “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya” (Djamarah, 2011:13). Berdasarkan pendapat para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa belajar merupakan proses perubahan yang dilakukan secara sadar dan disengaja yang mengakibatkan perubahan tingkah laku dalam aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Perubahan ini merupakan hasil pengalaman individu melalui interaksi dengan lingkungannya. 2) Proses Belajar Proses berasal dari bahasa Latin, yaitu processus yang berarti berjalan ke depan (Sobur, 2011: 234). Pada konteks belajar, proses dimaksudkan sebagai urutan atau langkah menuju tujuan belajar. 10 Reber (Sobur, 2011: 235) menyatakan bahwa proses belajar merupakan cara atau langkah yang memungkinkan perubahan serta tercapainya hasil tertentu. Proses belajar merupakan suatu aktivitas yang menekankan pada cara belajar siswa, cara siswa berinteraksi dengan guru serta keterlibatan siswa dalam proses belajar itu sendiri (Sobur, 2011 : 235). Jadi, dapat disimpulkan bahwa proses belajar merupakan cara atau langkah yang menekankan pada kegiatan belajar melalui interaksi antara pebelajar dengan sumber belajar untuk mencapai tujuan belajar. Wittig (Sobur, 2011: 239) menyebutkan proses belajar terjadi dalam tiga tahap yaitu: a) aqcusition (menerima informasi), dimulai dari siswa menerima informasi sebagai stimulan dan merespon stimulan tersebut sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku baru; b) storage (penyimpanan informasi), proses penyimpanan ini terjadi begitu siswa memperoleh informasi; c) retrieval (mendapatkan kembali informasi), merupakan tahap mengkatifkan kembali informasi yang disimpan siswa. Tahapan ini terjadi ketika siswa menjawab pertanyaan atau memecahkan masalah. 3) Pembelajaran Pembelajaran berasal dari kata dasar belajar yang merupakan proses perubahan sikap. Pengertian belajar sangatlah kompleks tergantung pada teori-teori belajar yang dianut. Di dalam Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional (Sisdiknas) disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi antara siswa dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Hamalik (2014:57) menyatakan, “Pembelajaran adalah suatu kombinasi yang tersusun meliputi unsur-unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling memengaruhi mencapai tujuan pembelajaran”. Unsur manusiawi terdiri dari manusia yang terlibat dalam sistem pengajaran, yaitu guru, siswa, dan tenaga kependidikan. Unsur material meliputi buku-buku, papan tulis dan kapur, fotografi, slide, audio dan video tape. Fasilitas dan perlengkapan, terdiri dari ruangan 11 kelas, perlengkapan audio visual, dan juga komputer. Prosedur meliputi jadwal dan metode penyampaian informasi, praktik, belajar, dan sebagainya. Selanjutnya, Warsita menyatakan bahwa “Pembelajaran adalah segala upaya yang dilakukan oleh pendidik agar terjadi proses belajar pada diri peserta didik” (2008 : 85). Sementara itu, Gagne mengungkapkan bahwa “Pembelajaran dapat diartikan sebagai proses modifikasi dalam kapasitas manusia yang dapat dipertahankan dan ditingkatkan levelnya” (Huda, 2013:3). Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan interaksi antara pendidik, peserta didik, serta sumber belajar yang memungkinkan terjadinya proses belajar yang efektif dan efisien sehingga peserta didik mampu mencapai tujuan pembelajaran yang diharapkan. Proses belajar akan berpengaruh pada hasil belajar. Semakin baik kualitas proses belajar semakin baik pula hasil belajar siswa. 4) Hasil Belajar Menurut Suprijono (2012:5) “hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan keterampilan”. Lindgren (Suprijono, 2012) mengemukakan bahwa hasil belajar meliputi kecakapan, informasi, pengertian, dan sikap. Menurut Bloom (Suprijono, 2012: 6-7) hasil belajar mencakup kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotorik. Masing-masing domain/ranah tersebut dirinci lagi menjadi beberapa kemampuan sebagai berikut: a) domain Kognitif adalah knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas, contoh), apllication (menerapkan), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), dan evaluation (menilai); b) domain Afektif adalah receiving (sikap menerima), responding (memberikan respon), valuing (nilai), organization (organisasi), dan characterization (karakterisasi); c) domain Psikomotor meliputi initiatory, pre-routine, dan reuntinized. 12 Berdasarkan penjelasan di atas dapat disimpulkan hasil belajar adalah keluaran dari suatu interaksi belajar yang mempengaruhi tingkat perkembangan mental seseorang. Hasil belajar ini meliputi tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik. 5) Faktor yang Memengaruhi Hasil Belajar Belajar merupakan proses perubahan yang terjadi akibat kegiatan belajar yang dilakukan oleh individu. Perubahan tersebut adalah hasil dari proses belajar. Untuk memperoleh hasil belajar, dalam prosesnya dipengaruhi oleh beberapa faktor. Munadi (2012 : 24) menyatakan bahwa hasil belajar dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal terdiri atas faktor fisiologis dan faktor psikologis. Faktor fisiologis berkaitan dengan kondisi fisik secara umum seperti kondisi jasmani, kesehatan serta gizi. Sementara itu, faktor psikologis berkaitan dengan itelegensi, perhatian, minat, bakat, motivasi dan daya nalar. Sementara itu, faktor eksternal terdiri dari faktor lingkungan dan faktor instrumental. Faktor lingkungan berupa lingkungan fisik atau lingkungan alam dan lingkungan sosial. Adapun faktor instrumental merupakan faktor yang dirancang untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Faktor instrumental berupa kurikulum, sarana dan prasarana serta kemampuan guru dalam menyampaikan materi. Suharjo (2006: 46-47) mengemukakan faktor-faktor yang memengaruhi belajar dapat dikelompokkan menjadi dua yaitu faktor internal (individual) dan faktor eksternal (sosial) yang berasal dari luar diri anak. Faktor internal yang terdapat dalam diri anak meliputi: kematangan/ pertumbuhan, inteligensi, latihan, motivasi, dan sifat-sifat pribadi anak. Sedangkan, faktor eksternal meliputi: keadaan keluarga, pergaulan anak dengan masyarakat dan kelompok sebaya, tokoh pribadi acuan, dan tuntutan bahan pelajaran oleh guru. Dengan demikian dapat disimpulkan faktor-faktor yang memengaruhi belajar dibagi menjadi dua faktor yaitu faktor internal yang 13 berasal dari dalam diri individu dan faktor eksternal yang berasal dari luar diri individu. Faktor internal meliputi faktor fisik dan faktor psikis. Sedangkan, faktor eksternal meliputi faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor masyarakat. c. Hakikat IPS 1) Mata Pelajaran IPS Ilmu Pengetahuan Sosial atau yang biasa disingkat IPS merupakan salah satu mata pelajaran yang diberikan kepada siswa di sekolah dasar. Nama IPS lebih dikenal dengan nama social studies di negara lain. Definisi IPS menurut National Council for Social Studies/NCSS (Sapriya, 2012:10) adalah sebagai berikut: Social studies is the integrated study of the social sciences and humanities to promote civic competence. Within the school program, social studies provides coordinated, systematic study drawing upon such disciplines as anthropology, economics, geography, history, law, philosophy, political science, psychology, religion, and sociology, as well as appropriate and content from the humanities, mathematics, and natural science. The primary purpose of social studies is to help young people develop the ability to make informed and reasoned decisions for the public good as citizens of a culturally diverse, democratic society in an interdependent world. Definisi yang disampaikan oleh NCSS di atas, dapat diartikan bahwa IPS (studi sosial) merupakan integrasi atau perpaduan dari ilmu-ilmu sosial dan budaya untuk meningkatkan kemampuan kewarganegaraan. Dalam program sekolah, studi sosial memberikan studi yang sistematis dan terkoordinasi dalam disiplin ilmu seperti antropologi, ekonomi, geografi, sejarah, hukum, filsafat, ilmu politik, psikologi, agama, dan sosiologi, dan juga materi yang sesuai dari humaniora, matematika, dan IPA. Gunawan (2013: 17) menyatakan bahwa IPS merupakan pelajaran yang menelaah tentang manusia dan dunianya. Sementara itu, Somantri (Sapriya, 2012: 11) menyatakan bahwa Pendidikan IPS adalah 14 penyederhanaan atau adaptasi dari disiplin ilmu-ilmu sosial dan humaniora, serta kegiatan dasar manusia yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis atau psikologis untuk tujuan pendidikan. Jadi, IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan atau memadukan konsep-konsep terpilih dari beberapa disiplin ilmu sosial dan humaniora yang mengkaji seperangkat peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap kondisi sosial masyarakat ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. 2) Tujuan IPS Di dalam KTSP disebutkan bahwa tujuan mata pelajaran IPS agar peserta didik memiliki kemampuan, (1) mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan lingkungannya, (2) memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial, (3) memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, di tingkat lokal, nasional, dan global (Sapriya, 2012: 194-195). Pendapat lainnnya tentang tujuan mata pelajaran IPS diungkapkan oleh Fajar (2009: 110) yaitu, (1) mengajarkan konsepkonsep dasar sosiologi, geografi, ekonomi, sejarah, dan kewarganegaraan melalui pendekatan pedagogis dan psikologis, (2) mengembangkan kemampuan berpikir kritis dan kreatif, inkuiri, memecahkan masalah, dan keterampilan sosial, (3) membangun komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan, dan (4) meningkatkan kemampuan bekerjasama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, baik secara nasional maupun global. 15 Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa tujuan IPS adalah mendidik dan memberi bekal kemampuan dasar kepada siswa untuk mengembangkan dirinya sesuai dengan bakat, minat, dan kemampuannya serta memiliki sifat mental yang positif agar siswa mampu untuk berpikir logis, kritis, rasa ingin tahu, bekerjasama, berkomunikasi dan berkompetensi dalam kehidupan masyarakat yang majemuk, baik ditingkat lokal, nasional, dan global. Untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan keterampilan dan kemampuan guru dalam memilih metode, model dan strategi pembelajaran terus ditingkatkan, agar pembelajaran IPS benar-benar mampu mengkondisikan upaya pembekalan kemampuan dan keterampilan dasar bagi siswa untuk menjadi manusia dan warga negara yang baik. 3) Materi IPS kelas IV Materi IPS yang dipelajari di kelas IV semester genap dapat dilihat dengan penjabaran sebagai berikut: Tabel 2.1 SK dan KD materi IPS Standar Kompetensi 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten atau kota. Kompetensi Dasar 2.1 Mengenal aktivitas ekonomi yang berkaitan dengan sumber daya alam dan potensi lain di daerahnya. 2.2 Mengenal pentingya koperasi dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 2.3 Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman dalam menggunakannya. 2.4 Mengenal permasalahan sosial di daerahnya. (Indikator dapat dilihat pada silabus lampiran 2 halaman 135) Adapun materi IPS kelas IV yang akan dipelajari pada penelitian ini antara lain: 16 Standar Kompetensi : 2. Mengenal sumber daya alam, kegiatan ekonomi dan kemajuan teknologi di lingkungan kabupaten atau kota. Kompetensi Dasar : 2.3. Mengenal perkembangan teknologi produksi, komunikasi dan transportasi serta pengalaman dalam menggunakannya. Materi yang dipelajari secara ringkas adalah sebagai berikut: Teknologi merupakan ilmu yang menggali berbagai ilmu terapan. Teknologi juga sering dipakai untuk menyebut berbagai jenis peralatan yang mempermudah hidup kita. Jadi teknologi dapat berwujud ilmu dapat pula berupa peralatan. Teknologi diciptakan untuk mempermudah manusia melakukan suatu kegiatan atau pekerjaan. Penggunaan teknologi membuat pekerjaan yang dulunya membutuhkan tenaga yang besar, sekarang bisa dilakukan dengan tenaga kecil; pekerjaan yang dulunya membutuhkan waktu lama, sekarang hanya membutuhkan waktu yang sangat singkat. Pembelajaran tentang perkembangan teknologi di kelas IV mempelajari perkembangan teknologi produksi, transportasi, dan komunikasi. a) Perkembangan Teknologi Produksi Teknologi produksi merupakan alat dan cara yang digunakan manusia untuk menghasilkan barang atau jasa. Masyarakat pada masa lalu sudah dapat memanfaatkan sumber daya alam untuk memenuhi kebutuhan mereka. Namun teknologi yang digunakannya masih sangat sederhana. Ketika ilmu pengetahuan berkembang maka berkembang pula teknologi. Alat yang memudahkan pekerjaan manusia banyak ditemukan. Contoh: pada masa lalu penggemburan tanah dilakukan dengan dicangkul atau dibajak sedangkan di masa kini menggunakan alat bermesin (traktor), masyarakat masa lalu menggunakan alat tenun yang terbuat dari kayu dengan rakitan 17 yang sederhana sedangkan saat ini menggunakan alat teknologi modern. (Sumber: BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial SD/ MI 4) b) Perkembangan Teknologi Komunikasi Ketika teknologi belum berkembang seperti sekarang, orang kesulitan berkomunikasi secara lisan dengan orang yang letaknya jauh. Kini kita sangat mudah melakukan komunikasi lisan meskipun letaknya berjauhan. Kita dapat berbicara secara langsung kepada orang yang letaknya jauh melalui pesawat telepon, radio, televisi dan internet. Komunikasi tertulis melalui surat dari dulu sampai sekarang masih dilakukan orang. Sebelum ditemukan kertas, biasanya orang menulis surat pada daun, pelepah pohon atau kulit batang. Surat diantar oleh seorang kurir (pengantar surat). Pada masa lalu mereka mengantar surat dengan berjalan kaki atau menunggang kuda. Masyarakat masa kini menulis di atas kertas dengan cara tulis tangan atau diketik. Cepat atau lambatnya pengiriman tergantung pada biaya atau perangko yang diberikan. Sekarang kita pun dapat mengirim surat lewat faksimile. Alat komunikasi tertulis lainnya adalah koran, majalah, dan buku yang disebut media cetak. Telepon genggam dan internet juga dapat dimanfaatkan untuk mengirim pesan tertulis yang biasa disebut dengan SMS (Short Message Service) dan e-mail atau surat elektronik. (Sumber: BSE, Ilmu Pengetahuan Sosial 4 untuk Kelas IV SD/MI) c) Perkembangan Teknologi Transportasi Secara garis besar alat transportasi dapat kita kelompokkan menjadi tiga yaitu transportasi darat, air, dan udara. Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi yang masih sederhana, seperti pedati, delman, dan kuda. Teknologi transportasi tersebut masih menggunakan tenaga hewan dan manusia. Kemampuan jelajahnya juga masih sangat terbatas dan memerlukan waktu yang lama. Sekarang orang masih 18 menggunakan alat transportasi tersebut namun tidak menjadi alat utama. Saat ini berkembang pula kendaraan bermesin lainnya. Alat transportasi bermesin seperti sepeda motor, mobil, dan kereta api merupakan alat transportasi yang modern. Masyarakat pada masa lalu menggunakan alat transportasi air seperti perahu dayung, rakit, dan perahu layar. Perahu dayung dan rakit digerakkan oleh kekuatan tenaga manusia. Masyarakat kini menggunakan perahu bermotor dan kapal sebagai alat transportasi air. Pesawat terbang merupakan angkutan udara yang sangat canggih. Perjalanan pesawat terbang lebih cepat dibandingkan dengan angkutan darat atau angkutan laut. Saat ini terdapat berbagai jenis alat angkutan udara antara lain helikopter, pesawat tempur, dan pesawat penumpang. Bahkan kini manusia dapat menjelajah luar angkasa dengan menggunakan pesawat luar angkasa. (Sumber: BSE, Cerdas Pengetahuan Sosial 4 untuk Kelas IV SD/MI) 2. Penerapan Model Pembelajaran TTW dengan Multimedia a. Hakikat Model Pembelajaran 1) Model Pembelajaran Suprijono (2012 : 46) menyatakan bahwa model pembelajaran adalah pola yang digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi dan memberi petunjuk kepada guru di dalam kelas. Menurut Arends (Suprijono, 2012 : 46) menyatakan bahwa model pembelajaran mengacu pada pendekatan yang akan digunakan termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-tahap pembelajaran, lingkungan pembelajaran dan pengelolaan kelas. Sementara itu, Joyce dan Weill (Huda, 2013 : 73) mengungkapkan bahwa model pembelajaran adalah rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum, mendesain materi-materi instruksional, dan memandu proses pengajaran di ruang kelas atau di setting berbeda. 19 Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah pola yang direncanakan untuk digunakan sebagai acuan dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar agar dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Model pembelajaran menunjukkan secara rinci kegiatan-kegiatan yang dilakukan oleh guru dan siswa, urutan kegiatan-kegiatan tersebut, serta jenis kegiatan yang dilakukan oleh siswa sehingga ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung tidak akan terjadi kesalahpahaman antara guru dengan siswa. 2) Model Pembelajaran Kooperatif Pembelajaran kooperatif menurut Woolfolk (Warsono dan Hariyanto, 2014 : 161) merupakan suatu pengaturan yang memungkinkan para siswa bekerja sama dalam suatu kelompok campuran dengan kecakapan yang berbeda-beda, dan akan memperoleh penghargaan jika kelompoknya mencapai suatu keberhasilan. Penghargaan yang diberikan dapat menambah semangat serta antusias siswa dalam mengikuti pembelajaran. Pemberian penghargaan juga membuat siswa lain yang belum memperoleh penghargaan terpacu untuk belajar lebih baik agar mendapatkan penghargaan. Suprijono (2012:54) memaparkan bahwa,” Model pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru”. Selanjutnya, menurut Watson (Warsono dan Hariyanto, 2014 : 160), “Model pembelajaran kooperatif adalah lingkungan belajar yang memungkinkan siswa bekerjasama dalam suatu kelompok kecil yang heterogen dan mengerjakan tugas akademiknya”. Berdasarkan paparan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran kooperatif merupakan pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung melalui kerja kelompok yang bersifat heterogen. Model pembelajaran ini menekankan kerjasama kelompok dalam menyelesaikan tugas akademik untuk mencapai suatu 20 keberhasilan. Kelompok yang berhasil menyelesaikan tugasnya dengan baik akan menadapatkan penghargaan. Terdapat banyak tipe dalam model pembelajaran kooperatif salah satunya di antaranya yaitu, STAD (Student Teams Achievement Devisions), GI (Group Investigations), Jigsaw, NHT (Number Head Together), Make a Match (mencari pasangan), TGT (Team Games Tournament) dan Think, Talk, and Write (TTW). 3) Think, Talk, and Write (TTW) Model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW) pertama kali dikenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Think, Talk, and Write (TTW) merupakan suatu model pembelajaran untuk melatih keterampilan peserta didik untuk menulis, menekankan perlunya peserta didik mengkomunikasikan hasil pemikirannya (Shoimin, 2014 : 212). Aktivitas Think, Talk. and Write yang dilakukan dapat menumbuhkembangkan kemampuan pemahaman konsep dan komunikasi peserta didik. Sementara itu, Huda (2013 : 218) menyatakan bahwa Think, Talk, Write (TTW) adalah strategi yang memfasilitasi latihan berbahasa lisan dan menulis bahasa tersebut dengan lancar. Yamin dan Ansari (2012: 90) menyebutkan bahwa Think, Talk, and Write merupakan teknik yang diperkenalkan oleh Huinker dan Laughlin. Teknik ini didasarkan pada kegiatan berpikir, berbicara dan menulis. Alur Think, Talk and Write dimulai dari kegiatan berpikir melalui proses membaca, selanjutnya kegiatan berbicara melalui diskusi dan berbagi ide dan menuliskan hasil diskusi. Menurut Huda (2013) ada tiga unsur penting dalam model Think, Talk, and Write. Tiga unsur tersebut yaitu: a) Think (berpikir), merupakan aktivitas berpikir siswa dengan membaca teks soal. Selanjutnya memahami soal dengan membuat catatan kecil berupa langkah menyelesaiakan permasalah dengan pengetahuannya serta bahasanya sendiri 21 b) Talk (berbicara), pada tahapan ini siswa dibentuk dalam kelompokkelompok heterogen untuk mendiskusikan hasil pemikiran masingmasing anggota kelompok. Kemudian bersama kelompok, siswa dapat menyelesaikan soal yang siswa dapatkan. c) Write (menulis), pada tahap menulis, siswa menuliskan hasil diskusi pada LKS. Aktivitas menulis merupakan kegiatan mengkontruksikan ide setelah berdiskusi dengan menuangkan pemikiran siswa dalam bentuk tulisan. Berdasarkan penjelasan para ahli di atas maka dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW) adalah model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat dan menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan cara berkelompok. Model pembelajaran Think, Talk, and Write (TTW) memungkinkan siswa belajar mengemukakan pendapat, menghargai pendapat orang lain serta menuangkan pengetahuannya dalam bentuk tulisan sesuai dengan bahasa dan pemahamannya berdasarkan materi yang telah dipelajari. 4) Langkah-langkah Model Pembelajaran TTW Shoimin (2014: 214) menyebutkan langkah-langkah model Think, Talk, and Write (TTW) yaitu: a) Guru membagikan LKS yang memuat soal yang harus dikerjakan oleh siswa serta petunjuk pelaksanaannya. b) Siswa membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. ketika peserta didik membuat catatan kecil inilah akan terjadi proses berpikir (think) Setelah itu peserta didik berusaha untuk menyelesaikan masalah tersebut secara individu. c) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa) d) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan dari hasil catatan (talk). Pemahaman 22 dibangun melalui interaksinya dalam diskusi. Diskusi diharapkan dapat menghasilkan solusi atas soal yang diberikan. e) Dari hasil diskusi, peserta didik secara individu merumuskan pengetahuan berupa jawaban atas soal (berisi landasan, keterkaitan konsep, metode dan solusi) dan bentuk tulisan (write) dengan bahasanya sendiri. Pada tulisan itu peserta didik menghubungkan ide-ide yang diperolehnya melalui diskusi. f) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. g) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Huda (2013: 220) menyebutkan langkah-langkah model Think, Talk, and Write (TTW) yaitu: a) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual (think), untuk dibawa ke forum diskusi. b) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman satu grup untuk membahas isi catatan (talk). dalam hal ini mereka sendiri untuk menyampaikan ide-ide dalam diskusi. Pemahaman dibangun melalui interaksi diskusi, diharapkan diskusi dapat menghasilkan solusi. c) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasi dalam bentuk tulisan (write). d) Kegiatan akhir pembelajaran adalah membuat refleksi dan kesimpulan atas materi yang dipelajari. Sebelum itu dipilih satu atau beberapa orang siswa sebagai perwakilan kelompok untuk menyajikan jawaban, sedangkan kelompok lain memberi tanggapan. Selanjutnya, Yamin dan Ansari (2012: 90) menyebutkan langkahlangkah model Think, Talk, and Write (TTW) yaitu: 23 a) Guru membagi teks bacaan berupa lembaran aktivitas siswa yang memuat situasi masalah bersifat open-ended dan petunjuk serta prosedur pelaksanannya. b) Siswa membaca teks dan membuat catatan dari hasil bacaan secara individual, untuk dibawa ke forum diskusi (think). c) Siswa berinteraksi dan berkolaborasi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk). Guru berperan sebagai mediator lingkungan belajar. d) siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan sebagai hasil kolaborasi (write). Berdasarkan pendapat ahli di atas dapat disimpulkan bahwa langkah-langkah model pembelajaran Think, Talk, and Write, yaitu (1) Guru menjelaskan materi yang akan disampaikan; (2) Guru membagikan LKS; (3) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu tentang apa yang ia ketahui dan tidak ketahui dalam masalah tersebut. Proses ini merupakan proses berpikir (think); (4) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa); (5) Siswa berinteraksi dan berdiskusi dengan teman untuk membahas isi catatan (talk); (6) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasikan dalam bentuk tulisan (write); (7) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan; (8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. b. Hakikat Media Pembelajaran 1) Media Pembelajaran Kata media berasal dari bahasa Latin, yakni medius yang secara harfiah diartikan sebagai tengah, penghantar atau perantara (Munadi, 2012 : 6). Menurut Daryanto media pembelajaran merupakan alat dan bahan yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran (2013:5). Alat dan 24 bahan yang digunakan merupakan perantara bagi guru dalam menyampaikan materi pembelajaran. Selanjutnya, Munadi (2012: 7) memaparkan bahwa “Media pembelajaran merupakan segala sesuatu yang dapat menyampaikan dan menyalurkan pesan dari sumber secara terencana sehingga tercipta lingkungan belajar yang kondusif dimana penerimanya dapat melakukan proses belajar secara efisien dan efektif “ Media digunakan sebagai perantara untuk menyalurkan pesan yang dapat merangsang siswa untuk belajar sehingga kegiatan pembelajaran berlangsung secara efektif dan efisien. Berdasarkan penjelasan ahli di atas dapat disimpulkan bahwa media pembelajaran merupakan seperangkat alat yang digunakan untuk menyampaikan informasi berupa materi pembelajaran sehingga terciptanya kegiatan pembelajaran yang efektif dan efisien. Jadi, penggunaan media pembelajaran sangatlah penting dalam kegiatan pembelajaran. Media pembelajaran mampu membantu siswa dalam memahami materi yang disampaikan oleh guru. 2) Macam-macam Media Pembelajaran Bretz membagi media berdasarkan indera yang terlibat sehingga ia memilih tiga unsur pokok sebagai dasar setiap media yaitu suara, visual dan gerak (Munadi, 2012 : 52). Rasyad mengungkapkan bahwa klasifikasi media berdasarkan indera disebabkan pada pemahaman bahwa panca indera merupakan pintu gerbang ilmu pengetahuan (Munadi, 2012 : 53-54). Media pembelajaran berdasarkan indera yang terlibat dibagi oleh Munadi menjadi empat macam yaitu media audio, media visual, media audio visual dan multimedia (2012 : 54). Sementara itu menurut bentuk penyajian dan cara penyajiannya Susilana dan Riyana (2007: 13) membagi media menjadi beberapa kelompok yaitu: a) kelompok kesatu: grafis, bahan cetak dan gambar diam; b) kelompok kedua: media proyeksi diam; c) kelompok ketiga: media audio; d) kelompok keempat: media audio visual diam; e) 25 kelompok kelima: media gambar hidup/film; f) kelompok keenam: media televisi; dan g) kelompok ketujuh: multi media. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan multimedia karena merupakan media pembelajaran inovatif yang mampu melibatkan berbagai indera dalam pembelajaran serta melibatkan banyak media pembelajaran. Multimedia cocok digunakan untuk mata pelajaran IPS yang memiliki banyak materi yang harus dipelajari. 3) Multimedia Munadi memaparkan bahwa multimedia merupakan media yang melibatkan berbagai indera dalam proses pembelajaran (2012 : 57). Selanjutnya, Anitah mengungkapkan bahwa multimedia merupakan kombinasi media tradisional yang dihubungkan dengan komputer untuk menyajikan teks, grafis, gambar, suara dan video (2010 : 56). Sementara itu, Smaldino mengungkapkan bahwa multimedia merupakan penggunaan berbagai media secara berurutan maupun simultan untuk menyajikan suatu informasi (Anitah, 2010 : 56). Berdasarkan paparan para ahli di atas, dapat disimpulkan bahwa multimedia adalah media pembelajaran yang berupa berbagai media yang dapat menampilkan teks, grafis, gambar, suara dan video untuk menyampaikan materi pembelajaran. Multimedia tidak selalu berupa media yang berkaitan dengan penggunaan komputer tetapi juga media tradisional. Media tradisional ini bisa berupa lembar kerja siswa, media cetak maupun berupa media konkret yang penggunaannya digabungkan sehingga dalam kegiatan pembelajaran terdapat banyak media sebagai sarana penunjang pembelajaran. 4) Macam-macam Multimedia Multimedia memiliki beberapa macam. Smaldino (Anitah, 2010:56) mengklasifikasikan multimedia menjadi 5 macam. Adapun macammacam multimedia menurut Smaldino sebagai berikut: a) Multimedia Kits, merupakan kumpulan bahan-bahan yang berisi lebih dari satu jenis media yang diorganisasikan untuk satu topik. 26 Jenis ini termasuk CD-ROM, slides, audiotape, videotape, gambar diam, model, media cetak, OHT, lembar kerja siswa, gambar, grafis, serta objek. b) Hypermedia, merupakan media yang memiliki komposisi materimateri yang tidak berurutan. Hypermedia mengacu pada software komputer yang menggunakan unsur-unsur teks, grafis, video dan audio yang dihubungkan dengan cara yang dapat mempermudah pemakai beralih ke suatu informasi. c) Media interaktif, merupakan media yang meminta pebelajar unntuk mempraktikan suatu keterampilan dan menerima balikan. Media interaktif menciptakan lingkungan belajar berbasis komputer. d) Virtual Reality, merupakan media yang melibatkan pengalaman multi sensori dan berinteraksi dengan fenomena sebagaimana yang ada di dunia nyata. e) Expert System, merupakan paket software yang mengajarkan kepada pebelajar bagaimana memecahkan masalah yang kompleks dengan menerapkan kebijakan para ahli secara kolektif di lapangan. Penelitian ini menggunakan multimedia kits sebagai media pembelajaran. Multimedia kits tersebut berupa slide power point, video dan lembar kerja siswa. 5) Penerapan Model Pembelajaran Think, Talk and Write (TTW) dengan Multimedia Penerapan model Think Talk Write (TTW) dengan multimedia adalah menerapkan model pembelajaran model yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat dan menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan cara berkelompok yang didalamnya melibatkan penggunaan multimedia. Adapun langkah penerapan model pembelajaran Think, Talk and Write (TTW) dengan multimedia adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan materi menggunakan multimedia. 27 2) Guru membagikan LKS. 3) Peserta didik membaca masalah yang ada dalam LKS dan membuat catatan kecil secara individu (think). 4) Guru membagikan siswa dalam kelompok kecil (3-5 siswa). 5) Siswa berdiskusi untuk membahas isi catatan pada LKS (talk). 6) Siswa mengkonstruksi sendiri pengetahuan yang memuat pemahaman dan komunikasikan dalam bentuk tulisan (write). 7) Perwakilan kelompok menyajikan hasil diskusi kelompok, sedangkan kelompok lain diminta memberikan tanggapan. 8) Guru bersama siswa menyimpulkan hasil diskusi. 3. Penelitian yang Relevan Terdapat beberapa penelitian yang relevan sesuai dengan yang peneliti lakukan yaitu pertama, hasil penelitian yang dilakukan oleh Rivard dan Straw (2000: 29) tentang The Effect of Talk and Writing on Learning Science: An Exploratory Study. Merupakan penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan. Kesimpulan terhadap penelitian ini bahwa penerapan Talk dan Writing dapat meningkatkan kemampuan belajar ilmu pengetahuan, gender juga berpengaruh terhadap talk dan write. Hal ini ditandai dengan keaktifan talk dan Write yang mengalami peningkatan pada tiap siklusnya. Dalam hal ini terdapat kesamaan dengan penelitian yang peneliti lakukan walaupun tidak semua variabel bebasnya yaitu pada talk dan write. Penelitian tersebut digunakan untuk meningkatkan pembelajaran siswa. Perbedaannya terletak pada aspek yang diamati yaitu dalam penelitian yang peneliti lakukan, yang diteliti mengenai peningkatan pembelajaran IPS tentang perkembangan teknologi produksi, teknologi komunikasi dan teknologi transportasi. Penelitian berikutnya dilakukan oleh Alviyani (2015) dengan judul “Penggunaan Model Pembelajaraan Kooperatif Tipe Think-Talk-Write (TTW) dengan Media Benda Konkret dalam Peningkatan Keterampilan Menyelesaikan Soal Cerita Matematika di Kelas IV Sekolah Dasar” juga 28 merupakan penelitian yang relevan. Hasil penelitian menunjukkan tingkat ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 73,08 %, siklus II menunjukkan ketuntasan siswa sebesar 84%, dan pada siklus ke III menunjukkan ketuntasan sebesar 88, 46%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Think-talk-write dapat meningkatkan keterampilan menyelesaikan soal cerita matematika di kelas IV SDN 5 Kebumen. Persamaan dari penelitian ini adalah penggunaan model pembelajaran Think Talk and Write serta kelas yang diteliti sedangkan perbedaannya terletak pada mata pelajaran serta tempat penelitian dan juga media yang digunakan. Penelitian lainnya dilakukan oleh Khaq (2015) dengan judul “ Penerapan Teknik Two Stay Two Stray dengan Multimedia dalam Peningkatan Pembelajaran IPS pada Siswa Kelas V SD Negeri Watuagung Tahun Ajaran 2014/2015”. Hasil penelitian ini menunjukkan ketuntasan siswa pada siklus I sebesar 59%, pada siklus II sebesar 81,82 % dan pada siklus III sebesar 90,91%. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS di SD Negeri Watuagung. Persamaan dari penelitian ini dengan penelitian yang akan diteliti adalah penggunaan multimedia sebagai media pembelajaran serta mata pelajaran yang diteliti yaitu IPS. Sementara itu, perbedaannya terletak pada model pembelajaran yang digunakan, kelas yang diteliti, serta tempat penelitian. Penelitian relevan lainnya adalah penelitian yang dilakukan oleh Satyapraksha dan Sudhansu (2014) dengan judul penelitian “Effect of Multi media teaching on Achievement in Biology”. Penelitian ini menunjukkan bahwa penggunaan multimedia mampu meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Biologi. Persamaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti adalah penggunaan multimedia sebagai media pembelajaran. Sementara itu, perbedaan penelitian ini dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti antara lain mata pelajaran yang diteliti, kelas yang diteliti dan tempat penelitian. 29 B. Kerangka Berpikir Siswa kelas IV SD berusia antara 10-11 tahun, karakteristik siswa umur 10-11 tahun tergolong pada tahap operasional konkret. Tahap operasional konkret ini ditandai dengan adanya proses-proses penting yang terjadi pada diri siswa. Pada tahap operasional konkret, siswa mulai belajar mengembangkan ketrampilan fisik, belajar bersosialisasi dengan orang lain, dan membentuk serta mengembangkan sikap-sikap yang sesuai dengan nilai-nilai dalam kehidupan sosial. Hal ini merupakan modal bagi siswa dalam memahami konsep IPS yang kompleks. IPS merupakan suatu program pendidikan yang mengintegrasikan atau memadukan konsep-konsep terpilih dari beberapa disiplin ilmu sosial dan humaniora yang mengkaji seperangkat peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap kondisi sosial masyarakat ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis. Jadi, perlu adanya pembelajaran yang inovatif serta berorientasi pada keaktifan siswa sehingga siswa mudah memahami materi IPS, khususnya materi Perkembangan Teknologi. Pembelajaran IPS tanpa melibatkan siswa secara aktif mengakibatkan kepasifan siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kepasifan siswa akan berakibat pada kurang optimalnya hasil belajar siswa. Penggunaan model merupakan salah satu penentu keberhasilan proses belajar mengajar. Adanya banyak model-model pembelajaran inovatif dan kreatif salahsatunya adalah model Think, Talk, and Write (TTW). Model Think, Talk, and Write (TTW) adalah model pembelajaran yang memfasilitasi peserta didik untuk mengembangkan keterampilan berpikir, mengemukakan pendapat dan menuliskan pengetahuan yang dipahami dengan cara berkelompok. Penggunaan media sebagai medium atau perantara untuk membantu mempermudah dalam menyampaikan materi pembelajaran juga tidak kalah penting. Dalam penelitian ini selain menerapkan model Think, Talk, and Write 30 (TTW), peneliti juga menggunakan multimedia dalam melaksanakan tindakan penelitian. Multimedia merupakan media pembelajaran yang berupa berbagai media yang dapat menampilkan teks, grafis, gambar, suara dan video untuk menyampaikan materi pembelajaran. Melalui penerapan model Think, Talk, and Write (TTW) dengan multimedia diharapkan dapat memotivasi siswa untuk berpikir kritis, terlibat secara langsung dalam pembelajaran, mampu mengemukakan pendapatnya dan belajar bekerja sama dalam kelompok sehingga dengan menerapkan model Think, Talk and Write (TTW) dengan multimedia dapat meningkatkan pembelajaran IPS tentang Perkembangan Teknologi pada siswa kelas IV. Berikut ini merupakan skema kerangka berpikir penerapan model pembelajaran TTW dengan multimedia: Kondisi Awal Karaketristik siswa kelas IV SD yaitu berpikir logis, mengembangkan keterampilan fisik, serta mulai belajar bersosialisasi. IPS merupakan program pendidikan yang mengintegrasikan atau memadukan konsepkonsep terpilih dari beberapa disiplin ilmu sosial dan humaniora yang mengkaji seperangkat peristiwa yang berkaitan dengan isu sosial yang diorganisasikan dan disajikan secara ilmiah dan pedagogis untuk mengembangkan pengetahuan dan pemahaman siswa terhadap kondisi sosial masyarakat ketika memasuki kehidupan bermasyarakat yang dinamis Kondisi Akhir Melalui penerapan model Think, Talk, and Write pembelajaran IPS dapat meningkat. Gambar 2.1 Bagan Kerangka Berpikir Tindakan Menerapkan model Think, Talk, and Write dengan multimedia. Menjadikan pembelajaran aktif dengan melibatkan siswa dalam pembelajaran, mendorong siswa berpikir kritis, mampu mengemukakan pendapatnya dan belajar bekerja sama dalam kelompok. 31 C. Hipotesis Tindakan Berdasarkan rumusan masalah, tinjauan pustaka, hasil penelitian yang relevan dan kerangka berpikir di atas maka dapat dirumuskan hipotesis tindakan dalam penelitian ini, yaitu jika penerapan model pembelajaran Think, Talk and Write (TTW) dengan multimedia dilaksanakan sesuai langkah yang benar, maka dapat meningkatkan pembelajaran IPS pada siswa kelas IV SDN Mangli Tahun Ajaran 2015/2016.