jurnal vera

advertisement
ARTIKEL
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
Oleh :
Vera Apriliyanti Lestari
NIM 030112a095
PROGRAM STUDI DIV KEBIDANAN
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
2013
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
1
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN
PECAH DINI (KPD) PADA IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL
KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
Vera Apriliyanti Lestari*) Sugeng Maryanto**) Yulia Nur Khayati**)
STIKES NGUDI WALUYO
UNGARAN
*) Mahasiswa D-IV STIKES Ngudi Waluyo
**) Dosen Pembimbing STIKES Ngudi Waluyo
ABSTRAK
Di Indonesia Angka Kematian Ibu tergolong masih tinggi dan merupakan masalah
besar bagi pembangunan kesehatan di Indonesia. Ketuban pecah dini merupakan salah satu
dari komplikasi persalinan yang menyebabkan kematian pada ibu bersalin. Tujuan dari
penelitian ini untuk mengetahui hubungan paritas dan kelainan letak dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin normal di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal.
Penelitian ini menggunakan desain penelitian analitik dengan pendekatan cross
sectional. Populasi pada penelitian ini adalah semua ibu bersalin di RSUD Dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal. Pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling. Sampel dalam
penelitian ini menggunakan data sekunder yang diperoleh dari buku register pasien pada
bulan Januari – Desember 2012. Besar sampel yang digunakan 1764 ibu bersalin. Analisis
statistik dalam penelitian ini menggunakan uji chi square
Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin paritas yang mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 280 (15,9%) lebih sedikit dibandingkan dengan ibu bersalin paritas yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 1484 (84,1%). Hasil analisis menunjukkan adanya
hubungan paritas dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD
Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal karena hasil uji chi square didapatkan nilai P value =
0,000 < α = 0,05.
Hasil penelitian didapatkan ibu bersalin kelainan letak yang mengalami ketuban pecah
dini sebanyak 27 (62,8%) ibu lebih besar dibandingkan ibu bersalin kelainan letak yang tidak
mengalami ketuban pecah dini sebanyak 16 (37,2%). Hasil analisis menunjukkan adanya
hubungan kelainan letak dengan kejadian ketuban pecah dini pada ibu bersalin di RSUD
Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal karena hasil uji chi square didapatkan nilai P value =
0,000 < α = 0,05.
Upaya untuk mengurangi angka kejadian ketuban pecah dini dapat dilakukan oleh
para bidan dengan melakukan penyuluhan kesehatan dan menginformasikan cara mencegah
ketuban pecah dini sehingga masalah yang mungkin terjadi selama kehamilan dan persalinan
dapat diantisipasi sedini mungkin.
Kata Kunci : Paritas, Kelainan Letak, Ketuban Pecah Dini
Daftar Pustaka : 29 (2005 – 2012).
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
1
ABSTRACT
Indonesia's maternal mortality rate is still relatively high and is a major
problem for health development in Indonesia. Premature rupture of membrane is one of the
complications of childbirth that causes maternal death . The purpose of this study is to
determine the relation between parity and abnormal position with premature rupture of
membrane of normal baby delivery at Dr.H.Soewondo Hospital Kendal.
The design of this research used cross sectional approach. The population in this study
was all women giving birth in Dr . H. Soewondo Hospital at the Kendal . Sampling used
purposive sampling technique . The samples in this study used secondary data obtained from
the patient register book in January-December 2012. The samples were 1764 women giving
birth. Statistical analysis in this study used chi square test
The results show that the women giving birth with parity experience premature
rupture of membrane were 280 ( 15.9 % ) less than those who do not experience premature
ruptureof membrane who were 1484 ( 84.1 % ). The analysis shows the relation between
parity with premature rupture of membrane of normal baby delivery at Dr.H.Soewondo
Hospital Kendal because the results of chi square test get P value = 0.000 < α = 0.05 .
The results show that the women Abnormal Position experience premature rupture of
membrane were 27 ( 62.8 % ) greater than the mother's maternal abnormalities layout that did
not experience premature rupture were 16 ( 37.2 %). The analysis shows the relation
abnormal position with premature rupture of membrane of normal baby delivery at
Dr.H.Soewondo Hospital Kendal because the results of chi square test get P value = 0.000 <
α = 0.05 .
An efforts to reduce premature rupture of membranes can be carried out by the
midwives by conducting health education and informing how to prevent premature rupture of
membrane any problem so that may occur during pregnancy and childbirth can be anticipated
as early as possible.
Keywords : Parity , Abnormal position , premature rupture of membranes
Bibliography : 29( 2005-2012 ) .
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Mortalitas dan morbiditas pada
wanita hamil dan bersalin adalah
masalah besar di negara berkembang.
Di negara miskin, sekitar 25 – 50%
kematian wanita usia subur disebabkan
hal yang berkaitan dengan kehamilan.
Kematian saat melahirkan biasanya
menjadi faktor mortalitas wanita muda
pada
puncak
produktivitasnya.
Menurut World Health Organization
(WHO), indikator kesejahteraan suatu
bangsa salah satunya diukur dari
besarnya
angka
kematian
saat
persalinan. Makin tinggi angka itu,
makin rendah kesejahteraan suatu
bangsa. Di Indonesia angka kematian
ibu masih merupakan masalah yang
menjadi prioritas di bidang kesehatan
(Sujiyatini dan Hidayat, 2010).
Angka Kematian Ibu (AKI)
mencerminkan risiko yang dihadapi
ibu-ibu
selama
kehamilan
dan
melahirkan yang dipengaruhi oleh
status gizi ibu, keadaan sosial ekonomi,
keadaan kesehatan yang kurang baik
menjelang
kehamilan,
kejadian
berbagai komplikasi pada kehamilan
dan
kelahiran,
tersedianya dan
penggunaan
fasilitas
pelayanan
kesehatan ternasuk pelayanan prenatal
dan obstetri. Tingginya angka kematian
ibu menunjukkan keadaan sosial
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
2
ekonomi yang rendah dan fasilitas
pelayanan
kesehatan
termasuk
pelayanan prenatal dan obstetri yang
rendah pula. Kematian ibu biasanya
terjadi karena tidak mempunyai
akses ke pelayanan kesehatan ibu
yang
berkualitas,
terutama
pelayanan kegawatdaruratan tepat
waktu yang dilatar belakangi oleh
terlambat mengenal tanda
bahaya
dan
mengambil
keputusan,
terlambat
mencapai
fasilitas
kesehatan,
serta
terlambat
mendapatkan pelayanan di fasilitas
kesehatan. Selain itu penyebab
kematian maternal juga tidak terlepas
dari kondisii ibu itu sendiri dan
merupakan salah satu dari kriteria 4
“terlalu”, yaitu terlalu tua pada saat
melahirkan (>35 tahun), terlalu muda
pada saat melahirkan (<20 tahun),
terlalu banyak anak (>4 anak), terlalu
rapat jarak kelahiran/paritas (<2 tahun)
(profil kesehatan jateng, 2011).
Menurut
hasil
Survei
Demografi
Kesehatan
Indonesia
(SDKI) 2007 menyebutkan angka
kematian ibu (AKI) saat melahirkan
adalah 248 per 100.000 kelahiran
hidup. Dalam upaya mempercepat
penurunan AKI pada dasarnya
mengacu kepada intervensi strategi
“empat pilar safe motherhood”
meliputi keluarga berencana, pelayanan
antenatal, persalinan yang aman, dan
pelayanan obstetri esensial (Sujiyatini
dan Hidayat,2010). Angka kematian
ibu Provinsi Jawa Tengah tahun
2011 berdasarkan laporan
dari
kabupaten/kota
sebesar
116,01/100.000
kelahiran
hidup,
mengalami
peningkatan
bila
dibandingkan dengan AKI pada tahun
2010 sebesar 104,97/100.000 kelahiran
hidup (profil kesehatan jawa tengah,
2011).
Terjadinya kematian ibu terkait
dengan faktor penyebab langsung dan
penyebab tidak langsung. Faktor
penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia masih didominasi oleh
perdarahan, komplikasi, dan infeksi
(admin.Kesehatan Ibu. Kementrian
kesehatan
republik
Indonesia
.http://www.kesehatanibu.depkes.go.id,
2011). Salah satu penyebab kematian
ibu adalah komplikasi, diantaranya
yaitu ketuban pecah dini yang
merupakan pecahnya ketuban sebelum
in partu yaitu bila pembukaan pada
primi kurang dari 3 cm dan pada
multipara kurang dari 5cm (Mochtar,
2012).
Ketuban Pecah Dini (KPD)
merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu (Wiknjosastro, 2008).
Ketuban
Pecah
Dini
(KPD)
didefinisikan
sebagai
pecahnya
ketuban sebelum waktunya melahirkan.
KPD merupakan komplikasi yang
behubungan dengan kehamilan kurang
bulan, dan mempunyai kontribusi yang
besar pada angka kematian perinatal
pada bayi kurang bulan (Nugroho,
2010).
Faktor penyebab terjadinya
ketuban pecah dini masih belum
diketahui penyebabnya dan tidak dapat
ditentukan secara pasti. Namun
terdapat beberapa faktor predisposisi
yang berhubungan erat dengan ketuban
pecah dini yaitu : infeksi, servik yang
inkompeten, tekanan intra uterin yang
meninggi atau overdistesi, trauma,
kelainan letak, multigravida (Nugroho,
2010).
Penyebab ketuban pecah dini
salah satunya multigravida, karena
pada multigravida kanalis servikalis
selalu terbuka oleh karena melahirkan
lebih dari 1 kali. Sedangkan pada
kelainan letak menjadi salah satu faktor
predisposisi ketuban pecah dini karena
pada letak sungsang tidak ada bagian
terendah yang menutupi pintu atas
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
3
panggul
(PAP)
yang
dapat
menghalangi
tekanan
terhadap
membran bagian bawah (Nugroho,
2010).
Menurut Sujiyatini (2009),
mengatakan bahwa penatalaksanaan
Ketuban Pecah Dini (KPD) tergantung
pada umur kehamilan dan tanda infeksi
intrauterin. Pada umumnya lebih baik
untuk membawa semua pasien dengan
ketuban pecah dini ke rumah sakit dan
melahirkan bayi yang usia gestasinya >
37 minggu dalam 24 jam dari pecahnya
ketuban untuk memperkecil resiko
infeksi intrauterin.
Dalam menegakkan diagnosa
KPD secara tepat sangat penting.
Karena diagnosa yang positif palsu
berarti melakukan intervensi seperti
melahirkan bayi terlalu awal atau
melakukan seksio yang sebetulnya
tidak ada indikasinya. sebaliknya
diagnosa yang negatif palsu berarti
akan membiarkan ibu dan janin
mempunyai resiko infeksi yang akan
mengancam kehidupan janin, ibu atau
keduanya (Sujiyatini, 2009).
Data yang diperoleh dari Dinas
Kesehatan
Kabupaten
Kendal
didapatkan jumlah ibu bersalin di
Kabupaten Kendal
tahun 2011
sebanyak 16.372 orang, kematian ibu
sebanyak 27 orang. Sedangkan jumlah
ibu bersalin di Kabupaten Kendal pada
tahun 2012 sebanyak 17.055 orang,
kematian ibu sebanyak 22 orang. Data
yang diperoleh di RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal, kejadian ketuban
pecah dini pada bulan Januari-Maret
tahun 2013 sebanyak 113 orang dari
727 orang persalinan. Jumlah ibu
bersalin primipara sebanyak 316 orang,
multipara sebanyak 325 orang dan
grandemultipara sebanyak 86 orang.
Yang mengalami ketuban pecah dini
pada primipara sebanyak 59 orang,
multipara
46
orang
dan
grandemultipara 5 orang. Serta dari 47
orang ibu bersalin dengan kelainan
letak sebanyak 7 orang bersalin dengan
ketuban pecah dini.
Berdasarkan
uraian
diatas
penulis tertarik untuk melakukan
penelitian dengan judul “Hubungan
Antara Paritas dan Kelainan Letak
dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
(KPD) pada Ibu Bersalin di RSUD Dr.
H. Soewondo Kabupaten Kendal”.
Rumusan masalah
Berdasarkan
data
yang
diperoleh penulis di Rumah Sakit maka
diambil perumusan masalah “Adakah
Hubungan Antara Paritas dan Kelainan
Letak dengan Kejadian Ketuban Pecah
Dini (KPD) pada Ibu Bersalin di
RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten
Kendal”?
Tujuan
1. Tujuan umum
Untuk mengetahui hubungan antara
paritas dan kelainan letak dengan
kejadian ketuban pecah dini (KPD)
pada Ibu Bersalin di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal.
2. Tujuan khusus
a. Untuk mengetahui paritas pada
ibu bersalin di RSUD Dr.H.
Soewondo Kabupaten Kendal
b. Untuk mengetahui kelainan
letak pada ibu bersalin di
RSUD Dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal
c. Untuk mengetahui kejadian
ketuban pecah dini (KPD) di
RSUD Dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal
d. Untuk mengetahui hubungan
antara paritas dengan kejadian
ketuban pecah dini pada ibu
bersalin di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal
e. Untuk mengetahui hubungan
antara kelainan letak dengan
kejadian ketuban pecah dini
pada ibu bersalin di RSUD Dr.
H.
Soewondo
Kabupaten
Kendal
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
4
KERANGKA KERJA PENELITIAN
Kerangka Konsep
Variabel Independen
Variabel Dependen
Paritas
Kejadian Ketuban Pecah
lah
Dini
Kelainan Letak
Gambar 3.2 : Kerangka Konsep Hubungan Antara Paritas dan Kelainan Letak
Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini
METODOLOGI PENELITIAN
Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan
metode penelitian Survey Analitik.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan Cross
Sectional yang merupakan penelitian
dengan melakukan pengukuran atau
pengamatan pada saat bersamaan (sekali
waktu) antara faktor risiko atau paparan
dengan penyakit (Hidayat, 2011)
Populasi dan Sampel
Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian. Apabila seseorang ingin
meneliti semua elemen yang ada dalam
wilayah penelitian, maka penelitiannya
merupakan penelitian populasi (Arikunto,
2010).
Dalam penelitian ini populasi yang
digunakan adalah seluruh ibu bersalin di
RSUD Dr.H.Soewondo Kendal periode
Januari – Desember 2012 sebanyak 2063
orang Pada penelitian ini populasi yang
memenuhi kriteria sampel sebesar 1764
responden.
Tempat Penelitian
Tempat yang dijadikan sebagai
daerah
penelitian
adalah
RSUD
Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
Metode Pengumpulan Data
Alat pengumpulan data yang akan
digunakan
dalam
penelitian
ini
menggunakan Check list.
Etika Penelitian
Dalam penelitian ini peneliti selalu
berpedoman pada norma dan etika. Etika
dalam penelitian ini yaitu :
1. Informed Concent
2. Anonimity (tanpa nama)
3. Confidentiality (Kerahasiaan)
Pengolahan data
Pengolahan data dilakukan secara
komputerisasi disajikan dalam bentuk tabel
dan dipresentasikan dengan langkahlangkah sebagai berikut:
1. Editing
2. Coding
3. Entry Data
4. Cleaning
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
5
HASIL PENELITIAN
Penelitian dilakukan di RSUD
Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal pada
tanggal 29 Juli – 2 Agustus tahun 2013.
Pendekatan yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan Cross
Sectional yaitu dengan mengambil data
sekunder ibu bersalin yang tercatat di
RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal
pada bulan Januari – Desember tahun
2012. Sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah 1764 responden..
Hasil penelitian ini disajikan sebagai
berikut.
Analisa Univariat
Tabel 5.4 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Paritas Ibu
Bersalin di ruang bersalin
RSUD Dr. H. Soewondo
Kendal
No
Paritas
Jumlah
n
%
Primipara
889
50,4
1.
2.
Multipara
780
44,2
3.
Grandemultipara
95
5,4
Jumlah
1764
100,0
Berdasarkan tabel 5.4 dapat dilihat
bahwa proporsi terbesar ibu bersalin
adalah ibu primipara yaitu sebesar 889
(50,4%) ibu, sedangkan proporsi ibu
Analisa Bivariat
bersalin yang paling sedikit adalah ibu
grandemultipara yaitu 95 (5,4%) ibu.
Tabel 5.5 Distribusi
Frekuensi
Berdasarkan Kelainan Letak
Janin Ibu Bersalin di ruang
bersalin RSUD Dr. H.
Soewondo Kendal
No
Kelainan Letak
Jumlah
n
%
1
Letak Normal
1721
97,6
2
Letak sungsang/
43
2,4
lintang
Jumlah
1764 100,0
Berdasarkan tabel 5.5 diatas dapat
dilihat bahwa dari proporsi terbesar adalah
ibu yang bersalin dengan letak normal
yaitu sebesar 1721 (97,6%) ibu
Tabel 5.6 Distribusi
Frekuensi
Kejadian Ketuban Pecah
Dini di ruang Bersalin RSUD
Dr. H. Soewondo Kendal
No
Ketuban Pecah
Jumlah
Dini
N
%
Tidak KPD
1484
84,1
1
2
KPD
280
15,9
Jumlah
1764 100,0
Berdasarkan tabel 5.6 diatas dapat
dilihat bahwa proporsi terbesar adalah ibu
bersalin tidak KPD yaitu sebesar 1484
(84,1%).
Tabel 5.7 Hubungan Paritas Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada Ibu Bersalin di
RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari – Desember 2012
No
1
2
3
Paritas
Primipara
Multipara
Grandemultipara
KPD Pada Ibu Bersalin
Ya
Tidak
n
%
n
%
110 12,4 779 87,6
158 20,3 622 79,7
12
12,6 83
87,4
280 15,9 1484 84,1
Jumlah
n
889
780
95
1764
%
100
100
100
100
P
Value
0,000
Jumlah
Berdasarkan tabel 5.7 dapat dilihat bahwa yang mengalami ketuban pecah dini
terdapat 110 (12,4%) pada ibu primipara, 158 ibu (20,3%) pada multipara, dan 12 (12,6%)
pada ibu grandemultipara. Sedangkan ibu yang tidak mengalami ketuban pecah dini terdapat
779 (87,6%) pada ibu primipara, 622 (79,7%) pada ibu multipara, dan 83 (87,4%) pada ibu
grandemultipara.
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
6
Hasil analisa uji chi square di
peroleh nila p value sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan p value lebih kecil dari α
sehingga menunjukkan adanya hubungan
antara paritas dengan kejadian ketuban
pecah dini.
Tabel 5.8 Hubungan Kelainan Letak Janin Dengan Kejadian Ketuban Pecah Dini Pada
Ibu Bersalin di RSUD Dr.H.Soewondo Kabupaten Kendal bulan Januari –
Desember 2012
No
1
2
Kelainan Letak
Letak normal
Letak
sungsang/lintang
Jumlah
KPD Pada Ibu Bersalin
Ya
Tidak
n
%
n
%
253 14,7 1468 85,3
27
62,8 16
37,2
n
%
1721 100
43
100
280
1764 100
15,9
Berdasarkan tabel 5.8 dapat dilihat
ibu yang mengalami ketuban pecah dini
sebesar 253 (14,7%) pada ibu dengan letak
normal, sedangkan 27 (62,8%) pada ibu
dengan kelainan letak. Pada ibu bersalin
yang tidak mengalami ketuban pecah dini
terdapat 1468 (85,3%) pada ibu dengan
letak normal, sedangkan 16 (37,2%) pada
ibu dengan kelainan letak.
PEMBAHASAN
Analisa Univariat
Paritas Ibu Bersalin
Hasil penelitian yang dilakukan di
RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten
Kendal bulan Januari – Desember 2012,
didapatkan ibu bersalin dengan paritas
primipara sebanyak 889 (50,4%) ibu.
Primipara adalah seorang wanita yang
melahirkan hidup untuk pertama kali
(Mochtar, 2012).
Ibu bersalin primipara di RSUD Dr.
H. Soewondo Kabupaten Kendal sebagian
besar berusia 20 – 35 th yaitu sebesar 699
ibu, namun sebagian ada ibu bersalin
primipara yang berusia < 20 th sebanyak
190 ibu. Hal itu mungkin terjadi karena
pendidikan rata – rata ibu bersalin di
RSUD Dr . H. Soewondo Kabupaten
Kendal adalah SMP sebanyak 441 ibu,
sesuai dari teori Wawan (2011) bahwa
pendidikan itu diperlukan untuk mendapat
informasi salah satunya adalah hal yang
1484 84,1
Jumlah
P
value
0,000
Hasil analisa uji chi square di
peroleh nilai p value sebesar 0,000. Hal ini
menunjukkan p value lebih kecil dari α
sehingga menunjukkan adanya hubungan
antara kelainan letak dengan kejadian
ketuban pecah dini.
menunjang kesehatan sehingga dapat
meningkatkan kualitas hidup. Karena
semakin tinggi pendidikan seseorang
semakin mudah menerima informasi.
Untuk ibu bersalin multipara
terdapat 780 (44,2%) ibu. Multipara adalah
wanita yang pernah melahirkan bayi viable
beberapa kali (sampai 5 kali) (Mochtar,
2012). Ibu bersalin multipara di RSUD Dr.
H. Soewondo Kabupaten Kendal sebagian
besar berusia 20 – 35 tahun yaitu sebesar
778 ibu. Hal ini sudah sesuai karena ibu
sudah mempunyai kesiapan fisik dan
kematangan organ reproduksi untuk hamil
dan bersalin. Hal ini sesuai dengan
Balitbang BKKBN (2005), salah satu
kesiapan fisik bagi seorang ibu agar dapat
hamil dan melahirkan bayi yang sehat
adalah menyangkut faktor usia ibu pada
saat hamil. Pada usia 20 – 35 tahun
merupakan periode yang baik untuk hamil
dan melahirkan. Pada masa tersebut organ
reproduksi
khususnya
organ
yang
berkaitan dengan proses kehamilan dan
kelahiran telah tumbuh secara sempurna
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
7
sehingga diharapkan telah siap menjalani
proses kehamilan dan kelahiran yang sehat.
Selain dari faktor usia, faktor pendidikan
juga dapat mempengaruhi paritas pada ibu.
Hal ini ditunjukkan dari sebagian besar
pendidikan ibu bersalin multipara adalah
SMA yaitu sebanyak 631 ibu. Hal tersebut
menandakan bahwa ibu yang mempunyai
pendidikan tinggi maka akan semakin
mudah menerima informasi khususnya hal
– hal yang menunjang kesehatan sehingga
dapat meningkatkan kualitas hidup
(Wawan, 2011).
Dari hasil yang didapatkan ibu
bersalin grandemultipara sebanyak 95
(5,4%) ibu. Grandemultipara adalah wanita
yang pernah melahirkan lebih dari 5 kali
atau lebih, hidup ataupun mati (Mochtar
2012). Pada ibu dengan grandemultipara
sebagian besar berusia > 35 tahun yaitu
sebesar 94 ibu. Pada ibu bersalin
grandemultipara rata – rata mempunyai
pendidikan SMA dan SMP, sedangkan
untuk pendidikan D3/ S1 tidak ada yang
bersalin
grandemmultipara.
Ini
menunjukkan bahwa semakin tinggi
pendidikan seseorang maka semakin
mudah untuk menerima informasi. Hal ini
sesuai dengan pendapat dari Wawan
(2011), bahwa pendidikan seseorang
diperlukan untuk mendapatkan informasi
terutama untuk hal yang menunjang
kesehatan agar dapat meningkatkan
kualitas hidup.
Kelainan Letak
Hasil penelitian yang dilakukan di
RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten
Kendal bulan Januari – Desember 2012,
didapatkan ibu bersalin dengan kelainan
letak sebanyak 43 ibu, dengan di dominasi
letak sungsang. Kelainan letak merupakan
suatu penyulit persalinan yang sering
terjadi karena keadaan atau posisi janin
dalam rahim yang tidak sesuai dengan
jalan lahir, yaitu seperti letak lintang dan
letak sungsang. Hal ini terjadi karena
ketidakteraturan bagian terendah janin
untuk menutupi atau menahan Pintu Atas
Panggul (PAP), sehingga mengurangi
tekanan terhadap membran bagian bawah
(Rukiyah, 2010).
Ibu bersalin yang mengalami kelainan
letak berusia 20 – 35 tahun yaitu sebanyak
36 ibu, namun ada pula ibu yang bersalin
berusia < 20 tahun dan > 35 tahun yang
mengalami kelainan letak. Sedangkan
pendidikan ibu bersalin dengan kelainan
letak sungsang sebagian besar adalah ibu
berpendidikan SMA yaitu sebanyak 17 ibu,
namun untuk ibu bersalin yang mempunyai
pendidikan tinggi (D3 / S1) hanya sedikit
yang mengalami kelainan letak yaitu
sebanyak 10 ibu. Ibu yang tidak
mengalami kelainan letak sebanyak 1721
(97,6%) ibu. Sebagian besar ibu yang tidak
mengalami kelainan letak adalah ibu
bersalin berusia 20 – 35 tahun. Hal ini
dikarenakan pada usia tersebut organ
reproduksi sudah siap untuk hamil dan
bersalin. Selain itu pendidikan ibu bersalin
dengan letak normal sebagian sama besar
mulai dar SMP, SMA dan D3 / S1. Dari
kedua hal tersebut (letak normal dan letak
sungsang), dapat menunjukkan bahwa ibu
yang mempunyai pendidikan tinggi akan
semakin mudah menerima informasi
terutama untuk hal yang menyangkut
tentang
kesehatan,
karena
tingkat
pendidikan banyak menentukan sikap dan
tindakan dalam menghadapi berbagai
masalah (Wawan, 2011).
Keuban Pecah Dini
Hasil penelitian yang dilakukan di
RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten
Kendal bulan Januari – Desember 2012,
didapatkan ibu bersalin dengan ketuban
pecah dini sebanyak 280 (15,9%) ibu.
Ketuban pecah dini yang merupakan
pecahnya ketuban sebelum inpartu yaitu
bila pembukaan pada primi kurang dari 3
cm dan pada multipara kurang dari 5cm
(Mochtar, 2012). Ibu yang mengalami
ketuban pecah dini adalah ibu bersalin
yang berusia 20 – 35 tahun, namun tidak
sedikit pula ibu yang mengalami ketuban
pecah dini berusia < 20 tahun dan > 35
tahun. Hal tersebut bisa disebabkan
berbagai faktor, seperti faktor obstetrik,
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
8
kebiasaan merokok, riwayat hubungan
seksual sebelumnya, faktor usia, karena
semakin tua usia ibu maka dapat
menyebabkan ketuban kurang kuat, selain
itu pada ibu yang melahirkan beberapa kali
dan mengalami ketuban pecah dini
sebelumnya diyakini lebih beresiko
mengalami ketuban pecah dini pada
kehamilan
berikutnya
(Cunningham,
2005).
Ibu bersalin yang mengalami
ketuban pecah dini sebagian besar
mempunyai pekerjaan sebagai buruh yaitu
sebesar 85 ibu. Hal ini dapat disebabkan
aktivitas ibu yang berlebih dapat
menyebabkan keletihan pada ibu sehingga
dapat menggangu konstrasi dan pikitran
ibu, sehingga berpengaruh pada keadaan
kehamilan ibu yang dapat menyebabkan
terjadinya ketuban pecah dini (Varney,
2007).
Analisa hubungan antara Paritas
dengan Kejadian Ketuban Pecah dini
(KPD) pada Ibu Bersalin
Dari hasil analisis uji chi-square
diperoleh nilai p value sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan p value < α (0,05) yang
berarti bahwa terdapat hubungan antara
paritas ibu bersalin dengan kejadian
ketuban pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian, dari
1764 ibu bersalin di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal bulan
Januari – Desember 2012, didapatkan ibu
bersalin primipara yang mengalami
ketuban pecah dini sebanyak 110 (12,4%)
dari 889 ibu. Pada ibu bersalin primipara
seharusnya tidak rentan terhadap kejadian
ketuban pecah dini. Karena ibu belum
pernah hamil atau mengalami peregangan
uterus sebelumnya. Selain itu ibu bersalin
primipara jaringan ikat dan vaskularisasi
masih kuat. Faktanya di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal masih
banyak ibu bersalin primipara yang
mengalami ketuban pecah dini. Ibu
primipara yang mengalami ketuban pecah
dini berkaitan dengan kondisi psikologis,
mencakup sakit saat hamil, gangguan
fisiologis seperti emosi dan termasuk
kecemasan akan kehamilan (Cunninghan,
2005).
Pada
ibu
yang
mengalami
kecemasan, emosi saat hamil akan
mengganggu kondisi ibu, karena kelenjar
adrenal akan menghasilkan hormon
kortisol. Sehingga ketika ibu mengalami
kecemasan bagian otak yang bernama
amygdala akan mengirim sinyal ke
hypotalamus, kemudian dari hypotalamus
memproduksi
hormon
CRH
yang
berhubungan
dengan
ACTH
(Adenokortikotropik), kemudian ACTH
akan mengirim sinyal kepada kelenjar
adrenal untuk melepaskan kortisol. Tetapi
apabila produksi kortisol berlebih akan
menekan sistem kekebalan tubuh, sehingga
dimungkinkan ibu akan mudah terkena
infeksi
/
inflamasi
yang
dapat
menyebabkan peningkatan aktifitas iL-1 dan
prostaglandin,
menghasilkan
kolagenase
jaringan, sehingga terjadi depolimerasi kolagen
pada selaput korion / amnion, menyebabkan
ketuban tipis, lemah dan mudah pecah spontan
sehingga terjadi ketuban pecah dini (Maria,
2009).
Untuk ibu bersalin multipara yang
mengalami KPD sebanyak 158 (20,3%)
dari 780 ibu. Pada ibu bersalin multipara
seharusnya tidak terlalu rentan untuk
mengalami kejadian ketuban pecah dini,
karena kekuatan dari serviks masih bagus.
Selain itu rata – rata ibu bersalin multipara
berusia 20 – 35 tahun yang secara organ
reproduksi masih bagus untuk hamil dan
bersalin. Faktanya di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal masih
banyak ibu bersalin multipara yang
mengalami ketuban pecah dini. Hal ini
dapat terjadi karena pada ibu bersalin
multipara akan mempengaruhi proses
embriogenesis sehingga selaput ketuban
yang terbentuk akan lebih tipis yang akan
menyebabkan ketuban mudah pecah
(Maria, 2009).
Untuk
ibu
bersalin
grandemultipara yang mengalami ketuban
pecah dini sebanyak 12 (12,6%) dari 95
ibu
bersalin.
Pada
ibu
bersalin
grandemultipara memang rentan terhadap
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
9
kejadian ketuban pecah dini. Faktanya di
RSUD Dr. H. Soewondo Kabupaten
Kendal
banyak
ibu
bersalin
grandemultipara yang mengalami ketuban
pecah dini terutama ibu bersalin berusia >
35 tahun, ini karena ibu sudah pernah
hamil atau uterus sudah pernah membesar
sebelumnya sehingga apabila ibu hamil
kembali lagi uterusnya akan semakin
meregang serta kekuatan jaringan ikat dan
vaskularisasi berkurang sehingga dapat
menyebabkan pada daerah tertentu
inferiornya
menjadi
rapuh
(Winkjosastro,2008).
Hal tersebut juga sesuai dengan
pendapat Mochtar (2012), bahwa salah
satu faktor resiko yang berhubungan
dengan timbulnya ketuban pecah dini
adalah paritas. Pendapat ini juga diperkuat
oleh teori dari Morgan (2009), bahwa
paritas memungkinkan kerusakan serviks
selama pelahiran sebelumnya. Hal ini juga
diperkuat dengan teori lain yang
manyatakan bahwa ketuban pecah dini
akan meningkat pada ibu besalin
grandemultipara. Dalam teori tersebut
dikatakan bahwa selaput ketuban yang
tidak kuat sebagai akibat kurangnya
jaringan ikat dan vaskularisasi sehingga
menyebabkan
ketuban
pecah
dini
(Yulaikhah, 2008).
Sedangkan ibu primipara yang
tidak mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 779 (87,6%) dari 889 ibu. Pada
ibu bersalin primipara yang tidak
mengalami ketuban pecah dini memang
tidak rentan terhadap kejadian ketuban
pecah dini. Faktanya masih banyak ibu
primipara yang tidak mengalami ketuban
pecah dini. Hal tersebut sesuai dengan
teori manuaba (2007), bahwa pada ibu
primipara belum pernah melahirkan
sehingga belum mengalami peregangan
atau pembesaran uterus, dan kerusakan
servik belum terjadi, serta jaringan ikat dan
vaskularisasi yang masih kuat.
Untuk ibu bersalin multipara yang
tidak mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 622 (79,7%) dari 780 ibu. Pada
ibu bersalin multipara memang tidak
terlalu rentan terhadap kejadian ketuban
pecah dini. Faktanya masih cukup banyak
ibu bersalin multipara yang tidak
mengalami ketuban pecah dini. Hal ini
mungkin dipengaruhi oleh keadaan servik
ibu yang masih kompeten, karena apabila
ibu serviknya sudah inkompeten maka
akan menjadi faktor predisposisi dari
ketuban pecah dini. Hal ini sesuai dengan
teori yang dikemukakan oleh Sujiyatini
(2009), bahwa salah satu faktor
predisposisi dari ketuban pecah dini adalah
servik inkompeten.
Untuk ibu bersalin grandemultipara
yang tidak mengalami ketuban pecah dini
sebanyak 83 (87,4%) dari 95 ibu. Pada ibu
bersalin
grandemultipara
seharusnya
rentan terhadap kejadian ketuban pecah
dini. Namun faktanya di RSUD Dr. H.
Soewondo Kabupaten Kendal banyak ibu
bersalin grandemultipara yang tidak
mengalami ketuban pecah dini. Keadaan
ini mungkin dipengaruhi beberapa hal lain,
karena untuk penyebab dari ketuban pecah
dini belum diketahui secara pasti. Selain
itu ibu bersalin mungkin tidak mengalami
faktor predisposisi yang lain, yaitu: riwayat
Ketuban pecah dini sebelumnya, kelainan
letak, servik inkompeten.
Analisa hubungan antara Kelainan
Letak dengan Kejadian Ketuban Pecah
dini (KPD) pada Ibu Bersalin
Dari hasil uji statistik chi-square
diperoleh nilai p value sebesar 0,000. Hal
ini menunjukkan p value < α (0,05) yang
berarti bahwa terdapat hubungan antara
kelainan letak dengan kejadian ketuban
pecah dini.
Berdasarkan hasil penelitian dari
1764 ibu bersalin yang mengalami
kelainan letak dengan ketuban pecah dini
terdapat 27 (62,8%) dari 43 ibu. Pada ibu
bersalin dengan kelainan letak sangat
rentan terhadap kejadian ketuban pecah
dini. Faktanya ibu bersalin dengan
kelainan letak yang mengalami ketuban
pecah dini cukup banyak. Kelainan letak
merupakan suatu penyulit persalinan yang
sering terjadi karena keadaan atau posisi
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
10
janin dalam rahim yang tidak sesuai
dengan jalan lahir yang menyebabkan
terjadinya ketidakteraturan bagian terendah
janin untuk menutupi atau menahan Pintu
Atas Panggul (PAP), serta mengurangi
tekanan terhadap membran bagian bawah
dan bagian terendah ketuban langsung
menerima tekanan intrauterin yang
dominan sehingga dapat menyebabkan
ketuban pecah dini (Sujiyatini, 2010).
Untuk ibu bersalin letak normal
yang mengalami ketuban pecah dini,
terdapat 253 (14,7%) dari 1721 ibu. Pada
ibu bersalin letak normal seharusnya tidak
rentan terhadap kejadian ketuban pecah
dini. Faktanya di RSUD Dr. H. Soewondo
Kabupaten Kendal masih banyak ibu letak
normal yang mengalami ketuban pecah
dini. Karena kejadian ketuban pecah dini
belum diketahui secara pasti faktor
penyebabnya, oleh sebab itu mungkin
kejadian ketuban pecah dini pada ibu letak
normal dapat dipengaruhi faktor lain,
sesuai dengan teori yang dikemukakan
oleh Nugroho (2010), penyebab ketuban
pecah dini masih belum diketahui dan
tidak dapat ditentukan secara pasti, ada
beberapa faktor predisposisi untuk
kejadian ketuban pecah dini yaitu : infeksi,
sosial, paritas, riwayat ketuban pecah dini
sebelumnya, merokok, riwayat hubungan
seksual, kelainan letak. Selain itu rata –
rata pekerjaan ibu bersalin adalah sebagai
buruh. Pekerjaan sebagai buruh akan
menyebabkan ibu keletihan ibu sehingga
meningkatkan resiko terjadinya ketuban
pecah dini (Varney, 2007).
Ibu bersalin yang letak normal
tetapi tidak ketuban pecah dini sebanyak
1468 (85,3%) dari 1721 ibu. Pada ibu letak
normal tidak rentan terhadap kejadian
ketuban pecah dini. Faktanya banyak ibu
bersalin letak normal yang tidak
mengalami ketuban pecah dini. Hal ini
mungkin karena ibu tidak termasuk dalam
faktor predisposisi dari ketuban pecah dini
yang salah satunya adalah kelainan letak
(Nugroho,2010).
Untuk ibu bersalin kelainan letak
tetapi tidak mengalami ketuban pecah dini
sebesar 16 (37,2%) dari 43 ibu. Pada ibu
dengan kelainan letak seharusnya rentan
terhadap kejadian ketuban pecah dini.
Namun di RSUD Dr. H. Soewondo Kendal
banyak ibu yang mengalami kelainan letak
tapi tidak ketuban pecah dini. Keadaan ini
mungkin dipengaruhi oleh berbagai hal,
salah satunya pekerjaan ibu yang sebagian
ibu kelainan letak adalah bekerja sebagai
ibu rumah tangga yang hanya mengurus
pekerjaan rumah dengan sedikit aktivitas.
Oleh karena itu pekerjaan ibu yang ringan
tidak membuat ibu terlalu banyak
beraktivitas yang dapat membuat ibu
keletihan sehingga dapat mengganggu
kehamilan ibu yang berakibat terjadinya
ketuban pecah dini (Varney, 2007).
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1. Paritas ibu bersalin paling banyak
adalah ibu bersalin primipara yaitu
sebesar 889 ibu (50,4%).
2. Ibu bersalin dengan kelainan letak
sebesar 43 ibu (2,4%)
3. Ibu bersalin dengan ketuban pecah dini
sebanyak 280 ibu (15,9%)
4. Ada hubungan antara paritas dengan
kejadian ketuban pecah dini
5. Ada hubungan antara kelainan letak
dengan kejadian ketuban pecah dini.
Saran
1. Bagi Penelliti selanjutnya
Diharapkan bagi peneliti selanjutnya
dapat mengembangkan penelitian ini
dengan menggali faktor lain yang
berhubungan dengan kejadian ketuban
pecah dini pada ibu bersalin sehingga
hasilnya dapat dijadikan sebagai
masukan dalam upaya penurunan
kejadian KPD.
2. Bagi Institusi Pelayanan Kesehatan
Diharapkan
Institusi
pelayanan
kesehatan (RSUD Dr. H. Soewondo
Kendal) dapat meningkatkan kualitas
pelayanan
Antenatal
Care
dan
memberikan
penanganan
dari
penatalaksanaan lebih lanjut dan benar
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
11
pada ibu bersalin khususnya pada
kasus Ketuban Pecah Dini.
3. Bagi Tenaga Kesehatan
Disarankan agar tenaga kesehatan
khususnya bidan dapat menggerakkan
program KB dan melakukan deteksi
dini kelainan letak pada ibu agar dapat
dilakukan
reposisi
sehingga
mengurangi
faktor
predisposisi
kejadian ketuban pecah dini.
DAFTAR PUSTAKA
Admin.(2011).Kesehatan Ibu. Kementrian
kesehatan republik Indonesia
http://www.kesehatanibu.depkes.g
o.id,. Diakses pada tangal
24Maret 2013
Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur
Penelitian Suatu Pendekatan
Praktik. Jakarta : Rineka Cipta
Cunningham,F.Gary.(2005).Obstetri
William edisi 21.Jakarta: Buku Kedokteran
DKK Kendal. (2011). Profil Kesehatan
Kabupaten Kendal
DKK Kendal. (2012). Profil Kesehatan
Kabupaten Kendal
DKK.(2011).Profil
kesehatan
Jawa
Tengah.
http://www.jatengprov.go.id.
Diakses pada tanggal 29 Maret
2013
Fadlun, A.Ferryanto. (2011). Asuhan
Kebidanan Patologis. Jakarta :
Salemba Medika
Hidayat, A. Aziz Alimul.2011. Metode
Penelitian Kebidanan dan Teknik
Analisis Data. Jakarta : Salemba
Medika
Hidayat, Asri dan Sujiyatini.(2010).
Asuhan Kebidanan Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika
Mansjoer, Arif, dkk. (2007). Kapita
Selekta Kedokteran. Jakarta :
Media Aesculapis
Manuaba, Ide Ayu Chandranita, dkk.
(2010).
Ilmu
Kebidanann,
Penyakit Kandungan, dan KB
untuk Pendidikan Bidan. Jakarta :
EGC
Manuaba,Ida Bagus Gede,dkk. (2007).
Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC
Morgan,Gery. (2009). Obstetri dan
Ginekologi.Jakarta :EGC
Norwitz, Errol R dan Schorge, John D.
(2008). Obstetri dan Ginekologi.
Jakarta: Erlangga
Notoadmodjo, Soekidjo. 2005. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Notoadmodjo, Soekidjo. 2010. Metodologi
Penelitian Kesehatan. Jakarta :
Rineka Cipta
Nugroho,taufan.(2010).Buku Ajar Obstetri.
Yogyakarta: Nuha Medika
Nursalam. 2011. Konsep dan Penerapan
Metodologi
Penelitian
Ilmu
Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika
Rukiyah,
Ai
Yeyeh.(2010).Asuhan
Kebidanan
IV(Patologi
Kebidanan).Jakarta : Trans Info
Media
Saifuddin, B.A., dkk. (2009). Buku Acuan
Nasional Pelayanan Kesehatan.
Jakarta : PT. Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo
Sinsin, Lis. (2008). Seri Kesehatan Ibu dan
Anak Masa Kehamilan dan
Persalinan. Jakarta : PT.Elex
Media Komputindo
Sofian, Amru. (2012). Rustam Mochtar
Sinopsis Obstetri Jilid 1. Jakarta : EGC
Sujiyatini.,dkk. (2009). Asuhan Patologi
Kebidanan.Yogyakarta: Nuha Medika
Sumarah, dkk. (2009). Perawatan Ibu
Bersalin (Asuhan Kebidanan
Pada Ibu Bersalin). Yogyakarta :
Fitramaya
Varney, Helen. 2007. Buku Ajar Asuhan
Kebidanan. Jakarta : EGC
Wiknjosastro, Hanifa. (2008). Ilmu
Kebidanan. Jakarta : PT. Bina
Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Wawan,A dan M, Dewi. (2010). Teori dan
Pengukuran Pengetahuan Sikap
dan
Perilaku
Manusia.
Yogyakarta : Nuha Medika
Yulaikhah, Lily. (2008). Seri Asuhan
Kebidanan Kehamilan. Jakarta : EGC
HUBUNGAN PARITAS DAN KELAINAN LETAK DENGAN KEJADIAN KETUBAN PECAH DINI (KPD) PADA
IBU BERSALIN DI RSUD Dr.H.SOEWONDO KENDAL KABUPATEN KENDAL TAHUN 2012
12
Download