BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Diungkapkan oleh John R. Wenburg & Willian W. Wilmot “ komunikasi adalah suatu usaha untuk memperoleh makna” 1, yaitu komunikasi berfungsi sebagai salah satu cara untuk menyampaikan pesan berupa buah pikiran, pandangan, dan lainnya. Dalam proses mentransmisikan pesan tersebut melibatkan elemen-elemen didalamnya, seperti simbol-simbol, kode-kode dan tanda- tanda dan pada prosesnya elemen-elemen tersebut mengalami pemaknaan oleh komunikan, yang akhirnya terciptalah sebuah pemahaman oleh si Komunikan. Menurut Carey tentang komunikasi : “komunikasi adalah proses yang tertanam dalam kehidupan kita sehari-hari yang menginformasikan cara kita menerima, memahami, dan mengkonstruksikan pandangan kita tentang realitas dan dunia”. 2 Pesan yang dihasilkan dalam proses komunikasi dikatakan berhasil disaat transmisi pesan oleh pembuat pesan mampu 1 Elvinaro Ardianto , dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media , 2007), hal. 68. 2 John Fiske , Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. (Yogyakarta : Jalasutra., 2007), hal. X. 1 merengkuh para pemakna pesan untuk berpola tingkah dan berpikir seperti si pemberi pesan harapkan. Pesan akan mampu menembus benak si penerima pesan lebih cepat tanpa terlalu banyak mengalami noise (gangguan) apabila dalam proses pemilihan simbol-simbol, kode-kode dalam pesan dilakukan pemilihan sesuai dengan simbol-simbol, kode-kode yang dipakai oleh si pemakna pesan, sehingga pada prosesnya akan mempermudah terbentuknya kesamaan pemaknaan dan tidak terjadi pembiasan makna dari pesan yang coba disampaikan sang pemberi pesan. Karena kesaaman elemen-elemen tersebut, pemaknaan akan pesan yang coba dibentuk oleh si pemberi pesan lebih cepat difahami oleh si pemakna pesan karena pemilihan elemen dari pesan tersebut telah sesuai dengan referensi yang dimiliki oleh si pemakna pesan. “……, namun kesamaan dalam hal-hal tertentu, misalnya agama, ras (suku) , bahasa,tingkat pendidikan atau tingkat ekonomi akan mendorong orang-orang untuk saling terkait dan pada gilirannya karena kesamaan tersebut komunikasi mereka menjadi lebih efektif. 3” Seperti juga yang dinyatakan oleh Erving Goffman: “dunia sosial itu pada dasarnya adalah ambigu, dimana obyek, actor, kondisi dan peristiwa tidak memiliki makna yang inheren. Makna diciptakan melalui tindakan manusia yang mengorganisasi, mengkarakterisasi dan mengidentifikasi pengalaman dengan menggunakan definisi yang difahami bersama. Makna tersebut dibatasi dan sifatnya relatif terhadap konteks sosial di mana makna itu diciptakan. Makna dipelajari melalui proses sosialisasi, orang cenderung bertindak berdasarkan pada makna tersebut tanpa melakukan penilaian kembali dan tanpa kesadaran akan kekuatan-kekuatan sosial yang menciptakananya”4. 3 4 Deddy Mulyana, Ilmu komunikasi suatu pengantar . (Bandung : PT. Remaja Rosdakarya, Januari 2005), Hal. 107. Ratna Noviani,( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2002), Hal. 52. 2 Komunikasi pada tahap berikutnya bukan hanya sekedar proses penyampaian pesan dari pemberi pesan dan kemudian mendapatkan respon balik dari pemakna pesan, tetapi komunikasi adalah sebuah proses dimana pesan yang sampai kemudian diolah kembali oleh si pemakna pesan. Andai pesan tersebut berhasil sampai tepat sasaran kepada si pemakna pesan ,maka pesan tersebut mampu mempengaruhi si pemakna pesan, mampu merubah pola pemikiran dan pada akhirnya mampu merubah pola prilaku si pemakna pesan. Dalam prosesnya sebuah kebudayaaan, ada keterkaitan erat antara komunikasi dan budaya, komunikasi adalah sebuah proses, sedangkan budaya adalah hasil dari proses tersebut yang kemudian mengalami sebuah pergerakanpergerakan untuk merepresentasikan hasil dari proses komunikasi tersebut. Budaya dapat dipahami sebagai tatanan kehidupan yuang didalamnya manusia membangun makna melalui praktik-praktik representasi simbolik ….(yakni) dengan berkomunikasi satu sama lain. (Tomlinson, 1999 :18) 5 Oleh sebab itu komunikasi dan budaya adalah dua hal yang sangat berkaitan, dan komunikasi adalah salah satu yang paling berperan penting dalam proses terbentuknya sebuah budaya, karena lewat komunikasilah pesan-pesan yang disampaikan pemberi pesan, memperoleh stimulus dari pemakna pesan. Stimulus yang timbul akan mampu menciptakan pola pemikiran, pemahaman, pendapat dan tingkah laku pada pemakna pesan, yang pada jangka waktu yang relatif lama pola tersebut mampu terbentuk menjadi suatu budaya. Di dalam berkomunikasi terjadi proses aktif 5 pertukaran nilai-nilai, pemahaman- Idi Subandy Ibrahim, Budaya Popular Sebagai Komunikasi, (Yogyakarta : Jalasutra , 2007) hal. Xxi. 3 pemahaman, dll yang pada akhirnya memunculkan sebuah kesepakatan bersama dan pola tingkah laku yang sama dan pada akhirnya terciptalah sebuah kebudayaan. Kebudayaan dan masyarakat adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan. Kebudayaan sebuah masyarakat juga tidak bisa dipisahkan dengan komunikasi. Komunikasi penting bagi inovasi budaya dan budaya penting untuk kelangsungan hidup manusia. Melalui komunikasi kita membangun budaya dan ketika berkomunikasi, kita berkomunikasi secara budaya ( Lull. 2000 : 10) 6 Selain itu juga didukung oleh John Fiske yang menyatakan komunikasi sangat vital dalam proses kebudayaan: “ saya berasumsi bahwa komunikasi adalah sentral bagi kehidupan budaya kita : tanpa komunikasi kebudayaan dari jenis apapun akan mati” 7. Kebudayaan juga merupakan proses pentransferan simbol-simbol yang telah ada kepada generasi penerusnya, seperti kutipan berikut : “Kebudayaan merupakan sistem mengenai konsepsi-konsepsi yang diwariskan dalam bentuk simbolik, yang dengan cara ini manusia dapat berkomunikasi, melestarikan, dan mengembangkan pengetahuan dan sikapnya terhadap kehidupan”8 Karena manusia adalah mahluk simbolik yang tidak lepas dari simbolsimbol. Simbol-simbol inilah yang akhirnya membuat manusia saling memaknai antara satu dengan yang lainnya. Dari pemaknaan tersebut maka ada penilaianpenilaian terhadap sesuatu hal yang juga menjadi penunjang akan terciptanya sebuah budaya baru. 6 ibid 7 John Fiske , Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. (Yogyakarta : Jalasutra., 2007) hal.8. 8 Irwan.Abdullah , Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaaan, (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, November 2006), hal. 1 4 Menurut Ernst Cassirer (filosuf Amerika berasal Jerman) manusia merupakan animal symbolicam yaitu mahluk yang penuh dengan lambang. 9 Dalam hal ini Levi-Strauss memberi pengertian tentang budaya sebagai : ”Budaya merupakan sebuah proses pemahaman bukan hanya untuk memahami alam atau realitas eksternal, melainkan juga sistem sosial yang merupakan bagian dari identitas sosial sekaligus identitas sosialnya itu sendiri serta kegiatan keseharian orang-orang di dalam sistem tersebut. Kita memahami diri kita sendiri, relasi sosial kita, dan ”realitas” yang semuanya dihasilkan oleh proses kultural yang sama.”10 Pemikiran Levi-Strauss tersebut yaitu berusaha menjelaskan bahwa proses komunikasi dalam masyarakat dengan menggunakan elemen-elemen yang sama dalam proses penyampaian informasinya, akan menciptakan sebuah kesamaan pemahaman dan pemaknaan di masyarakat, yang pada akhirnya dapat berakibat pada ditemukannya sebuah kultural yang sama di dalam masyarakat tersebut. Featherstone juga merumuskan tentang budaya sebagai : ”... sebuah kebudayaan dari ruang yang relatif kecil yang didalamnya individu-individu yang hidup disana melakukan hubungan sehari-hari secara face-to-face...penekanan adalah pada sifat kebudayaan sehari-hari yang a takefor-granted,kebiasaan (habits) dan repetitif...stok pengetahuan bersama..yang berlaku terus sepanjang masa dapat mencakup ritual, simbol,dan upacaraupacara yang menghubungkan orang-orang dengan tempat (place) dan common sense tentang masa lalu.” 11 Komunikasi sebagai proses menyampaikan informasi juga dapat menggunakan media agar pesan dapat sampai kepada komunikannya lebih cepat, lebih efektif, bahkan lebih jelas. Penggunaan media dalam komunikasi menjadi 9 Djoko Widagdho,dkk, Ilmu Budaya Dasar,( Jakarta.: Bumi Aksara , 1993) , hal. 26. 10 John Fiske , Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. (Yogyakarta : Jalasutra., 2007) , hal. 167. 11 Yasraf Amir Piliang, Dunia Yang Dilipat , ( Yogyakarta : Jalasutra, 2004) , hal. 286. 5 lebih efisien dibandingkan apabila dilakukan dari mulut ke mulut, kerena sifat media yang mampu mencapai massa (lebih dari dua orang) dalam penyebaran informasi yang diberikannya. Lebih jelasnya tentang media dikemukakan oleh James W. Carey melalui Teori media. James W. Carey (1989), pernah melukiskan dua pandangan tentang komunikasi-model transmisi dan model ritual. Apa yang disebut “media lama” seperti radio, televisi, dan surat kabar termasuk dalam model transmisi. Karena media ini, dengan sifatnya mempromosikan sistem langsung, satu arah, dan dari atas kebawah, yang secara teoritis mengganggap khalayak pasif dan media kuat. Persfektif transmisional memandang media sebagai pengirim informasi untuk tujuan control; yakni, baik apakah media memiliki efek pada prilaku kita maupun tidak. Sedangkan,perspektif ritual, sebagaimana ditulis Carey, memandang media bukan sebagai sarana pentransmisian “pesan di dalam ruang” melainkan yang terpenting untuk “pemeliharaan masyarakat pada suatu kurun waktu.” Komunikasi “bukanlah tindakan menyampaikan informasi, melainkan representasi keyakinan bersama.” Dengan kata lain persfektif ritual penting untuk memahami arti penting budaya dari komunikasi massa. Salah satu media komunikasi untuk menyampaikan pesan adalah iklan. Iklan adalah salah satu sarana dan juga contoh model komunikasi yang menggunakan banyak atribut komunikasi untuk menyentuh para target pasarnya (komunikannya), iklan dipakai oleh para pembuat 6 pesan (komunikator) untuk mempengaruhi para target pasarnya untuk melakukan apa yang pembuat pesan inginkan.12 Dilihat dari waktu, maka media memberikan efek yang berpengaruh dalam waktu pendek maupun dalam waktu yang lama terhadap kehidupan sosial. Dalam waktu pendek, suatu efek media akan mendapat respon individu dan mendapat perlawanan dari masyarakat. Akan tetapi dalam waktu yang lama, efek ini akan diadopsi dan terdifusi dalam kehidupan sosial. Dalam arti bahwa pengaruh-pengaruh inovasi media akan terdistribusi dalam pengetahuan individu pada kelompok. Keadaan ini dapat dilihat sebagai sebuah proses yang disengaja. 13 Media juga adalah alat untuk membentuk sebuah budaya, karena penggunaan media sebagai alat pendukung dalam menyebarkan sesuatu, maka media juga dapat digunakan sebagai alat pendukung proses komunikasi antara satu orang atau lebih, yang pada akhirnya akan mempercepat proses keselarasan pemikiran dan pemahaman yang mampu menciptakan pola hidup atau budaya yang baru. Media merupakan saluran yang berpengaruh dalam distribusi kebudayaan global yang secara langsung mempengaruhi gaya hidup. 14 Untuk mempercepat proses penyebaran informasi di lakukan proses komunikasi yang besar-besaran yang melibatkan banyak media pendukung, proses inilah yang disebut komunikasi massa, dimana komunikasi massa adalah proses untuk menpercepat suatu informasi untuk sampai dari komunikator kepada 12 John Fiske , Cultural and Communication Studies: Sebuah Pengantar Paling Komperhensif. (Yogyakarta : Jalasutra., 2007) , hal. Ix. 13 14 Burhan Bungin, Erotica media massa, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, juli 2001 ), Hal. 19. Irwan.Abdullah , Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaaan, (Yogyakarta. : pustaka pelajar ,November 2006) , Hal 50 7 komunikannya, dan juga akan berdampak cepat karena proses dari komunikasi massa ini yang menjangkau lebih dari satu orang. Komunikasi massa (mass communication) adalah komunikasi yang menggunakan media massa, baik cetak (surat kabar, majalah) atau elektronik (radio, televise) yang dikelola oleh suatu lembaga atau orang yang dilembagakan, yang ditujukan kepada sejumlah orang yang tersebar dibanyak tempat, anonym dan heterogen. Pesan-pesan disampaikan secara cepat, pesanpesan bersifat umum , serentak dan selintas (khususnya media elektronik) 15 Komunikasi massa adalah mengkomunikasikan pesan melalui media massa. Media massa digunakan sebagai alat untuk menyebarkan informasi secara cepat kepada komunikannya. Pengaruh efek media massa juga mengubah kognitif, afektif, dan perilaku individu. Pengaruh ini juga berakibat pada sistem sosial, budaya struktur dan dinamikan-dinamika konsensus, kontrol, adaptasi, konflik, dan perubahan.16 Dan media massa adalah alat yang banyak digunakan untuk menyampaikan pemikiran-pemikiran, prilaku-prilaku ,dan lainnya kepada orang banyak. Media massa selain mengandung nilai manfaat sebagai alat transformasi, namun juga sering tidak sengaja menjadi media informasi yang ampuh untuk menabur nilai-nilai baru yang tidak diharapkan masyarakat itu sendiri.17 Karena media adalah tempat yang sangat tepat untuk menaburkan nilainilai baru berarti media juga berfungsi untuk merubah pola pikir akan sesuatu menjadi pola pikir yang lain, disinilah kegunaan media menjadi lebih besar, salah 15 Elvinaro Ardianto , Lukiati Komala,Siti Karlinah, Komunikasi Massa Suatu Pengantar edisi revisi, (Bandung : Simbiosa Rekatama Media , 2007), hal.75 16 17 Burhan Bungin, Erotica media massa, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, juli 2001 ), Hal 21 Ibid, hal. 1 8 satunya sebagai media promosi ,media promosi digunakan untuk kepentingan suatu perusahaan atau badan untuk menjual dan menginformasikan produknya dan disinilah digunakan media yaitu iklan. Iklan adalah jenis media dipakai saat untuk menyampaikan informasi tentang produk dan menaburkan nilai-nilai baru tentang sesuatu yang berhubungan dengan produk yang coba di tawarkan atau dijual. Iklan atau advertising dapat didefinisikan sebagai “ any paid form nonpersonal communication about an organization, product, service, or idea by an identified sponsor” (setiap bentuk komunikasi non personal mengenai suatu organisasi , produk, servis, atau ide yang di bayar oleh suatu sponsor yang di ketahui). 18 Iklan bertujuan untuk memasarkan atau menginformasikan sesuatu hal kepada khalayak banyak dengan menggunakan media, tujuan dari pembuatan iklan adalah untuk membuat khalayak mau melakukan atau bertindak sesuai dengan yang diharapkan oleh si pengiklan yaitu dengan membeli, selalu menggunakan jasa, mengutamakan produk dari si pengiklan. Sebagai media informasi, iklan menempatkan diri sebagai bagian penting dalam mata rantai kegiatan ekonomi kapitalis. Karenanya, iklan selalu dilihat sebagai bagian dari media kapitalis, dalam arti iklan adalah bagian tak terpisahkan dari rangkaian kegiatan perusahaan yang tidak lain adalah milik kapitalis. Demikian pula kehadiran iklan semata-mata untuk menyampaikan ‘pesan’ kapitalis sehingga dapat dipastikan iklan komersial hanya lahir dari 18 Yasraf Amir Piliang, Postrealitas ; realitas kebudayaan dalam era posmetafisika, (Yogyakarta : Jalasutra, 2009), hal. 14. 9 konsep-konsep kapitalis. Oleh karena itu pula iklan tetap hidup dan berkembang bersama dengan kapitalis. 19 Sebagai media komunikasi dalam berpromosi, iklan pada promosinya telah banyak yang mengangkat tema budaya. Dengan tujuan tertentu iklan tersebut diproduksi dengan tema budaya, beberapa alasannya yaitu melihat pada jenis target sasaran dari produk yang diiklankan, agar produk tersebut terlihat dekat dengan masyarakat, dan adapula alasan lain karena produk tersebut ditampilkan seakan masuk dalam suatu kebudayaan dan beberapa jenis alasan lain. Faktor yang paling luas dan paling abstrak yang mempengaruhi pembelian konsumen adalah faktor budaya yang merupakan suatu kompleksitas dari makna, nilai , norma, dan tradisi yang dipelajari dan dibagi oleh anggota suatu masyarakat. Norma dan nilai budaya memberikan arah dan petunjuk kepada anggota masyarakat dalam seluruh aspek kehidupan termaksuk juga prilaku konsumsi mereka, faktor budaya memiliki pengaruh paling luas dan paling dalam20 Melihat dari alasan dalam memilih tema budaya, iklan produksi dalam negeri telah banyak memproduksi iklan yang mengusung tema budaya bangsa Indonesia, dengan suku-suku, adat-adat budaya,serta nilai-nilai yang dianut oleh bangsa Indonesia dan ditambah dengan sentuhan yang semakin kreatif pula pada tema yang disampaikan dalam iklan-iklannya. Sebuah budaya yang akan memasuki dunia hiburan, maka budaya itu umumnya menempatkan unsur populer sebagai unsur utamanya. Budaya ini akan memperoleh kekuatan manakala media massa digunakan sebagai jalan pintas penyebaran pengaruh di masyarakat. Seperti misalnya, kapten Medison Avenue 19 20 Burhan Bungin, Erotica media massa, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, juli 2001 ), Hal 90 Morrison, Periklanan dan komunikasi pemasaran terpadu, (Tangerang : Ramdina Prakarsa, mei 2007), Hal. 97. 10 yang menggunakan media untuk menjual produk melalui studio dan televisi (Agger ,1992 : 24) 21 Iklan-iklan yang berhubungan dengan kebudayaan Indonesia ini dimunculkan dengan menayangkan endoser (model iklan) mengenakan pakaianpakaian adat tertentu, melakukan kebiasaan pada adat-adat tertentu, berbicara dengan logat pada adat-adat tertentu, dan bahasa atau kata-kata yang dipakai pada adat-adat tertentu, bahkan kebiasaan-kebiasaan yang sangat melekat pada adat tertentu. Tema kebudayaan dari berbagai suku di Indonesia ini menjadi menarik bagi beberapa produsen iklan karena pemanfaatan tema budaya dari suatu suku tertentu dirasakan memiliki faedah bagi produk yang coba dipasarkan kepada target marketnya. Beberapa alasan mungkin yang mampu menyebabkan diambilnya keputusan untuk memproduksi iklan dalam tema kebudayaan tertentu disebabkan oleh penggunaan iklan-iklan yang berhubungan dengan kebudayaan dapat dirasa lebih memudahkan dalam menarik perhatian khalayak karena yang diiklankan adalah hal-hal yang dekat di masyarakat bahkan kenyataan yang memang ada di masyarakat, sehingga pemilihan iklan dengan tema budaya ini dipilih oleh para pembuat iklan. Banyak produk yang mengambil tema kebudayaan daerah di Indonesia untuk tujuan agar produk mampu ditampilkan sebagai produk yang dekat dengan keseharian masyarakat Indonesia, padahal dalam kenyataannya produk tersebut 21 Burhan Bungin, Erotica media massa, (Surakarta : Muhammadiyah University Press, juli 2001 ), Hal 96. 11 adalah produk-produk multinasional yang masuk ke Indonesia yang berupa untuk mencapai target marketnya yaitu masyarakat Indonesia, seperti misalnya Coca Cola sebuah produk multinasional yang telah dikenal diseluruh dunia. “dari sudut studi kebudayaan (cultural studies) muktahir, kita bisa melihat bagaimana fenomena produk minuman seperti coca cola, ternyata tidak hanya sebatas minuman untuk membunuh rasa haus, tetapi ia juga telah menjadi simbol budaya global”. 22 Dalam hal ini Coca- cola sebagai brand multinasional mencoba untuk masuk dalam pasar Indonesia, perusahaan ini melakukan banyak gagasan agar produk yang dikenal sebagi produk multinasional ini dapat masuk kedalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satu cara yang dipakai oleh Coca-cola dalam menembus pasar Indonesia adalah dengan memproduksi iklan-iklan yang berhubungan dengan kebudayaan di Indonesia dan dengan cara inilah produk multinasional ini berusaha masuk ke dalam pasar masyarakat Indonesia. Berdasarkan proses konsumsi dapat dilihat bahwa konsumsi citra (image) disatu pihak telah menjadi proses konsumsi yang penting dimana citra yang dipancarkan oleh suatu produk dan praktek (seperti pakaian dan makanan) merupakan alat eksperesi diri bagi kelompok. 23 Seperti yang dijelaskan oleh Yasraf Amir Piliang dalam bukunya ’Dunia yang Dilipat’ yang menjelaskan tentang eksploitasi budaya lokal yang dilakukan oleh budaya global: 22 23 Idi Subandy Ibrahim, Budaya Popular Sebagai Komunikasi, (Yogyakarta : Jalasutra , 2007) , Hal. 91. Irwan.Abdullah , Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaaan, (Yogyakarta. : pustaka pelajar ,November 2006), Hal. 34. 12 ”tradisi budaya – yang di dalam sistem kapitalisme mutakhir bukannya dilenyapkan, akan tetapi justru dikemas secara sistematis dalam bentuk komoditi” 24 . Iklan-iklan Coca-Cola banyak yang mengusung tema kebudayaankebudayaan Indonesia didalamnya, seperti salah satu contohnya yaitu iklannya Coca-Cola versi “Si Kabayan” yang sangat lekat dengan unsur kebudayaan Jawa Barat yaitu Sunda. Menampilkan sosok si Kabayan yang datang ke kota besar dengan membawa semua atribut-atribut yang melekat dengan unsur dari budaya masyarakat Sunda. Dalam iklan ini ditampilkan seorang si Kabayan sosok ikon dari masyarakat Sunda Jawa Barat, ditampilkan dengan atribut ketradisionalannya, dengan pakaian dan pola bahasa yang merujuk pada suatu daerah yaitu Jawa Barat. Pada iklan ini pada pembukaan ditampilkan sosok si Kabayan yang sangat desa dengan segala atributnya, tiba-tiba kemudian pada pertengahan cerita si Kabayan telah menjadi sosok yang tidak terlalu kampungan, dengan menanyakan minuman Coca-cola, dan pada akhir adegan iklan, ditampilkan si Kabayan yang telah menjadi masyarakat modern dengan meminum Coca cola dan memakai kacamata. Pada iklan ini banyak hal yang coba ditampilkan oleh si Pengiklan, satu sisi kebudayaan Indonesia atau kebudayaan tradisional dengan ikonnya si Kabayan, dan disisi lain kebudayaan modern dengan ikonnya yaitu Coca cola. Sepintas apabila mencoba memahami iklan ini, coca cola berusaha menyampaikan pesan bahwa minuman ini adalah minuman untuk siapa saja dan sudah sangat 24 Yasraf Amir Piliang, Dunia Yang Dilipat , ( Yogyakarta : Jalasutra, 2004) , hal. 281. 13 dikenal oleh semua orang, bahkan orang dari desapun yang jauh dari informasi dan kehidupan modern pun telah mengenal coca-cola. Di sisi lain, iklan ini mencoba memasukan ideologinya sebagai produk multinasional dan barang kapital, di iklan ini ingin disampaikan bahwa semua jenis kehidupan modern akan dapat diperoleh dengan meminum atau mengkonsumsi coca-cola. Alasan peneliti melakukan penelitian pada TVC Coca cola versi “si kabayan” ini karena iklan ini memperlihatkan sebuah kebudayaan di Indonesia (Sunda -Jawa Barat) yaitu seorang “Kabayan” yang menjadi ikon dari mayarakat Sunda- Jawa Barat yang masih sangat menjunjung tinggi adat sundanya (yang ditampilkan lewat elemen-elemen iklan) tetapi ”si Kabayan” yang dimunculkan iklan ini telah mengalami sebuah pengkontruksian oleh produk minuman Coca cola yaitu dengan menampilkan seorang si Kabayan yang sangat Sundais/ tradisional yang mencoba menjadi bagian dari masyarakat modern, dan telah menjadi bagian dari sebuah produk modernitas dengan mengkonsumsi Coca Cola. Proses konsumsi simbolis merupakan tanda penting dari pembentukan gaya hidup di mana nilai-nilai simbolis dari suatu produk dan praktik telah mendapat penekanan yang besar dibandingkan dengan nilai-nilai kegunaan dan fungsional. 25 1.2 Perumusan Masalah Peneliti akan memfokuskan penilitian iklan Coca Cola dari Coca cola versi “Si Kabayan” ini kepada: 25 Irwan.Abdullah , Konstruksi dan Reproduksi Kebudayaaan, (Yogyakarta. : pustaka pelajar ,November 2006), Hal. 47. 14 1. tanda-tanda apa yang digunakan dalam mempresentasikan nilai-nilai budaya tradisional dan modern dalam iklan televisi Coca cola dengan sub-brand Coca cola versi “Si Kabayan” ? 2. Apa makna yang terbentuk dari tanda-tanda yang digunakan dalam iklan televisi Coca Cola versi “si Kabayan”? 3. ideologi apa yang terdapat dalam iklan televisi oleh Coca cola dengan sub-brand Coca cola versi “Si Kabayan.? 1.3 Tujuan Penelitian Setelah mengatahui pokok permasalahan dari iklan Coca cola ini maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui : 1. penggunaan tanda-tanda untuk merepresentasikan nilai-nilai budaya yang terdapat dalam iklan coca cola versi “si Kabayan” 2. makna-makna yang terkandung dalam tanda-tanda yang dipakai oleh iklan dan merepresentasikan nilai-nilai budaya didalamnya. 3. ideologi yang terkandung dalam iklan Coca-cola versi “Si Kabayan” 15 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini terdiri dari dua bagian yaitu manfaat akademis/ teori dan manfaat praktis. 1.4.1 Manfaat Akademik hasil penelitian ini semoga dapat menjadi literatur tertentu untuk bidang studi semiotika dan dapat memberikan wawasan baru untuk bidang studi semiotika,dan agar penelitian ini pun akan mampu memberi manfaat sebagai studi yang mengkaji tentang makna dan tanda-tanda yang terdapat didalam iklan dan juga mampu mengolah ketertarikan akan ilmu dari bidang studi semiotika . 1.4.2 Manfaat Sosial a. Hasil penelitian ini dapat dijadikan satu pola piker dan pola pandangan baru bagi masyarakat secara umum dalam menilai ideologi-ideologi yang terdapat dalam suatu iklan, sehingga tidak menerima pesan iklan secara mentah tetapi bersifat lebih kritis pada iklan-iklan yang ditayangkan. 16