BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1 Code Vision AVR Ada banyak jenis software yang dapat digunakan sebagai editor yang sekaligus menyediakan compiler untuk mikrokontroler Atmel AVR dengan menggunakan bahasa C, diantaranya MikroC for AVR, WinAVR, Image Craft ICC AVR, IAR Embedded Workbench for AVR, dan CodeVision AVR. Atmel AVR Atmel AVR jenis ATmega8 yang populer dipakai Atmel AVR adalah jenis mikrokontroler yang paling sering dipakai dalam bidang elektronika dan instrumentasi. Mikrokontroler AVR ini memiliki arsitektur RISC (Reduce Instruction Set Computing) delapan bit, di mana semua instruksi dikemas dalam kode 16-bit (16 bits word) dan sebagian besar instruksi dieksekusi dalam 1 (satu ) siklus clock. Nama AVR sendiri berasal dari "Alf (Egil Bogen) and Vegard (Wollan) 's Risc processor" dimana Alf Egil Bogen dan Vegard Wollan adalah dua penemu berkebangsaan Norwegia yang menemukan mikrokontroller AVR yang kemudian diproduksi oleh Atmel. Secara umum, AVR dapat dikelompokkan dalam 10 kelas, yaitu: Keluarga AVR Otomotif Keluarga AVR Z-Link Keluarga AVR Manajemen Batere Keluarga AVC CAN Keluarga AVR LCD Keluarga AVR Pencahayaan Keluarga TinyAVR Keluarga MegaAVR ATMega8 Keluarga AVR USB Keluarga XMEGA Untuk menulis program dan pada AVR, telah disediakan sebuah software yang bernama AVR Studio. Selain itu, terdapat beberapa cross compiler dari pihak ketiga yang dapat digunakan seperti CodeVision AVR Compiler atau ICC AVR.pat beberapa cross 4 Universitas Sumatera Utara compiler dari pihak ketiga yang dapat digunakan seperti CodeVision AVR Compiler atau ICC AVR. CodeVisionAVR adalah sebuah compiler C yang telah dilengkapi dengan fasilitas Integrated Development Environment (IDE) dan didesain agar dapat menghasilkan kode program secara otomatis untuk mikrokontroler Atmel AVR. Program ini dapat berjalan dengan menggunakan sistem operasi Windows® XP, Vista, Windows 7, dan Windows 8, 32-bit dan 64-bit. Integrated Development Environment (IDE) telah dilengkapi dengan fasilitas pemrograman chip melalui metodeIn-System Programming sehingga dapat secara otomatis mentransfer file program ke dalam chipmikrokontroler AVR setelah sukses dikompilasi. Software In-System Programmer didesain untuk bekerja ketika dihubungkan dengan development board STK500, STK600, AVRISP mkII, AVR Dragon, AVRProg (AVR910 application note), Atmel JTAGICE mkII, Kanda System STK200+STK300, Dontronics DT006, Vogel Elektronik VTEC-SIP, Futurlec JRAVR and MicroTronics ATCPU, dan Mega2000.Untuk mengingkatkan kehandalan program ini, maka pada CodeVisionAVR (Automatic Voltage Regulator) juga terdapat kumpulan pustaka (library) untuk: a. Modul LCD Alphanumeric b. Philips I2C bus c. National Semiconductor Sensor Temperatur LM75 d. Philips PCF8563, PCF8583, dan Maxim/Dallas Semiconductor Real Time Clock DS1302 dan DS1307 e. Maxim/Dallas Semiconductor1wire protocol 5 Universitas Sumatera Utara f. Maxim/Dallas Semiconductor Sensor TemperaturDS1820, DS18S20, dan DS18B20 g. Maxim/Dallas Semiconductor Termometer/Thermostat DS1621 h. Maxim/Dallas Semiconductor EEPROMs DS2430 dan DS2433 i. SPI j. Power Management k. Delays l. Gray Code Conversion m. MMC/SD/SD HC Flash memory cards low level access n. Akses FAT pada MMC/SD/SD HC Flash memory card CodeVisionAVR dapat menghasilkan kode program secara otomatis melalui fasilitas CodeWizardAVR Automatic Program Generator. Dengan adanya fasilitas ini maka penulisan program dapat dilakukan dengan cepat dan lebih efisien. Seluruh kode dapat diimplementasikan dengan fungsi sebagai berikut: a. Identifikasi sumber reset b. Mengatur akses memori eksternal c. Inisialisasi port input/output d. Inisialisasi interupsi eksternal e. Inisialisasi timer/counter dan watchdog timer f. Inisialisasi USART dan interupsi buffer untuk komunikasi serial g. Inisialisasi komparator analog dan ADC h. Inisialisasi interface SPI dan Two Wire Interface (TWI) i. Inisialisasi interface CAN 6 Universitas Sumatera Utara j. Inisialisasi I2C Bus, sensor suhu LM75, thermometer/thermostat DS1621, dan real time clock PCF8563, PCF8583, DS1302, DS1307 k. Inisialisasi 1 wire bus dan sensor suhu DS1820/DS18S20 l. Inisialisasi modul LCD Gambar 2.1.1. Software Code Vision AVR 2.2 Mikrokontroler Mikrokontroler adalah sebuah sistem komputer fungsional dalam sebuah chip. Di dalamnya terkandung sebuah inti prosesor, memori (sejumlah kecil RAM, memori program, atau keduanya), dan perlengkapan input output. Dengan kata lain, mikrokontroler adalah suatu alat elektronika digital yang mempunyai masukan dan keluaran serta kendali dengan program yang bisa ditulis dan dihapus dengan cara khusus, cara kerja mikrokontroler sebenarnya membaca dan menulis data. Sekedar contoh, bayangkan diri Anda saat mulai belajar membaca dan menulis, ketika Anda sudah bisa melakukan hal itu Anda bisa membaca tulisan apapun baik buku, cerpen, artikel dan sebagainya, dan Andapun bisa pula menulis hal-hal sebaliknya. Begitu pula jika Anda sudah mahir 7 Universitas Sumatera Utara membaca dan menulis data maka Anda dapat membuat program untuk membuat suatu sistem pengaturan otomatik menggunakan mikrokontroler sesuai keinginan Anda. Mikrokontroler merupakan komputer didalam chip yang digunakan untuk mengontrol peralatan elektronik, yang menekankan efisiensi dan efektifitas biaya. Secara harfiahnya bisa disebut “pengendali kecil” dimana sebuah sistem elektronik yang sebelumnya banyak memerlukan komponen-komponen pendukung seperti IC TTL dan CMOS dapat direduksi/diperkecil dan akhirnya terpusat serta dikendalikan oleh mikrokontroler ini. Mikrokonktroler digunakan dalam produk dan alat yang dikendalikan secara otomatis, seperti sistem kontrol mesin, remote controls, mesin kantor, peralatan rumah tangga, alat berat, dan mainan. Dengan mengurangi ukuran, biaya, dan konsumsi tenaga dibandingkan dengan mendesain menggunakan mikroprosesor memori, dan alat input output yang terpisah, kehadiran mikrokontroler membuat kontrol elektrik untuk berbagai proses menjadi lebih ekonomis. Dengan penggunaan mikrokontroler ini maka : Sistem elektronik akan menjadi lebih ringkas. Rancang bangun sistem elektronik akan lebih cepat karena sebagian besar dari sistem adalah perangkat lunak yang mudah dimodifikasi. Pencarian gangguan lebih mudah ditelusuri karena sistemnya yang kompak. Agar sebuah mikrokontroler dapat berfungsi, maka mikrokontroler tersebut memerlukan komponen eksternal yang kemudian disebut dengan sistem minimum. Untuk membuat sistem minimal paling tidak dibutuhkan sistem clock 8 Universitas Sumatera Utara dan reset, walaupun pada beberapa mikrokontroler sudah menyediakan sistem clock internal, sehingga tanpa rangkaian eksternal pun mikrokontroler sudah beroperasi. Yang dimaksud dengan sistem minimal adalah sebuah rangkaian mikrokontroler yang sudah dapat digunakan untuk menjalankan sebuah aplikasi. Sebuah IC mikrokontroler tidakakan berarti bila hanya berdiri sendiri. Pada dasarnya sebuah sistem minimal mikrokontroler AVR memiliki prinsip yang sama.Pada pembahasan ini Mikrokntroler yang digunakan adalah AVR Atmega32. Fitur lengkap pada AVR ATMega32 adalah: 1. High-performance, Low-power Atmel®AVR® 8-bit Microcontroller 2. Advanced RISC Architecture 3. Powerful Instructions – Most Single-clock Cycle Execution 4. 32 × 8 General Purpose Working Registers 5. Fully Static Operation 6. Up to 16 MIPS Throughput at 16MHz 7. On-chip 2-cycle Multiplier 8. High Endurance Non-volatile Memory segments a. 32Kbytes of In-System Self-programmable Flash program memory b. 1024Bytes EEPROM c. 2Kbytes Internal SRAM d. Write/Erase Cycles: 10,000 Flash/100,000 EEPROM e. Data retention: 20 years at 85°C/100 years at 25°C f. Optional Boot Code Section with Independent Lock Bits In-System Programming by On-chip Boot Program True Read-While-Write Operation 9 Universitas Sumatera Utara g. Programming Lock for Software Security 9. JTAG (IEEE std. 1149.1 Compliant) Interface a. Boundary-scan Capabilities According to the JTAG Standard b. Extensive On-chip Debug Support c. Programming of Flash, EEPROM, Fuses, and Lock Bits through the JTAG Interface 10. Peripheral Features a. Two 8-bit Timer/Counters with Separate Prescalers and Compare Modes b. One 16-bit Timer/Counter with Separate Prescaler, Compare Mode, and Capture Mode c. Real Time Counter with Separate Oscillator d. Four PWM Channels e. 8-channel, 10-bit ADC 8 Single ended Channels 7 Differential Channels in TQFP Package Only 2 Differential Channels with Programmable Gain at 1x, 10x, or 200x f. Byte-oriented Two-wire Serial Interface g. Programmable Serial USART h. Master/Slave SPI Serial Interface i. Programmable Watchdog Timer with Separate On-chip Oscillator j. On-chip Analog Comparator 11. Special Microcontroller Features a. Power-on Reset and Programmable Brown-out Detection b. Internal Calibrated RC Oscillator c. External and Internal Interrupt Sources 10 Universitas Sumatera Utara d. Six Sleep Modes: Idle, ADC Noise Reduction, Power-save, Power-down, Standby and Extended Standby 12. I/O and Packages a. 32 Programmable I/O Lines b. 40-pin PDIP, 44-lead TQFP, and 44-pad QFN/MLF 13. Operating Voltages a. 2.7V - 5.5V for ATmega32L b. 4.5V - 5.5V for ATmega32 14. Speed Grades a. 0 - 8MHz for ATmega32L b. 0 - 16MHz for ATmega32 15. Power Consumption at 1MHz, 3V, 25°C a. Active: 1.1mA b. Idle Mode: 0.35mA c. Power-down Mode: < 1μA Gambar 2.2.1. Konfigurasi Mikrokontroler ATMega32 11 Universitas Sumatera Utara 2.3 Pengertian Keypad Keypad adalah saklar-saklar push button yang disusun secara matriks yang berfungsi untuk menginput data seperti, input pintu otomatis, input absensi, input datalogger dan sebagainya. Saklar-saklar push button yang menyusun keypad yang digunakan umumnya mempunyai 3 kaki dan 2 kondisi, kondisi pertama yaitu pada saat saklar tidak ditekan, maka antara kaki 1, 2 dan 3 tidak terhubung (berlogika 1), sebagaimana terlihat pada gambar gambar 2.2.1. Gambar 2.3.1 : Keypad 4x4 Sedangkan pada kondisi kedua adalah saat saklar ditekan, maka kaki 1, 2 dan 3 akan terhubung dan berlogika 0 sebagaimana terlihat pada gambar 3.2 (b). 2.4 Selonoid Door Lock Solenoid Door Lock adalah salah satu selenoid pengunci otomatis yang difungsikan khusus sebagai selenoid untuk pengunci pintu brankas. Door Lock Selenoid ini membutuhkan tegangan supply 12V. Sistem kerja dari Selenoid Door Lock ini adalah NC (Normally Close). Katup selenoid akan tertarik jika ada tegangan dan sebaliknya katub selenoid akan memanjang jika tidak ada tegangan. Spesifikasi dari Selonoid Door Lock ini adalah: a. Material : Metal, Electronic Parts b. Rated Voltage : DC 12V 12 Universitas Sumatera Utara c. Current : 1A d. Stroke : 10mm e. Force : 15N f. Total Size : 6.4 x 2.6 x 2cm/2.5'' x 1'' x 0.8''(L*W*H) g. Cylinder Size : 2.8 x 1.8cm/1.1'' x 0.7'' (L*D) h. Cable Length : 18cm/7.1'' i. Net Weight : 108g j. Package Content : 1 x Door Solenoid Electromagnet k. Designed for 1-10 seconds long activation time Gambar 2.4.1. Selonoid Door Lock 2.5 LCD 2 X 16 LCD merupakan salah satu perangkat penampil yang sekarang ini mulai banyak digunakan. Penampil LCD mulai dirasakan menggantikan fungsi dari penampil CRT (Cathode Ray Tube), yang sudah berpuluh-puluh tahun digunakan 13 Universitas Sumatera Utara manusia sebagai penampil gambar/text baik monokrom (hitam dan putih), maupun yang berwarna. Teknologi LCD memberikan keuntungan dibandingkan dengan teknologi CRT, kaena pada dasarnya, CRT adalah tabung triode yang digunakan sebelum transistor ditemukan. Beberapa keuntungan LCD dibandingkan dengan CRT adalah konsumsi daya yang relative kecil, lebih ringan, tampilan yang lebih bagus, dan ketika berlama-lama di depan monitor, monitor CRT lebih cepat memberikan kejenuhan pada mata dibandingkan dengan LCD. Gambar 2.5.1 LCD 2x16 LCD memanfaatkan silicon atau gallium dalam bentuk Kristal cair sebagai pemendar cahaya. Pada layar LCD, setiap matrik adalah susunan dua dimensi piksel yang dibagi dalam baris dan kolom. Dengan demikian, setiap pertemuan baris dan kolom adalah sebuah LED terdapat sebuah bidang latar (backplane), yang merupakan lempengan kaca bagian belakang dengan sisi dalam yang ditutupi oleh lapisan elektroda trasparan. Dalam keadaan normal, cairan yang digunakan memiliki warna cerah. Daerah-daerah tertentu pada cairan akan berubah warnanya menjadi hitam ketika tegangan diterapkan antara bidang latar dan pola elektroda yang terdapat pad sisi dalam lempeng kaca bagian depan. Keunggulan LCD adalah hanya menarik arus yang kecil (beberapa microampere), sehingga alat atau sistem menjadi portable karena dapat menggunakan catu daya yang kecil. Keunggulan lainnya adalah tampilan yang 14 Universitas Sumatera Utara diperlihatkan dapat dibaca dengan mudah di bawah terang sinar matahari. Di bawah sinar cahaya yang remang-remang dalam kondisi gelap, sebuah lampu (berupa LED) harus dipasang dibelakang layar tampilan. LCD yang digunakan adalah jenis LCD yang menampilkan data dengan 2 baris tampilan pada display. Keuntungan dari LCD ini adalah : 1. Dapat menampilkan karakter ASCII, sehingga dapat memudahkan untuk membuat program tampilan. 2. Mudah dihubungkan dengan port I/O karena hanya mengunakan 8 bit data dan 3 bit control. 3. Ukuran modul yang proporsional. 4. Daya yang digunakan relative sangat kecil. D0 D1 D2 D3 D4 D5 D6 D7 RS 4 RW 5 EN 6 LCD 16x2 1 GND 3 LCD Drv 16 V-BL 10 11 12 13 11 12 13 14 2 VCC V+BL15 +5VDC Gambar 2.5.2. Konfigurasi Pin LCD Operasi dasar pada LCD terdiri dari empat, yaitu instruksi mengakses proses internal, instruksi menulis data, instruksi membaca kondisi sibuk, dan instruksi membaca data. ROM pembangkit sebanyak 192 tipe karakter, tiap karakter dengan huruf 5x7 dot matrik. Kapasitas pembangkit RAM 8 tipe karakter (membaca program), maksimum pembacaan 80x8 bit tampilan data. Perintah utama LCD adalah Display Clear, Cursor Home, Display ON/OFF, Display 15 Universitas Sumatera Utara Character Blink, Cursor Shift, dan Display Shift. Tabel 2.2 menunjukkan operasi dasar LCD. Tabel 2.5.1 Operasi Dasar LCD RS R/W Operasi 0 0 Input Instruksi ke LCD 0 1 Membaca Status Flag (DB7) dan alamat counter (DB0 ke DB6) 1 0 Menulis Data 1 1 Membaca Data Metode screening adalah mengaktifkan daerah perpotongan suatu kolo dan suatu baris secara bergantian dan cepat sehingga seolah-olah aktif semua. Penggunaan metode ini dimaksudkan untuk menghemat jalur yang digunakan untuk mengaktifkan panel LCD. Saat ini telah dikembangkan berbagai jenis LCD, mulai jenis LCD biasa, Passive Matrix LCD (PMLCD), hingga Thin-Film Transistor Active Matrix (TFT-AMLCD). Kemampuan LCD juga telah ditingkatkan daru yang monokrom hingga yang mampu menampilkan ribuan warna. Tabel 2.5.2 Konfigurasi Pin LCD Nomor Pin Nama Keterangan 1 GND Ground 2 VCC +5V 3 VEE Contras 4 RS Register Select 16 Universitas Sumatera Utara 5 RW Read/write 6 E Enable 7-14 D0-D7 Data bit 0-7 15 A Anoda (back light) 16 K Katoda (back light) Tabel 2.5.3. Konfigurasi LCD Pin Bilangan Biner Keterangan 0 Inisialisasi 1 Data 0 Tulis LCD / W (write) 1 Baca LCD / R (read) 0 Pintu Data Terbuka 1 Pintu data tertutup RS RW E Lapisan film yang berisis Kristal cair diletakkan di antara dua lempeng kaca yang telah ditanami elektroda logam transparan. Saat tegangan disatukan pada beberapa pasang elektroda, molekul – molekul Kristal cair akan menyusun diri agar cahaya yang mengenainya akan dipantulkan atau diserap. Dari hasil pemantulan atau penyerapan cahaya tersebut akan terbentuk pola huruf, angka, atau gambar sesuai bagian yang di aktifkan. LCD membutuhkan tegangan dan daya yang kecil sehingga sangat popular untuk aplikasi pada kalkulator, arloji digital, dan instrument elektronika lain seperti Global Positioning System (GPS), baragraph display dan multimeter 17 Universitas Sumatera Utara digital. LCD umumnya dikemas dalam bentuk Dual In Line Package (DIP) dan mempunyai kemampuan untuk menampilkan beberapa kolom dan baris dalam satu panel. Untuk membentuk pola, baik karakter maupun gambar pada kolom dan baris secara bersamaan digunakan metode Screening. LCD merupakan salah satu perangkat penampil yang sekarang ini mulai banyak digunakan. Penampil LCD mulai dirasakan menggantikan fungsi dari penampil CRT (Cathode Ray Tube), yang sudah berpuluh-puluh tahun digunakan. LCD memanfaatkan silicon atau gallium dalam bentuk Kristal cair sebagai pemendar cahaya. Pada layar LCD, setiap matrik adalah susunan dua dimensi piksel yang dibagi dalam baris dan kolom. Dengan demikian, setiap pertemuan baris dan kolom adalah sebuah LED terdapat sebuah bidang latar (backplane). 2.6 Light Emiting Diode (LED) LED adalah singkatan dari Light Emiting Dioda, merupakan komponen yang dapat mengeluarkan emisi cahaya. LED merupakan produk temuan lain setelah dioda. Strukturnya sama dengan dioda, tetapi belakangan ditemukan bahwa elektron yang menerjang sambungan P-N juga melepaskan energi berupa energi panas dan energi cahaya. Gambar 2.6.1: Light Emiter Diode (LED) 18 Universitas Sumatera Utara LED dibuat agar lebih efisien mengeluarkan cahaya. Untuk mendapatkan emisi cahaya pada semikonduktor, doping yang dipakai adalah galium, arsenic dan phosphorus. Jenis doping yang berbeda menghasilkan warna cahaya yang berbeda pula. Jika diberi tegangan maju, LED akan mengeluarkan cahaya. Warna cahaya yang akan dihasilkan tergantung dengan jenis material dari pertemuan intensitas cahayanya yang berbanding dengan arus maju yang mengalir. Arus maju yang diserap berkisar antara 10 sampai 20 mA untuk kecerahan nyala maksimum. LED juga dapat bekerja ketika kutub anoda dihubungkan pada tegangan listrik searah DC positif (+), dan kutub katode dihubungkan pada tegangan DC negative (-) . Dalam kondisi menghantar, tegangan maju pada LED merah adalah 1,6 sampai 2,2 volt, LED kuning 2,4 volt, LED hijau 2,7 volt. Sedangkan tegangan terbaik maksimum yang dibolehkan pada LED merah adalah 3 volt, LED kuning 5 volt, LED hijau 5 volt. Gambar 2.6.2 : Konstruksi LED Fungsi dari LED yaitu dimana konsumsi arus sangat kecil, awet dan kecil bentuknya (tidak makan tempat). Setelah itu terdapat keistimewaan tersendiri dari LED itu sendiri yaitu dapat memancarkan cahaya dingin, umur tidak dipendekan 19 Universitas Sumatera Utara oleh peng on-off-an yang terus menerus, tidak memancarkan sinar inframerah (terkecuali yang memang sengaja dibuat seperti itu). 2.7 Potensiometer Dalam Peralatan Elektronik, sering ditemukan Potensiometer yang berfungsi sebagai pengatur Volume di peralatan Audio / Video seperti Radio, Walkie Talkie, Tape Mobil, DVD Player dan Amplifier. Potensiometer juga sering digunakan dalam Rangkaian Pengatur terang gelapnya Lampu (Light Dimmer Circuit) dan Pengatur Tegangan pada Power Supply (DC Generator). Jadi apa sebenarnya Potensiometer itu? Potensiometer adalah salah satu jenis Resistor yang Nilai Resistansinya dapat diatur sesuai dengan kebutuhan Rangkaian Elektronika ataupun kebutuhan pemakainya. Potensiometer merupakan Keluarga Resistor yang tergolong dalam Kategori Variable Resistor. Secara struktur, Potensiometer terdiri dari 3 kaki Terminal dengan sebuah shaft atau tuas yang berfungsi sebagai pengaturnya. Gambar 2.7.1. Struktur Internal Potensiometer beserta bentuk dan simbol Pada dasarnya bagian-bagian penting dalam Komponen Potensiometer adalah : 1. Penyapu atau disebut juga dengan Wiper 20 Universitas Sumatera Utara 2. Element Resistif 3. Terminal Berdasarkan bentuknya, Potensiometer dapat dibagi menjadi 3 macam, yaitu : 1. Potensiometer Slider, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara menggeserkan Wiper-nya dari kiri ke kanan atau dari bawah ke atas sesuai dengan pemasangannya. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk menggeser wiper-nya. 2. Potensiometer Rotary, yaitu Potensiometer yang nilai resistansinya dapat diatur dengan cara memutarkan Wiper-nya sepanjang lintasan yang melingkar. Biasanya menggunakan Ibu Jari untuk memutar wiper tersebut. Oleh karena itu, Potensiometer Rotary sering disebut juga dengan Thumbwheel Potentiometer. 3. Potensiometer Trimmer, yaitu Potensiometer yang bentuknya kecil dan harus menggunakan alat khusus seperti Obeng (screwdriver) untuk memutarnya. Potensiometer Trimmer ini biasanya dipasangkan di PCB dan jarang dilakukan pengaturannya. Gambar 2.7.2. Jenis – Jenis Potensiometer 21 Universitas Sumatera Utara Sebuah Potensiometer (POT) terdiri dari sebuah elemen resistif yang membentuk jalur (track) dengan terminal di kedua ujungnya. Sedangkan terminal lainnya (biasanya berada di tengah) adalah Penyapu (Wiper) yang dipergunakan untuk menentukan pergerakan pada jalur elemen resistif (Resistive). Pergerakan Penyapu (Wiper) pada Jalur Elemen Resistif inilah yang mengatur naik-turunnya Nilai Resistansi sebuah Potensiometer. Elemen Resistif pada Potensiometer umumnya terbuat dari bahan campuran Metal (logam) dan Keramik ataupun Bahan Karbon (Carbon).Berdasarkan Track (jalur) elemen resistif-nya, Potensiometer dapat digolongkan menjadi 2 jenis yaitu Potensiometer Linear (Linear Potentiometer) dan Potensiometer Logaritmik (Logarithmic Potentiometer). Dengan kemampuan yang dapat mengubah resistansi atau hambatan, Potensiometer sering digunakan dalam rangkaian atau peralatan Elektronika dengan fungsi-fungsi sebagai berikut : 1. Sebagai pengatur Volume pada berbagai peralatan Audio/Video seperti Amplifier, Tape Mobil, DVD Player. 2. Sebagai Pengatur Tegangan pada Rangkaian Power Supply 3. Sebagai Pembagi Tegangan 4. Aplikasi Switch TRIAC 5. Digunakan sebagai Joystick pada Tranduser 6. Sebagai Pengendali Level Sinyal 22 Universitas Sumatera Utara 2.8 Buzzer Buzzer adalah sebuah komponen elektronika yang berfungsi untuk mengubah getaran listrik menjadi getaran suara. Pada era teknologi modern ini, pastinya alarm sudah tersedia di beberapa perangkat elektronik seperti ponsel dan juga jam memiliki alarm sebagai tanda peringatan. Rangkaian alarm atau tanda pengingat ini sudah menjadi salah satu penunjang penting dan tidak dapat dipisahkan di beberapa perangkat elektronik tersebut. Pada dasarnya prinsip kerja buzzer hampir sama dengan loud speaker, jadi buzzer juga terdiri dari kumparan yang terpasang pada diafragma dan kemudian kumparan tersebut dialiri arus sehingga menjadi elektromagnet, kumparan tadi akan tertarik ke dalam atau keluar, tergantung dari arah arus dan polaritas magnetnya, karena kumparan dipasang pada diafragma maka setiap gerakan kumparan akan menggerakkan diafragma secara bolak-balik sehingga membuat udara bergetar yang akan menghasilkan suara. Buzzer biasa digunakan sebagai indikator bahwa proses telah selesai atau terjadi suatu kesalahan pada sebuah alat (alarm). Gambar 2.8.1 Buzzer 23 Universitas Sumatera Utara