KONSEP TOLERANSI PERSPEKTIF ISLAMIC WORLDVIEW (TINJAUAN HISTORIS INTERAKSI ISLAM DENGAN AGAMA LAIN MASA NABI MUHAMMAD SAW.) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Kepada Program Studi Pemikiran Islam Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Surakarta untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar Magister dalam Pemikiran Islam Oleh : MOHAMMAD FUAD AL AMIN NIM : O 000 100 045 MAGISTER PEMIKIRAN ISLAM PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 Konsep Toleransi Perspektif Islamic Worldview (Tinjauan Historis Interaksi Islam dengan Agama Lain Masa Nabi Muhammad Saw.) Oleh Mohammad Fuad Al Amin1, M. Abdul Kholiq Hasan2, Syamsul Hidayat3 1 Mahasiswa UMS, 2Staf Pengajar UMS, 3Staf Pengajar UMS abstract The word tolerance is a term that first appeared in Western culture. He developed a style that is typical of the liberal Western thought. The term is widely used in the subsequent tolerance of Islamic thought. There are various interpretations of tolerance in Islamic thought. This study aims to reveal the concept of tolerance Islamic worldview perspective by studying the patterns of interaction between Muslims and other faiths that occurred in the time of Prophet Muhammad. This study is a descriptive and qualitative research including library research. Which is the subject of study is the history books about the interaction between Muslims and other faiths that occurred during the Prophet Muhammad. After the selection, the data were analyzed by using methods of historical analysis, a description of the problem, so that it can obtain a comprehensive understanding of the issues examined. The results showed that: 1) There has been interaction between Muslims and followers of other religions at the time of the Prophet Muhammad. 2) This interaction shows the concept of tolerance. 3) The concept of tolerant Islamic worldview perspective has its own characteristics and the appropriate form of Islamic law. Key words: Tolerance, Interaction, Islamic worldview 0 Pendahuluan Keberagaman, kemajemukan dan perbedaan merupakan sunnatullah yang telah dianugerahkan atas keberadaan manusia di dunia. Allah SWT. menjadikan manusia dalam bentuk yang bervariatif dalam perbedaan ras, etnis, suku, bangsa, agama, dan keyakinan. Allah swt. berfirman : ِ ِ ُّ إَِلَّ من رِحم رب.اح َدةً وََل ي زالُو َن ُمُْتلِ ِفْي ِ ك ََلعل النَّاس أ َُّمةً و ك َ ك َول َذل َ َ َ َ َْ َْ َ ََ َ َ َ َ َ َ َ َُّولَ ْو َشاءَ َرب ِ َّخلَ َقهم وََت ِ ْ َّاس أ ِ َّم ِم َن ا َْلِن َِّة َوالن ْي َ ِّت َكل َمةُ َرب ْ َ ُْ َ َ ْ َْجَع َ ك ََل َْملَئَ َّن َج َهن Jika Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia umat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih. Kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan untuk itulah Allah menciptakan mereka. Kalimat Tuhanmu (keputusan-Nya) telah ditetapkan: sesungguhnya Aku akan memenuhi Neraka Jahanam dengan jin dan manusia (yang durhaka) semuanya. (QS. Hud: 118-119)1 Syekh Rasyid Ridha mengatakan : redaksi yang menunjukkan bahwa Allah swt, menginginkan adanya ikhtilāf (perbedaan) di tengah manusia adalah dengan menciptakan mereka dalam kondisi siap ber-ikhtilāf dan berbeda dalam ilmu pengetahuan, pendapat serta perasaan mereka, juga konsekuensi dalam hal itu. Ikhtilāf adalah sesuatu yang formal dan alami dalam diri manusia.2 Perbedaan agama dan keyakinan seringkali menyebabkan terjadinya perselisihan, pertikaian, persengketaan, dan bahkan peperangan. Atas dasar permasalahan tersebut, para pemikir dan pemuka agama mencoba mencari rumusan yang tepat untuk mengatasi problematika tersebut. Salah satu rumusan tersebut adalah tentang konsep toleransi. Konsep toleransi diyakini dapat menjadi jembatan penghubung antar agama dan keyakinan untuk hidup secara damai dan berdampingan. Muhammad Imarah mengatakan 1 Dikutip dari Software Al-Qur’an Database XP 4.0. Muhammad Imarah, Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan terj. buku Al-Islam Wa al-Ta’adudiyah; Al-Ikhtilaf Wa al-Tanawwu’ Fi Ithâril Wihdah) (Jakarta: Gema Insani Press, 1999), hlm. 34. 2 1 : merupakan sesuatu hal yang mustahil terwujudnya sebuah kerukunan diantara pluralitas perbedaan tanpa adanya sebuah toleransi.3 Pada tahapan aplikatif (pelaksanaan), gagasan tentang toleransi seringkali dijadikan alternatif untuk propaganda pemikiran pluralisme, inklusivisme, liberalisme, dan juga dekonstruksi syari’ah. Dalam pandangan mereka, bersikap toleran berarti mendorong kepada setiap pemeluk agama untuk bersikap terbuka terhadap pemeluk agama lain dalam segala hal (muamalah, ibadah, dan aqidah). Konsep seperti ini banyak dipropagandakan oleh beberapa orang liberal seperti : Abed al-Jabri, Mohammed Arkoun, Gamal al-Banna, Nurkholis Majid dan Abdurrahman Wahid. Konsep toleransi pada pemahaman tersebut mencoba membongkar pemahaman Islam yang telah tsābitah (tetap) menjadi sesuatu yang mutaghayyirāt (berubah). Hal ini senada dengan ungkapan Mohammed Arkoun bahwa toleransi tidak akan pernah tercipta di dunia Islam kecuali setelah mendekonstruksi bangunan ortodoksi teologi tradisional seperti yang terjadi di Eropa modern. 4 Dan juga dalam buku Fikih Lintas Agama disebutkan tentang model toleransi dengan merubah hukum syari’ah, seperti dalam masalah nikah dan warisanl.5 Penulis memandang perlu dirumuskan sebuah konsep toleransi dalam perspektif Islamic worldview. Dan untuk menentukan hal tersebut, tentunya diperlukan sebuah acuan yang ideal. Islam memiliki dua unsur utama yang saling menunjang dan melengkapi. Unsur pertama bersumber dari kitab (al-Qur’an) dan unsur ke dua dari 3 Muhammad Imarah, al-Samâhah al-Islâmiyyah: Haqīqatu al-Jihâd, Wa al-Qitâl, Wa al-Irhâb (Kairo: Maktabah Syuruq al-Dauliyyah, 2005), hlm. 12. 4 Irwan Masduqi, Berislam Secara Toleran, (Bandung : Mizan, 2011), hlm. 55. 5 Hartono Ahmad Jaiz, Menangkal Bahaya JIL & FLA, (Jakarta: Pustaka al-Kautsar, 2004), hlm. 117. 2 kehidupan, yaitu kehidupan Nabi Muhammad saw. dan para sahabatnya. 6 Maka kedua unsur tersebut diperlukan untuk membuat sebuah tolak ukur konsep toleransi. Bertolak pada permasalahan tersebut, maka penulis memandang perlunya sebuah penelitian tentang pola interaksi antara umat Islam dengan pemeluk agama lain pada masa Nabi Muhammad saw. Kemudian dari hasil interaksi tersebut dapat dianalisis dengan menggunakan Islamic worldview. Adapun rumusan permasalahan dalam penelitian ini sebagai berikut: 1. Bagaimana interaksi Islam dengan agama lain pada masa Nabi Muhammad? 2. Bagaimana model toleransi pada masa Nabi Muhammad? 3. Bagaimana konsep toleransi perspektif Islamic Worldview? Berdasarkan rumusan permasalahan, maka penelitian ini bertujuan: 1. Untuk menjelaskan tentang konsep toleransi dari sudut pandang Islam. 2. Untuk menjelaskan tentang pola interaksi antara Islam dengan agama lain pada masa Nabi Muhammad. 3. Untuk menjelaskan tentang model toleransi pada masa Nabi Muhammad. 4. Untuk meluruskan pemahaman tentang konsep toleransi yang sesuai dengan islamic worldview Metode Penelitian Uraian tentang metode penelitian tersebut sebagaimana berikut: 1. Jenis Penelitian Penelitian ini merupakan jenis penelitian kualitatif deskriptif, yaitu penelitian dengan menggunakan studi teks atau pustaka yaitu studi pustaka yang lebih memerlukan olahan filosofik dan teoritik 6 dari pada empirik. 7 Studi ini Akbar S. Ahmed, Citra Muslim; Tinjauan Sejarah dan Sosiologi (terjemahan dari buku Discovering Islam, Making Sence of Muslim History and Society) (Jakarta: Erlangga, 1992), hlm. 30. 7 Noeng Muhadjir, Metodologi Penelitian Kualitatif (Yogyakarta: Rake Sarasin, 1996), hlm. 159. 3 menginformasikan kepada pembaca tentang hasil-hasil penelitian lain yang berkaitan erat dengan penelitian yang dilakukan saat itu, menghubungkan penelitian dengan literatur-literatur yang ada, dan mengisi celah-celah dalam penelitian sebelumnya.8 2. Pendekatan Penelitian Penelitian ini berupaya mengupas tentang konsep toleransi ditinjau dari aspek historis yang terjadi pada masa Nabi Muhammad saw. Oleh karena itu pendekatan yang digunakan dalam penulisan ini adalah pendekatan historis filosofis. Historis yaitu kajian dengan objek peristiwa yang terjadi pada masa lalu.9 Pendekatan historis berarti penelitian yang digunakan adalah penyelidikan terhadap keadaan-keadaan, perkembangan serta kejadian yang muncul pada masa lampau dan menimbang secara teliti dan hati-hati terhadap bukti validitas dari sumber sejarah serta interpretasi dari sumber keterangan tersebut. Pendekatan ini digunakan untuk menggambarkan kenyataan-kenyataan sejarah yang berkaitan dengan kondisional, sehingga dapat dipelajari faktor tempat yang mempengaruhi.10 Sedangkan pendekatan filosofis yaitu penelitian yang berupaya menjelaskan inti, hakikat, atau hikmah mengenai sesuatu yang berada di balik objek formanya. Kajian ini juga mencari sesuatu yang mendasar, asas, dan inti yang terdapat di balik yang bersifat lahiriyah.11 Selain itu, pendekatan filosofis lebih mengarah kepada bentuk elaborasi atau eksplanasi tentang suatu ajaran.12 8 John W. Creswell, Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010), hlm. 40. 9 Jalami Sahrodi, Metodologi Studi Islam :Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana Orientalis, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 120. 10 Arikunto, Suharsini, Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek, (Jakarta: PT Rineka Cipta, 1992), hlm. 25, lihat juga Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam (Jakarta: Rajawali Pers, 2011), hlm. 46-47. 11 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 42. 12 Abdul Rozak, Metodologi Studi Islam (Bandung: Pustaka Setia, 2008), hlm. 104. 4 Maka dapat disimpulakan, bahwa pendekatan histioris filosofis yaitu penelitian yang bersumber dari data sejarah dengan menguraikan dan menjelaskan inti, dan makna yang terkandung dari data tersebut. 3. Sumber Data Penelitian ini merupakan penelitian pustaka yang datanya diperoleh melalui sumber literatur (library research), yaitu kajian literatur melalui penelitian kepustakaan. Oleh karena itu dalam penelitian ini ada dua sumber yang dijadikan landasan yaitu sumber data primer dan sumber data sekunder. a. Data primer, yaitu tulisan-tulisan yang terkait langsung dengan konsep toleransi menurut Islam, dan sejarah tentang interaksi Islam dengan agama lain pada masa Nabi Muhammad. Diantara karya tersebut adalah buku al-Tasāmuh fi alIslām: al-Mabda’ wa al-Tathbīq karya Syauqi Abu Khalil, al-Mujtama’ al-Madanī fi ‘Ahdi al-Nubuwwat karya Akram Dhiya al-‘Umri, Mauqif al-Nabī min alDiyānat al-Tsalāsah : al-Watsaniyyah, wa al-Yahūdiyyah, wa al-Nashrāniyyah karya Hasan Khalid. b. Data sekunder, yaitu tulisan-tulisan yang terkait tidak langsung dengan tema penelitian. Diantara karya tersebut adalah buku al-Yahūd fi al-Qur’ān karya Sayyid Sabiq, al-Yahūd fi Misr karya Qasim Abduh, al-Mustauthonāt ‘Ala ‘Ahdi Rasūlillah saw. karya Ahmad Ali Majdub, Sirā’una Ma’a al-Yahūd fi Dhoi alSiyāsah al-Syar’iyyah karya Muhammad Usman, Man Hum al-Yahūd? karya Abdul Wahab al-Masiri dan karya-karya lainnya. 4. Analisis Data 5 Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis dari data yang diperoleh.13 Dalam melakukan analisis data, penulis menggunakan beberapa metode analisis. Pertama, interpretasi teks (penafsiran makna teks) atau philological approach (pendekatan filologi) atau fahmu al-nushūsh (pemahaman terhadap teks). Yaitu dengan mengklasifikasikan teks, menguji otentitas, kepengarangan, menyunting bagian-bagian yang dianggap kabur, memberikan penjelasan dan penafsiran, dan meneliti hubungan antar-teks itu sendiri.14 Kedua, analisis sejarah. Yaitu dengan menganalisis berbagai peristiwa yang terdapat dalam data dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek, latar belakang, dan pelaku dari peristiwa tersebut.15 Data yang diperoleh akan dianalisis secara berurutan dan interaksionis yang terdiri dari tiga tahap, yaitu: (1) Reduksi data, (2) Penyajian data, (3) Penarikan simpulan atau verifikasi.16 Pertama, setelah pengumpulan data selesai dilakukan, langkah yang selanjutnya adalah reduksi data yaitu menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu dan pengorganisasian sehingga data terpilah-pilah. Kedua, data yang sudah direduksi akan disajikan dalam bentuk narasi. Ketiga, penarikan kesimpulan dari data yang telah disajikan pada tahap kedua dengan mengambil kesimpulan. Hasil dan Pembahasan Konsep Toleransi Perspektif Islamic Worldview 1. Interaksi Umat Islam dengan nonmuslim Perspektif Islamic Worldview Interaksi antara muslim dengan nonmuslim telah terjadi sejak zaman Nabi Muhammad saw. Yang dimaksud dengan nonmuslim dalam meliputi pemeluk agama 13 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif, dan R &D, (Bandung : Alfabeta, 2008), hlm. 244. Abdul Rozak, Metodologi Studi Islam , hlm. 118. 15 Abuddin Nata, Metodologi Studi Islam, hlm. 46. 16 Miles, MB, and A.M. Huberman, Qualitative Data Analysis. (Beverley Hills: Sage Pub. 1984), hlm. 16 14 6 Watsaniyah (musyrikin), Yahudi, dan Nasrani. Secara garis besar, bentuk interaksi antara muslim dan nonmuslim terangkum dalam tiga hal pokok, diantaranya adalah: a. Interaksi dalam Muamalah. Yang dimaksud dengan muamalah yaitu hukum syar’i yang mengatur hubungan antar manusia di dunia.17 Contoh: jual beli, hutang piutang, gadai, sewa menyewa, pemberian hadiah, menjenguk orang sakit, bertetangga, dan beberapa aktivitas sosial lain. Aktivitas dalam muamalah duniawi antara muslim dan nonmuslim telah terwujud pada masa Nabi Muhammad saw. Dan Rasulullah saw. memperbolehkan adanya interaksi dengan orang kafir, selama tidak dalam masalah yang diharamkan. Disebutkan dalam kaidah ushul fiqh bahwa hukum asal dari suatu mu’amalah adalah mubah, kecuali ada dalil yang menunjukkan keharamannya. Dalam sebuah kaidah Ushul Fiqh disebutkan: ِ اَلَصل ِِف اَلَ ْشي ِ إَِلَّ َما َّ َّ ََلََ َْْ ِِِِْْو،ُاحة ب إل ا اء ََ َ ْ ُْ Hukum asal dari sesuatu (muamalah) adalah mubah (diperbolehkan), kecuali ada sesuatu yang menunjukkan akan keharamannya. b. Interaksi dalam ibadah. yang dimaksud dengan ibadah yaitu sesuatu yang dikerjakan untuk mengharap kecintaan dan ridha Allah dengan perkataan dan perbuatan.18 Atau segala hal yang berhubungan dengan tatacara pelaksanaan beribadah yang telah diatur oleh syari’at. Ibadah merupakan hubungan antara seorang hamba kepada penciptanya berupa ketaatan dalam melaksanakan perintah yang sesuai dengan petunjuknya. Maka dalam melaksanakan sebuah ibadah, harus menurut aturan yang telah ditetapkan. Para ulama telah bersepakat bahwa hukum asal dari ibadah adalah 17 Muhammad Usman Syubair, al-Mu’amalah al-Maliyah al-Mu’ashirah Fi al-Fiqh al-Islami, (Oman: Dar al-Nafais, 2007), hlm. 12. 18 Ibnu Taimiyah, al-‘Ubudiyyah, (Ismailiyyah: Dar Asholah, 1999), hlm. 19. 7 haram, kecuali ada dalil yang memperbolehkannya. Dalam kaidah ushul fiqh disebutkan: Hukum asal dari ibadah adalah haram. ِ ّاَلَصل ِِف العِبا ُْْات املْن ُع َو احلَظ َ ََ ْ ُْ c. Interaksi dalam Aqidah Islam tidak memberikan ruang interaksi dengan nonmuslim dalam masalah aqidah. Dalam artian, seorang muslim tidak boleh berkompromi tentang aqidahnya dengan nonmuslim. Rasulullah saw. telah mencontohkan tentang penolakan kompromi dalam aqidah. Imam Suyuthi menyebutkan sebab turunnya Surah Al-Kafirun yaitu berkenaan tentang penolakan ajakan kaum musyrik Mekah untuk bergantian menyembah Tuhan masing-masing. ٍ َََّ ْن اِبْ ِن ََب َّ اس أ ت َر ُس ْوَ هللاِ إِ ََل أَ ْن يَ ْعطُْوهُ َماَلً فَيَ ُك ْو ُن أَ ْغ ََن َر ُج ٍل ْ ََ َّ َن قَُْيْ ًشا ِ ِ ِ ِ ِ ك يا ُُمَ َّم ٌد! و تَ ْك ف ََ ْن َشْت ِم َ َ َ َى َذا ل:ِبَ َّكةَ َو يَُزِّو ُج ْوهُ َما أ ََر َاّ م َن الن َّساء فَ َقالُْوا َ ٍ ِ َح ََّّت أَنْظَُْ َما: َ فَ َقا.ًاَبُ ْد أ َِِلتَ نَا َسنَة ْ َأَِلَتِنَا َو َلَتَ ْذ ُكَْْىا بِ ُس ْوء!فَِإ ْن ََلْ تَ ْف َع ْل ف ِ إِ ََل أ.""قُل يا أَيُّها ال َكافِْو َن: فَأَنْزَ هللا.يأْتِي ِِن رِِب الس ْوَرةِ "لَ ُك ْم ِّيْنُ ُك ْم َو ُّ ِْ َخ َ َْ ُ َ ََْْْ ُْ 19 ِ ."ِل ِّيْ ِن َ Dari Ibnu Abbas, bahwa orang-orang Qurays mengajak Rasulullah dengan cara memberikan harta, sehingga belia menjadi orang terkaya di Mekah, dan menikahkan dengan wanita yang disukai. Mereka berkata: “Ini semua untukmu hai Muhammad! Dan cukuplah engkau dari mencela tuhan kami dan jangan engkau sebutkan dengan sebuah kejelekan. Jika engkau tidak mau, maka sembahlah tuhan kami selama setahun.” Kemudian Rasulullah menjawab: “Sehingga aku apa yang 19 Jalaluddin al-Suyuthi, Lubâb al-Nuqûl Fi Asbâbi al-Nuzûl (Beirut: Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah: 2002), hlm. 310. 8 datang dari Tuhanku.” Kemudian Allah menurunkan Surah: “Katakan (Muhammad) hai orang-orang Kafir” hingga akhir Surah, “Bagimu agamamu, dan bagiku agamaku.”20 Surah Al-Kafirun turun sebagai dasar seorang muslim dalam berinteraksi dengan non-muslim. Ibnu Qayyim Jauziyah mengatakan bahwa surat ini datang sebagai barā’ah (berlepas diri) terhadap kesyirikan.21 2. Isu-isu tentang Toleransi a. Jihad Terminologi jihad seringkali diidentikan dengan sikap intoleransi muslim terhadap nonmuslim. Barat sering menuduh bahwa Islam disiarkan dengan pedang dan paksaan. Stigma negatif dari Barat tentang jihad karena kebodohan mereka tentang ajaran Islam. Prasangka yang dialamatkan kepada Islam muncul dari sisi subjektivitas dan kebencian mereka terhadap Islam. Jika ditelaah lebih lanjut, perang dalam Islam merupakan sebuah langkah logis untuk melakukan perlindungan diri atas ancaman yang diterima. Di dalam keadaan seperti itu diizinkan untuk menyerang balik dan mempertahankan diri dari rencana-rencana agresif musuh. Pelaksanaan jihad tidak bertentangan dengan sikap toleransi dan kebebasan beragama. Jihad tidak bertujuan memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam, melainkan untuk meredam setiap ancam dari musuh. Allah SWT. berfirman: ِّ َلَ إِ ْكْاه ِِف الديْ ِن ْ 22َ َ Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam). (QS. Al-Baqarah: 256) 20 Dikutip dari software Lidwa Pusaka Kitab Sembilan Imam Hadis. Muhammad bin Sa’id al-Qahthani, al-Walā wa al-Barrā Fi al-Islam, (Kairo: Al-Fath Li al-I’lam alArabi, 1413 H.) hlm. 180. 22 Dikutip dari software Al-Qur’an Database XP 4.0. 21 9 b. Jizyah bagi ahlu dzimmah Jizyah merupakan kewajiban yang diberikan ahlu dzimmah yang tinggal di wilayah Islam, atau yang membuat perjanjian damai dengan pemerintahan Islam. Jizyah diberikan sebagai jaminan keamanan dan bentuk perlindungan kaum muslimin terhadap ahludzimmah. Selain itu, jizyah berfungsi penyokong keuangan negara untuk membangun negara. Pungutan jizyah bukan dimaksudkan untuk melakukan diskriminasi terhadap nonmulim. Hal ini dikarenakan dalam ajaran Islam juga terdapat kewajiban zakat. Maka jizyah merupakan bentuk kebersamaan penduduk dalam berpastisipasi terhadap pemerintah. Seseorang yang telah membayar jizyah, maka wajib bagi umat Islam untuk melindungi dan memberikan hak-haknya. c. Hukuman Murtad Orang murtad yaitu, orang yang dengan kesengajaan dan kesadaran penuh keluar dari agama Islam. Dalam pandangan Islam, seorang Muslim yang merubah kepercayaannya pindah dari agama Islam ke agama lain, dipandang sebagai satu penyelewengan yang berat.23 Dalam hukum syara’, hukuman bagi orang murtad adalah dibunuh. Menghukum orang yang murtad dengan hukuman bunuh tidak bertentangan dengan prinsip kebebasan beragama. Karena seorang murtad telah lebih dahulu memeluk Islam dengan pilihannya sendiri, beriman kepada Allah dan Rasul-Nya, dan telah menjadi satu bagian dari komunitas umat Islam, maka tidak diperkenankan untuk keluar dari komunitas tersebut dan kufur terhadap apa yang telah ia imani. Perbuatan murtad juga menyebabkan kekacauan dan gangguan 23 M. Yunan Nasution, Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan (Jakarta: Bulan Bintang, 1988) hlm. 111. 10 bagi umat Islam secara keseluruhan. Maka untuk menjaga agama dan melindungi masyarakat, eksekusi terhadap orang yang murtad lebih membawa maslahat dari pada kerusakan.24 d. Gagasan kaum liberal tentang Toleransi 1) Dekonstruksi Syari’ah Yang dimaksud dengan dekonstruksi syariah yaitu membongkar tatanan syari’ah Islam yang telah baku (permanen) menjadi sesuatu yang bisa dikritisi dan dirubah. Atau dengan pengertian lain, menjadikan bagian agama yang tsawābit (tetap) menjadi mutaghayyirāt (berubah). Misalnya, nikah beda agama dilarang syari’at, maka dengan dekontruksi syari’ah seseorang akan merubah hukum haram menjadi mubah atau halal. Pernyataan tentang dekontruksi syari’ah tersebut sangat tidak relevan. Karena jika kita meyakini syari’ah yang telah tetap bisa berubah, maka apa fungsi syari’ah itu sendiri. Karena setiap orang bisa merubahnya dengan dalih menghormati orang lain. Ketidakjelasan dalam syari’ah akan menyebabkan orang akan membuat syariah dengan hawa nafsunya. 2) Pluralisme Agama Paham pluralisme agama di Indonesia, menganggap bahwa semua agama adalah sama. Maka tidak diperkenankan adanya sebuah truthclaim (klaim kebenaran). Menurut mereka, semua agama akan membawa pemeluknya kepada tuhan yang sama. Kekeliruan kaum liberal yang selanjutnya yaitu dalam pemahaman ayat al-Qur’an secara parsial, dengan meniadakan ayat lain yang berhubungan. 24 Khalid bin Abdullah al-Qasim, Al-Hurriyah al-Diniyah Bainal Muslimin Wa Ahli Kitab: Ta’shil alMafhum Wa Raddu Syubuhat (Riyadh: Univ Malik Sa’ud, 1430H.), hlm. 21. 11 Mereka sangat tendensius saat mengutip ayat yang sejalan dengan pemikirannya. Mereka telah terbiasa memilih-milih ayat yang disukai dengan menyingkirkan ayat yang bertentangan dengan pemikirannya. Padahal alQur’an merupakan kesatuan pemahaman utuh yang tidak mungkin terjadi kontradiksi. Pemahaman parsial terhadap al-Qur’an yang banyak dianut oleh kaum liberal tidak sesuai dengan nalar berfikir objektif. Selain itu, pemahaman yang seperti ini bertentangan dengan karakter Islamic worldview, yaitu alsyumul (komprehensif). Bahwa pemahaman ajaran Islam adalah secara menyeluruh, dan tidak secara parsial. 3. Karakteristik Toleransi Perpektif Islamic Worldview a. Kebebasan Beragama Kebebasan beragama merupakan hak pribadi yang dimiliki oleh setiap manusia. Islam mengajarkan pemeluknya untuk tidak memaksakan agamanya kepada orang lain. Karena hal ini bertentangan dengan ajaran Surah Al-Baqarah: 256. Tidak ada paksaan untuk (memasuki) agama (Islam).25 ِّ َلَ إِ ْكْاه ِِف الديْ ِن ْ ََ b. Menjaga nilai-nilai sosial kemanusiaan Nabi Muhammad saw. diutus oleh Allah SWT. dengan membawa ajaran Islam yang rahmatan lil ‘ālamīn (rahmat bagi seluruh alam). Kebaikan seorang muslim bukan hanya ditunjukkan kepada saudara seimannya saja, tetapi juga mencakup orang-orang nonmuslim. Dalam masalah toleransi, interaksi yang terjadi antara muslim dengan nonmuslim harus tetap memperhatikan nilai-nilai 25 Dikutip dari software Al-Qur’an Database XP 4.0 12 sosial kemanusian. Setiap muslim dituntut untuk proporsional dalam memperlakukan semua manusia dengan baik dan adil. c. Toleransi tidak meninggalkan dakwah Dakwah merupakan kewajiban yang dibebankan kepada setiap muslim, untuk menyampaikan agamanya. Rasulullah saw. menjalin hubungan baik dengan orang-orang nonmuslim. Namun beliau tidak melupakan tugas utamanya untuk menjalankan dakwah. Dakwah terhadap nonmuslim harus mengedepankan sikap lemah lembut, dan arguentatif. Maka seorang muslim dilarang untuk memaksakan Islam kepada orang lain. Karena hidayah Allah diberikan kepada yang ia kehendaki. Kewajiban kita hanya mengajak mereka dengan cara yang baik. d. Tidak ada kompromi dalam ibadah dan aqidah Toleransi dalam kaca mata Islam tidaklah sama dengan yang selama ini dipahami Barat. Toleransi lahir dalam khazanah Islam dengan bi’ah (lingkungan) dan karakteristiknya yang tersendiri. Toleransi terhadap nonmuslim akan menghadapi batasan-batasan, ketika tidak sesuai dengan prinsip dasar ajaran Islam. Diantara batasan yaitu hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan aqidah. Simpulan Dari kajian-kajian yang telah dilakukan terhadap konsep toleransi perspektif Islamic worldview, terdapat tiga kesimpulan dari tiga permasalahan yang telah disampaikan dalam awal penelitian, yaitu: 1. Telah terjadi interaksi pada masa Nabi Muhammad saw. antara umat Islam dengan pemeluk agama lain, yaitu kaum Watsaniyyah, kaum Yahudi, dan kaum Nasrani. Masing-masing agama memiliki sikap yang berbeda terhadap keberadaan umat Islam. 13 2. Prinsip toleransi telah terjadi pada masa Nabi Muhammad saw. Dalam kehidupan sehari-hari, umat Islam menjalin hubungan yang harmonis dengan nonmuslim. Namun dalam model toleransi yang lain, umat Islam menegaskan posisi mereka terhadap orang-orang kafir. Mereka yang tidak mau berkompromi dengan mereka dalam masalah ibadah dan aqidah. Karena ibadah dan aqidah merupakan hal yang cara pelaksanaannya telah diatur oleh syara’. 3. Konsep toleransi perspektif Islamic worldview memiliki karakteristik dan bentuknya yang sesuai dengan syari’at Islam, diantaranya: a. Toleransi menurut Islam menghargai pilihan keyakinan manusia. b. Toleransi menurut Islam menghargai adanya nilai-nilai sosial kemanusiaan. c. Toleransi menurut Islam tidak boleh meninggalkan dakwah. d. Toleransi menurut Islam membatasi dirinya dengan hal-hal yang berhubungan dengan ibadah dan aqidah. Daftar Pustaka Ahmed, Akbar S. 1992. Citra Muslim; Tinjauan Sejarah dan Sosiologi. Jakarta: Erlangga. Al-Qasim, Khalid bin Abdullah. 1430 H. Al-Hurriyah al-Diniyah Bainal Muslimin Wa Ahli Kitab: Ta’shil al-Mafhum Wa Raddu Syubuhat. Riyadh: Univ Malik Sa’ud. Arikunto, Suharsini. 1992. Prosedur Penelitian : Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: PT Rineka Cipta. Al-Qahthani, Muhammad bin Sa’id. 1413 H. al-Walā wa al-Barrā Fi al-Islam. Kairo: Al-Fath Li al-I’lam al-Arabi. Al-Suyuthi, Jalaluddin. 2002. Lubāb al-Nuqûl Fi Asbā bi al-Nuzûl. Beirut: Muassasah al-Kutub al-Tsaqafiyyah. Creswell, John W. 2010. Research Design: Pendekatan Kualitatif, Kuantitatif, dan Metode Campuran. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Ibnu Taimiyah. 1999. al-‘Ubudiyyah. Ismailiyyah: Dar Asholah. 14 Imarah, Muhammad. 2005. al-Samâhah al-Islâmiyyah: Haqīqatu al-Jihâd, Wa al-Qitâl, Wa al-Irhâb. Kairo: Maktabah Syuruq al-Dauliyyah. Imarah, Muhammad. 1999. Islam dan Pluralitas; Perbedaan dan Kemajemukan dalam Bingkai Persatuan terj. buku Al-Islam Wa al-Ta’adudiyah; Al-Ikhtilaf Wa alTanawwu’ Fi Ithâril Wihdah). Jakarta: Gema Insani Press. Jaiz, Hartono Ahmad. 2004. Menangkal Bahaya JIL & FLA. Jakarta: Pustaka al-Kautsar. Masduqi, Irwan. 2011. Berislam Secara Toleran. Bandung : Mizan. Miles, MB, and A.M. Huberman. 1984. Qualitative Data Analysis. Beverley Hills: Sage Pub. Muhadjir, Noeng. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Rake Sarasin. Nasution, M. Yunan. 1988. Islam dan Problema-problema Kemasyarakatan. Jakarta: Bulan Bintang. Nata, Abuddin. 2011. Metodologi Studi Islam. Jakarta: Rajawali Pers. Rozak, Abdul. 2008. Metodologi Studi Islam. Bandung: Pustaka Setia. Sahrodi, Jalami. 2008. Metodologi Studi Islam :Menelusuri Jejak Historis Kajian Islam ala Sarjana Orientalis. Bandung: Pustaka Setia. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Kuantitati, Kualitatif, dan R &D. Bandung : Alfabeta. Syubair, Muhammad Usman. 2007. al-Mu’amalah al-Maliyah al-Mu’ashirah Fi al-Fiqh alIslami, Oman: Dar al-Nafais. Software Al-Qur’an Database XP 4.0. Software Lidwa Pusaka Kitab Sembilan Imam Hadis. 15