BAB 2 LANDASAN TEORI 2.1. Internet Menurut O’Brien (2005), Internet merupakan sebuah jaringan komputer yang tumbuh cepat dan terdiri dari kumpulan jutaan jaringan baik itu dari jaringan perusahaan, Pemerintahan, serta pendidikan yang terhugung satu sama lain dengan ratusan juta komputer serta pemakainya di lebih dari 200 negara. Menurut Chaffey (2009), Internet diartikan sebagai sebuah jaringan fisik yang menghubungkan komputer di dunia yang terdiri dari infrastruktur seperti server dan jaringan komunikasi yang digunakan untuk menyimpan dan memindahkan informasi antara komputer client dengan web servers. Menurut Moriarty (2009), Internet apabila diartikan secara teknis dapat didefiisikan sebagai sebuah sistem jaringan komputer internasional yang saling menghubungkan antar komputer dengan komputer lainnya. Menurut Schneider (2011), Internet adalah sebuah jaringan komputer yang menghubungkan antar user sehingga memungkinkan terjadi interaksi antara satu dengan yang lain. Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa Internet adalah Sebuah Jaringan fisik yang terdiri dari kumpulan jutaan jaringan komputer yang terus tumbuh dan berkembang yang memiliki fungsi menghubungkan antar komputer dengan komputer lainnya sehingga memungkinkan terjadi interaksi seperti pertukaran informasi antar user di dunia. 2.2. E-Business Menurut O’Brien (2005), e-business adalah pemanfaatan teknologi internet untuk menghubungkan dan memberdayakan proses – proses bisnis, komunikasi perusahaan, dan kerja sama antara perusahaan dengan pelanggan, pemasok, dan pemilik kepentingan bisnis lainnya. Menurut Jelassi & Albercht (2008), e-business didefinisikan sebagai sarana sebuah elektronik untuk melakukan proses – proses bisnis dalam suatu organisasi baik proses internal maupun eksternal organisasi. 13 14 Menurut Chaffey (2009), e-business didefinisikan sebagai proses pertukaran informasi secara elektronik dalam sebuah organisasi dan dengan pemegang kepentingan lain diluar perusahaan yang mendukung proses – proses bisnis. Secara singkatnya e-business didefinisikan sebagai perubahan proses – proses bisnis utama melalui pemanfaatan teknologi internet. Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa e-business merupakan pemanfaatan teknologi jaringan komputer untuk merubah, mengoptimalisasi proses – proses bisnis utama dan pertukaran informasi baik dalam internal organisasi maupun eksternal secara elektronik. 2.3. E-Marketing Menurut Boone dan Kurtz (2005), e-marketing adalah salah satu komponen dalam e-commerce yang terdiri dari strategi proses pembuatan, pendistribusian, promosi, dan penetapan harga barang dan jasa yang ditujukan kepada pangsa pasar iternet atau melalui media digital lainnya. Menurut Chaffey (2009), e-marketing atau disebut juga sebagai digital marketing diartikan sebagai pengaturan dan penerapan metode pemasaran dengan menggunakan media elektronik seperti web dan e-mail. E-marketing berfokus pada bagaimana sebuah perusahaan dan mereknya menggunakan web dan media digital lainnya seperti e-mail dan mobile media untuk berinteraksi dengan audiensnya dalam rangka mencapai tujuan dari strategi marketing yang digunakan. Dari pengertian – pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa emarketing adalah penerapan metode – metode pemasaran dengan memafaatkan media digital seperti internet untuk mencapai tujuan dari strategi pemasaran. 2.4. World Wide Web Menurut O’Brien (2005), World wide web adalah jaringan multimedia situs internet global utuk informasi, pendidikan, hiburan, e-business dan e-commerce. Menurut Chaffey (2009), World wide web adalah teknik paling umum yang digunakan didalam mempublikasikan informasi pada internet. World wide web diakses melalui web browsers yang menampilkan halaman web yang berisi gambar atau teks dalam bentuk html atau xml. 15 Dari pengertian – pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa World wide web adalah sebuah teknik yang digunakan dalam mempublikasikan informasi dalam internet yang membentuk sebuah jaringan yang berisi kumpulan informasi – informasi yang terdapat di dalam internet. 2.5. Website Quality Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Leonidio (2010), disebutkan bahwa Website quality terdiri atas beberapa dimensi yang saling mempengaruhi yaitu: - Usability dimana dikatakan bahwa berhubungan dengan terjadinya proses interaksi diantara manusia dengan komputer dan bagaimana konsumen memahami dan berinteraksi melalui website serta kualitas yang berkaitan dengan kegunaan dan desain. - Quality of Information merupakan hal-hal yang berkaitan dengan kualitas dari konten atau isi dari sebuah website yang mencakup informasi berguna untuk pengguna, informasi yang tepat dan pengguna website dengan mudah dapat mengerti isi dari informasi yang diberikan oleh website tersebut, serta menggunakan format yang tepat juga. - Quality of interaction with the service dimana merupakan gambaran akan mutu dari interaksi pelayanan yang dialami oleh pengguna website ketika mereka menggunakan lebih kedalam website yang terwujud dengan timbulnya rasa kepercayaan dan empati, sebagai contoh melihat dari adanya isu keamanan transaksi dan informasi, pengantaran produk, personalisasi dan komunikasi dengan pemilik website. 2.6. Brand Image Menurut Kotler (2005), Brand image merupakan sebuah persepsi dan keyakinan dari seorang konsumen dimana tercermin dalam bentuk asosiasi yang terjadi dalam memori atau benak konsumen tersebut akan sebuah brand. Sedangkan menurut Keller (2013), brand image merupakan salah satu aspek vital yang penting dari sebuah brand dimana memiliki citra (image), diungkapkan pula bahwa Brand image memiliki pengaruh yang besar terhadap para pemasar untuk menciptakan perbedaan di antara lower-level-consideration dan higher-level- 16 consideration dimana hal-hal tersebut berkaitan langsung dengan pendapat, perasaan, dan hubungan yang didapatkan oleh konsumen yang bersangkutan Dari pengertian-pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa brand image merupan sekumpulan persepsi-persepsi dari konsumen dimana tidak dapat dikontrol dari sebuah merek dan efek dari brand image yang membuat konsumen memutuskan untuk membeli atau tidak terhadap produk tersebut yang disesuaikan dengan citra merek dari persepsi mereka. 2.7. Trust Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sukma (2012), Trust atau kepercayaan didefinisikan sebagai kemauan dari konsumen untuk bergantung pada penjual yang dapat dipercaya, kepercayaan itu sendiri dapat muncul ketika pihak yang terlibat mendapatkan kepastian dari pihak lainnya dan bisa memberikan kewajiban. Diungkapkan bahwa terdapat 3 faktor penting yang dapat membentuk kepercayaan konsumen terhadap yang lain yaitu ability, benevolence dan integrity. Hal ini juga diperkuat dengan penelitian yang dilakukan Hwang & Lee (2012), yang juga menunjukkan bahwa Trust dipengaruhi oleh beberapa dimensi yaitu : - Integrity merupakan keyakinan bahwa perusahaan dapat dipercaya dengan cara mematuhi aturan yang berlaku perilaku, seperti kejujuran dan tetap menjanjikan terhadap konsumen. - Ability merupakan sebuah keyakinan dalam keterampilan dan kompetensi perusahaaan tersebut . - Benevolence merupakan sebuah keyakinan dimana konsumen mempercayai perusahaan yang akan memberikan keuntungan yang baik bagi konsumen tersebut. 2.8. Purchase Intention Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ling , Daud , Piew, Keoy, & Hassan (2011), dikatakan bahwa purchase Intention adalah suatu keadaan yang mengambarkan seorang konsumen yang bersedia dan bermaksud untuk melakukan transaksi dengan seorang penjual. 17 Sedangkan Wang & Tsai (2014), mendefinisikan Purchase Intention sebagai kemungkinan dari seorang konsumen atas kemungkinan untuk membeli sebuah produk, dijabarkan bahwa semakin tinggi niat konsumen berarti kemungkinan untuk membeli produk menjadi lebih tinggi meskipun belum tentu konsumen benar-benar akan membeli produk tersebut. 2.9. Hubungan Antar Variabel Berdasarkan literatur yang dikumpulkan dan penjelasan yang telah didapatkan maka peniliti akan mendefinisikan keterkaitan antara satu variabel dengan variabel lain berdasarkan dari sumber penelitian yang telah dilakukan peneliti terdahulu. a. Hubungan Antara Website Quality dan Trust Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Gregg & Walczk (2010), dikatakan bahwa ketika sebuah perusahaan dengan tingkat Website Quality yang baik maka akan berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap tingkat trust dari sikap konsumen sehingga berpengaruh juga terhadap niat beli dari konsumen tersebut. Hal ini juga diperkuat oleh penelitian yang dilakukan oleh Chang, Kuo, Hsu, & Cheng (2014), yang menyatakan bahwa jika tampilan website sebuah perusahaan memiliki kualitas yang baik, maka hal tersebut akan mempengaruhi rasa trust yang dimiliki konsumen sehingga untuk menumbuhkan niat beli pada konsumen tersebut tidak perlu menggunakan taktik yang susah. b. Hubungan Antara Brand Image dan Trust Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Rahman & Mamun (2010), dikemukakan bagaimana pengaruh brand Image yang kuat dari sebuah perusahaan dapat meningkatkan rasa trust yang dimiliki perusahaan terhadap konsumen mereka tersebut sebab seorang konsumen akan memiliki rasa percaya terhadap perusahaan yang memiliki brand Image yang kuat dibenak mereka sehingga bisa mempengaruhi niat beli dari konsumen tersebut. 18 c. Hubungan Website Quality dengan Purchase Intention Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Bai, Law & Wen (2008), dikemukakan bahwa kualitas sebuah website dengan tampilan dan navigasi yang baik serta mumpuni dapat membuat niat beli dari seorang konsumen menjadi lebih besar. Kemudian hasil dari penelitian Gregg & Walczk (2010), juga mengemukakan bahwa Website Quality memiliki pengaruh positif terhadap niat beli seorang konsumen sehingga perusahaan diharapkan harus dapat menjalankan websitenya dengan seksama sehingga dapat meningkat purchase intention atau niat beli dari konsumen. d. Hubungan Brand Image dengan Purchase Intention Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Shah & Aziz (2012), dikemukakan bahwa nilai brand Image sebuah perusahaan mempengaruhi secara positif dan siginifikan terhadap sikap dan niat dari konsumen untuk melakukan pembelian sehingga dengan brand Image yang kuat akan lebih menarik perhatian dari konsumen tersebut. Hal ini diperkuat juga dengan hasil penelitian dari Boshoff & Ward (2009), yang mengatakan bahwa perusahaan dengan brand Image yang lebih kuat cenderung memilki konsumen - konsumen dengan tingkat niat beli yang lebih tinggi dibandingkan perusahaan lain yang memiliki brand image yang lemah, hal ini disebabkan oleh konsumen lebih mengenal produk yang memiliki image yang baik. e. Hubungan Trust dengan Purchase Intention Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Sam & Tahir (2010), diungkapkan bagaimana tingkatan trust dari konsumen dapat berpengaruh terhadap niat beli mereka, karena ketika seorang konsumen memiliki rasa percaya (trust) yang tinggi, maka niat beli dari konsumen akan lebih mudah timbul. Penelitian yang dilakukan oleh Mahmoudzadeh & Bakhshandeh (2013), juga mengungkapkan bahwa trust yang dimiliki konsumen akan berdampak positif terhadap peningkatan niat beli (Purchase Intention) pada konsumen. Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Website Brand Peneliti Quality Image Gregg & Walczak, 2010 √ Chang, Kuo, Hsu, & Trust √ √ √ Metedologi Penelitian Purchase Jenis Intention Penelitian √ Kuantitatif √ Cheng (2014) √ Rahman & Mamun (2010) Bai, Law & Wen 2009 √ √ Boshoff & Ward (2009) √ Mahmoudzadeh & Bakhshandeh (2013) Kuantitatif √ Shah & Aziz (2012) Sam & Tahir (2010) √ √ √ √ √ √ √ Kuantitatif √ Kuantitatif Metode Analisis Structural Sikap konsumen dalam online auction Equation Model (SEM) (ebay.com) Analisis Structural Sikap konsumen pengunjung Hotel di Equation Model (SEM) Taiwan ( Sheraton) Analisis Structural Konsumen yang mengunjungi Equation Model (SEM) Supermarket Giant (Malaysia) Analisis Structural Responden yang bertransaksi secara Equation Model (SEM) online di China Konsumen yang Mengkonsumsi Kuantitatif Rokok Respon Konsumen terhadap Generic- Kuantitatif Kuantitatif Kuantitatif Unit Analisis Branded Website Regresi Konsumen E-ticket dari Klang Valley (Malaysia) Analisis Structural Konsumen pengguna Cellphone di Equation Model (SEM) Iran 19 20 2.10. Kerangka Penelitian Website Quality ( X1 ) Trust Purchase Intention (Y) (Z) Brand Image ( X2 ) Gambar 2.1 Kerangka Penelitian 2.11. Hipotesis Dibawah ini adalah penjabaran hipotesis yang telah disesuaikan dengan teori dan hasil penelitian terdahulu. • Untuk H-1 Ho = Tidak ada pengaruh Website Quality terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Website Quality terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris • Untuk H-2 Ho = Tidak ada pengaruh Brand Image terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Brand Image terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris • Untuk H-3 Ho = Tidak ada pengaruh Website Quality dan Brand Image terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Website Quality dan Brand Image terhadap Trust pada PT. Maju Giat Poolaris 21 • Untuk H-4 Ho = Tidak ada pengaruh Website Quality terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Website Quality terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris • Untuk H-5 Ho = Tidak ada pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Brand Image terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris • Untuk H-6 Ho = Tidak ada pengaruh Trust terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris Ha = Ada pengaruh Trust terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris • Untuk H-7 Ho = Tidak ada pengaruh Website Quality dan Brand Image, serta Trust terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris secara simultan. Ha = Ada pengaruh Website Quality dan Brand Image, serta Trust terhadap Purchase Intention pada PT. Maju Giat Poolaris secara simultan. 22