BAB I PENDAHULUAN

advertisement
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sejalan dengan meningkatnya pendidikan, pengetahuan masyarakat
serta kemudahan memperoleh informasi, dan tingginya biaya perawatan
kesehatan, masyarakat semakin terdorong untuk melakukan pengobatan
sendiri dengan obat – obatan bebas. Hasil survei Departemen Kesehatan
Republik Indonesia di 3 kota besar menunjukkan 60,9% orang yang sakit
melakukan pengobatan sendiri (swamedikasi). Promosi yang berlebihan dan
informasi obat yang tidak konsisten dari perusahaan obat dapat menimbulkan
pemahaman yang salah pada masyarakat tentang obat dan penggunaannya.
Semua itu akan menyulitkan masyarakat untuk memilih obat secara tepat bagi
mereka. Selain itu, masyarakat juga semakin sadar akan hak mereka untuk
memperoleh informasi obat yang tepat (Depkes, 2007).
Pada penelitian sebelumnya menggambarkan bahwa pelaksanaan
Standar Pelayanan Kefarmasian di Apotek pada tahun 2003 di Jakarta 98,5 %
(n=67) apotek tidak memenuhi standar pelayanan KIE (Depkes RI, 2007).
Penelitian lain yang dilakukan di Jakarta, Yogyakarta dan Makassar
menunjukkan informasi yang didapatkan oleh sebagian besar konsumen baru
sebatas harga obat, cara dan aturan pakai obat. Hal ini berarti pelayanan
apotek masih berorientasi pada produk, belum berorientasi pada pasien.
Padahal menurut standar pelayanan farmasi komunitas, informasi yang
seharusnya didapatkan pasien antara lain khasiat obat, lama penggunaan obat,
cara penyimpanan obat, efek samping yang mungkin timbul, tindakan bila ada
efek samping, tindakan bila terjadi salah dosis, pantangan obat untuk penyakit
tertentu dan pantangan makanan saat minum obat yang seharusnya diberikan
oleh Apoteker dan merupakan hak pasien. (Handayani dkk., 2009).
Pada pelayanan swamedikasi terdapat beberapa profil pelayanan yang
diberikan oleh petugas apotek kepada pasien yang terdiri dari patient
assessment, rekomendasi, informasi obat dan informasi non farmakologi.
Patient assessment merupakan suatu penilaian terhadap keadaan pasien yang
1
Kepuasan Konsumen dalan..., Bella Nadia Prasetyo, Fak. Farmasi UMP 2017
penting dilakukan untuk pertimbangan apoteker dalam penentuan identifikasi
pasien sebelum membuat sebuah rekomendasi. Ada beberapa metode yang
dapat digunakan untuk menggali informasi dari klien yang bisa ditanyakan
oleh apoteker berdasarkan pada WWHAM ASMETHOD,SITDOWNSIR,
ENCORE (Blenkinsopp dan Paxton, 2002). Komponen ASMETHOD yaitu
(Age/ appearance, Self/someone else, Medication, Extra medication, Time
symptoms, History, Other accompanying symptoms, Danger symptoms).
Penelitian yang dilakukan oleh Felicia tahun 2014 bertujuan untuk
mengetahui jenis informasi dan komponen KIE ideal (ASMETHOD) yang
dikumpulkan dan dilaksanakan oleh staf apotek. Penelitian ini merupakan
penelitian observasi yang dilakukan dengan metode pengisian check list untuk
mengetahui aktivitas pelayanan swamediaksi pada apotek-apotek di Surabaya
Timur. Hasilnya tidak ada staf farmasi yang meminta informasi lengkap dari
pelanggan apotek. Terdapat 30 (100%) orang yang bertanya tentang umur
pasien; 5 (16,67%) orang yang bertanya tentang siapakah pasiennya; 6 (20%)
orang bertanya tentang obat apa yang telah diberikan untuk menanggapi gejala
tersebut; tidak ada (0%) orang yang bertanya tentang obat lain yang sedang
dikonsumsi oleh pasien; 10 (33%) orang bertanya tentang durasi gejala; tidak
ada (0%) yang bertanya tentang gejala lain yang menyertai; 11 (36,67%)
orang yang bertanya tetang gejala yang berbahaya.
Berdasarkan uraian diatas, perlu dilakukan metode ceklist kartu
swamedikasi ASMETHOD pada pelayanan swamedikasi dalam kegiatan
patient assessment agar dapat menetapkan rekomendasi terapi yang rasional
(Chua, 2006). Kepuasan menggunakan jasa apotek ini merupakan sikap dari
konsumen dalam menentukan arah dan tujuan akhir dalam proses memahami
pemakaian obat secara tepat atau pembelian suatu produk obat, sehingga dapat
digunakan sebagai tolak ukur untuk melihat seberapa besar kepuasan pasien
atas pelayanan swamedikasi yang diberikan. Hal ini untuk meningkatkan
kualitas pelayanan swamedikasi yang berorientasi pada pasien dan
melaksanakan pelayanan sesuai EBM (Evidence Based Medicine) serta
menghindari medication error.
2
Kepuasan Konsumen dalan..., Bella Nadia Prasetyo, Fak. Farmasi UMP 2017
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah yang hendak
diteliti sebagai berikut: Bagaimana tingkat kepuasan konsumen terhadap
pelayanan swamedikasi Apoteker dengan penerapan ASMETHOD di apotek
wilayah kota Purwokerto ?
C. Tujuan Penelitian
Pelayanan swamedikasi yang diberikan oleh Apoteker dengan
penerapan ASMETHOD untuk mengetahui tingkat kepuasan konsumen agar
dapat memahami dan menerapkan penggunaan obat dengan baik sesuai
anjuran Apoteker.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Apotek :
Apotek dapat menerapkan pelayanan kefarmasian sesuai dengan
standar pelayanan kefarmasian di Apotek terutama dibidang pelayanan
swamedikasi.
2. Bagi Apoteker :
Apoteker
dapat meningkatkan
pelayanan kefamasian terhadap
konsumen terutama pelayanan swamedikasi sehingga dapat meningkatkan
pengetahuan pasien terhadap penyakit yang diderita, serta informasi obat
yang diperoleh dan melaksanan standar kefarmasian dengan baik.
3. Bagi pasien dan masyarakat :
Penelitian ini sekaligus memberikan informasi tentang pelayanan
swamedikasi sehingga dapat meningkatkan pemahaman konsumen dalam
pemilihan obat, dan secara luas dapat meningkatkan derajat kesehatan
serta menghindari medication erorr.
3
Kepuasan Konsumen dalan..., Bella Nadia Prasetyo, Fak. Farmasi UMP 2017
Download